Anda di halaman 1dari 19

Rangkuman Pengertian antibiotic : OLD : antibiotic adalah substansi kimia yang diproduksi dari beragam spesies mikroorganisme yang

dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme lain. NEW : antibiotic adalah produk yang diproduksi oleh mikroorganisme atau sama dengan substansi yang sepenuhnya merupakan bagian sintesis kimia yang dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. HISTORY 1. Paul Ehrlich - Origin - Obat - Nobel 2. Gerhard Domagk - Origin - Obat - Nobel : Prontosil (hanya aktif in vivo) : Sulfanilamide (1935) : 1939 : selekstif strain : Arsphenamine (1910) Salvarsan : 1908

3. Alexander Fleming - Origin - Obat - Nobel 4. Selman Waksman - Origin - Obat - Nobel : Penicillin development : Streptomycin (1943) : 1952 : plate berjamur : Penicillin (1928) : 1945

Mekanisme aksi antibiotic Aksi antimetabolite 1. Sulfonamide PABA (Para Amino Benzoic Acid) 2. Trimethoprim-sulfamethoxazole kombinasi sinergis menggunakan UTls Perubahan membrane sel Polymyxins dan colistin Merusak membrane

Aktif pada gram negative bacilli Effect serius Digunakan untuk infeksi kulit dan mata

Menghambat sintesis protein Tahap sintesis : Inisiasi Elongasi Translokasi Terminasi Prokariota dan eukariota (80S) memiliki struktur yang berbeda untuk ribosom sehingga dapat menggunakan antibiotik untuk toksisitas selektif terhadap ribosom prokariota (70S)

A. Aminoglykosida Mengikat pada ribosom bakteri 30S dan memblok formasi komplek inisiasi. Contoh : Gentamicin, Amikacin, Kanamycin, Neomycin, Tobramycin, Streptomycin, Spectinomycin.

B. Macrolides Mengikat pada subunit 50S dan memblok tahap translokasi. - Chloramphenenicol - Erythromycin

C. Clindamycin Mengikat subunit 50S dan mengganggu pengikatan asam amino - kompleks asil-tRNA dan sebagainya menghambat peptidil transferase. bekerja terbaik terhadap staphylococcus, Bacteroides & anaerobik gram neg batang. Penisilin orang alergi

D. Tertracyclines Mengikat subunit 30S dan mengganggu lampiran tRNA yang membawa asam amino ke ribosom. efektif terhadap:

Chlamydia Rickettsia Mycoplasma Brucella

Menghambat sintesis DNA/RNA Rifampin mengikat RNA polimerase aktif terhadap gram positif cocci bakterisida selama Mycobacterium digunakan untuk pengobatan dan pencegahan meningococcus Metronidazole memecah ke dalam intemediate yang menyebabkan kerusakan DNA aktif terhadap: infeksi protozoa infeksi bakteri anaerob gram negatif Quinolones dan fluoroquinolones Efek girase DNA spektrum yang luas Menghambat sintesis dinding sel Tahapnya : 1. NAM-peptida yang dibuat di sitoplasma 2. melekat bactoprenol di membran sel 3. NAG ditambahkan 4. seluruh bagian ditambahkan ke dinding sel tumbuh 5. silang ditambahkan
-Lactam Antibiotics

Penicillins Cephalosporins Carbapenems Monobactams

Aksi -Lactam Antibiotics Bakterisida, sel hanya tumbuh Link obat kovalen dengan regulasi enzim yang disebut peraturan PBPs ( Penicillin Bonding Proteins) MemBlok hubungan silang peptidoglikan Mekanisme resistensinya -Lactam Gram positif

Gram negative

Non -Lactam Antibiotics o Vancomycin aktif terhadap cocci gram positif, tetapi tidak gram negatif karena terlalu besar untuk melewati membran luar mengganggu PG elongasi o Cycloserine, etionamid dan isoniazid menghambat enzim yang mengkatalisis sintesis dinding sel untuk infeksi mikobakteri

