Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH TUTORIAL BLOK XVII

DAMAINYA BERIBADAH KEPADA ALLAH

OLEH
Nama Nim Kelompok Nama tutor : Dewi Soraya : J500080051 :7 : dr. Sri Wahyu Basuki

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN Segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunia kepada kita untuk tetap berada dalam bimbingan-Nya dengan iman dan islam. Tuhan semesta Alam, Dzat Yang tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali bersamanya disertakan pula obatnya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada sebaikbaik Nabi dan penghulu para Rasul, Muhammad, para sahabat, keluarga, dan kepada seluruh kaum muslim yang mengikutinya hingga akhir zaman. Kitab suci Al-Quran adalah jalan hidup bagi kaum muslimin. Sebagai kalamullah, Al-Quran memiliki otoritas tertinggi sebagai dasar penentuan hukum dan tata cara berperilaku bagi kaum muslim. Di dalamnya termuat seluruh kebenaran yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Adapun ibadah yang kita kerjakan setiap hari tentunya berpedoman pada Al-Quran serta Al-Hadist yang mencakup seluruh aspek kehidupan Rasulullah saw. Sesungguhnya, seluruh ibadah ditujukan untuk mengingat Allah atau berdzikir kepada Allah. Seperti pada firman Allah dalam Surat Thaha ayat 14 berikut ini : Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku. Seluruh tujuan ibadah seorang muslim adalah mengingat Allah. Selain itu agar senantiasa kita selalu berlindung kepada Allah dalam kondisi apapun baik dalam keadaan suka, duka, sakit, tertimpa musibah. Seperti pada Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 45 :Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat . Dan Sholat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Semoga upaya saya untuk menghadirkan makalah ini yang berisi tentang damainya ibadah kepada Allah sebagai spiritual keagamaan akan menjadi sebab tercurahnya rahmat Allah bagi penulis, pembaca, dan seluruh kaum muslimin. Akhirnya semoga kita menjadi hamba Allah yang selalu sabar ketika ditimpa penyakit dan syukur ketika diberi karunia sehat. Amin

BAB II PEMBAHASAN A. Dzikir

Dalam skenario kasus pertama tentang nyeri kepala tepatnya tension headache terdapat suatu firman Allah sebagai berikut :

(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Rad : 28) Dzikir adalah mengingat Allah yang merupakan jalan termudah dan teringan untuk bisa meraih ketenangan dan kebahagiaan hidup yang menjadi dambaan semua orang. Apabila kita selalu mengingat Allah (selalu berdzikir), maka kita akan meraih ketenangan hati dan pikiran, mencegah kita dari segala macam maksiat dan perbuatan dosa, dan meraih kedekatan dengan-Nya sehingga akan menumbuhkan rasa cinta kepadaNya serta berbuah keridhaan yang mutlak atas segala ketentuan-Nya. (Yana, 2010)

Istilah dzikir biasanya terkait dengan bacaan Al-Quran, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah, mengucapkan shalawat atas Nabi, juga terkait dengan doa untuk memohon kebaikan dunia dan Akhirat. Dan sebaik-baik dzikir adalah membaca Al-Quran Al Karim. Adapun macammacam dzikir ada tiga, antara lain : 1. Dzikir zhahir atau yang nampak. Dzikir ini mencakup pujianpujian kepada Allah seperti ucapan Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, dan Allahu Akbar. Selain itu juga bisa berupa Doa seperti Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Penjaga, dengan rahmat-Mu lah saya memohon pertolongan. Dan bisa bersifat Ar-Riayah (penjagaan). Seperti ucapan seseorang, Allah pasti bersamaku atau Allah pasti melihatku 2. Dzikir khofi atau tersembunyi yaitu dzikir dalam hati. 3. Dzikir haqiqi yaitu jika Allah mengingat seorang hamba. Seperti dalam firman-Nya berikut ini :

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. al-Baqarah (2) : 152 ) Dengan selalu berdzikir, akan menumbuhkan keyakinan yang sangat kuat dalam diri kita bahwa hanya Allah-lah sebagai tumpuan harapan, pertolongan, cinta, kerinduan, dan tujuan dari setiap aktivitas dan amal ibadah yang kita lakukan. Berikut beberapa manfaat dzikir seseorang dalam kehidupannya seharihari sebagaimana tertuang dalam Al-Quran :

