Anda di halaman 1dari 14

MPK KOMUNITAS

HOMECARE RESIDENSIL DIABETES MELLITUS

Disusunoleh:
Felicia Inesa, S. Farm. (168115055)
Five Septi, S. Farm. (168115056)
Lucia Effelin Cindya Diniayu, S. Farm. (168115069)
Mila Karmila Sri Setiomulyo, S. Farm. (168115074)
Monalisa Mangkoan, S. Farm . (168115075)
Pius Pradana Bekti Indramawan, S. Farm. (168115077)
Rosalia Lestari, S. Farm. (168115081)
Stanislaus Kris Bangkit Tri Putra, S. Farm. (168115083)
Yuliana Ratih Kamara Dewi, S. Farm. (168115086)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2016

1
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ibu Wulan (50 tahun) seorang ibu rumah tangga dan merupakan aktivis
PKK Kelurahan Sukamaju telah menderita Diabetes Mellitus (DM) sejak Juni
2015. Pada bulan tersebut, Ibu Wulan memeriksakan diri ke mantri Okta dengan
keluhan lemas, pusing dan serasa ingin pingsan, serta beliau memiliki riwayat
hipertensi (TD= 140/90), namun sudah tidak mengkonsumsi obat hipertensi.
Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan kadar glukosa Ibu Wulan sebesar 330
mg/dL. Karena hal tersebut, selanjutnya Ibu Wulan di rujuk ke Rumah Sakit.
Hasil pemeriksaan di laboratorium Rumah Sakit diketahui bahwa kadar glukosa
darah puasa yaitu 135 mg/dL dan kadar glukosa darah setelah makan yaitu 340
mg/dL. Oleh dokter diresepkan Amaryl 2mg (1 tablet sebelum makan pagi),
Glucophage (2x sehari 1 tablet), dan Neurodex (2x sehari 1 tablet).
Setelah 6 bulan mengkonsumsi obat secara rutin, Ibu Wulan merasa stres
dan malas minum obat karena merasa tidak adanya penurunan kadar glukosa
darah. Hasil pemerikasaan kadar glukosa bulanan 130 mg/dL. Ibu Wulan
memiliki akvitas yang cukup padat dan pola makan tidak teratur. Sehingga ibu
Wulan kadang mengalami pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang
dan berkeringat dingin. Ibu Wulan jarang kontrol rutin ke dokter hanya langsung
membeli obat di apotek dengan salinan resep tanpa melakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu terlebih dahulu. Hasil laboratorium terkahir Desember
2015 yaitu kadar glukosa puasa 103 mg/dL, glukosa 2 jam setelah makan 230
mg/dL dan HBA1c 9,5%.
Pada Januari 2016 suami Ibu Wulan yang merupakan seorang PNS
pensiun, sehinga kemampuan finacial menurun, dan sejak itu Ibu Wulan tidak
pernah kontrol ke dokter serta tidak menebus obat diabetesnya. Pada bulan Maret
2016 Ibu Wulan terdaftar menjadi anggota BPJS Kesehatan kelas 3 mandiri dan
mulai mengobati diabetesnya. Ibu Wulan berkunjung ke puskesmas dan
melakukan tes glukosa darah dan hasilnya adalah puasa 120 mg/dL dan glukosa 2
jam setelah makan 260 mg/dL, oleh dokter di resepkan metformin 500 mg 2x
sehari pagi dan sore. Karena mendapatkan pengobatan dan obat gratis dari BPJS

2
maka Ibu Wulan menjadi rutin pergi ke dokter untuk mendapatkan pelayanan
homecare dari puskesmas tersebut dengan tenaga apoteker. Enam bulan
kemudian, Ibu Wulan nampak lebih segar dan ceria. Kadar glukosa darah puasa
menjadi 100 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan menjadi 190
mg/dL, HBA1c 5%.

B. Permasalahan
1. Aktivitas yang padat dan pola makan yang tidak teratur membuat
ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat.
2. Dokter tidak memberikan informasi kepada pasien mengenai obat Amaryl,
Glucophage, dan Neurodex.
3. Ibu Wulan tidak melakukan kontrol rutin ke dokter dan tidakrutin
mengkonsumsi obat diabetes.
4. Apoteker melayani salinan resep berulang.
5. Setelah home care kadar glukosa darah 2 jam setelah makan menjadi 190
mg/dL.

