Dosen Pengampu:
Dr. apt. Yosef Wijoyo, M.Si.
Disusun oleh:
Kelas/Kelompok: A/4
Nama Anggota Kelompok:
Aura Tasya Susanto 218115089
Florentina Galuh Ivanka 218115099
Anandha Nabila Prjanaparamita 218115101
Lenny Evangeline Natiur 218115105
Agustina Dewi Riskawati 218115108
Agus Budiartha 218115113
Aprilia Sabila Saraswati 218115125
Seravina Miranda Losong 218115127
C. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
P1. Efektivitas Terapi
P1.2 Efek terapi obat belum optimal
Terapi kombinasi obat antidiabetes (Metformin tablet 500 mg dan Actos tablet 15 mg) yang
digunakan pasien belum optimal dalam mengontrol kadar gula darah pasien
P1.3 Gejala atau indikasi yang belum terobati
1. Belum ada pengobatan antibiotik untuk infeksi pada kaki pasien. Hasil pemeriksaan lab
pada kaki menunjukkan adanya infeksi bakteri Enterococcus faecalis (+++) dan lactose
fermenting coliform (+++).
2. Belum ada terapi untuk HONK yang dialami pasien. Pasien mengalami kelelahan, merasa
lemah, bingung, dehidrasi, disorientasi, dan hipotensi yang dibuktikan dengan
pengukuran TD= 92/59 mmHg (4 Maret 2022).
3. Dilihat dari hasil pemeriksaan yaitu GFR: 49 ml/mnt/1,73m2 pasien kemungkinan
menderita GGK stadium 3 dan belum ada manajemen terapi yang diberikan.
P2. Keamanan terapi
P2.1 Kejadian obat yang merugikan (mungkin) terjadi
Terdapat potensi interaksi antara Aspirin pada Aspilet dengan Perindropril pada Coveram.
P3. Lain-lain
P3.1 Permasalahan terkait dengan biaya terapi
Pasien ingin melakukan penggantian obat dengan merek dagang menjadi obat generik
dikarenakan tidak yakin dengan penghasilannya akan tetap atau menurun.
P3.3 Permasalahan/keluhan yang belum diselesaikan
1. Pasien merasa belum familiar dalam menggunakan fasilitas asuransi BPJS.
2. Pasien merasa jenuh meminum obat dan belum terlalu familiar dengan perawatan luka
diabetes pada kaki.
3. Pasien mengalami tekanan karena hampir setiap hari ada konsumen yang komplain
terkait produk yang dibeli karena tidak diantar secara on-time.
4. Pasien merupakan perokok berat (pengguna cerutu).
D. TUJUAN
1. Memberikan konseling kepada pasien agar patuh dan taat dalam menjalani terapi
agar terapi menjadi optimal dan outcome tercapai.
2. Mengobati gejala atau indikasi baru yang dialami pasien.
3. Memastikan terapi yang dijalani aman.
4. Memberikan edukasi terkait penggunaan layanan bpjs kesehatan agar pasien lebih
paham dalam penggunaan layanan bpjs kesehatan atau lebih familiar.
E. LANDASAN TEORI
Informasi Obat yang Diterima Pasien
a. Metformin tablet 500 mg (3x1 tab)
Indikasi : Diabetes mellitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat badan
berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak
dapat mengendalikan kadar gula darah (PIONAS, 2015).
Kandungan : Metformin HCl
Dosis : Dosis ditentukan secara individu berdasarkan manfaat dan
tolerabilitas. Dewasa: dosis awal 500 mg setelah sarapan untuk
sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan dan
makan malam untuk sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg
setelah sarapan, setelah makan siang dan setelah makan malam. Dosis
maksimum 2 g sehari dalam dosis terbagi (PIONAS, 2015).
ESO : Anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut,
asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi), penurunan
penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis
(PIONAS, 2015).
Terapi Farmakologi
Terapi Non-Farmakologi
- Terapi nutrisi medis direkomendasikan untuk semua pasien. Untuk DM tipe 1,
fokusnya adalah pada pengaturan fisiologis pemberian insulin dengan diet
seimbang untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat. Rencana
makan harus moderat dalam karbohidrat dan rendah lemak jenuh, dengan fokus
pada makanan seimbang.