1. Mendapat ketenangan hati dan bebas dari perasaan cemas, kecewa, sedih, duka, dendam, dan stress berkepanjangan.

2. Dikeluarkan oleh Allah dari kegelapan (hidup yang penuh kesukaran, kepanikan, kekalutan, kehinaan, dan serba kekurangan) kepada cahaya yang terang benderang (hidup bahagia, mulia dan sejahtera) seperti dalam firman Allah berikut ini :Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama Allah), zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampun untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS. al-Ahzab (33) : 41-43 ) 3. Terpelihara dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar seperti dalam sabda Rasulullah saw,Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (artinya penyakit akhlak). (HR.Baihaqi) 4. Terpelihara dari kelicikan dan tipu daya setan yang menyesatkan. 5. Selalu mendapat jalan keluar dari berbagai kesulitan yang datang menghadang dan mendapat rezeki dari tempat dari tempat yang tidak pernah diduga, serta selalu dicukupkan semua kebutuhan hidupnya. 6. Selalu mendapat perhatian istimewa dari Allah dimanapun ia berada selama ia ingat kepada-Nya. Imam Jafar Ash-Shadiq ra. Berkata, Rasulullah saw bersabda,Barangsiapa yang banyak berdzikir kepada Allah, niscaya Allah akan mencintainya dan barangsiapa yang banyak menyebut nama Allah, niscaya Allah akan menetapkan baginya kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan. (HR. Muslim)

7. Terhindar dari beban hidup yang berat dan tidak sanggup dipikul serta terhindar dari siksa dan azab yang melampaui batas. 8. Diampuni segala dosanya, dihapuskan segala kesalahannya, dan diwafatkan bersama orang yang berbuat kebaikan (husnul khatimah). 9. Mendapatkan kehidupan yang baik sampai datang ajal yang telah ditetapkan. 10. Dibalas dan dilipatgandakan amal kebaikannya dengan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Serta mendapat pertolongan dari ribuan tentara malaikat dalam menghadapi berbagai hal dan masalah dunia dan akhirat. (Marzuki, 2007)

Dzikir merupakan amalan yang paling baik, paling suci dan paling tinggi derajatnya. Rasulullah saw menyatakan hal ini dalam sabdanya, Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbaik dan tersuci serta tertinggi pada derajat kalian? Ia lebih baik dari berinfak emas, perak, dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu kalian memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian. Mereka menjawab, Ya.Lalu Rasulullah menjawab, Dzikrullah. (HR. At Tirmidzi)

B. Sabar dan Berdoa

Dalam skenario kasus kedua tentang kejang demam terdapat hadist berikut ini :

Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku, Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga? Aku menjawab, Ya Ia berkata, Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata, Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu. Wanita itu menjawab, Aku pilih bersabar. Lalu ia melanjutkan perkataannya, Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap. Maka Nabi pun mendoakannya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah SWT menguji manusia dengan berbagai kenikmatan dan kesulitan. Kenikmatan bisa membuat orang bersyukur, tetapi ia juga bisa membuat orang kufur. Kesulitan bisa membuat orang mendekatkan diri pada Tuhan, tetapi ia juga bisa menyalahkan Tuhan. Disitulah arti pentingnya sabar dalam menghadapi kenikmatan dan menerima kesulitan. Hakikat sabar adalah ketika kita mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat keji dan dosa, ketika mampu memegang teguh akidah islam, dan ketika mampu tabah serta tidak mengeluh atas musibah dan keburukan apapun yang menimpa kita. (Alie, 2007)

Sabar itu ada tiga macam tingkatan, yang paling tinggi adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, kemudian sabar dalam meninggalkan kemaksiatan kepada Allah, kemudian sabar terhadap taqdir Allah. Seperti dalam firman Allah,

"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS.Al-Baqarah: 153)

Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syari. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya. Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga. Wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan

doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Sesungguhnya rasa sakit yang diderita hanya kepada Allah Yang Maha Penyembuh karena tiada kesembuhan sejati kecuali yang datang karena-Mu. Dalam firman Allah,

Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina (QS. Al Mumin : 60). Dan dalam hal ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah. Wanita itu berkata, Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya. (Irsyadi, 2009) Penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan. Namun dalam perkataannya justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh. Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha

melaksanakannya meskipun dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata, Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu. Wanita itu menjawab, Aku pilih bersabar. Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik. Namun terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya. (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599) Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya. Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, Tatkala penyakit

ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap. Seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Dan Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS.AzZumar: 10)

C. Kehendak Allah dan keikhlasan

Dalam skenario kasus ketiga tentang Bells palsy terdapat firman Allah sebagai berikut:

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)",

maka (QS. an-Nahl (16) : 40)

jadilah

ia.

Maka pernyataan atau perkataan Allah dalam ayat diatas mencakup seluruh perkara baik itu perkara qodariyah dan kauniyah. Kehendak Allah merupakan sebab bagi segala sebab. Kehendak Allah adalah kekuatan yang selalu menuntut (memunculkan) akibat. Adapun kehendak Allah tidak membutuhkan sebab yang lain kecuali kehendak-Nya itu sendiri. Dialah yang menghendaki sesuatu lalu menghendaki lawan yang bisa mencegah terjadinya. Inilah sebab mengapa seorang hamba wajib memasrahkan dirinya, takut, berharap, dan berkeinginan hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Taala saja. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah mengucapkan dalam doanya:

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murkaMu, dengan pemeliharaan-Mu dari siksa-Mu. Dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. (HR. Muslim dan Abu Dawud)

dan apabila aku sakit, (QS. asy-Syu'ara (26) : 80 )

Dialah

Yang

menyembuhkan

aku,

Sesungguhnya sakit adalah salah satu pendorong yang paling kuat untuk menjadikan seorang beriman berpaling kepada Allah untuk bertobat, dan memperbaiki perbuatan-perbuatannya yang salah, serta mengarahkan dirinya menuju surga. Dalam Mukhtaru ashShihah disebutkan kata Marodh (sakit) artinya keluar dari kondisi stabil yang khusus terjadi pada manusia. Sakit sendiri ada dua macam antara lain : 1. Bersifat ragawi. Ini seperti dalam FirmanNya : Tidak ada dosa atas orang yang sakit (QS.Al-Fath : 17) 2. Ungkapan dari berbagai hal yang hina, seperti kebodohan, sikat pengecut, kikir juga nifak. Ini seperti dalam Fieman-Nya : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya ..(QS.Al Baqarah : 10) (Hakim, 2003)


Jika saya perintahkan kalian dengan suatu urusan maka kerjakanlah semampu kalian Berdasarkan kaidah dasar ini, maka Allah memberi keringanan bagi orang yang mempunyai udzur dalam masalah ibadah mereka sesuai dengan tingkat udzur yang mereka alami, agar mereka dapat beribadah kepada Allah tanpa merasa berat serta kesulitan. Dengan segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam.

.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS: Al Baqarah: 185)

Allah telah mensyariatkan bersuci setiap hendak melakukan sholat. Karena menghilangkan hadas dan membersihkan najis, baik najis pada tubuh, pakaian ataupun di tempat sholat, termasuk diantaranya sarat sah sholat. Apabila seorang muslim hendak melakukan sholat, ia wajib berwudhu dengan cara yang sudah makruf untuk menghilangkan hadas kecil. Atau mandi jika hadasnya itu hadas besar. Adapun tata cara bersuci bagi orang yang sakit : 1. Orang sakit itu wajib bersuci dengan menggunakan air. Dengan air itu ia berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil dan melakukan mandi untuk menghilangkan hadast besar. Apabila seorang muslim mau berwudhu maka hendaknya ia berniat di dalam hatinya Rasulullah mengapa. Jika kemudian SAW hanya membacaBismillahirrahmanirrahim sebab apabila ia lupa maka tidaklah maka

bersabda Tidak sah wudhu orang yg tidak menyebut nama Allah . Dan mengucapkan Bismillahsaja dianggap cukup. Kemudian

