Gas
DarahDalamPenatalaksanaan PenyakitParu
Dr. Amirullah R
Biro Pulmonologi RS Dr. Mintohardjo, Jakarta PENDAHULUAN Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil 0
2
dari
dari
badan ke udara luar. Bilamana paru berfungsi secata normal, tekanan parsial 0
2
dan CO
2
di dalam darah akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting balk untuk menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes millitus. Dengan majunya
ilmu
dan CO
2
serta pH darah dapat diukur dengan mudah. PERTUKARAN GAS Untuk dapat mempertahankan hidup, jaringan atau sel secara terns menerus bermetabolisme. Pada umumnya metabolisme berlangsung secara aerob. Untuk ini dibutuhkan 0
2
. Pertukaran 0
2
dan CO
2
asinus
"
, yang berjumlah
100.000 buah. Faktor yang mempengaruhi berlangsungnya pertukaran gas di dalam paru ialah : 1. Ventilasi. 2. Diffusi. 3. Perfusi. Dapat digambarkan secara skematis seperti di bawah ini : Harga normal tekanan parsial 0
2
arteri (Pa 0
2
)
Anak :
60 -- 90 mm Hg. Dewasa : 80 -- 100 mm Hg. Orang tua (65 th): 75-85 mmHg Harga normal tekanan parsial CO
2
arteri PaCO
2
35 -- 45 mm Hg. Perbandingan tekanan parsial masing-masing gas di saluran nafas sebagai berikut :
Udara luar Saluran nafas Unit Darah respirasi arteri Darah vena
Gangguan pertukaran gas Apabila terjadi gangguan pada salah satu faktor atau ketiga faktor yang berpengaruh terhadap terlaksananya pertukaran gas (ventilasi, difusi, perfusi), akan terjadi perobahan di dalam keseimbangan PaO
2
dan PaCo
2
), kita dapat menegakkan diagnosis kira-kira faktor apa yang mengalami gangguan. Mengingat CO
2
PA0
2
PaO
2
Hipoventilasi menurun tidak berubah Kelainan difusi menurun meningkat Ketidakseimbarfgan Ventilasi perfusi menurun meningkat Right to left Shunt menurun tidak berobah/meningkat.
Hipoventilasi Dalam keadaan hipoventilasi, udara pernafasan yang segar tidak dapat dengan bebas keluar masuk ke dalam alveoli, akibatnya PaO
2
dan PaCO
2
-PaO
2
a. Depresi sentral pernafasan akibat obat-obatan atau anestesi b. Penyakit neuromuskuler yang mengenai alat-alat pernafasan.
c. Flail Chest.
d. Penyakit paru restriktif. e. Penyakit paru obstruktif menahun (PPOM = COPD) Kelainan difusi Difusi dapat terganggtl oleh karena kelainan/penebalan dari membrana alveoli kapiler (epitel alveoli, membrana basalis dan endotelium). Sebagai akiba dari gangguan difusi ini, yang pertama-tama terganggu ial PaO
2
, oleh karena CO
2
-- PaO
2
meningkat. Kelainan difusi terdapat pada penyakit-penyakit : a. Fibrosis pulmonum. b. Edema paru. c. Kelaihan oblitratif dari vaskuler paru. d. Kelainan anatomik dari paru. Ketidak seimbangan ventilasi perfusi Dalam keadaan normal rasio ventilasi dan perfusi = 0,8 = V/Q. Rasio ini pada bagian-bagian paru dapat berubah oleh karena kelainan jaringan paru atau kelainan vaskuler paru. Akibatnya PaO
2
menurunsedangkan PA0
2
-- PaO
2
meningkat. Ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi terdapat pada penyakit-penyakit : a. Pneumotoraks. b. Trombo emboli. c. Obstruksi jalan nafas setempat. Kegagalan Pernafasan ("Respiratory Failure ) Yang dimaksud dengan kegagalan pernafasan yaitu suatu keadaan, traktus respiratorius tidak dapat mempertahankan oksigenasi darah arteri secara adekuat. Sebagai parameter obyektif yang dipakai ialah apabila PaO
2
> 50 mm Hg.
