&
Identifikasi Drug Related
Problem (DRP)
Nama : Cut Sara Salsabila
NIM : 1908109010007
Nama : NA
JK : Perempuan
Umur : 74 tahun
Alamat : Lingka Kuta, Kec. Gandapura, Kab. Bireuen
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
BB : 37 kg
TB : 152 cm
Indeks BMI : 16,02 Kg/m2 (Moderate Thinnes)
No. HP : 081360884410
Pirazinamid 400 mg
275 mg Etambutol
Keteragan :
Obat KDT diberikan 1 kali sehari 2 tablet
dipagi hari sebelum makan
TUBERKULOSIS
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium
yaitu Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014)
International Diabetes Federation (2012), melaporkan penderita diabetes melitus beresiko 2,5 kali lebih
tinggi untuk berkembang menjadi tuberkulosis dibanding yang tidak DM. Saat ini, prevalensi terjadinya TB
paru meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi pasien DM.
Sumber:
• Arliny, Y. (2015). Tuberkulosis dan Diabetes Melitus Implikasi Klinis Dua Epidemik. Jurnal Kedokteran, Vol 15(1). 36-
43.
• Mihardja, L., Lolong, D. B., & Gihani, L. (2015). Prevalensi Diabetes Melitus pada Tuberkulosis dan Masalah Terapi.
Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.14(4), 350-358.
IDENTIFIKASI DRP
IDENTIFIKASI DRP
Sumber :
• Monthly Index of Medical Specialities (MIMS). (2021). https://www.mims.com/indonesia/drug. Diakses pada
29 April 2022.
• Fraga, A. D., Oktavia, N., & Mulia, R. A. (2021). Evaluasi Penggunaan Obat Tuberkulosis Pasien Baru
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Oebobo Kupang Tahun 2020. Jurnal Farmagazine, Vol. VIII(1)
Isoniazid
Berdasarkan hasil wawancara terkait efek samping yang
mungkin terjadi. Saat penggunaan obat, Ibu NA kerap kali
mengeluhkan kaki yang terasa kebas.
Berdasarkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Peripheral neuropathy terjadi karena :
Tuberkulosis, berikut efek samping minor dan penanggulangannya:
Sumber:
• KemenKes RI. (2013). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. KemenKes, Jakarta
• Monthly Index of Medical Specialities (MIMS). (2021). https://www.mims.com/indonesia/drug. Diakses pada 29 April 2022.
• National Center for Biotechnology Informasi (NCBI). (2021). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531488/. Diakses pada 29
April 2022.
Pirazinamid
Sumber :
• Monthly Index of Medical Specialities (MIMS). (2021). https://www.mims.com/indonesia/drug. Diakses
pada 29 April 2022.
• Ramappa, V., & Aithai, G. (2013). Hepatotoxicity Related to Anti-tuberculosis Drug : Mechanisms and
Management. J Clin Exp Hepato, Vol.3 (1), 37-49
Mekanisme Isoniazid menyebabkan hepatotoksik Mekanisme Rifampicin meyebabkan hepatotoksik
berdasarkan jurnal Clinical and Experimental berdasarkan Indonesia Jurnal Chest, 2020 :
Hepatology, 2013 :
Sumber:
• Banjuradja, I., & Singh, G. (2020). Mekanisme Hepatotoksik dan Tatalaksana Tuberkulosis pada
gangguan Hati. Indonesia Jurnal Chest, Vol. 7 (2). 52-64.
• Ramappa, V., & Aithai, G. (2013). Hepatotoxicity Related to Anti-tuberculosis Drug : Mechanisms
and Management. Journal Clincal and Experimental Hepatologi, Vol.3 (1), 37-49
Etambutol
Berdasarkan KemenKes RI tahun2013 Pedoman Nasional Pelayanan Keterangan : Ibu NA merupakan pasien DM-Tuberkulosis,
Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis, jika mengalami gangguan sehingga dikhawatirkan mengalami komplikasi pada mata.
penglihatan segera diskusikan dengan dokter dan hentikan pengobatan Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemantauan lebih lanjut untuk
mengantisipasi terjadinya efek samping
Sumber:
• KemenKes. (2019). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
KemenKes, Jakarta.
• Monthly Index of Medical Specialities (MIMS). (2021). https://www.mims.com/indonesia/drug.
Diakses pada 29 April 2022.
Gliclazide
Berdasarkan hasil wawancara, Ibu NA mengatakan selama
4 tahun menjalani pengobatan DM tidak pernah mengalami
keadaan hipoglikemia. Glukosa darah sewaktu saat
penggunaan obat ialah 190mg/dl, dengan ini dapat
dikatakan Ibu NA tidak mengalami hipoglikemia. Untuk
resiko kenaikan berat badan, Ibu NA mengatakan selama 4
tahun penggunaan tidak mengalami kenaikan yang
berlebihan, hanya 1 atau 2Kg, sama seperti sebelum
penggunaan obat. Namun pada satu bulan sebelum
didiagnosa TB paru, BB Ibu NA mengalami penurunan yang
sangat drastis, lalu setelah mulai sembuh BB berangsur-
angsur naik kembali. Dengan kata lain, kenaikan BB ini
bukan disebabkan oleh efek samping penggunaan obat.
Sumber:
KemenKes. (2019). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Tuberkulosis.
C1
DRUG SELECTION
Berdasarkan wawancara pasien berusia 74 tahun dengan
berat badan 37Kg. Ibu NA baru pertama kali didiagnosa
mengalami TB paru. Obat yang diterima oleh ibu NA adalah
KDT (Kombinasi Dosis Tetap) yang berisi:
• Rifampicin 150mg
• Isoniazid 75mg
• Pyrazinamid 400mg
• Etambutol 275mg
Sumber :
• International Union Againts Tuberculosis and Lung Disease. (2019). Manangement of Diabetes Mellitus-
Tuberculosis. World Diabetes Foundation, Paris.