Penggunaan Klinis

Problem resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik mula-mula ditemukan pada tahun 1980-an dengan ditemukannya kasus multipel resisten pada strain bakteri Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus, dan Enterococcus faecalis. Resistensi mikroorganisme dapat dibedakan menjadi : Resistensi primer (bawaan) merupakan resistensi yang menjadi sifat alami mikroorganisme. Hal ini misalnya dapat disebabkan oleh adanya enzim pengurai antibiotik pada mikroorganisme sehingga secara alami mikroorganisme dapat menguraikan antibiotik. Contohnya adalah Staphylococcus dan bakteri lainnya yang mempunyai enzim penisilinase yang dapat menguraikan penisilin dan sefalosporin. Mekanisme resistensi bawaan ini juga dapat berupa terdapatnya struktur khusus pada bakteri yang melindunginya dari paparan antimikroba, contohnya bakteri TB dan lepra memiliki kapsul pada dinding sel, sehingga resisten terhadap obat-obat antimikroba. Resistensi sekunder (dapatan) diperoleh akibat kontak dengan agen antimikroba dalam waktu yang cukup lama dengan frekunsi yang tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya mutasi pada mikroorganisme. Terbentuknya mutan yang resisten terhadap obat antimikroba dapat secara cepat (resistensi satu tingkat) dan dapat pula terjadi dalam kurun waktu yang lama (resistensi multi tingkat). contoh resistensi satu tingkat adalah pada INH, streptomisin, dan tifampisin; dan contoh resistensi multitingkat adalah resistensi pada penisilin, eritromisin, dan tetrasiklin.terbentuknya mutan

mikroorganisme yang resistan terhadap antimikroba ini dapat menimbulkan adanya ketergantungan (dependensi) mikroorganisme mutan tehadap agen antimikroba.

Gambar struktur penisilin aktif (a), dan tidak aktif (b). Mekanisme resistensi dapatan juga dapat berlangsung akibat adanya mekanisme adaptasi atau penyesuaian aktivitas metabolisme mikroorganisme untuk melawan efek obat, contohnya dengan perubahan pola enzim. Dengan demikian, mikroorganisme dapat membentuk enzim yang menguraikan antibiotic. Misalnya pembentukan enzim penisilinase untuk menguraikan penisilin, enzim asetilase terhadap streptomisin, kanamisin, dan neomisin.

Mekanisme resistensi dapatan yang lain adalah dengan memperkuat diding sel mikroorganisme sehingga menjadi impermeable terhadap obat, dan perubahan sisi perlekatan pada diding sel. Adapula mimroorganisme yang melepaskan diding selnya sehingga menjadi tidak peka lagi terhadap penisilin, contohnya kuman berbentuk L. Resistensi episomal disebabkan oleh faktor genetik di luar kromosom

(episom=plasmid

pada plasmidnya yang dapat menular pada bakteri lain yang

memilki kaitan spesies melalui kontak sel secara konjugasi maupun transduksi. Contohnya Salmonella, Escherichia, Yersinia, Klebsiela, Serratia, Proteus.

Gambar

transfer

resistensi

antibiotik

Pada tahun 1955 terjadi epidemik disentri bakterial dan ditemukan bakteri Shigella dysentriae yang resisten terhadap kloramfenikol, streptomisin, sulfanilamide, dan tetrasiklin. Gen yang bertanggung jawab atas resistensi terhadap antibiotik tersebut adalah plasmid faktor- R (faktor resistensi) dengan daerah resistence transfer factor (RTF) yang disambung dengan gen r yang mengkode enzim-enzim yang dapat menginaktivasi obat-obat yang spesifik. Plasmid faktor-R yang kecil tanpa daerah RTF biasanya hanya berperan dalam resistensi satu macam antibiotik.

Ketergantungan (dependence) merupakan kejadian dimana pertumbuhan mikroorganisme tergantung pada adanya antibiotik tertentu. Contohnya penisilin, streptomisin, INH, dan kloramfenikol dapat digunakan mikrooragnisme sebagai zat tumbuh. Sifat ini dapat terjadi pada mikrorganisme muatan yang resisten.

