Anda di halaman 1dari 4

Diabetes mellitus adalah salah satu komplikasi medis dari kehamilan yang

tersering. Kemajuan dalam bidang medis dan perawatan obstetri telah memiliki
banyak kemajuan untuk wanita dengan diabetes serta keturunannya, namun
tetap saja kematian perinatal cukup tinggi apabila tidak mencapai status
euglikemi. Penggunaan insulin memerlukan pantauan secara berkala, diminum
dengan dosis terbagi, dan tidak begitu disukai dikalangan wanita kurang mampu
dan buta huruf. Pada awalnya ada pengertian bahwa penggunaan glyburide pada
saat kehamilan dapat memberikan efek yang teratogenik.
Pada kasus ini didapatkan 134 pasien yang telah didiagnosa diabetes gestasional
untuk menghadiri klinik antenatal setelah sreening dan uji diagnosa. Dari jumlah
tersebut didapatkan 63 pasien telah terkontrol (gula darah puasa <95mg% dan
gula darah postprandial <120mg%) selama menjalankan diet dikeluarkan dari
sampel dan 71 orang lainnya dinyatakan memerlukan terapi lebih lanjut dan
diacak menjadi 2 kelompok. Satu pasien dari kelompok insulin dan dua pasien
dari kelompok glyburide tidak mengikuti saat tindak lanjut dan 2 pasien dari tiap
kelompok memutuskan untuk keluar dari uji studi ini. Akhirnya didapatkan 32
pasien dari tiap kelompok untuk penelitian.
Kriteria inklusi :
1.
2.
3.
4.

Diabetes gestasional yang tidak berespon dengan kontrol diet.


Kehamilan tunggal.
Pasien dengan fungsi hati dan ginjal yang normal.
Pasien yang rutin datang ke klinik antenatal.

Kriteria eksklusi :
1. Kehamilan multiple.
2. Pasien yang baru muncul pertama kali setelah umur kehamilan lebih dari
36 minggu dan dengan diabetes yang tidak diterapi.
3. Pasien dalam terapi obat oral hipoglikemi seperti metformin.
4. Pasien yang memiliki interval saat memulai mengkonsumsi obat antidiabetes (glyburide/insulin) dan saat datang kurang dari 2 minggu.
5. Pasien yang ditemukan adanya anomali janin dengan ultrasonography
sebelum memulai pengobatan.
6. Pasien yang menjalani perawatan dari rumah sakit tersebut tapi
melahirkan di tempat lain.
Pasien pada kelompok kontrol menerima insulin dengan dosis rendah, 4 unit
sebelum
makan,
yaitu
sarapan, makan siang, dan makan malam. Dosis ditingkatkan sebanyak 4 unit
setiap hari ketiga sampai gula darah puasa 95 mg/dL dan gula darah 2-h
postprandial 120 mg/dL pada setiap waktu makan. Saat kondisi pasien telah
terkontrol, total dosis insulin dihitung dan dicatat. Dua-pertiga dari
dosis total diberikan di pagi hari dan sepertiga dosis total diberikan saat malam.
Lente dan plain insulin yang diberikan dengan perbandingan 2: 1 di pagi hari dan
2: 1 atau 1: 1 pada malam hari.

Pasien pada kelompok glyburide mendapatkan obat oral sebanyak 2,5mg


sebagai dosis awal. Kenaikan dari dosis obat oral 2,5mg dilakukan setiap 3 hari
sampai tercapainya dosis optimum. Glyburide boleh diberikan sampai dosis
maksimum 20mg/hari. Apabila glukosa tidak dapat dikontrol dengan dosis
maksimum maka pasien dipindahkan ke kelompok insulin.

Glukosa dinyatakan telah terkontrol jika:

1. Gula darah puasa 95 mg/dl.


2. Gula darah 2-h postprandial 120 mg/dL.
3. HbA1C 6.5 gm/dL.
Glukosa pasien dipantau setiap minggu dengan glucometer dan paling tidak
sekali dalam 2 minggu dilakukan pengambil darah melalui vena. Evaluasi HbA1C
dilakukan setiap 2-3 bulan.
HASIL
Paritas cukup signifikan secara statistik dan lebih tinggi pada kelompok insulin.
Perbandingan variabel pengganggu, seperti usia, berat badan sebelum hamil,
usia kehamilan, dan HbA1C pada saat memulai obat anti-diabetes menunjukan
tidak
ada
perbedaan
yang
signifikan
antara
kedua
kelompok. Tidak ada satu pasien pun yang menerima obat anti-diabetes saat
umur kehamilan trimester pertama.
Pasien kelompok glyburide dan insulin sebanyak masing-masing 93,8% dan
97,1% dapat mencapai kadar glukosa yang terkontrol. Gula darah menunjukan
angka 92mg/dL dan 90 mg/dL pada kelompok insulin dan glyburide. Waktu ratarata yang dibutuhkan untuk mencapai gula darah yang terkontrol adalah 10 hari
dan 8 hari pada kelompok insulin dan glyburide, dimana tidak ada perbedaan
yang signifikan secara statistik.
Students t-test digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan secara
signifikan pada gula darah antara kelompok glyburide dan insulin. Students ttest juga untuk membandingkan glukosa darah pasca terapi antara 2 kelompok
tersebut. Hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dilakukan terapi
(p=0.302) dan setelah dilakukan terapi (p=0.16) pada kelompok insulin dan
glyburide.
Dengan menggunakan paired t-test, nilai dari sebelum dan sesudah terapi dari
kedua kelompok apabila dibandingkan menunjukan adanya perbedaan yang
signifikan pada sebelum dan sesudah terapi glyburide (p=0.004) dan terapi
insulin (p=0.008).
Dua pasien dari kelompok terapi glyburide memerlukan insulin karena gagal
untuk mencapai gula yang terkontrol dengan dosis maksimal dari glyburide.
Rata-rata dosis glyburide pada studi tersebut adalah 51.9 mg/hari. Dosis
maksimum glyburide adalah 20 mg/hari. Rata-rata dosis insulin pada studi

