Anda di halaman 1dari 11

Tugas :

Perbandingan Sistem Hukum

OLEH : NURZAINAH PAGASSINGI 0127 02 26 2008

PROGRAM MAGISTER HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAKASSAR 2010

PERBANDINGAN SISTEM HUKUM A. Kedudukan, Fungsi Dan Wewenang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia 1. Kedudukan Mahkamah Konstistusi Republik Indonesia Di dalam Pasal 24 Ayat (2) Perubahan Ketiga UUD 1945 menetapkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi adalah bagian dari kekuasaan kehakiman yang merdeka guna menegakkan dan keadilan sebagaimana dimaktub dalam Pasal 24 ayat (1) UUD 1945. 2. Fungsi Mahkamah Konstistusi Republik Indonesia Mahkamah Konstitusi telah ditentukan secara limitatif dalam Pasal 24 C (1) yaitu pemberian fatwa tidak ditentukan sebagai salah satu kewenangan Mahkamah Konstusi Lagi pula materi fatwa yang para pemohon mintakan pertimbangan hukumnya menyangkut pelaksanaan ketentuan undang-undang yang berkaitan dengan kewenangan Mahkamah Agung untuk menilainya .. Di samping permohonan fafwa, .. Para Pemohon juga mengajukan permohonan pengujian atas Undangundang Wakil Presiden kepada Mahkamah Konstitusi. Atas permohonan kedua ini, Mahkamah Konstitusi dapat menerimanya untuk diperiksa sebagai perkara pengujian undang-undang sebagaimana mestinya. 3. Wewenang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Pasal 24C ayat (1) dan (2) menggariskan wewenang MK sebagai berikut: (a) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara dan kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. (b) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-undang Dasar. Wewenang Mahkamah Konstitusi tersebut secara khusus diatur lagi dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi R.I dengan merinci sebagai berikut : a. Menguji Undang-undangn terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. Memutus pembubaran partai politik; dan

d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; e. Mahkamah Konstitusi wajib memberi putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan tindak pidana berat lainnya, atau perbuastan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 B. Kedudukan, Fungsi Dan Wewenang Mahkamah Agung di Amerika Serikat 1. Kedudukan Mahkamah Agung dalam system ketatanegaraan Amerika Serikat Di dalam sistem ketatanegaraan Amerika Serikat tidak dibentuk sebuah Mahkamah Konstitusi sebagai mahkamah peradilan yang terpisah dari Mahkamah Agung. Meskipun demikian, sebagaimana juga yang diterapkan di Jerman dan Austria, beberapa kewenangan umumnya di delegasikan kepada Mahkamah Konstitusi. Dalam sistem ketatanegaraan Amerika Serikat, yang termasuk salah satu sistem ketatanegaraan tertua di dunia, beberapa wewenang didelegasikan kepada Mahkamah Agung Amerika Serikat. Ketentuan UUD Amerika Serikat sendiri mengenai cabang kekuasaan kehakiman ini diatur dalam Article III yang diolah para ahli disebut ketiga cabang eksekutif, dan legislature, serta judiciary dalam konstitusi Amerika Serikat. Konstitusi Amerika Serikat tersebut, menurut Chemirinsky dalam Asshiddiqie (2005;h.90-92), mencakup 7 (tujuh) isu penting yang berkaitan dengan Federal judiciary atau Mahkamah Agung Federal, yaitu : 1. Perakataan The judicial power of the United Stated shall be vested in one Supreme Court mengandung arti adanya satu federal judicial system dalam wilayah hukum Amerika Serikat 2. Article III Section I juga mengatakan bahwa The judicial power . Shall be vested in . Such inferior courts as Congress may from time to time ordain and establish. Karena Amerika Serikat adalah Negara federal, meskipun akhirnya disepakati, pernah timbul perdebatan sengit mengenai apakah inferior courts itu merupakan kewenangan Kongres Federal atau negara bagian untuk membentuk dan menentukannya 3. Semua hakim MA diangkat untuk (i) seumur hidup (for life tenure), (ii) sepanjang mereka berlakukan baik (during good behavior), dan (iii) dengan gaji yang tidak dapat dikurangi selama menjabat. Ketentuan-ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin kemandirian atau indenpendensi para hakim dan keseluruhan federal judiciary terhadap pengaruh kekuasaan dari luar 4. Section 2 dari Article III itu juga menentukan kewenangan Mahkamah Agung terkait dengan 9 kategori kasus (cases) dan persengketaan (controversies). Semua ketegori tersebut dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok, (i) ketentuan yang memberikan kewenangan kepada Mahkamah Agung to vindicate and enforce the powers of the federal government, dan (ii) ketentuan yang memberi kewenangan kepada Mahkamah Agung I serve an interstate umpiring function, resolving desputes between state and their citizens