3
II. Pembahasan

Pada kasus ini Ibu Wulan seorang ibu rumah tangga yang mengikuti
program BPJS. Ibu Wulan mengikuti BPJS kelas 3 mandiri. Ibu Wulan mengikuti
BPJS dengan kelas tersebut dikarenakan iuran yang dibayarkan cukup murah
yakni sebesar Rp 25.500,00. Alasan lain yang menyebabkan Ibu Wulan memilih
BPJS kelas ini karena suami Ibu Wulan yang sudah seorang pensiunan PNS yang
otomatis pendapatan keluarga mereka menurun. Selain itu, Ibu Wulan juga masuk
dalam kategori peserta non penerima upah dikarenakan beliau didaftarkan sebagai
anggota keluarga dimana suaminya seorang PNS yang sekarang sudah pensiun.
Ibu Wulan melakukan pengobatan pada pelayanan tingkat pertama untuk
penyakit DM yang dideritanya. Pelayanan-pelayanan yang diterima Ibu Wulan
ketika melakukan pengobatan mengacu pada PeraturanKepala BPJS No 1 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Berikut pelayanan yang
diberikan kepada Ibu Wulan pada pelayanan tingkat pertama menurut peraturan
tersebut:
a. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
Ibu Wulan mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan gratis di
puskesmas.
b. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
berupa pemeriksaan darah sederhana
Ibu Wulan mendapatkan fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah
di puskesmas, sehingga Ibu Wulan lebih rajin dalam mengecek
kadar glukosa darah dan kadar glukosa darahnya dapat terkontrol.
c. Pelaksanaan prolanis dan home visit dan rehabilitasi medic dasar
Ibu Wulan mendapatkan pelayanan homecare dari puskesmas
dengan tenaga apoteker.

4
Alur Pelayanan Home care secara umum menurut Pedoman Pelayanan
Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care) Departemen Kesehatan Republik
Indonesia yaitu :

Apoteker melakukan penilaian awal terhadap pasien untuk mengindentifikasi


adanya masalah kefarmasian yang perlu ditindaklanjuti dengan pelayanan
kefarmasian di rumah

Apoteker menjelaskan permasalahan kefarmasian kepada pasien dan manfaat


pelayanan kefarmasian di rumah bagi pasien

Apoteker menawarkan pelayanan kefarmasian di rumah kepada pasien

Apoteker menyiapkan lembar persetujuan (informed consent) dan meminta pasien


untuk memberikan tanda tangan, apabila pasien menyetujui pelayanan tersebut

Apoteker mengkomunikasikan layanan tersebut pada tenaga kesehatan lain yang


terkait, apabila diperlukan. Pelayanan kefarmasian di rumah juga dapat berasal
dari rujukan dokter kepada apoteker apotek yang dipilih oleh pasien.

Apoteker membuat rencana pelayanan kefarmasian di rumah dan menyampaikan


kepada pasien dengan mendiskusikan waktu dan jadwal yang cocok dengan
pasien dan keluarganya. Rencana ini diberikan dan didiskusikan dengandokter
yang mengobati (bila rujukan)

Melakukan pelayanan sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah disepakati.
Mengkoordinasikan pelayanan kefarmasian kepada dokter (bila rujukan)

Apoteker mendokumentasikan semua tindakan profesi tersebut pada Catatan


Penggunaan Obat Pasien

5
Berdasarkan alur diatas maka pelayanan Home care untuk Ibu Wulan
sebagai berikut :
1. Apoteker melakukan penilaian awal terhadap Ibu Wulan dengan
mengidentifikasi masalah kefarmasian.
Bulan Kadar Kadar HBA1c Keterangan
Glukosa Glukosa 2 (%)
Puasa jam setelah
(mg/dL) makan
(mg/dL)
Juni 2015 135 340 - diresepkan Amaryl 2mg (1
tablet sebelum makan pagi),
Glucophage (2x sehari 1 tablet),
dan Neurodex (2x sehari 1
tablet).
Juli 2015 - - - - Kadar glukosa darah sewaktu
November 2015 130 mg/dL.
Desember 2015 103 230 9,5 Ibu Wulan malas minum obat
dan jarang kontrol ke dokter.
Januari 2016 - - - Suami Ibu Wulan pensiun dan
Ibu Wulan tidak pernah ke
dokter serta tidak pernah
menebus obat.
Maret 2016 120 260 - Terdaftar BPJS,
Menjalani pengobatan dengan
Metformin
Bulan 3 setelah - - - Rutin ke dokter untuk
pengobatan memperoleh obat
6 bulan 100 190 5 Nampak sehat dan ceria
kemudian
Hasil diagnosa dokter, Ibu Wulan menderita diabetes mellitus berdasarkan
pemeriksaan kadar glukosa darah. Setelah 6 bulan mengkonsumsi Amaryl,
Glucophage, dan Neurodex secararutinkadar glukosa darah Ibu Wulan tidak
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan Ibu Wulan memiliki aktivitas yang