• KemenKes. (2013). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. KemenKes,
Jakarta.
Rifampicin Isoniazid
Sumber :
• Loubser, S. (2010). Tuberculosis Drugs-First Line.
https://immunopaedia.org/index.php?id=260&L=0&key=0. Diakses pada 27 April 2022.
• Siregar, M. I. T. (2015). Mekanisme Resistensi Isoniazid & Mutasi Gen KatG Ser315Thr (G944C)
Mycobacterium Tuberculosis sebagai Penyebab Tersering Resistensi Isoniazid. JMJ. Vol. 3 (II), 119-131.
Pyrazinamid Etambutol
Kesimpulan :
Berdasarkan literatur, penggunaan KDT pada pasien TB
dengan DM sudah tepat indikasi
Keterangan :
Pemeriksaan terakhir gula darah sewaktu : 190mg/dl
Kesimpulan :
Berdasarkan literatur, penggunaan gliclazide dengan
obat untuk tuberkulosis (rifampisin) dapat menimbulkan
interaksi obat, sehingga dinilai kurang tepat.
Sumber :
• International Union Againts Tuberculosis and Lung Disease. (2019). Manangement of Diabetes Mellitus-Tuberculosis. World
Diabetes Foundation, Paris.
• Sari, W. D. P, Nurmainah, & Utari, E. K. (2019). Interaksi Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dengan Obat Antituberkulosis (OAT)
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II yang terinfeksi TB. Jurnal Farmasi Kalbar, Vol. IV (1), 57-65
C2
DRUG FORM
Obat yang diterima pasien:
Kombinasi Dosis Tunggal Kesimpulan :
• Rifampicin Tidak terdapat masalah dalam penggunaan obat
• Isoniazide bentuk tablet.
• Pyrazinamide Sediaan Tablet
• Etambutol
Gliclazide
Hasil wawancara :
• Pasien tidak dalam keadaan khusus yang
menyulitkan dalam mengonsumsi obat dalam
sediaan tablet (bukan pasien post-stroke)
• Pasien tidak mengeluhkan adanya kesulitan
saat penggunaan obat bentuk tablet
C3
DOSE SELECTION
Berdasarkan wawancara, Ibu NA mengatakan bahwa pada
2 bulan pertama diberikan 4KDT yaitu kombinasi dosis
tetap yang terdiri dari :
• Rifampicin 150mg
• Isoniazid 75mg
• Pyrazinamid 400mg
• Etambutol 275mg
Sumber :
KemenKes. (2013). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.
KemenKes, Jakarta.
C4
TREATMENT
DURATION
Berdasarkan wawancara, Ibu NA mengonsumsi obat 4KDT
selama 2 bulan awal, lalu dilanjut dengan penggunaan 2KDT
selama 4 bulan. Setelah 6 bulan pengobatan, Ibu NA kembali
diperiksa dengan foto thorax. Hasil yang didapatkan, masih
terdapat sisa lesi pada foto thorax, sehingga dokter
menyarankan untuk melanjutkan penggunaan 2KDT sampai
bulan ke-9.
Keterangan :
• Ibu NA baru pertama kali didiagnosa Tuberkulosis paru
• Glukosa darah sewaktu : 190mg/dl (setelah minum
obat)
Sumber :
• International Union Againts Tuberculosis and Lung Disease. (2019). Manangement of Diabetes Mellitus-Tuberculosis.
World Diabetes Foundation, Paris.
• KemenKes. (2016). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. KemenKes, Jakarta.
Berdasarkan wawancara, pasien sudah mengonsumsi
obat antidiabetes oral selama 4 tahun. Obat yang
digunkan berasal dari golongan sulfonilurea yaitu
gliclazid 80mg.
Sumber :
• Gusti, E. K. M., Kuswinarti, Dahlan, A. (2020). Persepsi Pasen DM Tipe 2 terhadap Penggunaan Obta Antidiabetes
Oral di RSUD dr. Hasan Sadikin Bandung. JMPF, Vol. 1(1), 56-65.
• Ningrum, D. K. (2020). Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II. Higeai Journal of Public
Health Research and Development, Vol. 4 (3), 492-505.
C5
DISPENSING
“Poin ini dapat diabaikan karena bukan
obat racikan”
C6
DRUG USE
PROCESS
Poin ini dapat diabaikan
karena pemberian obat tidak
dilakukan di Fasilitas Kesehatan
C7
PATIENT RELATED
Pasien menggunakan obat lebih sedikit dari yang Berdasarkan wawancara, Ibu NA mengatakan
C7.1 diresepkan atau tidak menggunakan obat sama bahwa setiap hari dipagi hari selalu menimun obat
sekali yang diresepkan. Ibu NA meminum keseluruhan dari
tablet, tidak membagi tablet, tidak mengurangi dan
melebihkan dosis.
Pasien menggunakan obat lebih banyak dari yang Berdasarkan wawancara, pasien mematuhi instruksi
C7.2 diresepkan. yang diberikan dengan mengonsumsi 1 kali sehari 2
tablet KDT dan 1 kali sehari 1 tablet gliclazid.
Gliclazide (MIMS)
KDT (MIMS)
Gliclazide (MIMS)
Berdasarkan wawancara, pasien mengonsumsi obat
C7.7 Waktu dan interval dosis tidak tepat pada waktu dan interval dosis yang sesuai dengan
instruksi.
C7.8 Pasien secara tidak sengaja memberikan atau Berdasarkan wawancara, pasien mengonsumsi obat
menggunakan obat dengan cara yang salah dengan cara yang benar.