disunnahkan mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali sebelum memulai wudhu. Kemudian berkumur-kumur. Lalu menghirup air dgn hidung lalu mengeluarkannya. Rasulullah bersabda Keraskanlah di dalam menghirup air dgn hidung kecuali jika kamu sedang berpuasa.Lalu membasuh muka. Kemudian membasuh kedua tangan sampai siku karena Allah berfirmandan kedua tanganmu hingga siku. . Kemudian mengusap kepala beserta kedua telinga satu kali dimulai dari bagian depan kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu mengembalikannya ke depan kepala. Setelah itu langsung mengusap kedua telinga dengan air yg tersisa pada tangannya. Lalu membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki krn Allah berfirman dan kedua kakimu hingga dua mata kaki. . 2. Apabila orang sakit itu tidak mampu untuk bersuci dengan menggunakan air, karena ia lemah, atau karena khawatir penyakitnya bertambah, atau kesembuhannya menjadi terlambat, maka ia harus bertayammum.

3. Cara melakukan tayammum. Seseorang menepukkan kedua tangannya keatas tanah yang suci dengan sekali tepukan, lalu mengusapkan kedua tangannya ke wajahnyan dan mengusapkan kedua pergelangan tangannya yang satu kepada pergelangan yang satunya lagi. 4. Apabila seseorang itu tidak mampu lagi untuk bersuci, maka orang lain mewudhukannya atau mentayammumkannya. 5. Apabila sebagian anggota tubuh yang harus disucikan itu ada luka, maka ia harus menyucinya dengan air. Apabila dicuci dengan air, akan memberikan dampak negatif, maka ia harus mengusapnya dengan air, yaitu dengan membasahkan tangannya lalu mengusapkannya ke tempat luka tersebut. Apabila mengusapnya itu juga memberikan dampak negatif, maka ia bertayammum, 6. Apabila sebagian anggota tubuhnya ada tulang yang retak yang diperban dengan kain atau dengan gips, maka ia menyeka pembalut itu dengan air sebagai ganti membasuhnya. Dalam kondisi demikian, ia tidak perlu untuk bertayammum karena menyeka itu menggantikan membasuh tersebut. 7. Diperbolehkan bertayammum dengan dinding, atau sesuatu suci yang ada debu menempel diatasnya. Dan apabila dinding dilabur dengan benda lain yang tidak termasuk kategori tanah, maka tidak boleh bertayammum dengannya, kecuali bila diatasnya itu terdapat debu. 8. Apabila tidak mungkin dilakukan tayammum diatas tanah atau pada dinding, atau sesuatu yang memiliki debu, maka diperbolehkan meletakkan debu itu dalam bejana atau sapu tangan untuk bertayammum dengannya. 9. Apabila seseorang bertayammum untuk melakukan sholat, kemudian tayammumnya itu tidak batal hingga masuknya waktu sholat yang lain, maka ia melakukan sholat dengan tayammumnya yang pertama tanpa

mengulanginya untuk sholat yang kedua, karena ia dalam keadaan suci sebelum ada yang membatalkannya. 10. Orang sakit itu wajib membersihkan tubuhnya dari segala bentuk mnajis. Namun apabila ia tidak sanggup melakukannya, maka ia melakukan sholat dengfan kondisi yang demikian. Sholatnya sah dan ia tidak perlu mengulanginya. 11. Orang sakit itu wajib melakukan sholat dengan pakaian yang suci. Apabila pakaiannya terkena najis, maka ia wajib menyucinya atau menggantinya dengan pakaian yang bersih. Jika hgal itu tidak mungkin dilakukannya, maka ia sholat dalam kondisi demikian. Dan sholatnya itu sah, tidak perlu diulangi. 12. Orang sakit itu wajib sholat di tempat yang sucipula. Apabila tempat sholatntya terkena najis, maka wajib menyucikannya atau menukarnya dengan sesuatu suci yang lain. Ataupun dibentangkan baginya alas yang suci. Jika hal itu tidak mungkin dilakukannya, ia sholat dalam kondisi demikian. Dan sholatnya sah, tidak perlu diulangi. 13. Orang sakit itu tidak boleh mengakhirkan waktu sholat karena tidak mampu untuk bersuci. Namun ia bersuci dengan kadar kemampuannya yang memungkinkan. Kemudian ia sholat pada waktunya. Walaupun di badan dan di pakaian atau tempat sholatnya ada najis yang tidak mampu ia hilangkan. (Ar-Rumaikhon, 2000)

D. Ibadah

Dalam skenario kasus keempat tentang stroke terdapat firman Allah seagai berikut :

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz Dzaariyaat (51) : 56)

Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.