Dikenal juga resistensi silang (cross resistance) pada mikroorganisme, di mana mikroorganisme yang resisten terhadap suatu antibiotik juga diketahui memiliki resistensi terhadap semua derivate antibiotik tersebut. Contohnya, penisilin dam ampisilin, tetrasiklin, sulfonamide, rifamisin dan rifampisin, amoksisilin, dan sebagainya.

gambar mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik Macam-Macam Resistensi Resistensi terhadap Antibiotik penisilin Terhadap dan Antibiotik sefalosporin

Penisilin dan sefalosporin menghambat protein pengikat penisilin (penicillin-binding protein, PBP) yang merupakan enzim dalam membran plasma sel bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri. Resistensin bakteri terhadap penisilin dapat timbul akibat adanya mutasi yang menyebabkan dihasilkannya produksi pengikat penisilin yang berbeda atau akibat bakteri memerlukan gen-gen protein pengiakt penisilin yang baru. Resistensi terhadap penisilin juga dapat muncul akibat bakteri memiliki sistem transfor membran luar (outer membrane) yang terbatas, yang mencegah penisilin mencapai membran sitoplasma (lokasi protein pengikat penisilin). Hal ini dapat terjadi akibat adanya mutasi yang mengubah porin yang etrlibat dalam transport melewati membrane luar. Hal lain yang memungkinkan terjadinya resistensi bakteri terhadap penisilin dan sefalosporin adalah apabila bakteri memiliki kemampuan untuk memproduksi -laktamase, yang akan menghidrolisis ikatan pada cincin -laktam molekul penisilin dan mengakibatkan inaktivasi antimikroba.

Resistensi mikroorganisme pathogen terhadap penisilin dan sefalosporin paling sering terjadi akibat bakteri memiliki gen pengkode -laktamase. Terdapat 3 kelas besar -laktamase, yaitu penisilinase, oksasilinase, dan karbenisilinase. Penisilinase memiliki kisaran aktivitas yang luas terhadap penisilin dan selafosporin , sedangkan oksasilinase dan

karbenisilinase memiliki aktivitas yang lebih terbatas. Pada bakteri enteric (bakteri fakultatif anaerob gram negative yang terdapat dalam intestinal manusia), -laktamase dihasilkan dalam konsentrasi rendah dan terikat pada membrane luar. Enzim ini mencegah antimikroba

-laktan untuk mencapai tapak target pada membrane sitoplasma dengan cara merusaknya saat antimikroba tersebut melewati membrane luar dan lapisan periplasma (periplasma space). Gen yang mengkode -laktamase terdapat pada kromosom bakteri, pada bebrapa strain bakteri juga terdapat pada plasmid dan transposon. Sebagian besar bakteri resisten penisilin juga memilki gen -laktamase pada plasmid terutama plasmid R dan tranposon. Gen -laktamase yang paling banyak terdapat secara luas adalah TEM-1 yang terdapat pada transposon Tn4. Staphylococci resisten-metisilin terjadi akibat produksi protein alami pengikat penisilin PBP 2a atau 2 yang memiliki afinitas rendah pada pengikatan metisilin. Sifat resistensi dikode oleh gen kromosom bakteri (mecA) yang tidak ditemukan pada semua strain Staphylococcus aureus sensitive-metisilin. Gen ini nampaknya terbatas pada Staphylococci, namun gen lain pada Streptococci juga mengkode PBP yang memiliki afinitas rendah terhadap metisilin dan antimikroba -laktam lainnya.

Resistensi Terhadap Vankomisin Resistensi vankomisin berkembang akibat adanya enzim pada sel bakteri yang resisten, yang akan membuang residu alanin dari bagian peptida peptidoglikan. Vankomisin tidak dapat terikat pada peptide yang berubah, namun peptide yang berubah tersebut dapat tetap berfungsi dalam formasi ikatan silang selama sintesis peptidoglikan, sehingga bakteri resisten vankomisin tetap dapat membuat dinding sel fungsional.

