Anda di halaman 1dari 5

Konteks desain adalah wahana paling sensitif (berkaitan dengan honorarium desain) di dalam dunia arsitektur.

Sering Klien (terlebih yang tidak memiliki wawasan terhadap kerja dan proses desain) menghargai suatu pekerjaan arsitektural hanya dari jumlah kertas bergambar yang diproduksi oleh Arsitek. Dalam hal ini Klien tidak melihat usaha-usaha dari sisi kreatif Arsitek untuk memenuhi keinginan Klien terhadap kinerja bagunan yang diinginkan. Patut menjadi suatu catatan bahwa gambar-gambar yang ada di dalam sejumlah kertas ini nantinya akan dibangun, dan hasil karya Arsitek bukan semata pada gambar, melainkan pada bangunan yang didirikan. Andaikan, bila Arsitek sembrono mengerjakan desain, maka pengaruhnya bukan pada gambar, melainkan pada bangunan : tidak nyaman dihuni, tidak indah dipandang, dan bahkan bukan tidak mungkin masyarakat sekitar memandang bangunan sembrono itu sebagai suatu hal yang mengganggu, sombong, dan sebagainya yang mungkin menjadi bencana visual. Arsitek memiliki dua sisi pekerjaan yang saling terintegrasi, yaitu dari sisi fungsional-keindahan dan dari sisi kekuatan atau daya dukung struktur. Fungsional-keindahan saja tidak cukup jika dari aspek struktural terdapat banyak kelemahan. Begitu pula dari sisi kekuatan, pun tidak memadai jika dari aspek fungsionalkeindahan tidak diperhatikan. Dari sisi fungsional-keindahan, hal-hal dasar yang sebaiknya dipikirkan secara integratif oleh Arsitek adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Fungsi ruang Organisasi dan hubungan antar ruang Perwajahan bangunan Material dan finishing

[ HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI BIAYA ]

F-02

5.

Peletakan titik-titik MEP (Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing)

Untuk proses pemikiran lanjut, perlu juga dipertimbangkan hal-hal berikut : 1. Gaya arsitektur (mediteranean, klasik, neo-klasik, minimalis, tekno-minimalis, posmo, ekletik, tradisionalvernakular, konstruktifis, arabik, dekonstruktifis, campuran dan sebagainya). Tema dan nuansa kontekstual, untuk mempertahankan ide gaya arsitektur dari awal sampai akhir desain. Orientasi bangunan. Hirarki massa. Proporsi bangunan terhadap manusia. Proporsi antar massa bangunan. Komposisi massa bangunan. Komposisi terhadap bahan, warna, dan tekstur. Pencahayaan (alami dan buatan). Harmoni dan kontras. Ekologi bangunan. Ekonomi bangunan.

Sebagai contoh, andaikan seorang Arsitek mengerjakan desain klasik, maka dengan bekal yang telah didapat (sebagai pembentuk intuisi juga), seharusnya dia dapat melakukan studi lanjut mengenai mashab klasik ; agar tidak tercampur dengan gaya mediteran, atau neo-klasik, jakobean, ekletik, atau bahkan minimalis moderen. Jadi patut diketahui pula bahwa seorang Sarjana Arsitektur lulus tidak semata langsung menjadi dewa-serba bisa-serba tahu, melainkan harus menjalani proses lagi untuk setiap desain yang ditangani, terutama untuk tuntutan desain berkinerja tinggi yang memiliki kekhasan tersendiri. Untuk masalah kekuatan, idealnya setiap Arsitek memiliki intuisi terhadap gaya-gaya mekanika yang tentunya didapatkan dari hasil pembelajaran. Intuisi ini tidak begitu saja bisa muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui proses. Intuisi mekanika ini dibutuhkan di dalam proses desain agar desain arsitektur yang dihasilkan dapat memberikan ruang gerak yang memadai bagi Ahli Struktur untuk menempatkan elemenelemen strukturalnya tanpa harus mengganggu elemen arsitektur. Pun hal ini berlaku juga di dalam konteks ME&P dan landscape. Jadi selain bidang arsitektur sendiri, setiap Arsitek dituntut untuk memiliki intuisi di dalam hal mekanika (kekuatan) bangunan, ME&P, dan landscape. Dari sini semakin jelas terlihat bahwa tuntutan kinerja desain arsitektur yang tinggi membutuhkan pengorbanan yang tinggi pula, dan tentunya Klien dapat menentukan pilihan : best value (nilai terbaik), berarti penghargaan yang dibutuhkan harus sebanding pula, atau best price (harga terbaik = murah), berarti nilai yang didapat sebanding pula dengan harganya.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Dari paparan di atas terlihat bahwa semakin kompleks suatu desain bangunan yang dituntut, maka semakin banyak pula usaha dan waktu yang dibutuhkan. Studi dan survey yang matang menjadi suatu keharusan agar hasilnya (bangunan) dapat menjadikan sesuatu yang membanggakan bagi Klien. Memang setiap Arsitek mendapatkan dasar-dasar pengetahuan arsitektur di perguruan tinggi. Diharapkan dengan bekal tersebut, Arsitek [profesional] dapat mengembangkan dirinya di dalam setiap projek yang ditanganinya.

F-03

F-04

Semua Klien pasti menginginkan best value dengan best price : nilai terbaik dengan harga semurah mungkin. Hal ini dimungkinkan, meskipun jarang sekali, jika terjadi kondisi sebagai berikut : 1. 2. Arsitek sedang mengadakan promosi (meskipun honorarium yang terlalu rendah sebenarnya tidak diperbolehkan oleh IAI). Antara Klien dan Arsitek memiliki hubungan yang dekat : saudara atau teman dekat.

semakin menua dia akan semakin mempesona. Suatu bangunan baru kadang memang tampak mengejutkan ketika memiliki perbedaan dengan lingkungan sekitarnya, namun bangunan itu tidak akan berarti jika orang yang melihatnya menjadi cepat bosan dan tidak sedap dinikmati secara visual. Suatu bangunan sederhana yang tidak mahal pun bisa menjadi sesuatu yang membanggakan dan enak dinikmati secara visual, asalkan desainnya ditangani secara matang dan tidak tergesagesa. Hal yang ingin dikatakan di sini adalah, keindahan itu tidak selalu berasal dari yang rumit-rumit. Benang merahnya adalah : suatu bangunan bisa saja menarik dengan kebersahajaannya, tentunya dengan biaya yang terjangkau dan masuk akal. Desain yang baik tidak harus mahal dan tidak harus rumit. Selain gagasan di atas mengenai hal-hal yang mempengaruhi biaya di dalam desain, terdapat pula hal-hal di dalam pekerjaan pembangunan (konstruksi) yang cukup memberikan pengaruh terhadap masalah pembiayaan, yaitu : 1. Tingkat kerumitan pekerjaan konstruksi. Semakin rumit suatu pekerjaan atau detail konstruksi, maka semakin dibutuhkan rentang waktu yang semakin panjang dan tuntutan keahlian para pekerja konstruksi yang terlibat. Untuk meminimalisir hal seperti ini, sering ornamen tidak dibuat secara manual dengan tangan, melainkan diproduksi secara fabrikasi. Selain hasilnya lebih tajam dan presisi, waktu dan keahlian yang diperlukan dapat jauh direduksi ; hal ini berarti konsekuensi terhadap nilai anggaran dapat direduksi.