- Latihan aerobik dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan kontrol glikemik dan
dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular, berkontribusi pada penurunan atau
pemeliharaan berat badan, dan meningkatkan kesejahteraan.
(Perkeni, 2021; Dipiro, 2015)
HONK
Hiperosmolar Hiperglycemic State merupakan komplikasi akut pada penyakit diabetes.
Keadaan ini merupakan suatu kedaruratan metabolik yang serius namun jarang ditemui, angka
morbiditas dan mortalitasnya tinggi jika tidak ditangani dengan segera dan adekuat. Keadaan
hiperglikemik dapat menyebabkan menurunnya cairan tubuh total sehingga target pengobatannya
yaitu untuk mengobati penyebab dasarnya secara bertahap dan aman yaitu dengan cara
mengganti kehilangan cairan dan elektrolit, mengobati fase pencetus, menormalkan osmolalitas,
serta menormalkan gula darah (Zamri, 2018).
Tujuan terapi awal yaitu rehidrasi intravena untuk mengambilkan perfusi perifer.
Elektrolit seperti natrium, klorida, dan kalium, sehingga cairan basa yang harus digunakan
adalah larutan natrium klorida 0,9% dengan kalium ditambahkan sesuai kebutuhan. Penggantian
cairan saja (tanpa insulin) akan menurunkan glukosa darah, mengurangi osmolalitas dan
menyebabkan pergeseran air ke ruang intraseluler.
Penggunaan Insulin
- Jika terdapat ketonaemia yang signifikan (> 1 mmol/L), ini menunjukkan
hipoinsulinemia relatif dan insulin harus dimulai pada saat awal
- Jika ketonaemia yang signifikan tidak ada (<1 mmol/L) JANGAN mulai insulin.
- Penggantian cairan saja dengan larutan natrium klorida 0,9% akan menghasilkan tingkat
gula darah yang turun. Pengobatan insulin sebelum penggantian cairan yang adekuat
dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular ketika air keluar dari ruang intravaskular,
dengan hasil penurunan volume intravaskular.
- Dosis insulin yang dianjurkan adalah infus insulin iv tingkat tetap yang diberikan pada
0,05 unit per kg per jam. Penurunan glukosa pada kecepatan hingga 5 mmol/L per jam
adalah ideal dan, setelah gula darah berhenti turun setelah resusitasi cairan awal,
penilaian kembali asupan cairan dan evaluasi fungsi ginjal harus dilakukan. Insulin dapat
dimulai pada titik ini, atau, jika sudah ada, laju infus meningkat 1 unit / jam.
1) Pertimbangkan penggantian yang lebih cepat jika tekanan darah sistolik <90
mmHg, perhatian pada orang tua di mana rehidrasi yang terlalu cepat dapat
memicu gagal jantung tetapi tidak cukup dapat gagal untuk membalikkan
cedera ginjal akut
2) Hanya memulai infus insulin (0,05 unit / kg / jam) jika terdapat ketonaemia
yang signifikan (> 1 mmol/L) atau ketonuria ≥2+.
3) Kapiler BG, vena plasma glukosa darah, urea dan elektrolit, osmolalitas yang
diukur dan dihitung (2Na + glukosa + urea), gas darah vena, keton darah dan
laktat, darah lengkap, kultur darah, EKG, rontgen dada, analisis dan kultur
urin, protein C-reaktif (jika diindikasikan)
b. 60 menit – 6 jam
c. 6-12 jam
d. 12-24 jam
Pasien harus sudah pulih, dapat makan dan minum dengan baik, biokimia mulai
normal, dan variabel klinis dan biokimia telah dinormalisasi.
(Zamri, 2018).
Terapi Cairan
Terapi Bikarbonat
Pada pasien hiperglikemia dengan defisit kalium yang berat, pemberian insulin
dapat memicu terjadinya hipokalemia dan memicu terjadinya aritmia atau kelemahan otot
pernafasan. Oleh karena itu, jika kadar kalium kurang dari 3,3 mEq/L, maka pemberian
kalium intravena harus segera diberikan dan terapi insulin ditunda sampai kadarnya lebih
atau sama dengan 3,3 mEq/L.