5. Ketentuan yang diatur dalam Article III ini juga mencakup topik yang berkenaan dengan alokasi kewenangan antara Supreme Court dengan the lower federal court. Misalnya ditentukan, The Supreme Court has original jurisdictiuon over cases alfecting ambassador, other public ministers and consuls, and those in which a state shall be a party . Dalam kasus-kasus lain, MA juga mempunyai applellate jurisdiction, baik sebagai judex jurist (law) maupun sebagai judex factie (fact), tergantung kepada frasa ketentuan bahwa .. such Exception and under suck regulations as Congress shall make 6. Article III juga menentukan bahwa peradilan atau pemeriksaan (the trial) atas semua jenis kejahatan, kecuali dalam kasus atau perkara impeachment, diselenggarakan dengan sistem jury, dan pemeriksaan (persidangan) harus dilakukan di tempat di mana kejahatan itu terjadi (locus delicti) 7. Article III juga menentukan penghianatan atau treason terbatas cakupan pengertiannya hanya dalam levying war melawan Negara (Amerika Serikat), atau memberikan bantuan atau dukungan yang menguntungkan musuh. Tidak seorang pun dapat dipidana sebagai penghianat kecuali atas dasar keterangan 2 (dua) orang saksi atau pengakuan di hadapan pengadilan. Article III menegaskan, Kongres berwenang menentukan hukuman terhadap penghianatan (prescribe the punishments for treason) Dari ketentuan yang dikemukakan di atas, nampak adanya fungsi dan wewenang Mahkamah Agung sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman dalam sistem ketatanegaraan Amerika Serikat. 2. Fungsi Mahkamah Agung Amerika Serikat Fungsi pengujian materiil peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada Mahkamah Agung Amerika Serikat tidak tercantum dalam Konstitusi Amerika Serikat maupun amandemen-amandemennya, dan menjadi perdebatan hangat sejak ratusan tahun yang lalu, apakah pemisahan kekuasaan di antara tiga cabang kekuasaan yang setara legistilatif, eksekutif, dan yudikatif berarti bahwa kewenangan untuk menginterpretasikan Konstitusi, dan menguji perundang-undangan terhadap Konstitusi dimasukkan ke dalam wewenang cabang yudikakatif. Di dalam sejarah Amerika Serikat, pentingnya kewenangan badan kekuasaan kehakiman untuk melakukan interpretasi terhadap konstitusi dan melakukan uji materiil terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku telah dikemukakan pada masa awal pendirian negara Amerika. Alexander Hamilton dalam Federalist Papers No. 78 mengenai kekuasaan kehakiman telah mengangkat isu interpretasi Konstitusi dan uji materiil perundang-undangan yang mesti dimasukkan dalam kewenangan badan peradilan, dan tidak dimasukkan dalam kewenangan cabang legislative dan eksekutif. Argument yang melatarbelakangi penjaga Konstitusi ini adalah bahwa di dalam sistem ketatatanegaraan yang mendasarkan pada prinsip pemisahan kekuasaan, kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang paling netral dalam pengertian bahwa sesuai dengan sifat dan fungsinya kekuasaan yudikatif berbeda dengan kekuasaan eksekutif yang memegang kekuasaan penggunaan uang