6
cukup padat dan pola makan tidak teratur serta Ibu Wulan yang gemar
mengkonsumsi junkfood. Obat yang diberikan juga tidak tepat dosis, Neurodex
yang diberikan overdose karena seharusnya dosis yang diberikan1x sehari dan
terapi Amaryl yang diberikan seharusnya dimulai dari dosis awal 1 mg dan
peningkatan dosis dilakukan. Setiap kenaikan harus didasarkan pada pemantauan
kadar glukosa darah secara teratur dan harus bertahap, yaitu dengan interval 1-2
minggu (MIMS, 2016). Ibu Wulan juga jarang melakukan kontrol rutin dan hanya
membeli obat di apotek dengan menunjukkan salinan resep yang seharusnya tidak
dapat dilakukan, kesalahan terdapat pada apoteker sebelumnya yang tidak
memberikan tanda detur pada resep. Ibu Wulan juga sempat tidak mengkonsumsi
obat sama sekali. Berdasarkan masalah kefarmasian tersebut, perlu dilakukan
pelayanan home care pada IbuWulan.

Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis Diabetes Melitus (mg/dL) (PERKENI, 2011)

Bukan DM Belumpasti DM DM

Kadar
glukosadarahsewaktu <100 100-199 200
(mg/dL)
Kadar
glukosadarahpuasa <100 100-125 126
(mg/dL)
DM kadar glukosa darah 2 jam setelah makan 200 mg/dL dan HBA1C 6,5%
(ADA, 2016).

2. Apoteker menjelaskan pada Ibu Wulan mengenai manfaat dari pelayanan


kefarmasian di rumah antara lain terjaminnya keamanan dan efektifitas obat,
meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat, dan
terselesaikannya masalah kepatuhan penggunaan obat.
Ibu Wulan diresepkan oleh dokter Metformin 500mg 2x sehari pagi dan sore.
Obat yang diresepkan tepat indikasi dan tepat dosis (Medscape, 2016).
7
3. Apoteker menawarkan pelayanan kefarmasian di rumah Ibu Wulan.

4. Apoteker meminta tanda tangan persetujuan Ibu Wulan untuk mendapatkan


pelayanan Home care. Selanjutnya dilakukan pencatatan data pasien yaitu :
Nama pasien, alamat, nomor telepon dan tanggal lahir pasien
Nama, alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi dalam keadaan
emergensi
Tinggi, berat badan dan jenis kelamin pasien
Pendidikan terakhir pasien
Hasil diagnosa
Hasil uji laboratorium
Riwayat penyakit pasien
Riwayat alergi
Profil pengobatan pasien yang lengkap (obat keras dan otc),
imunisasi, obattradisional
Nama dokter, alamat, nomor telepon dll
Institusi atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pelayanan
kesehatandi rumah dan nomor telepon
Rencana pelayanan dan daftar masalah yang terkait obat, jika ada
Tujuan pengobatan dan perkiraan lama pengobatan
Indikator keberhasilan pelayanan kefarmasian di rumah

5. Apoteker mengkomunikasikan layanan tersebut pada tenaga kesehatan lain


yang terkait, apabila diperlukan. Pelayanan kefarmasian di rumah juga dapat
berasal dari rujukan dokter kepada apoteker apotek yang dipilih oleh pasien.
Rencana pelayanan kefarmasian oleh tim kesehatan harus dikomunikasikan
ke semua tenaga kesehatan yang terlibat. Rencana pelayanan kefarmasian dan
perubahannya harus didokumentasikan dalam catatan penggunaan obat
pasien.