Idealnya Klien tidak begitu saja menyetujui kontrak kerja dengan Arsitek yang menyetujui honorarium yang tidak sebanding dengan kinerja desain yang tinggi, pun apabila Arsitek tersebut sudah memiliki pengalaman yang benar dan dalam terhadap tuntutan desain yang diinginkan Klien (maksudnya bahwa Arsitek telah memiliki kebiasaan terhadap jenis desain tertentu). Merupakan nilai lebih yang menguntungkan apabila terdapat kecocokan pengalaman Arsitek terhadap tuntutan Klien dapat mempercepat proses kerja Arsitek, karena Arsitek (terutama yang bekerja dengan komputer) telah memiliki pustaka yang lengkap terhadap elemen-elemen desain yang diperlukan. Untuk desain-desain arsitektur yang bersifat umum (pasaran) hal seperti ini memungkinkan untuk dilakukan, namun bila desain dituntut memiliki kinerja tinggi dan kekhasan, otomatis dibutuhkan usaha dan waktu untuk studi serta pengembangan konsep dan desain agar performa desain yang dihasilkan dapat prima. Suatu bangunan yang memiliki kriteria desain yang prima dapat dinilai dengan jangka waktu. Bangunan yang bagus tidak akan lekang ditelan masa, wajahnya tidak membosankan meskipun di sekitarnya bertumbuhan bangunan-bangunan baru, bahkan

F-05

F-06

2.

Jumlah dan tingkat keahlian para pekerja konstruksi. Semakin besar jumlah para pekerja konstruksi, berarti semakin besar pula nilai anggaran projek. Begitu pula dengan tingkat keahlian para pekerja konstruksi, semakin ahli maka semakin tinggi juga pendapatan yang mereka terima. Untuk membuat nilai anggaran terhadap sumber daya manusia, biasanya disusunlah format sebagai berikut : Para Kontraktor maupun mandor biasanya sudah memiliki matrikulasi per bidang pekerjaan, misalnya untuk pemasangan dinding setengah bata per luasan tertentu, diperlukan berapa kenek, beberapa tukang batu, dan sebagainya. Rentang waktu kerja konstruksi. Semakin lama rentang waktu kerja konstruksi, semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan, terutama jika harus terjadi waktu tunggu di mana pekerjaan konstruksi tertunda sementara para pekerja dalam kondisi tidak bisa diliburkan. Hal ini biasa terjadi ketika kontrol yang lemah terhadap pengadaan material : ketika material di lapangan sudah habis sementara suplai material belum datang. Manajemen projek yang benar merupakan kunci untuk masalah ini. Selain itu ada strategi untuk mempercepat pekerjaan konstruksi konvensional, diantaranya adalah dengan menggunakan material siap pakai seperti misalnya penggunaan baja sebagai struktur utama yang tidak membutuhkan waktu selama pekerjaan beton. Pun dapat menggunakan bahan-bahan aditif untuk mempercepat pekerjaan, seperti misalnya waktu matang beton yang dapat dipercepat dengan menggunakan bahan aditif beton. Jenis dan kualitas bahan bangunan yang digunakan. Setiap material memiliki nilai kualitasnya masing-masing

3.

yang tentunya mempengaruhi harga jualnya. Bisa saja, misalnya, batako kosong digunakan sebagai alternatif yang lebih murah dari batu bata, meskipun ada konsekuensi-konsekuensi tertentu bila dinilai dari perbandingan sifat materialnya saja tanpa diintegrasikan dengan sistem struktur lengkap. Atau malah sebaliknya, celcon-block digunakan meski lebih mahal dari batu bata, namun memiliki tingkat presisi yang lebih tinggi sehingga permukaan dinding yang dihasilkan akan cenderung lebih rata dari batu bata (di luar tingkat keahlian pekerja konstruksi). Kualitas bahan juga mempengaruhi nilai jualnya. Semakin tinggi kualitas suatu jenis material, akan dibutuhkan usaha lebih di lini produksi : berat jenis yang lebih padat dan tak berongga (porous), finishing yang lebih kuat dan tahan lama, pigmen warna yang lebih sulit didapat karena mengejar sisi estetika, dan sebagainya. Bisa saja suatu material bermutu tinggi dijual dengan lebih murah dari seharusnya (meskipun membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk menilainya), namun biasanya hal ini terjadi dalam kondisi khusus, misalnya dalam masa promosi atau cuci gudang. 5. Revisi yang terjadi di lapangan. Revisi lapangan adalah revisi termahal di dalam pekerjaan revisi yang mungkin terjadi pada seluruh proses pembangunan. Suatu bagian bangunan, yang membutuhkan material, para pekerja, alat bantu kerja dan waktu yang ini berarti adalah uang harus dirubuhkan atau dibongkar (pembongkaran juga membutuhkan biaya kerja), dan dibangun lagi sesuai dengan desain revisi yang membutuhkan juga material, para pekerja, alat bantu dan waktu. Strategi yang cukup menolong untuk menghindari revisi lapangan adalah dengan cara