Terapi Fosfat
(Semarawima, 2017).
Penghentian Furosemide
BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Jaminan
Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. BPJS bertujuan untuk
mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup
yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya. BPJS diselenggarakan
berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dengan tujuan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap rakyat Indonesia yang sudah menjadi hak dasar manusia (Pemerintah
RI, 2011).
Fasilitas asuransi BPJS dapat diakses melalui aplikasi Mobile JKN atau dari
website BPJS tersebut. Aplikasi Mobile JKN merupakan inovasi yang dibuat oleh BPJS
Kesehatan untuk memudahkan calon peserta dan peserta JKN-KIS. Melalui aplikasi ini
semua layanan dan informasi penting peserta dapat di akses dalam perangkat
elektronik/handphone. Dalam aplikasi Mobile JKN terdapat menu peserta, ubah data
peserta, ketersediaan tempat tidur, pendaftaran pelayanan, premi, konsultasi dokter,
jadwal tindakan operasi, skrining kesehatan, obat yang ditanggung, catatan pembayaran,
pendaftaran peserta, pembayaran, riwayat pelayanan, informasi dan pengaduan, info
JKN, lokasi dan skrining Mandiri Covid-19.
Terdapat beberapa jenis obat dalam medis. Dalam ketentuan umum Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/MENKES/068/1/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
disebutkan bahwa terdapat 4 jenis obat, yakni:
1. Obat Paten, yaitu obat yang memiliki hak paten;
2. Obat Generik, yakni obat dengan nama resmi International Non Proprietary
Names (INN) yang ditetapkan Farmakope Indonesia atau buku standar lain untuk
zat berkhasiat yang dikandungnya;
3. Obat Generik Bermerek/Bernama Dagang, yakni obat generik dengan nama
dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan;dan
4. Obat Esensial, merupakan obat terpilih yang dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan
tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan Menteri
Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka apoteker dapat
mengganti obat merek dagang tersebut dengan obat generik selama komponen aktifnya
sama atau mengganti dengan obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien (Pasal 21 ayat (2) Permenkes 9/2017).
Apoteker dalam mengganti obat atas persetujuan setidaknya dari pihak pasien.
Namun, secara etis apoteker dan/atau pasien tetap harus mengonfirmasi atau konsultasi
ulang kepada dokter yang menulis resep untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
Peraturan ini kemudian dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka
kebijakan tersebut mencakup peresepan dengan nama generik.
Berdasarkan PP No.12 pasal 32 tahun 2013, pelayanan obat pada fasilitas
kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS mengacu pada daftar dan harga obat yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Resep obat BPJS dalam era JKN mengacu pada
Formularium Nasional (ForNas) yang berisi daftar obat yang dijamin dan dibayar oleh
BPJS dan non ForNas dapat diberikan atas persetujuan Komite Medik.
Apabila I3.6 diterima, maka pasien akan diberikan terapi kombinasi amoxicillin dan
asam klavulanat lalu dilakukan konseling kepada pasien (I2.1). Apabila I4.2 ditolak
maka intervensi tersebut tidak dilakukan dan tidak ada alternatif solusi.
b. Problem 2
Pasien mengalami kelelahan, merasa lemah, bingung, dehidrasi, disorientasi, dan
hipotensi yang dibuktikan dengan pengukuran TD= 92/59 mmHg (4 Maret 2022). Gejala
tersebut diduga merupakan gejala dari HONK yang dialami pasien, dan belum ada terapi
yang diberikan untuk mengatasi gejala tersebut.
Solusi/intervensi:
I1.3 Intervensi diusulkan kepada dokter penulis resep
Diberikan usulan intervensi berupa pertimbangan untuk penghentian furosemid
karena dapat memperparah keadaan HONK, dilakukan terapi penggantian elektrolit, dan
diberikan terapi normal saline 0,9% iv serta insulin iv.