Kegagalan pernafasan ada dua macam yaitu : Kegagalan pernafasan akut (ARDS) Biasanya terjadi dalam waktu singkat; 12--24 jam setelah kejadian timbul sesak nafas (dispnea dan taknipnea) PaO
2
< 50 mm Hg. Sebab-sebab utama dari ARDS a. Pneumonia -- Septikemia --DIC. b. Trauma --Emboli paru --Kontusio. c. Aspirasi cairan lambung --Tenggelam. d.
Overdosis
obat Kegagalan pernafasan kronik Pada kegagalan pernafasan kronik, di samping PaO
2
> 50 mm Hg). Terdapat pada penderitapenderita penyakit paru kronik (COPD), emfisema paru dll. TERAPI 0
2
adalah, bagaimana cara yang terbaik untuk mengatasi hipoksia tanpa mengakibatkan timbulnya bahaya retensi CO
2
yang diberikan pada penderita dapat mengakibatkan berkurangnya ventilasi, bertambahnya hiperkapnea dan asidemia. Akhirnya mengakibatkan CO
2
narkosis dengan
Cermin Dunia Kedokteran No. 39 1985 45
tanda-tanda stupor dan koma. Hal ini disebabkan membaiknya keadaan hipoksia, yang merupakan rangsangan baik terhadap pernafasan. Dianjurkan setiap pemberian terapi 0
2
harus terlebih dahulu diperiksa analisis gas darah. 1). Apabila tidak diketemukan adanya kegagalan ventilasi (PaCO
2
system).
diberikan dengan kosentrasi 24% dengan aliran udara cepat. Persentase ini dapat dinaikkan 2% secara bertahap dengan antara waktu 3 -- 4 jam. Dengan demikian tidak terjadi retensi CO
2
. Pemberian 0
2
dengan masker venturi. 3). Apabila dengan cara di atas belum dapat kemajuan, dipergunakan alat bantuan pernapasan, (Respirator). Selain kita harus selalu memperhatikan keadaan klinis, perlu diadakan monitoring analisis gas darah pada waktu-waktu tertentu. KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA Istilah ini sebenarnya keliru, oleh karena seakan-akan menggambarkan adanya keseimbangan antara 1 asam dan 1 basa, sedangkan yang dimaksud sesungguhnya ialah keseimbangan jumlah ion H. Keseimbangan jumlah ion H dipengaruhi oleh campuran larutan ,,buffer yang ada dalam darah. Yang dimaksud asam ialah donor ion H, sedangkan yang dimaksud dengan basa ialah akseptor ion H. pH = --Log [H
+
] , pH darah normal 7,35 - 7.45. Kadar ion H dalam darah dipertahankan dalam batas yang sangat sempit 0,000004 m Eq/liter = 40 n Eq. (pH = 7,4). Batas pH di mana hidup masih bisa dipertahankan yaitu 6,7-7,9. Di bawah 7,25 atau di atas 7,55 harus mendapat terapi. Seorang dewasa, dalam satu hari sebagai hasil akhir metabolisme rata-rata menghasilkan CO
2
dalam darah yang rendah, yang memungkinkan hidup, harus ada satu sistem yang cukup peka yang dapat mengatur supaya tak terjadi perubahan pH yang besar. sistem ini disebut sistem buffer. System Buffer System buffer ialah suatu lamtan campuran asam lemah dan garam asam tersebut dengan basa kuat (misalnya campuran H
2
CO
3
+ Na HCO
3
di dalam larutan yang ada buffernya dipertahankan lebih kurang tetap, walaupun pada larutan tersebut ditambah basa atau asam. Sistem buffer di dalam darah ialah : 1. Sistem bikarbonat (H
2
CO
3
+ NaHCO
3
) 2. Sistem protein (protein + Na proteinat) 3. Sistem hemoglobin (HHb + RHb.) 4. Sistem fosfat (H
3
PO
4
+ NaH
2
PO
4
) Protein mempunyai kapasitas buffer yang paling besar karena jumlahnya banyak. Tetapi sistem buffer bikarbonat mempunyai nilai istimewa, oleh karena H
2
CO
3
0 + CO
2
yang dapat dikeluarkan dengan cepat dan mudah melalui paru. Ginjal dapat menimbun atau mengeluarkan NaHCO
3
campuran larutan H
2
CO
3
dan NaHCO
3
dapat bekerja secara cepat dan efisien. Cara kerja larutan buffer. Bilamana ke dalam larutan sistem buffer H
2
CO
3
+ NaHCO
3
-+ NaCl + N
2
CO
3
dan dijadikan asam lemah dengan demikian pH larutan tetap terpelihara tidak banyak perobahan. Sebaliknya bila ke dalam larutan ditambahkan basa kuat (NaOH) akan terjadi reaksi sebagai berikut : NaOH + H
2
CO
3 -->
NaHO
3
+H
2
O. Dengan demikian NaOH dijadikan basa lemah sehingga pH tak banyak berubah. Jumlah
buffer base
ialah 41,6 + 0,42 x kadar Hb (dalam garam %). Harga normal buffer base = 45 -- 50 m Eq/L. GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA Paru mempunyai peranan penting di dalam mempertahankan keseimbangan asam dan basa, oleh karena : 1. Paru adalah organ utama yang dapat mengeliminasi CO
2
CO
3
dan keseimbangan asam basa dapat dipengaruhi oleh pernapasan. Gangguan keseimbangan asam basa dapat disebabkan: 1. Gangguan pernafasan. 2. Gangguan metabolik. Kedua gangguan ini pada umumnya terjadi secara terpisah, tetapi kadang-kadang dapat terjadi secara bersama. Kelainan PaCO
2
], , Buffer base dan BE menunjukkan kelainan akibat kelainan metabolik. Gangguan keseimbangan asam basa akibat gangguan pernafasan timbul apabila terjadi retensi atau eliminasi CO
2
(VCO
2
akan naik apabila terjadi hipoventilasi, dan akan turun apabila terjadi hiperventilasi. Ada tidaknya gangguan asam basa yang ditimbulkan komponen pernafasan dapat dilihat dari harga PaCO
2
. PaCO
2
CO
3
.H
2
CO
3
= PaCO
2
X 0,03 m Eq/l. H
2
CO
3
CO
3
FH
+
+ HCO3
-
oleh karena dapat memberi HCO3 yang dapat bertindak sebagai buffer. Dari reaksi di atas dapat terlihat, kadar H
2
_____
normal kalau tidak terjadi kompensasi. Dengan kata lain pH lebih kecil
dari
normal kalau tidak terjadi kompensasi. Dengan kata lain pH lebih besar
dari
hipoventilasi, konsentrasi CO
2
naik. 2. CO
2
H
2
O- H
2
CO
3
-> H
+
HCO
2
3. Mekanisme buffer H
+
Hb -> HHb. 4. H
2
CO
3
Hb
-
- HHb
+
HCO3PaCO
2
naik, kadar CO
2
CO
3
] dan [HCO
3
] . Kenaikan kadar H
+
dalam hal ini tidak dapat dibuffer oleh sistem bikarbonat, tetapi akan dibuffer oleh sistem hemoglobin. Yang menarik perhatian ialah, setiap 1 buffer Hb digunakan timbul 1 buffer bikarbonat. Ciri khas
dari
naik. b. Tidak terjadi perubahan jumlah buffer base. c. B E normal. d. Kadar HCO3 naik. Asidosis respiratorik sinonim dengan hiperkapnea arterial dan hipoventilasi alveolar. Alkalosis Respiratorik Apabila terjadi hiperventilasi, kadar CO
2
turun. Selanjutnya akan terjadi reaksi seperti di bawah ini. Turunnya PCO
2
mengakibatkan CO
2
. Ciri khas
dari
c. BE normal. d. Terjadi penurunan kadar HCO3-. Alkalosis respiratorik sinonim dengan hipokapnea arterial dan hipoventilasi alveolar. Asidosis metabolik Mula-mula [ H
+
] normal dengan bufer bikarbonat. Apabila terjadi asidosis laktat atau keto asidosis,akan terjadi penambahan H
+
/asam, sehingga terjadi kekurangan basa dan kelebihan asam. Metabolik asidosis dapat dinyatakan apabila BE lebih kecil
dari
(pada penderita muntahmuntah di mana HC1 banyak hilang), akan terjadi kelebihan basa dan kekurangan asam. Jumlah HCO3- akan naik pada waktu terjadi proses buffer. Jika HCO3 naik, berarti total
buffer base
BE HCO
3
Standar Bic. Asidosis Respiratorik Alkalosis Respiratorik Asidosis Metabolik Alkalosis Metabolik >45mmHg Normal Naik
<45mmHg Normal Turun Normal <-2m Turun Eq/l Normal >+2m Naik Eq/l. Normal Normal Kurang dari 22m Eq/l. Lebih dari 22mEq/1
: 0,03 x PCO
2
menyebabkan reabsorbsi HCO3 di ginjal bertambah, seCermin Dunia Kedokteran No. 39 1985 47
naik mendekati normal. Kompensasi asidosis respiratorik primer adalah alkalosis metabolik kompensatorik. Mula-mula PCO
2
: 0,03 x PCO
2
: 0,03 x PCO
2
turun sehngga pH turun mendekati normal. Kompensasi alkalosis respiratorik primer adalah asidosis metabolik kompensatoris. Asidosis metabolik primer naik sehingga pH naik. Pada
.