Negara dan menentukan undang-undang yang berlaku, maka kekuasaan yudikatif tidak memegang salah satu pun dari kekuasaan tersebut. Berdasarkan sifat dan fungsinya tersebut, kekuasaan yudikatif tidak memiliki, kapasitas untuk memanfaatkan, menggerogoti, atau membahayakan sistem ketatanegaraan dan nilai-nilai yang terdapat dalam Konstitusi, dibandingkan kekuasaan kehakiman yang independent bermuara dari argument Hamilton tersebut, yang cakupan lingkup kekuasaannya tidak hanya menjadi hakim dalam kasus peradilan umum pidana atau perdata semata, namun lebih luas dari itu juga menjadi hakim untuk keadilan dari Konstitusi, yang hanya bias dilakukan dengan meletakkan kewenangan badan kehakiman untuk melakukan uji materiil perundang-undangan yang diberlakukan apakah sesuai atau tidak dengan Konstitusi. 3. Kewenangan Mahkamah Agung Amerika Serikat Bahwa kekuasaan kehakiman memiliki jurisdiksi yang meliputi semua perkara, (yang menyangkut pelaksanaan) dalam hukum lainnya, perkara yang timbul dari Konstitusi ini, perkara yang menyangkut perundang-undangan Amerika Serikat serta traktat yang telah atau akan dibuat pihak yang diberi kewenangan (berdasarkan Konstitusi ini); a. Semua perkara yang melibatkan duta besar, pejabat setingkat menteri, dan pejabat konsuler (negara lain); b. Semua perkara yang menyangkut jurisdiksi di wilayah pantai, laut dan perkapalan; c. Semua perselisihan dimana Amerika Serikat menjadi salah satu pihaknya; d. Semua perselisihan antara dua atau lebih Negara bagian; perselisihan antara sebuah negara bagian dengan warga negara bagian lain (diubah dengan amandemen 1: kekuasaan kehakiman tidak mencakup perakara tuntutan atau gugatan hukum kepada salah satu Negara bagian Amerika oleh penduduk Negara bagian lain, atau oleh warganegaranya dan subyek hukum di negara asing); e. Perselisihan antara penduduk di negara bagian yang berbeda, antara penduduk di negara bagian yang sama yang menyangkut sengketa tanah di negara bagian lain, serta antara Negara bagian atau penduduk negara bagian dengan negara asing, penduduk atau subyek hukum di negara asing. C. Mahkamah Konstitusi di Jerman 1. Kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam ketatanegaraan Jerman Secara structural organisasi, di dalam tata Negara Jerman Mahkamah Konstitusi memiliki posisi yang independen, yang secara politis independent dari pengaruh cabang kekuasaan lainnya dan dijamin dengan Konstitusi Mahkamah Konstitusi Jerman tidak berada di bawah kementrian apapun, memiliki organisasi sendiri, dan memiliki budget sendiri. Meskipun kedudukannya sejajar dengan lembaga negara lainnya, namun karena fungsi dan kewenangan yang diberikan Konstitusi kepada Mahkamah Konstitusi, maka dalam hal tertentu Mahkamah Konstitusi Jerman adalah lembaga konstitusional satu-satunya yang memiliki kewenangan untuk menginterpretasikan Konstitusi, hukum dasar, dan karenanya secara structural berada di atas badan legistlatif dalam tata urutan perundangan, disertai dengan ketentuan, bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi mengikat secara hukum kepada lembaga-