tersebut adalah 33.822.9 unit/hari, sedangakn dosis maksimumnya adalah 84


unit/hari.
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kejadian komplikasi fetal (p=0.32) dan
maternal (p=0.87) pada kedua kelompok. Satu pasien dari kelompok glyburide
mengalami kematian janin intrauterin. Pasien tersebut datang ke klinik antenatal
secara rutin sampai umur kehamilan 35 minggu, kemudian ia tidak mengikuti
kunjungan mingguannya karena alasan sosial dan dilaporkan ke rumah sakit
pada umur kehamilan 37 minggu dengan kejadian pre-eklamsi dan tidak ada
persepsi dari gerakan janin selama 1 hari. Kematian intrauterin dipastikan
dengan ultrasonography, pasien diinduksi dan melakukan persalinan normal
tanpa komplikasi. Tidak ditemukan adanya anomali kongenital pada janin,
meskipun demikian pasien telah mencapai angka gula normal sampai akhir.
Rata-rata kelahiran janin pada kelompok glyburide dan insulin adalah 3.2 0.42
kg dan 3.1 0.54 kg. Waktu kelahiran rata-rata antara kelompok glyburide dan
insulin adalah 37.6 1.3 minggu dan 37.8 1.2 minggu.
Diskusi
Untuk mengatasi diabetes pada kehamilan pada akhir tahun 1990 sampai 2012
ditetapkan bahwa kontrol diet dan insulin adalah terapi untuk mencapai
euglikemia. Pasien harus mendapatkan injeksi dengan dosis terbagi dan
pantauan secara rutin. Kebutuhan untuk adanya obat oral yang sama-sama
aman dan berkhasiat seperti insulin bisa menjadi lebih menyenangkan.
Sulfonylurea digunakan pada diabetes non kehamilan , namun keamanan pada
kehamilan masih belum diketahui sampai beberapa tahun yang lalu. Yogev et al.
menyatakan bahwa wanita dengan diabetes gestasional mencapai kadar gula
normal dengan menggunakan glyburide. Sama dengan studi diatas 93.8% dari
pasien mencapai kadar gula normal pada kelompok glyburide. Pada kedua
kelompok tersebut kadar gula darah yang terkontrol cukup mirip. Komplikasi
maternal dan janin juga cukup mirip, bagaimanapun juga perlu studi lebih lanjut
mengenai penggunaan glyburide untuk konsekuensi efek hipoglikemia pada
janin dan lahir mati yang tidak dapat dijelaskan. Cheng et al. menemukan bahwa
kelahiran neonatus pada penderita diabetes gestasional yang diterapi dengan
glyburide cenderung menjadi makrosomia dan harus dirawat di perawatan
intensif apabila dibandingkan dengan penderita yang diterapi injeksi insulin.
Pada kasus diatas didapatkan 1 kasus makrosomia pada setiap kelompok dan
jumlah penerimaan neonatus lenih banyak pada kelompok glyburide tanpa
adanya data statistik yang signifikan. Brustman et al. menunjukkan bahwa
peningkatan dosis glyburide tidak memiliki hubungan dengan peningkatan
kejadian
hipoglikemik.
Hal yang sama juga ditegaskan dalam penelitian ini. Moretti et al. tidak
menyarankan peningkatan risiko perinatal dengan glyburide. Ramos et al.
mengamati bahwa pada wanita dengan diabetes gestasional yang secara nyata
terdapat peningkatan pada uji glukosa oral dan puasa hiperglikemia, glyburide
mencapai angka berat lahir yang sama, namun ada peningkatan risiko
makrosomia apabila dibandingkan dengan insulin. Pada penelitian tersebut

wanita diabetes dan setengah buta huruf, glyburide ditemukan berkhasiat dan
aman. Penggunaan glyburide relevan untuk sejumlah besar massa di negaranegara berkembang dan dapat menurunkan perinatal kematian yang terkait
dengan diabetes yang tidak terkontrol.
Hal ini dapat disimpulkan glyburide obat yang aman dan dapat sebagai alternatif
pengobatan yang non-invasif daripada injeksi insulin untuk pengobatan diabetes
pada kehamilan, seperti yang ditemukan di studi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai