Anda di halaman 1dari 2

Pada saat ini banyak Klien, terutama di perkotaan, memiliki

kebutuhan terhadap kinerja Arsitek (baik biro konsultan maupun


perorangan) semakin tinggi. Dan ternyata bangunan tidak
dikonsumsi oleh Pemilik semata, masyarakat juga, mau tidak
mau, mendapatkan konsumsi visual dari bangunan yang ada.
Bangunan (baik tunggal maupun kelompok) menjadi
pemandangan lingkungan, bahkan pemandangan kota.

Hal ini banyak ditengarai dari komentar-komentar yang terlontar


dari masyarakat (awam, di luar dunia arsitektur), baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Indikasi ini menunjukkan bahwa
masyarakat kita semakin kritis terhadap bangunan atau
lingkungan. Sering kita dengar orang berkomentar miring
terhadap suatu bangunan, yang meskipun orang bisa
memperkirakan memakan biaya yang besar, namun tidak
nyaman dipandang mata, bahkan menjadi bencana visual.
[ PENDAHULUAN ] Barangkali semakin ke depan, para Pengguna jasa Arsitek, dan
juga Arsiteknya, tidak bisa lagi egois dalam menyikapi pandangan
masyarakat terhadap desain yang dikerjakan. Pertimbangan
terhadap masyarakat perlu menjadi salah satu visi projek
arsitektur.

Untuk itu aspek-aspek desain di dalam arsitektur perlu selalu


dikaji ulang untuk setiap projek yang berbeda karakter dan kultur
di mana lokasi projek berada.

Selain aspek masyarakat, semakin majunya teknologi bangunan


dan semakin cepatnya tren berubah membuat Klien memiliki
banyak pilihan, yang sering pula membuat Klien bingung untuk
menentukan pilihannya.

Hal inilah yang menyebabkan para Arsitek dituntut untuk memiliki


performa karya yang semakin luas, tak hanya seni 'copy-paste'

A-02
tren semata, mulai dari pengejawantahan permintaan spesifik Idealnya Klien Arsitek memiliki wawasan yang cukup terhadap
Klien, mashab dan nilai arsitektural, padu-padan, sampai kepada keinginannya, sehingga bangunan yang didirikan minimal dapat
teknologi bahan terkini dan eksposisi struktur. mendekati apa yang diinginkan Klien.

Nilai-nilai yang dibutuhkan oleh Klien terhadap para Arsitek - yang Gagasan-gagasan yang tertuang tidak seluruhnya harus
secara etika memiliki tanggung jawab membantu Klien, dipahami, karena sifatnya merupakan pilihan yang disesuaikan
sebaiknya juga diimbangi dengan penghargaan Klien terhadap dengan kebutuhan. Ada pula gagasan-gagasan yang berkaitan
Arsitek: nilai-nilai arsitektural bernilai sebanding dengan dengan moralitas, masalah hak cipta dan kekayaan intelektual,
penghargaannya. terutama pada aspek pembangunan tanpa Arsitek.

Supaya Klien dapat mengeksplorasi keinginannya terhadap Beberapa aspek yang tertuang di dalam buku ini adalah sebagai
Arsitek yang akan mengolah rancangan bangunan yang berikut :
didambakannya secara optimal (baik kalau bisa maksimal), maka
ada beberapa hal yang sebaiknya diketahui atau disikapi oleh 1. Proses Kerja Suatu Projek
Klien terlebih dahulu, sebelum memanggil Arsitek. Langkah 2. Lingkup Kerja Arsitek
pertama yang penting adalah : jangan terburu-buru, memastikan 3. Tugas, Wewenang dan Hak Arsitek
keinginan adalah hal baik yang dapat dilakukan. 4. Bagaimana Memilih Arsitek
5. Hal-hal yang Mempengaruhi Biaya
Bagaimana jika keinginan belum dapat dipastikan ketika sudah 6. Strategi Terhadap Anggaran
memanggil Arsitek ? Terdapat gagasan di dalam buku ini 7. Bagaimana dengan Design and Build
mengenai apa yang sebaiknya disikapi jika keinginan belum 8. Bagaimana Jika Tanpa Arsitek
dapat dipastikan ketika Arsitek sudah dipanggil.

Buku sederhana ini diharapkan dapat membantu para calon Klien


Arsitek untuk memberikan gagasan dalam hal memilih, bekerja-
sama, dan menyikapi Arsitek yang telah dipercayakan
mengerjakan perancangan bangunan yang diidamkan Klien.

Juga terdapat cukup banyak gagasan, mulai dari bagaimana


proses kerja suatu projek, pilihan gaya arsitektur, selera Klien,
masalah teknis sampai masalah ekonomis, juga kepada
pertanyaan : mungkinkah merancang suatu bangunan tanpa jasa
Arsitek ?

A-03 A-04

Anda mungkin juga menyukai