lembaga negara serta subjek-subjek hukum apapun dalam wilayah juridiskinya. Desain Mahkamah Konstitusi yang independent ini dibuat untuk memastikan pelaksanaan Konstitusi tidak terganggu oleh upaya intervensi dari lembaga negara lainnya, termasuk dalam konsep cabang kekuasaan kehakiman yang kuat dan sejajar dengan cabang kekuasaan lainnya. 2. Fungsi Mahkamah Konstitusi Jerman Mahkamah Konstitusi adalah badan peradilan-pemegang kekuasaan kehakiman. Berbeda dengan Dewan Konstitusi Perancis, meskipun Dewan Konstitusi Perancis mempunyai wewenang menguji suatu (rancangan) peraturan perundanga-undangan, Mahkamah Konstitusi di Jerman baik pada tingkat federal (Mahkamah Konstitusi Federal) maupun pada Lander. Ada persamaan fungsi antara keduanya. Perbedaan hanya terletak pada Undang-undang Dasar yang berfungsi mempertahankan dan melindungi Undang-undang Dasar Federal, sedangkan Mahkamah Konstitusional Lander berfungsi mempertahankan dan melindungi Undang-undang Dasar Lander yang bersangkutan. Konstitusi adalah salah satu badan peradilan yang berfungsi : (1) membahas kekuasaan organ-organ konstitusional lain yang membagi-bagi kekuasaan di antara organ-organ tersebut; (2) semacam badan super-Parlemen yang dapat menempatkan para legistlator pada tempat yang tepat; (3) sebagai perlindung undang-undang dasar (Basic Law) 3. Wewenang Mahkamah Konstitusi Jerman Berdasarkan fungsi umum tersebut, tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi mencakup hal-hal sebagai berikut (Pasal 39 Basic Law Jerman) a. Memberikan penafsiran terhadap Basic Law. Dalam hal terjadi perselisihan mengenai luas lingkup hak-hak dan kewajiban-kewajiban organ tertinggi federal atau pihak-pihak lain baik berdasarkan Basic Law atau ketentuan-ketentuan organ tertinggi federal, Mahkamah Konstitusi akan memberikan putusan yang menafsirkan arti yang terkandung dalam Basic Law. b. Memberikan putusan dalam hal terdapat perbedaan pendapat atau keragu-raguan apakah undang-undang federal atau undang-undang Negara bagian sesuai atau tidak dengan Basic Law atau apakah undang-undang Negara bagian sesuai atau tidak sesuai dengan undang-undang federal. Permintaan terhadap Mahkamah Konstitusi dapat diajukan oleh Pemerintah Federal, Pemerintah Negara Bagian atau sepertiga anggota Bundestag c. Memberikan putusan apabila terjadi perbedaan pendapat mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban, khususnya mengenai pelaksanaan undang-undang federal oleh Negara bagian dan pelaksanaan pengawasan oleh pihak federal d. Perselisihan-perselisihan lain yang bersangkutan dengan hukum publik antara pihak federal dengan negara bagian, antara negara-negara bagian, atau antara satu negara bagian dengan bagiannya kecuali kalau perselisihan tersebut menjadi kompetensi pengadilan lain

e. Tuntutan konstitusional karena alasannya bahwa hak-hak sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal 20 ayat (4), 33, 38, 101, 103 dan 104 Basic Law telah dilanggar oleh penguasa f. Tuntutan oleh sekelompok atau perhimpunan berdasarkan alasan hak-hak mengatur diri sendiri g. Kasus-kasus lain sebagaimana ditetapkan dalam Basic Law ini. Carias dalam Manan (1995) menggolongkan kewenangan Mahkamah Konstitusi Negara Federal Jerman ke dalam enam kelompok, yaitu : Pertama, kewenangan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap negara dari partai-partai politik, perorangan (individu), atau pejabat negara (The Protection of the politicol constutional order). (a) Terhadap partai Politik. Secara konstitusional diakui bahwa partasi politik merupakan sarana utama untuk meneruskan kehendak politik rakyat. Namun demikian, Mahkamah Konstitusional dapat menyatakan kehadiran suatu partai politik bertentangan dengan Undang-undang Dasar, dengan alasan merusak atau tingkah laku yang dianut bermaksud untuk merusak atau menghancurkan daerahdaerah kebebasan demokratik atau membahayakan negara (b) Terhadap perorangan (individu). Mahkamah Konstitusional dapat mencabut kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan (memilih dan menyelenggarakan) pendidikan, kebebabasan berapat (kebebasan berkumpul), jaminan kerahasiaan atas surat menyurat, kebebasan dalam melakukan suratmenyurat dan telekomunikasi, hak milik, dan hak memperoleh suaka, dalam hal terjadi penyalahgunaan atau kebebasan dan hak tersebut yang bertentangan dengan tatanan dan kebebasan demokratik, sehingga tidak layak kepada mereka diberikan kebebasan dan hak-hak tersebut. (c) Terhadap Pejabat negara. Mahkamah Konstitusi berwewenang meminta pertanggungjawaban Presiden atas tuduhan yang diajukan Busdestag atau Bundesrat bahwa Presiden telah sengaja melanggar UUD atau undang-undang federal lainnya. Mahkamah Konstitusi juga berwenang meminta pertanggungjawaban hakim-hakim federal atas tuduhan melecehkan (undermine) prinsip-prinsip Undang-undang Dasar atau tatanan konstitusi suatu Negara bagian. Kedua, kewenangan yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan Negara (The Distibution of State Powers). Dalam hubungan ini, MK berwewenang. (a) Secara vertical Mahkamah Konstitusional berwewenang menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan Negara bagian, atau Pemerintah Kota Praja. Kota praja atau perhimpunan kota praja dapat menggugat melalui Mahkamah Konstitusi suatu peraturan perundang-undangan yang bukan merupakan peraturan perundang-undangan Negara bagian yang melanggar hak otonomi kota praja (gugatan terhadap peraturan perundang-undangan negara bagian diajukan kepada MK negara bagian bersangkutan) (b) Secara Horizontal

Mahkamah Konstitusi berwewenang menyelesaikan perselisihan mengenai ruang lingkup hak dan kewajiban lembaga negara tertinggi federal atau pihak-pihak lain sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Dasar atau peraturan dari lembaga tertinggi negara federal. Yang termasuk lembaga negara federal tertinggi adalah Bundestag, Bundesrat, Presiden, Pemerintah, Komisi Tetap Bundestag. Ketiga, kewenangan yang berkaitan dengan pemilihan (The Electoral Representative Basis of the Political System) . Kewenangan yang berkaitan dengan pemilihan ini meliputi (a) Memeriksa keputusan Bundestag mengenai keabsahan (validitas) hasil pemeriksaan, dipenuhi atau tidak dipenuhi syarat-syarat perwakilan dari Bundestag (b) Memeriksa gugatan atas suatu referendum yang menimbulkan perubahan terhadap pembagian wilayah negara akibat perubahan atas negara bagian Keempat, kewenangan yang berkaitan dengan perlindungan atas hak-hak asasi (The Protection of Fundamental Rights). Mahkamah Konstitusi berwewenang memeriksa dan memutus gugatan seseorang bahwa pemerintah telah melanggar hakhak dasarnya yang dijamin Undang-undang Dasar. Kelima, kewenangan yang berkaitan dengan penafsiran terhadap undangundang dasar (The Interpretation of The Constitution). Kewenangan ini meliputi : (a) Mahkamah Konstitusi memutus apabila ada maksud Mahkamah Konstitusi Negara Bagian untuk menyimpangi putusan yang pernah diambil Mahkamah Konstitusi atau Mahkamah Konstitusi suatu negara bagian, mengenai penafsiran atas ketentuan Undang-undang Dasar Federal (b) Memeriksa mengenai keabsahan dan tetap berlakunya peraturan perundangudnangan yang telah ada sebelum berlaku Undang-undang Dasar Federal (1949) (c) Memeriksa apabila terdapat keraguan apakah suatu ketentuan internasional merupakan bagian integral dari peraturan perundang-undangan federal, dan apakah ketentuan internasional tersebut secara yustisial (judicial review) D. Dewan Konstitusi di Perancis 1. Kedudukan Dewan Konstitusi dalam sistem ketatanegaraan Perancis Keberadaan lembaga ini hanya disebut Conseil Constitutionel diatur dalam 16 article dan dalam keseluruhan naskah Undang-undang Dasar disebut sebanyak 31 kali. Artinya, dalam sistem konstitusi Republik Kelima Perancis (1958), kedudukan Conseil Constitutionnel itu memang sangat penting. Lagi pula Asshiddiqie (2005:h.96) mengetengahkan la Conseil dEtat sendiri memang merupakan lembaga peradilan tertinggi di bidang hukum administrasi Negara. Dewan negara (Council of State) ini juga diberi kewenangan untuk melakukan pengujian konstitusional atas peraturan dibawah undang-undang (regulasi atau executive acts) dan berbagai tindakan administrative atau keputusan pejabat tata usaha negara pada umumnya (administrative actions).