Apabila I1.4 diterima maka pasien disarankan ke dokter kembali I2.3 dan dilakukan
konseling kepada pasien (I2.1). Apabila I1.4 ditolak maka akan diusulkan kembali
kepada dokter untuk mengurangi dosis furosemid pada pasien (I3.2).
c. Problem 3
Dilihat dari hasil pemeriksaan yaitu GFR: 49 ml/mnt/1,73m2 pasien kemungkinan
menderita GGK stadium 3 dan belum ada manajemen terapi yang diberikan.
Solusi/intervensi:
I4.1 Intervensi lain (spesifik)
- Melakukan pengendalian kadar gula darah pasien
- Melakukan pengendalian kadar tekanan darah pasien dengan target 120-129/139
mmHg.
- Monitoring progress GGK dengan memantau nilai GFR pasien
- Monitoring atau evaluasi nilai ACR untuk mengetahui apakah terdapat kondisi
albuminuria
- Monitoring atau evaluasi kondisi apakah terdapat kondisi hematuria
(NHS, 2011; Kemenkes RI, 2017).
Apabila I4.1 diterima maka intervensi tersebut dapat dilakukan, dan penggunaan terapi
diabetes dan hipertensi pada pasien dilanjutkan dengan pilihan terapi terbaik. Apabila
I4.1 ditolak maka intervensi tersebut tidak dilakukan dan tidak ada alternatif solusi.
Apabila I1.4 diterima maka apoteker perlu melakukan konseling kepada pasien (I2.1),
pasien disarankan kembali kembali ke dokter (I2.3), dan penggantian aspilet menjadi
clopidogrel 75 mg (I3.1). Apabila I1.4 ditolak maka dilakukan monitoring terhadap
penggunaan obat tersebut.
P3. LAIN-LAIN
1. P3.1 Permasalahan terkait dengan biaya terapi
Cause :
C.9.2 Penyebab lain (Spesifik):
Pasien ingin melakukan penggantian obat dengan merek dagang menjadi obat generik
dikarenakan tidak yakin dengan penghasilannya akan tetap atau menurun.
Solusi/Intervensi:
I1.3 Intervensi diusulkan kepada penulis resep
Apoteker mengusulkan kepada dokter penulis resep untuk penggantian obat merek dagang
menjadi obat generik karena pasien tidak yakin dengan kestabilan penghasilannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017, apoteker dapat
mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat
merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
I3.1 Obat merek dagang diubah menjadi obat generik
Pasien sudah menjadi anggota BPJS Kesehatan (Kelas 1) sejak Januari 2022 sehingga
penggantian obat merek dagang menjadi obat generik dapat disesuaikan dengan Formularium
Nasional (FORNAS). Obat-obat merk dagang yang diganti menjadi obat generik adalah
Actos tablet 15 mg menjadi pioglitazon 15 mg, coveram (diasumsikan dosis 5mg/5mg)
menjadi amlodipin 5 mg dan perindopril 5 mg sedangkan obat-obatan lain seperti ezetrol
tablet 10 mg yang mengandung ezetimibe, aspilet yang mengandung asam asetilsalisilat,
serta cardismo 20 mg yang mengandung isosorbid mononitrat tidak dapat diganti dengan
obat generik karena obat generik yang mengandung zat aktif yang sama dengan obat merek
dagang tersebut tidak tercantum dalam formularium nasional sehingga tetap ditebus diluar
layanan BPJS.
(Widasari, 2008)
c. Problem 3
Pasien mengalami tekanan karena hampir setiap hari ada konsumen yang komplain
terkait produk yang dibeli karena tidak diantar secara on-time.
Solusi/Intervensi:
I4.1 Intervensi lain (Spesifik)
Menimbang kondisi pasien yang sekarang, menganjurkan kepada Bapak Sarwo untuk
mempekerjakan jasa antar atau bekerja sama dengan jasa pengiriman barang untuk
mengurangi beban kerja dan guna menyelesaikan permasalahan terkait waktu
pengiriman produk. Dengan begitu, produk yang dijual dapat dikirim dengan tepat
waktu sehingga pelanggan tidak lagi komplain terkait waktu pengiriman barang
d. Problem 4
Pasien merupakan perokok berat (pengguna cerutu).