4.

F-07

F-08

yang tentunya mempengaruhi harga jualnya. Bisa saja, misalnya, batako kosong digunakan sebagai alternatif yang lebih murah dari batu bata, meskipun ada konsekuensi-konsekuensi tertentu bila dinilai dari perbandingan sifat materialnya saja tanpa diintegrasikan dengan sistem struktur lengkap. Atau malah sebaliknya, celcon-block digunakan meski lebih mahal dari batu bata, namun memiliki tingkat presisi yang lebih tinggi sehingga permukaan dinding yang dihasilkan akan cenderung lebih rata dari batu bata (di luar tingkat keahlian pekerja konstruksi). Kualitas bahan juga mempengaruhi nilai jualnya. Semakin tinggi kualitas suatu jenis material, akan dibutuhkan usaha lebih di lini produksi : berat jenis yang lebih padat dan tak berongga (porous), finishing yang lebih kuat dan tahan lama, pigmen warna yang lebih sulit didapat karena mengejar sisi estetika, dan sebagainya. Bisa saja suatu material bermutu tinggi dijual dengan lebih murah dari seharusnya (meskipun membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk menilainya), namun biasanya hal ini terjadi dalam kondisi khusus, misalnya dalam masa promosi atau cuci gudang. 5. Revisi yang terjadi di lapangan. Revisi lapangan adalah revisi termahal di dalam pekerjaan revisi yang mungkin terjadi pada seluruh proses pembangunan. Suatu bagian bangunan, yang membutuhkan material, para pekerja, alat bantu kerja dan waktu yang ini berarti adalah uang harus dirubuhkan atau dibongkar (pembongkaran juga membutuhkan biaya kerja), dan dibangun lagi sesuai dengan desain revisi yang membutuhkan juga material, para pekerja, alat bantu dan waktu. Strategi yang cukup menolong untuk menghindari revisi lapangan adalah dengan cara

mematangkan desain terlebih dahulu sebelum pekerjaan konstruksi dilakukan. Hal-hal yang berkaitan dengan perijinan juga mempunyai pengaruh terhadap anggaran projek, meskipun secara persentase terhitung kecil jika dibandingkan dengan nilai anggaran secara keseluruhan. Besar-kecilnya biaya perijinan tergantung dari volume projek yang diselenggarakan, fungsi bangunan, serta yang tak kalah penting : lokasi di mana projek berada. Antara kecamatan yang satu dengan yang lainnya mungkin memiliki perbedaan nilai karena setiap daerah memiliki variabel biaya perijinannya masing-masing. Paparan tersebut di atas mengandaikan kondisi berada di dalam batas yang wajar. Jarak tempuh antara lokasi projek, tempat pertemuan dan kantor Arsitek juga memberikan pengaruh terhadap biaya. Suatu hal yang tidak mungkin bila Arsitek mengandalkan honorarium dasarnya ke dalam transportasi yang jauh dan mahal. Maka dari itu memilih Arsitek berdasarkan jarak tempuh patut diperhitungkan.

F-09

F-10

Anda mungkin juga menyukai