2. Fungsi Dewan Konstitusi Perancis Dewan Konstitusi berfungsi mengawasi pemilihan Presiden dan Anggota Majelis Nasional dan Anggota Senat agar terselenggara sebagaimana mestinya. Pertama, fungsi pengawasan pemilihan Presiden, dalam pemilihan Presiden (Pasal 5) The Constitusional Council shall keep watch to secure the regularly of the election of the President of the Republic. It shall consider objections and shall announce the result of the vote. Jadi Dewan Konstitusi akan mempertimbangkan keberatankeberatan dan akan mengumumkan hasil pemungutan suara pemilihan Presiden. Kedua, pemilihan anggota Majelis Nasional dan Anggota Senat (Pasal 59) The Constitutional shall pronounce, in disputed cases, on the regularity of the election of deputies and senator. Dewan Konstitusi akan mengeluarkan ketetapan dalam hal terjadi perselisihan mengenai pelaksanaan pemilihan anggota-anggota Majelis Nasional dan anggota-anggota Senat. Ketiga, rerendum (Pasal 60), The Constitutional Council sha keep watch to secure the retuarity of the procedures for referendum and sha announce the results of it. Dewan Konstitusi akan mengawasi untuk menjamin tata cara referendum terselenggakan sebagaimana mestinya. Keempat, Undang-undangn organik dan undang-undang lain menentukan bahwa sebelum suatu undang-undang organik diundangkan harus terlebih dahulu disampaikann kepada Dewan Konstitusi untuk diadakan pemeriksaan atau pengujian serta ditetapkan apakah bertentangan tidak dengan UUD. 3. Wewenang Dewan Konstitusi Perancis a) Preview bukan Review. Dewan Konstitusi hanya berwenang untuk memeriksa atau menguji undang-undang yang sudah disahkan (oleh badan legistatif) tetapi belum diundangkan. Apabila undang-undang tersebut teah diundangkan, maka Dewan Konstitusi tidak mempunyai wewenang untuk menguji. Terlepas dari pandangan bahwa wewenang semacam ini dianggap sebagai suatu kekurangan karena tiadak dapat menguji undang-undang yang sudah diundangkan, tindakan yang bersifat preventif ini mengandung segi positif. b) Legal Standing. Standing adalah mereka yang dapat (berhak) mengajukan tuntutan atau permintaan agar suatu peraturan perundang-undangan atau tindakan pemerintah dibatalkan karena alasan bertentangan dengan Undang-undang Dasar, atau suatu peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Mereka yang berhak disebut mempunyai standing untuk menuntut (standing to sue).