Resisten Terhadap Tetrasiklin Resistensi bakteri terhadap tetrasiklin dapat muncul bila dihasilkan membran sitoplasma yang berbeda (bentuk perubahan) dan mencegah pengikatan tetrasiklin pada subunit 30S ribosom, sehingga sintesis protein dapat terus berlangsung. Mekanisme resistensi tetrasiklin lainnya adalah resistensi pompa eflux, didasarkan atas transpor tetrasiklin keluar sel secara cepat, sehingga mencegah akumulasi tetrasiklin pada dosis toksik, sehungga sintesis protein bakteri tidak terhambat. Hal ini terjadi akibat adanya mutasi pada gen yang menyebabkan protein eflux tetrasiklin. Secara normal, pada saat tetrasiklin berdifusi melewati membran sitoplasma bakteri, tetrasiklin akan dikonversi dalam bentuk ionik. Hal ini membuat tetrasiklin tidak lagi dapat berdifusi melewati membran sehingga menyebabkan akumulasi tetrasiklin di dalam sel, yang akhirnya dapat menghambat sintesis protein bakteri dan menyebabkan kematian sel bakteri.

Protein eflux tetrasiklin adalah protein membran sitoplasma yang mentranspor bentuk nondifusible tetrasiklin keluar sitoplasma. Pada sel bakteri yang resisten, tetrasiklin dikeluarkan dari sitoplasma secepat difusinya kedalam sel, sehinggamencegah akumulasi tetrasiklin yang dapat menghambat sintesis protein.

Resistensi

Terhadap

Aminoglikosida

Resistensi

terhadap

antibiotik

golongan

aminoglikosida muncul karena sel bakteri memproduksi enzim-enzim yang dapat menambah fosfat, asetat, atau gugus adenil pada berbagai macam tempat pada antibiotik aminoglikosida. Antibiotik aminoglikosida yang telah dimodifikasi tersebut nantinya tidak akan mampu terikat pada subunit 30S ribosom sehingga tidak lagi dapat menghambat sintesis protein. Pada dasarnya, satu macam enzim yang telah digunakan untuk memodifikasi aminoglikosida tidak akan mampu memodifikasi aminoglikosida yang lain. Hal ini mencegah penambahan mutasi yang akan meningkatkan kisara modifikasi aminoglikosida oleh enzim pemodifikasi aminoglikosida. Sebagai contoh, tapak ikatan yang dimodifikasi oleh suatu muatan resistensreptomisin mengubah suatu asam amino pada protein S12 pada subunit 30S ribosom bakteri. Turunan semisintetik dari aminoglikosida selanjutnya didesain untuk resisten terhadap enzim pemodifikasi aminoglikosida tersebut. Amikasin adalah salah satu aminoglikosida semisintetik yang sangat resisten terhadap modifikasi oleh enzim sehingga banyak bakteri sensitif terhadap antibiotik ini. Resistensi aminoglikosida juga muncul atas dasar penurunan aktivitas transpor antimikroba ke dalam sel bakteri. Aminoglikosida tidak ditranspor kedalam sel oleh spesies bakteri Bacteroides, sehingga Bacteroides resisten terhadap antimikroba ini. Escherichia coli juga lebih resisten terhadap aminoglikosida dalam kondisi anaerob seperti pada saluran pencernaan manusia.

Resistensi Terhadap Kloramfenikol Resistensi kloramfenikol mayoritas disebabkan oleh adanya enzim yang menambahkan gugus asetil kedalam antibiotik. Kloramfenikol yang terasetilasi tidak akan dapat terikat pada submit 50S ribosom bakteri, sehingga tidak mampu menghambat sinetsis protein. Mayoritas bakteri yag resistensi terhadap kloramfenikol memiliki plasmid dengan sebuah gen yang mengkode kloramfenikol astiltransferase. Enzim ini menginaktivasi kloramfenikol yang telah melewati membran plasma dan memasuki sel. Kloramfenikol asetiltransfase diproduksi secara terus menerus oleh mayoritas Gram negatif, namun pada Staphylococcus aureus, sintesis enzim ini diinduksi oleh kloramfenikol. Resistensi Terhadap Makrolida Eritromisin dan antibiotik golongan makrolida yang lain terikat pada subunit 50S ribosom bakteri dan mengeblok sintesis potein. Pada beberapa kasus, resistensi terhadap antibiotik makrolida terjadi akiat mutasi pada target antibiotik. Mekanisme utama resistensi makrolida adalah didasarkan atas enzim RNA metilase yang menambahkan gugus metil kedalam gugus adenin spesifik pada subunit 50S rRNA. Antibiotik makrolida termasuk eriromisin tidak akn terikat pad rRNA yang termetilasi. Pada Escherchia coli dan beberapa strain bakteri resisten-eritromisin lainnya, terdapat perubahan pada gen pengkode protein L4 atau L12 eritromisin pada subunit 50S ribosom

bakteri,

mengakibatkan

penurunan

afinitas

eritromisin

terhadap

ribosom.