Seperti diutarakan pada surat Al Mukminun ayat 12-14 bahwa Allah SWT yang menciptakan manusia dari saripati tanah yang terkandung dalam tetesan air yang hina, yaitu air mani, oleh karenanya merupakan suatu keharusan bagi manusia untuk menyembah penciptanya, yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk mulia diantara makhluk lainnya. Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan dari lafal abida-yabudu-ibadatun (taat, tunduk, patuh). Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik

secara

sukarela

maupun

terpaksa.

1. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh Al Quran maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. 2. Ibadah ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT. (Al Jauziyah, 2007)

Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan batin. Sedangkan di akhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi :

Artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku. (QS Al Fajr : 27-30)

Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah bertauhid kepada-Nya, yakni bersaksi bahwa

tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.

Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa. (Marzuki, 2007)

Allah Yang Maha Pencipta yang menciptakan jin, makhluk hidup serta alam seisinya agar menyembah kepada-Nya. Kewajiban berdasarkan rukun islam yang pertama pada manusia terhadap perintah Allah yaitu Sholat. Perkataan Sholat berasal dari kata Shalla secara harfiah berarti seruan atau doa, yakni seruan seorang hamba kepada Allah. Menurut pengertian syara, sholat ialah ibadah dalam bentuk perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan khusyu, dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut syaratsyarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan syara.

Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi QS. Hud (11) : 114 orang-orang yang ingat.

Pada dasarnya orang sakit sama dengan orang sehat dalam hal kewajiban melaksanakan sholat, hanya bagi orang sakit ada beberapa rukhsah (keringanan) dalam melaksanakannya. Di dalam al-Quran dijelaskan bahwa agama Islam itu mudah tidak sulit, dan Allah tidak menjadikan untuk kita dalam agama suatu kesempitan. 78 :22 ] ] Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenarbenarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (ikutilah) Agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. [QS. al-Hajj (22): 78] 1. Ketika akan melaksanakan shalat hendaklah melakukan wudhu terlebih dahulu. Jika orang sakit mampu melakukan wudhu dengan menggunakan air, maka hendaklah ia melakukannya seperti orang sehat. Apabila ia tidak mampu melakukannya dengan menggunakan air, maka hendaklah ia melakukan

tayamum sebagai ganti dari wudhu, yaitu, dengan menekankan kedua telapak tangan ke tanah atau tempat yang mengandung unsur tanah/ debu, kemudian meniup kedua telapak tangan tersebut, lalu mengusapkannya pada muka dan kedua punggung telapak tangan masing-masing satu kali. 2. Orang sakit selama ia mampu melakukan shalat dengan berdiri, maka hendaklah ia shalat dengan berdiri. Jika ia tidak mampu melaksanakannya dengan berdiri, maka shalatlah dengan duduk, baik dengan duduk bersila maupun dengan cara duduk tawaruk atau iftirasy. 3. Jika tidak mampu duduk karena mendapatkan kesulitan ketika duduk atau mendapatkan madharat, seperti penyakitnya bertambah parah, maka hendaklah ia melaksanakan shalat dengan tidur miring. Tata cara shalat orang sakit seperti itu ditegaskan dalam hadits sebagai berikut; ] .. : ] Artinya: Diriwayatkan dari Imran bin Husein ra., ia berkata; Saya menderita penyakit wasir, lalu saya bertanya kepada Rasulullah saw., maka beliau menjawab: Shalatlah kamu sambil duduk. Jika tidak mampu (duduk), maka hendaklah shalat sambil berbaring. [HR. al-Bukhari] 1. Gerakan atau cara ruku dan sujud orang sakit hendaklah dibedakan. Untuk sujud caranya dengan membungkukkan badan lebih rendah (bawah) dari ruku. : - - . ] . ]