umumnya kompensasi hanya menyebabkan pH mendekati normal. Kompensasi asidosis metabolik primer adalah alkalosis respiratorik kompensatorik. normal. Kompensasi alkalosis metabolik primer adalah asidosis respiratorik kompensatorik. Kadang-kadang terjadi kesulitan untuk menetapkan gangguan mana yang primer dan mana yang kompensasi. Karena kompensasi biasnya tidak menjadi pH menjadi normal, biasanya hanya mendekati harga normal, maka masalah tersebut dapat diatasi dengan melihat pH nya. Sebagai batas diambil harga pH 7,4. Apabila pH kurang dari 7,4, maka gangguan primernya adalah asidosis. Sebaliknya apabila pH lebih rendah dari 7,4 gangguan primernya adalah alkalosis. Setelah kita mengerti proses timbulnya asidosis respiratorik dan juga mekanisme kompensasi yang terjadi, maka pada penderita asidosis respiratorik tindakan yang dapat kita kerjakan ialah dengan memperbaiki jalan nafas, bukan dengan pemberian bikarbonas natrikus. RINGKASAN 1) Telah dibicarakan secara ringkas tentang peranan pemeriksaan analisis gas darah dalam penatalaksanaan penyakit paru. 2) Pemeriksaan analisis gas darah sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis, menentukan terapi dan follow up dari pemberian terapi.
3) Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penilaian keseimbangan asam dan basa ialah ketidaksamaan pengertian istilah fositas dan alat laboratorium. 4) Telah dibicarakan gangguan keseimbangan asam dan basa sebagai akibat kelainan fungsi paru. 5) Telah dibicarakan ciri khas asidosis dan alkalosis.
4 8 Cermin Dunia Kedokteran No. 39 1985
KEPUSTAKAAN 1. Camp Bell. A Method of controlled oxygen administration with reduces the risk of carbon dioxide retension. Lancet 2; 12. 1960; 2. Cherniak. The retional use of oxygen in respiratory insufficiency. Jama 1967;199 : 178. 3. Donohue. Control Low Flow Oxygen in Management of acut Respiratory Failure. Chest 1973; 63 : 818. 4. Eldridge. Studies of oxygen Administration in Respiratory Failure. Ann Int Med 1960; 68 : 569.
5.
Qosta Booth, Acid-Rase and Electrolyte Balance Wolte Medical. London Pulications Ltd : 1975. 6. Hurber C.L. Atrial Blood Gas and Acide Base Physiology, Boston Massachusetts: Harvard Medical School 1976. 7. Karyadi Wiryoatmojo. Beberapa masalah dasar dalam keseimbangan asam basa. Bagian Anestesiology UNAIR. 8. Murray, The normal lung. The Basis For Diagnosis and treatment of pulmonary desease. Phildelphia - London - Tronto W.B Saunders Company. 1970; 151 -- 275. 9. Petty. A Single Nasal Prong for continuous Oxygen Terapy, Chest 1973; 64 : 146. Cermin Dunia Kedokteran No. 39 1985 4 9