Pada

Staphylococcus aureus, resistensi eritromisin akibat dimetilasi residu adenin pada rRNA 23S. Resistensi Terhadap Fluorokuinolon Antibiotik golongan fluorokkuinolon seperti halnya siprofloksasin dan norfloksasin terikat pada subunit enzim DNA girase, dan mengeblok aktivitas enzim yang essensial dalam menjaga supercoling DNA dan penting dalam proses replikasi DNA. Mutasi pda gen pengkode DNA girase menyebabkan diproduksinya enzim yang aktif namun tidak dapat diikat oleg fluorokuinolon. Resistensi Terhadap Rifampisin Rifampisin (rifampin) terikat pada subunit -RNA polimerase bakteri dan menghambat fungsi enzim ini dalam transkripsi mRNA. Rifampisin memiliki afinitas terhadap RNA polimerase bakteri yang lebih tinggi dibandingkan terhadap RNApolimerase mamalia, sehingga rifampisin dapat mengeblok transkripsi mRNA dan sintesis protein pada sel manusia. Resistensi terhadap rifampisi muncul akibat mutasi pada gen subunit RNA polimerase. RNA polimerase yang berubah akibat mutasi tersebut berfungsi secara normal, namun tidak dapat dihambat oleh rifampisin.

Resitensi Terhadap Sulfonamid Dan Trimetoprim Sulfa drug (sulfonamid) dan trimetropin meghambat reaksi yang berbeda pada jalur metabolisme yang memproduksi asam tetrahidrofolat (tetrahydrofolic acid ), yang merupakan kofaktor esensial dalam sintesis asam nukleat. Resistensi terhadap sulfonamid dan trimetoprim disebabkan oleh mutasi pada gen pengkode enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme sintesis asam tetrahidrofolat. Enzim berubah berfungsi secara normal namun tidak dihambat oleh sulfanaid dan trimetoprim. Pencegahan resistensi dapat dilakukan dengan menggunakan penakaran obat yang relatif tinggi, melebihi dosis efektif minimal, dan digunakan dalam waktu yang singkat. Penggunakan kombinasi dari 2 atau lebih obat juga ddapat dilakukan, misalnya pada pengobatan TBC, lepra, kanker. Cara pencegahan yang lain adalah dengan pembatasan pemberian antibiotik hanya untuk penyakit infeksi yang parah dan penggunaan dosis yang benar dan sesuai aturan.

Pencegahan resistensi dapat dilakukan dengan menggunakan penakaran obat yang relatif tinggi, melebihi dosis efektif minimal, dan digunakan dalam waktu yang singkat. Penggunaan kombinasi dari 2 atau lebih obat juga dapat dilakukan, misalnya pada pengobatan TBC, lepra, kanker. Cara pencegahan yang lain adalah dengan pembatasan pemberian antibiotik hanya untuk penyakit infeksi yang parah dan penggunaan dosis yang benar dan sesuai aturan. Pencegahan resistensi dapat dilakukan dengan menggunakan penakaran obat yang relatif tinggi, melebihi dosis efektif minimal, dan digunakan dalam waktu yang singkat.

Penggunakan kombinasi dari 2 lepra, dan kanker. Cara pencegahan yang lain adalah dengan pembatasan pemberian antibiotik hanya untuk penyakit infeksi yang parah dan penggunakan dosis yang benar dan sesuai aturan.