Solusi/Intervensi:
I4.1 Intervensi lain (Spesifik)
Pasien dianjurkan untuk mengikuti Nicotine Replacement Therapy. Terapi ini terbukti
efektif untuk membantu mengurangi frekuensi merokok sampai mempertahankan dan
memperpanjang periode bebas rokok. Selama pelaksanaan terapi penggantian nikotin,
pasien perlu diberikan pendampingan terutama dalam hal craving merokok, sehingga
periode bebas rokok dapat lebih panjang dan stabil (Vito dan Irene, 2014)
KESIMPULAN
1. Melakukan konsultasi dengan dokter terkait penggantian terapi 2 kombinasi antidiabetes
(Metformin tablet 500 mg dan Actos tablet 15 mg) menjadi 3 kombinasi antidiabetes
(metformin+actos+acarbosa) dengan pertimbangan kadar gula darah pasien berada di atas
normal.
2. Pasien disarankan untuk melakukan monitoring kadar HbA1C dan juga glukosa darah
yang dapat diperiksakan setiap 3 bulan.
3. Memberikan konseling kepada pasien atau kerabat pasien (keluarga) terkait terapi non
farmakologi diabetes dan memantau kepatuhan pasien dalam menjalani terapi agar
outcome tercapai.
4. Memberikan edukasi terkait penggunaan layanan bpjs kesehatan (JKN Mobile) kepada
pasien atau kerabat pasien (keluarga) agar lebih paham.
5. Melakukan konsultasi dengan dokter terkait terapi yang akan diberikan pada pasien yaitu
terapi kombinasi amoxicillin 2000 mg tablet extended release dan asam klavulanat 250
mg tablet extended release setiap 12 jam sekali yang digunakan selama 7-14 hari pada
kaki pasien yang menunjukkan adanya infeksi bakteri.
6. Melakukan konsultasi dengan dokter terkait penggantian elektrolit, normal saline 0,9%
iv, dan insulin iv dan pertimbangan penghentian terapi furosemid pada pasien.
7. Mengingatkan pasien bahwa kejenuhan minum obat akan menyebabkan ketidakpatuhan
minum obat yang berefek pada keberhasilan terapi. Memberikan edukasi pasien
mengenai perawatan luka dan langkah-langkah perawatan kaki yang ideal.
8. Menyarankan kepada Bapak Sarwo untuk mempekerjakan jasa antar atau bekerja sama
dengan jasa pengiriman barang untuk menyelesaikan permasalahan terkait waktu
pengiriman.
9. Menyarankan pasien untuk mengikuti program Nicotine Replacement Therapy guna
membantu pasien mengurangi frekuensi merokok hingga pasien terbebas dari rokok.
LAMPIRAN
1. Form Rekonsiliasi
2. Catatan Penggunaan Obat Pasien
No Tgl Jam Nama Dokter Terapi yang Diberikan Catatan Pelayanan Apoteker
Pela
yana Nama Spesialis Alamat Tgl Nama Obat Cara
n R/ Pemberian
1 7/3/20 17.00 Dr. Penyakit Bantul 4/3/20 Metformin Oral (diminum 1. Pasien mengalami efek terapi
22 -18.0 Sari, Dalam 22 500 mg 3x1 menggunakan OHO yang belum optimal
0 Sp.PD air) sehingga terdapat usulan
melal Actos 15 mg penggantian terapi DM dari
ui 2x1 metformin 500 mg 3x1
zoom menjadi 2x1 kemudian
meeti Atorvastatin terdapat tambahan terapi
ng 40 mg 1x1 acarbosa sehingga pasien
mendapat usulan 3 kombinasi
Ezetrol 10 OHO.
mg 2. Terdapat infeksi pada pasien
namun belum diberikan
Furosemide terapi sehingga diusulkan
40 mg 1x1 kepada dokter untuk
memberikan terapi kombinasi
Aspilet 1x1 amoxicillin 2000 mg tab ER
dan asam klavulanat 250 mg
Coveram tab ER setiap 12 jam sekali
1x1 digunakan selama 7-14 hari.
3. Pasien masih mengalami
Cardismo gejala HONK sehingga
20 mg 3x1 diusulkan penghentian obat
furosemid dan pasien
dianjurkan kembali kedokter
terkait usulan penghentian
furosemid, dan supaya
mendapat terapi normal
saline 0,9% iv serta insulin
iv.