E. Mahkamah Konstitusi Austria Dalam berbagai kepustakaan dinyatakan MK Austria didirikan pada tahun 1920 atas jasa Hans Kelsen. Karena itu, Mahkamah Konstitusi Austria ini bisa disebut the Kelsenion Court dan menurut Stone (1992), merupakan prototype model pengujian konstitusional di Eropa sebagai konsepsi yang sama sekali bertolak belakang dari model yang dikembangkan di Amerika Serikat. Mahkamah Konstitusi Austria inilah yang disebut sebagai Mahkamah Konstitusi pertama di dunia, didesain oleh Hans Kelsen

sebagai lembaga peradilan khusus untuk menjamin agar konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi (the supreme law of the land) dapat ditegakkan dalam praktek (Asshiddiqie, 2005). Di dalam sistem ketatanegaraan Austria, Mahkamah Konstitusi ini dibentuk sebagai lembaga yang berwenang melaksanakan fungsi pengujian konstitusionalitas undangundang terhadap UUD, dengan kedudukan yang tersendiri di luar Mahkamah Agung sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang menjalankan kekuasaan publik. 1. Fungsi Mahkamah Konstitusi Austria Sistem Austria, fungsi dan mekanisme constitutional review mengenain konstitusionalitas hukum (theee constitutionality of law) telah lama diterapkan dalam praktek, namun karena perbedaan pengalaman sejarah masing-masing negara, maka praktek yang diterapkan di Eropa continental banyak pula perbedaannya dengan apa yang biasa dikembangkan di Amerika Serikat (Asshiddiqie, 2005) 2. Wewenang Mahkamah Konstitusi Austria (a) Pengujian konstitusionaitas undang-undang Kewenangan untuk menguji konstitusional undang-undang tercatat sebagai kewenangan yang paling pokok dan paling banyak jumlah kasusnya di Mahkamah Austria. (b) Pengujian legalitas peraturan di bawah UU Berdasarkan article 139 Konstitusi Austria, peraturan atau regulasi (verordenungen) yang ditetapkan oleh Pemerintah Federal ataupun Negara Bagian (Lander) dapat dinyatakan tidak sah atau illegal oleh Mahkamah Konstitusi atas permintaan embaga atau perorangan warga negara. Di samping itu, Mahkamah Konstitusi juga diberi kewenangan untuk bertindak secara ex-officio atas inistiatifnya sendiri, yaitu atas dasar alasan prejudicality (on account of prejudiciality), yaitu manakala Mahkamah harus menguji peraturan yang bersangkutan pada saat menangani suatu perkara lain yang terkait. (c) Pengujian perjanjian internasional Mahkamah Konstitusi Austria juga diberi kewenangan berdasarkan Article 140a UUD Austria untuk menguji legalitas (legality) atau konstitusionalitas (constitutionality) perjanjian internasional (staatsvertrage) sesuai dengan derajatnya dalam hirearki norma hukum. (d) Perselisihan pemilihan umum Wewenang MK Austria berwenang pula mengadili legalitas hasil pemilihan umum, prakarsa-prakarsa popular (popular initiatives) dan referendum yang diselenggarakan menurut Undang-undang Dasar. (e) Peradian impreachment Mahkamah Konstitusi dapat diminta untuk menjalankan tugas peradilan dalam rangka impeachment terhadap pejabat negara tertinggi, karena kelalaiannya memenuhi kewajiban hukum atau pelanggaran hukum yang dilakukannya dengan menjalankan jabatannya.

(f) Sengketa kewenangan antar negara bagian dan antara negara bagian dengan Federal Mahkamah Konstitusi Austria mempunyai kewenangan pula yang terkait dengan sengketan keuangan tertentu antar negara bagian dan antara negara bagian dengan Federal (Bundes). Negara bagian (Lander), atau Pemerintah lokal (Gemeinden) yang tidak tunduk kepada jurisdiksi pengadilan biasa ataupun pengadilan tata usaha negara. (g) Sengketan kewenangan antar lembaga negara Mahkamah Konstitusi Austria juga diberi kewenangan untuk menyelesaikan antar lembaga negara berkenaan dengan isu kewenangan konstitusional.

Anda mungkin juga menyukai