ANTIBIOTIK DAN PEMBAGIANNYA

Penggolongan antibiotik berdasarkan kemoterapeutik Kemoterapi adalah obat atau zat yang berasal dari bahan kimia yang dapat memberantas dan menyembuhan penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, amoeba, fungi, protozoa, cacing dan sebagainya tanpa merusak jaringan tubuh manusia. Berdasarkan khasiatnya terhadap hama atau bakteri, kemoterapi dibedakan atas : Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama, contoh : fenol, iodium, sublimat. Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan pembiakan bakteri, sedang pemusnahan selanjutnya dilakukan oleh tubuh sendiri secara fagositosis (kuman dilarutkan oleh leukosit atau sel-sel daya tangkis tubuh lainnya),contohnya antibiotika spektrum sempit. Yang termasuk kelompok kemoterapi adalah : a. Pengertian dan sejarah Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata anti (lawan) dan bios (hidup). Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil. Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey. Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis, atau semi sintetis. Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang belum sempurna permurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau karena belum diketahui struktur kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional (Internasional Unit,IU). Dibidang peternakan antibiotik sering dimanfaatkan sebagai zat gizi tambahan untuk mempercepat pertumbuhan ayam potong. b. efek samping

Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti: Sensitasi / hipersensitif Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersentitiv atau allergi seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan suntikan). Resistensi Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat. Super infeksi Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan urogenital. Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik obat yang menekan sistem tangkis tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra infeksi. Khususnya,anak-anak dan orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini. c. Penggolongan antibiotik berdasarkan antivitasnya Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas 1. Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum) Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif saja) 2. Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum) Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif. Contohnya ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenikol. Penggolongan ini tidak mutlak, karena faktor konsentrasi (dosis) dan waktu turut menentukan kegiatan obat. Kebanyakan bakteriostatika menjadi bakterisid pada dosis sangat tinggi, yang biasanya terlalu toksis untuk diberikan kepada manusia. Lagi pula kepekaan kuman bagi obat memegang peranan; pada dosis tertentu obat dapat berdaya bakterisid untuk suatu kuman dan hanya bakteriostatik untuk kuman lain. Secara klinis perbedaan ini biasanya tidaklah penting, karena pada

akhirnya daya tahan tubuh juga memegang peranan bagi pemusnahan kuma-kuman patogen. Pengecualian adalah pengobatan infeksi dari penderita yang memiliki daya tahan tubuh yang terganggu misalnya penderita AIDS, pengguna kortikosteroida, sitostatika dan obat-obat yang menekan imunitas. Pada kasus demikan obat-obat bakterisid yang harus digunakan. Contoh penggunaan antibiotik berdasarkan berdasarkan golongannya (nama obat, nama generik, nama paten dan contoh penggunaannya a. Golongan sefalosporin Seperti halnya antibiotik betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah menghambat sintesis dinding mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosforin aktif terhadap kuman Gram positif maupun gram negative, tetapi spectrum antimikroba masing-masing derivate bervariasi. NO. 1. 2. 3. 4 5. 6. NAMA GENERIK Sefadroksil Sefotaksim Sefaleksin Sefriakson Sefradin Seforoksi NAMA DAGANG Duricef, Cefat Claforan Tepaxin Rocephin Velosef Zinnat

b. Golongan kloramfenikol Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae. NO. 1. NAMA GENERIK Kloramfenikol NAMA DAGANG Colme, Chloramex,

Enkacetyn, Kalmicetin 2. Tiamfenikol Urfamycin, Thiamycin, Thiambiotic c. Golongan Quinolon NO. 1. 2. 3. NAMA GENERIK Ciprofloxacin Nalidixic Acid Ofloxacin NAMA DAGANG Ciproxin, Baquinor Negram Tarivid

d. Aminoglikosida Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya di kacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan, melainkan juga bila kuman tidak membelah diri. Merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik. NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. NAMA GENERIK Gentamisin Sulfat Amikasin Kanamisin Sulfat Neomisin Sulfat Streptomosin Framisetin NAMA DAGANG Garamycin Amikin Kanamycin Meiji Neobiotic Streptomycin Meiji Sofra-Tulle Daryant-Tulle e. Golongan Makrolida Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternative untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara in vitro terhadap kuman-kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkanLegi onel lapneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin rosaramisin, oleandomisin dan trioleandomisin. NO. 1. NAMA GENERIK Eritromisin NAMA DAGANG Erythrocin, Kalthrocin, Pharothrocin 2. Spiramisin Rovamycin, Spiradan