4. Memastikan pasien dapat
meminum obat dengan benar
dan menjelaskan kembali
apabila pasien lupa
5. Memastikan pasien tidak
mengalami ESO
6. Memastikan keluarga pasien
paham terkait pengobatan
pasien dan menyarankan agar
setiap aturan pakai obat
dicatat agar tidak lupa
7. Memonitoring gula darah
pasien, tekanan darah paien,
fungsi ginjal pasien, infeksi
pada pasien
8. Menjelaskan penyimpanan
obat
9. Memberikan terapi
nonfarmakologi
10. Mengevaluasi apakah ada
interaksi obat yang terjadi
pada pasien
11. Mengevaluasi program
nicotine replacement therapy
pada pasien
3. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Pelayanan Kefarmasian di Rumah
PERSETUJUAN (Informed Consent) PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH
(HOME PHARMACY CARE)
Setelah mendapat penjelasan tentang permasalahan yang terkait obat Metformin tablet
500 mg, Actos tablet 15 mg, Furosemide 40 mg, Atorvastatin 40 mg, Ezetrol 10 mg,
Aspilet, Coveram, dan Cardismo 20 mg yang memerlukan pelayanan kefarmasian di
rumah melalui :
a. Pengkajian masalah yang berhubungan dengan penggunaan obat
b. Pengawasan kepatuhan dan kesepahaman terapeutik
c. Konseling
d. Monitoring pelaksanaan, efektivitas dan keamanan penggunaan obat
Hak Pasien :
1. Ikut menentukan rencana pelayanan kefarmasian di rumah
2. Menerima pelayanan yang sesuai dengan standar/pedoman yang berlaku
3. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pelayanan yang sedang dilakukan
4. Memperoleh perlindungan hukum atas tindakan yang menyimpang dari standar prosedur
Hak Apoteker
1. Menerima jasa pelayanan sesuai tarif yang berlaku
2. Memperoleh informasi yang sebenarnya dari pasien/keluarga pasien tentang keadaan
pasien yang terkait dengan pelayanan kefarmasian yang diberikan
3. Memperoleh perlakuan yang sesuai dengan norma yang berlaku
Kewajiban Apoteker
1. Memberikan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar/pedoman yang berlaku
2. Mematuhi rencana pelayanan kefarmasian yang telah dibuat berdasarkan kesepakatan
dengan pasien/keluarga
3. Memberikan informasi kepada pasien yang berkaitan dengan pelayanan yang sedang
dilakukan
Saya memahami bahwa pelayanan kefarmasian di rumah merupakan salah satu upaya
meningkatkan keberhasilan pengobatan yang sedang saya jalani. Saya percaya bahwa apoteker
yang memberikan pelayanan k efarmasian di rumah akan menjaga hak-hak saya dan kerahasiaan
pribadi saya sebagai pasien, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Bantul, 7 Maret 2020
Bapak Sarwo Bakti Dimas Bakti (Anak Dimas) Apt. Putri Anindya, S.Farm
4. Form Home Pharmacy Care
Lembar Dokumentasi
Pelayanan Home Pharmacy Care
Data Pasien:
Nama Pasien : Sarwo Bakti
TTL : Bantul, 2 Januari 1972
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 50 Tahun
Tinggi/BB : 170cm/83kg
Gol darah : AB
Alamat : Sewon, Bantul, Yogyakarta
Nomor HP : 088823231212
Pekerjaan : Pengusaha (Reseller produk makanan kesehatan)
Hasil Evaluasi:
1. Hasil pemeriksaan terakhir (5 Maret 2022)
- Glukosa darah 250 mg/dL (normal: GDS 200mg/dL, GDP 126 mg/dL)
- Kreatinin 186 micromol/liter = 2,1 mg/dL (normal laki-laki: 1,4 mg/dL)
- WCC 11,2 x 109 /L
- Neutrofil 7.6 x 109/L
- Blood culture positive for Gram-positive cocci
2. Pasien masih merasa lemah dan lesu.
Tanda-tangan