Artinya: Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra., dari Nabi saw. beliau bersabda: Orang sakit melakukan shalat dengan berdiri jika ia mampu berdiri. Jika ia tidak mampu (berdiri), shalatlah ia dengan duduk. Jika ia tidak mampu sujud ke tanah (tempat sujud), maka ia memberi isyarat, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah (posisi atau caranya) dari rukunya. Jika ia tidak mampu shalat dengan duduk, maka ia shalat dengan tidur miring ke sebelah kanan dan menghadap kiblat. Jika tidak mampu tidur miring ke sebelah kanan, maka ia shalat dengan menghadapkan kedua kakinya ke arah kiblat. [HR. al-Baihaqi dan ad-Daruquthni] Dari kedua hadits di atas (hadits riwayat Imran bin Husein dan riwayat Ali bin Abi Thalib) dapat disimpulkan bahwa tatacara shalat bagi orang sakit adalah sebagai berikut: 1. 2. Jika ia mampu berdiri hendaklah ia melakukannya dengan berdiri Jika tidak mampu berdiri, hendaklah melakukannya dengan duduk, baik duduk iftirasy, duduk tawarruk atau cara duduk yang ia mampu lakukan. 3. Apabila ia tidak mampu melaksanakan shalat dengan duduk, maka ia dapat melakukannya dengan cara tidur miring ke sebelah kanan dan menghadap kiblat jika memungkinkan. 4. Jika tidak mampu tidur miring, maka ia menghadapkan kedua kakinya ke arah kiblat jika memungkinkan. 5. Jika tidak memungkinkan menghadap ke arah kiblat, maka shalat tetap dapat dilakukan ke arah mana saja orang sakit itu menghadap. Allah berfirman:

:2 ]. . . 115]

Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmatNya) lagi Maha Mengetahui. [QS. al-Baqarah (2): 115] Cara ruku dan sujud bagi orang sakit yang tidak mampu melakukannya dengan berdiri hendaklah dibedakan antara keduanya. Sujud dilakukan dengan cara membungkukkan badan lebih rendah (bawah) dari cara untuk ruku.

Sholat yang dilakukan tersebut sah. Karena ia tidak mampu melakukannya sambil berdiri. Berdiri bila ada kemampuan adalah wajib saat melakukan sholat. Apabila pria itu tidak mampu berdiri karena hemiplegia atau kelumpuhan anggota gerak, maka ia melakukan sholat sambil duduk. Dan jika ia sanggup berdiri sambil bersandar pada tongkat atau dinding, maka ia wajib melakukan sholat sambil berdiri. Dari itu, maka sholat pria ini selama rentang waktu tersebut adalah sudah benar, disebabkan ia tidak mampu untuk berdiri. Nabi bersabda kepada Imron bin Hushoin : sholatlah sambil berdiri. Apabila engkau tidak mampu, sholatlah sambil duduk.Dan jika tidak mampu, sholatlah sambil berbaring. (Ar-rumaikhon, 2000)

E. Hikmah dari sebuah musibah

Dalam skenario kasus kelima tentang Hernia Nukleus Pulpose terdapat firman Allah seagai berikut :

Tidak ada sesuatu mushibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala (QS. at-Taghabun (64) : 11) sesuatu.

Musibah adalah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepada manusia. la adalah sunnatullah yang berlaku atas para hamba-Nya. la bukan berlaku pada orang-orang yang lalai dan jauh dari nilai-nilai agama saja. Namun ia juga menimpa orang-orang mukmin dan orang-orang yang bertakwa. Bahkan, semakin tinggi kedudukan seorang hamba di sisi Allah, maka semakin berat ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepadanya. Karena Dia akan menguji keimanan dan ketabahan hamba yang dicintai-Nya. (Al-Jauziyah : 2005)

Dalam hadist riwayat Bukhori : Tidaklah suatu kepayahan menimpa seorang muslim, tidak pula keresahan, kegundahan, tidak pula kesedihan, hingga satu tusukan duri yang melukainya, melainkan pasti Allah akan menghapuskan berbagai kesalahan darinya. (HR.Bukhari dan Muslim). Hadist ini mengindikasikan bahwa suatu penyakit atau musibah merupakan kaffaroh (penghapus) berbagai dosa yang dilakukan oleh hamba. Rosulullah juga bersabda, Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan kepadanya, Allah akan menimpakan musibah kepadanya. Berangkat dari hadist ini, kita ambil kesimpulan bahwa satu penyakit atau musibah, bisa saja menjadi satu tangga untuk tercapainya kedudukan tinggi seorang hamba di akhirat kelak. Maka dari itu bertakwalah kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sesungguhnya di balik musibah itu terdapat hikmah dan pelajaran yang banyak bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah yang telah mentakdirkan itu semua untuk hamba-Nya, diantara hikmah yang bisa kita petik antara lain adalah:

1. Musibah akan mendidik jiwa dan menyucikannya dari dosa dan kemaksiatan. Allah Ta'ala berfirman:

(30 : )
artinya, Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS asy Syura: 30)

Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Sallam bersabda: Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu. (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain beliau bersabda:Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa. Sebagian ulama salaf berkata, Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia, niscaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit. 2. Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat. Itu merupakan balasan dari musibah yang diderita oleh seorang hamba sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir. Dan dalam hadits lain disebutkan, Kematian adalah hiburan bagi orang beriman. (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan). (Irsyadi, 2009)

3. Sebagai parameter kesabaran seorang hamba. Sebagaimana dituturkan, bahwa seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika Anas tidak ada kesabaran anhu maka akan lenyap sebuah pula hadits kebaikan secara itu. marfu,

Radhiallaahu

meriwayatkan

Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.

Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha. Dan jikalau memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga). 4Dapat memurnikan tauhid dan menautkan hati kepada Allah.

Wahab bin Munabbih berkata, Allah menurunkan cobaan supaya hamba memanjatkan doa dengan sebab bala itu. Dalam surat Fushilat ayat 51 Allah berfirman,

( 51:)
artinya, Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa. Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita. Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, penyakit dan lainnya maka hendaknya hanya berdoa dan memohon pertolongan

kepada Allah saja sebagiamana dilakukan oleh Nabi Ayyub 'Alaihis Salam yang berdoa, Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya, (Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang 5. di antara semua penyayang. macam (QS. Al Anbiyaa :83)

Memunculkan

berbagai

ibadah

yang

menyertainya.

Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah menjauhkan diri dari kesesatan. 6. Dapat mengikis sikap sombong, ujub dan besar kepala.

Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran, bau tak sedap,dahak dan terpaksa harus lapar, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya. Dia tak akan mampu menguasai kematian, terkadang ia ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, ingin mengingat sesuatu namun tetap saja lupa. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apaapa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan 7. Allah Memperkuat dan harapan sesama (raja) kepada manusia? Allah.

Harapan atau raja merupakan ibadah yang sangat utama, karena menyebabkan seorang hamba hatinya tertambat kepada Allah dengan kuat. Apalagi orang yang terkena musibah besar, maka dalam kondisi seperti ini satu-satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata, sehingga ia mengadu: Ya Allah tak ada lagi harapan untuk keluar dari bencana ini kecuali hanya kepada-Mu. Dan

banyak terbukti ketika seseorang dalam keadaan kritis, ketika para dokter sudah angkat tangan namun dengan permohonan yang sungguh-sungguh kepada Allah ia dapat sembuh dan sehat kembali. Dan ibadah raja ini tak akan bisa terwujud dengan utuh dan sempurna jika seseorang tidak dalam keadaan kritis. 8. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu bahwa Rasulullah bersabda, Barang siapa yang dikehen-daki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya. (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya susah dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat.

9. Allah tetap menulis pahala kebaikan yang biasa dilakukan oleh orang yang sakit. Meskipun ia tidak lagi dapat melakukannya atau dapat melakukan namun tidak dengan sempurna. Hal ini dikarenakan seandainya ia tidak terhalang sakit tentu ia akan tetap melakukan kebajikan tersebut, maka sakinya tidaklah menghalangi pahala meskipun menghalanginya untuk melakukan amalan. Hal ini akan terus berlanjut selagi dia (orang yang sakit) masih dalam niat atau janji untuk terus melakukan kebaikan tersebut. Dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, Tidak seorangpun yang ditimpa bala pada jasadnya melainkan Allah memerintah-kan kepada para malaikat untuk menjaganya, Allah berfirman kepada malaikat itu, Tulislah untuk hamba-Ku siang dan malam amal shaleh yang (biasa) ia kerjakan selama ia masih dalam perjanjian denganKu. (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya)

12. Dengan adanya musibah seseorang akan mengetahui betapa besarnya nikmat keselamatan dan 'afiyah. Jika seseorang selalu dalam keadaan senang dan sehat maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba terkena musibah, diharapkan agar ia bisa betapa mahalnya nikmat yang selama ini ia terima dari Allah. (Qassim, 2009)

BAB III PENUTUP

1.

Dengan selalu berdoa dan berdzikir dalam berbagai kesempatan merupakan ibadah, berarti seorang muslim membiasakan diri menjalin hubungan yang dekat dengan Allah. Dengan demikian, ia akan menjadi seseorang yang memiliki kekuatan rohani yang tangguh. Ia tidak akan takut menghadapi apapun dan siapapun kecuali hanya takut kepada Allah. Sebab dia bersandar kepada Allah Yang Maha Besar dan Maha Perkasa. Doa adalah sarana termudah untuk menyandarkan diri kepada keperkasaan Allah.

2.

Menyeimbangkan gerak diri kita untuk bersabar mengharap pahala yang dijanjikan Ia juga tidak menganggap hal itu sebagai satu hal yang memberatkannya, sehingga ia melalui masa-masa cobaan yang ia derita bebas dari keluhan. Kemudian meminta pertolongan dari Allah dengan meminta keselamatan.

3.

Seseorang hendaknya memohon kepada Allah agar dianugerahi kesehatan, tetapi jika Allah memberinya sakit, maka hal itu harus diterimanya dengan penuh kesabaran, penerimaan dan syukur.

4.

Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.

5.

Mulailah berusaha menyisihkan waktu untuk duduk diam setelah sholat lima waktu atau pada waktu pagi dan malam hari berdzikirlah sebanyak-banyaknya. Insya Allah pembaca akan merasakan manfaat dzikir sebagaimana disebutkan diatas.

6.

Hendaknya seorang hamba bersabar dan memuji Allah ketika tertimpa musibah, sebab walaupun ia sedang terkena musibah sesungguhnya masih ada orang yang lebih susah darinya, dan jika tertimpa kefakiran maka pasti ada yang lebih fakir lagi. Hendaknya ia melihat musibah yang sedang diterimanya dengan keridhaan dan kesabaran serta berserah diri kepada Allah Dzat yang telah mentakdirkan musibah itu untuknya sebagai ujian atas keimanan dan kesabarannya.

7.

Oleh karena itulah marilah kita kembali kepada Allah dengan bertaubat dari segala dosa dan khilaf serta menginstropeksi diri kita masing-masing, apakah kita termasuk orang yang terkena musibah sebagai cobaan dan ujian keimanan kita
mau beribadah dan banyak

ataukah termasuk merekalarangan-larangan-Nya.

wal'iyadzubillah- yang sedang disiksa dan dimurkai oleh Allah karena kita tidak
melanggar

BAB IV DAFTAR PUSTAKA Alie, Turfe. 2007. Mukjizat Sabar : Terapi meredam gelisah hati . Bandung : PT Mizan Pustaka Al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim. 2005. La Tahzan. Jogjakarta : Hikam Pustaka Al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim. 2007. Praktek Kedokteran Nabi. Jogjakarta : Hikam Pustaka Ar-Rumaikhon, Dr. Ali bin sulaiman. 2000. Fiqih Pengobatan Islami. Solo : Al Qowam Irsyadi, Kamran as ad. 2009. Rahasia-rahasia Agung berjumpa Allah dan Lautan Hikmah Kekasih Allah oleh Syekh Abdul Qodir Al Jailani . Yogyakarta : Diva press Hakim, Luqman. 2003. Pengobatan Cara Nabi SAW oleh Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi. Bandung : Pustaka Hidayah

Marzuki, Wafi. 2007. Ensiklopedi doa dan wirid shahih. Surabaya : Pustaka La Raiba Bima Amanta Elba Qaasim, Fariq. 2009. Hikmah dibalik Musibah. Jakarta : Islam House Yana, Dewi. 2010. Dahsyatnya Zikir. Jakarta : Zikrul Hakim

Anda mungkin juga menyukai