3. 4

Roxithromycin Azithromycin

Rulid Zithromax, Zycin

f.

golongan tetrsiklin Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau

garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasilin bersisat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat stabil sehingga cepat berkutrang potensinya. Mekanismenya NO. 1. NAMA GENERIK Tetrasiklin NAMA DAGANG Dumocycline, Supertetra, Tetrin Doksisiklin Vibramycin, Dumoxin

menghambat sintesa protein kuman.

3.

Minosiklin HCl

Minocin

4.

Oksitetrasiklin HCl

Oxytetracycline Indo Farma, Terramycin

g. Golongan penisilin Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nucleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap dinding sel mikroba yang sensitive, penisilin akan menghasilkan efek bakterisid. Mekanisme kerja antibiotika betalaktam dapat diringkas sebagai berikut : Obat bergabung dengan penicillin-binding protein pada kuman Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. NO. 1. 2. NAMA GENERIK Benzyl Penicillin Penisilin V ( Phenoxymethyl Penicillin ) 3, 4. Ampisilin Amoksisilin NAMA DAGANG Procaine Penicillin-G Fenocin Ospen Penbritin, Kalpicillin, Omnipen, Viccillin Amoxi Topcillin Ospamox

PERBEDAAN BAKTERI GRAM POSITIF DAN BAKTERI GRAM NEGATIF Struktur dasar bakteri : 1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis). A. Dinding sel bakteri gram positif lebih tebal dan kaku dan lebih banyak peptidoglikannya daripada gram negatif Peptidoglikan merupakan polimer atau unit ulang terdiri dari N- asetilglukosamin(NAG) berkaitan dengan N-asetil muramie- acid (NAM) dan dengan rantai sampai peptida yang terdiri dari 4 asam amino. Tebal polimer : 20-25 nm Polimer peptidoglikan 50 % dari berat kering sel bakteri B. Dinding sel bakteri gram negatif mengandung lipoprotein dan fosfolipid dan lipopolisakarida. Lipoprotein terdiri dari protein dan lipid; berlokasi di bawah lapisan peptidoglikan Fosfolipid berlokasi di antara outer membran dan membran sitoplasma Lipopolisakarida terdapat pada lapisan luar membran 2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein

3. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom.

Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru. 4. Pada proses pengecatan gram A. Bakteri gram positif Pada penambahan alkohol : pori-pori dalam peptidoglikan menjadi menyusut sehingga kristal violet melekat atau tidak terlarut atau luntur oleh alkohol. Sehingga warna bakteri gram positif adalah violet B. Bakteri gram negatif Pada penambahan alkohol : lipid pada outer membran larut dan lepas disertai larutnya kristal violet menyebabkan permeabilitas membran sel sehingga safranin (zat warna pendamping) diikat. Sehingga warna bakteri gram negatif adalah merah
5. Contoh bakterinya - Gram positif : Staphylococcus, Streptococcus, Enterococcus, Listeria, Bacillus,
Clostridium, Mycobacterium, Propionibacterium, Mycoplasma

- Gram negative: Salmonella, Escherichia, Shigella, Neisseria, Bordetella, Legionella,


Pseudomonas, Vibrio, Campylobacter, Helicobacter, Haemophilus, Treponema, Chlamydia

Tanaman potensi antibiotic 1. Nama Indonesia Nama Latin Famili : Kedondong Bangkok : Spondias dulcis Forst. : Anacardiaceae

2.

Nama Indonesia Nama Latin Famili

: Kunyit : Curcuma domestica : Zingiberaceae

3.

Nama Indonesia Nama Latin Famili

: Daun Jambu Biji : Psidium guajava L. : Myrtaceae

4.

Nama Indonesia Nama Latin Famili

: Temulawak : Curcuma xanthorriza Roxb. : Zingiberaceae

5.

Nama Indonesia Nama Latin Famili

: Meniran : Phyllanthus niruri L. : Dicotyledone

Anda mungkin juga menyukai