8
6. Apoteker membuat rencana pelayanan kefarmasian di rumah dan
menyampaikan kepada pasien dengan mendiskusikan waktu dan jadwal yang
cocok dengan pasien dan keluarganya. Rencana ini juga diberikan dan
didiskusikan dengan dokter yang mengobati (bila rujukan). Pelayanan
kefarmasian di rumah Ibu Wulan direncanakan 1 minggu sekali.

7. Melakukan pelayanan sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah


disepakati. Mengkoordinasikan pelayanan kefarmasian kepada dokter (bila
rujukan). Pelayanan apoteker kepada Ibu Wulan meliputi :
Pemakaian Obat
Metformin dikonsumsi 2x sehari pagi dan sore.
Penyimpanan Obat
Metformin di simpan pada suhu ruangan
Efek Samping Obat
Efek samping Metformin antara lain : gangguan pencernaan, antara lain
mual, muntah, diare ringan dan gangguan penyerapan vitamin B12
sehingga Ibu Wulan disarankan tidak mengkonsumsi vitamin B12.
Terapi Non Farmakologi
a. Mengatur pola makan.
Pengaturan pola makan atau diet dilakukan agar diabetes yang
dialami oleh Ibu Wulan dapat terkendali. Diet mampu menurunkan
berat badan sehingga dapat memperbaiki toleransi tubuh terhadap
glukosa. Ibu Wulan dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang sehat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Komposisi
makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak
20%-25%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3g, diet cukup
serat sekitar 25g/hari, memperbanyak mengkonsumsi air putih dan
mengurangi konsumsi junk food.
b. Mengurangi aktifitas fisik dengan cara mengurangi kegiatan dan
beristirahat yang cukup.

9
c. Latihan jasmani (olahraga)
Kegiatan olah raga atau latihan jasmani yang dilakukan secara
teratur 3-4 kali dalam seminggu. Minimal dilakukan selama 30
menit. Latihan jasmani yang teratur dapat meningkatkan
sensitifitas jaringan terhadap insulin.
(Olokoba, 2012).

8. Apoteker mendokumentasikan semua tindakan profesi tersebut pada Catatan


Penggunaan Obat Pasien.

10
Proses penghentian pelayanan kefarmasian di rumah dilakukan apabila :
Hasil pelayanan tercapai sesuai tujuan
Kondisi pasien stabil

11
Keluarga sudah mampu melakukan pelayanan di rumah
Pasien dirawat kembali di rumah sakit
Pasien menolak pelayanan lebih lanjut
Pasien pindah tempat ke lokasi lain
Pasien meninggal dunia
Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2
target utama, yaitu:
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2.Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.
The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa
parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan
diabetes:

12
Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan ibu Wulan menjadi 190 mg/dL,
Berdasarkan Di Piro kadar tersebut masih sedikit diatas kadar yang diharapkan
yaitu <180 mg/dL, sehingga untuk solusinya ibu Wulan harus tetap diet gula dan
menjaga pola makannya. Hal tersebut sangat disarankan, karena dengan pola
makan yang baik dan dilakukan terus menerus maka akan dapat tetap menjaga
kadar gula darah ibu Wulan.

III. Kesimpulan
Apoteker melakukan pelayanan Home care kepada ibu Wulan sesuai
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care) Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

13
Daftar Pustaka

American Diabetes Association, 2016, Standards of medical care in diabetes,


Diabetes Care, 39 (suppl 1), pp. 1-106.
BPJS Kesehatan, 2014, Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
KesehatanNomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan.
Di Piro, J, J., Di Piro, C, V., Well, B. G., Schwinghammer, T, L., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ed 9, McGraw-Hill, New York, p.162.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008, Pedoman
Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care), Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta hal.11-34.
Medscape, 2016, Metformin, diakses pada 18 September 2016.
MIMS, 2016, Amaryl, diakses pada 18 September 2016.
MIMS, 2016, Neurodex, diakses pada 18 September 2016.
Ndraha, S., 2014, Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini dalam
Medicinus, Vol. 27, Edisi Agustus 2014, Jakarta.
Olokoba A.B., Olusegum A., Lateefat B., 2012, Type 2 Diabetes Mellitus:A
Review of Current Trends, Oman Medical Journal, 4:269-273.

14

Anda mungkin juga menyukai