PHARMACEUTICAL CARE
GAGAL JANTUNG
Kelompok 04:
Amara Syafa Nabila
Agnes Safitri
Achmad Risma Romadhon
Dini Aeni Virnawati
Ita Febriani
Putri Choiratunnisa
Siti Nurasiah
MATERI YANG AKAN DI BAHAS
1 Pendahuluan
2 Problem medik khusus /
umum.
3 DRP umum
4 Interaksi Obat-obat, Obat-
Penyakit, Obat-Makanan
Implementasi
Pharmaceutical care Monitoring
Konseling dan
rekomendasi
8 Kesimpulan
Pendahuluan
• Penyakit jantung rematik (PJR) adalah suatu kondisi di mana terjadi kerusakan pada kutub jantung yang
bisa berupa penyempitan atau kebocoran, sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik (DR).
Penyebab Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik disebabkan oleh demam rematik yang tidak tertangani. Demam rematik sendiri
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus grup A, atau Streptococcus pyogenes (demam scarlet).
Infeksi tersebut menyebabkan tubuh menghasilkan respons sistem kekebalan yang menyerang jantung.
Ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit jantung rematik,
yaitu:
• Tidak mendapatkan pengobatan infeksi Streptococcus secara tuntas, atau mengalami infeksi berulang
• Tinggal di lingkungan yang padat dan kumuh
• Sulit mendapatkan antibiotik
• Jarang mencuci tangan, terutama setelah bersin, batuk, atau sebelum makan
Gejala Penyakit Jantung Rematik
pasien umumnya mengalami gejala demam rematik terlebih dahulu, seperti:
1. Demam
2. Nyeri sendi
3. Lemas
4. Benjolan di bawah kulit
5. Ruam kemerahan di kulit
6. Kelelahan
7. Gerakan tiba-tiba pada otot atau kaki (chorea)
Selain itu, kerusakan pada katup jantung umumnya menimbulkan berbagai gejala, antara lain:
8. Nyeri dada
9. Sesak napas
10. Pembengkakan pada perut, tangan, atau kaki
11. Bising jantung
12. Jantung berdetak cepat
Kasus
3. Riwayat Pasien
b. Ranitidine
Dosis untuk anak-anak: 2-4 mg/kg/dosis 2 kali sehari dan dapat ditingkatkan sampai 5 mg/kg BB dua kali sehari,
maksimal 300 mg.
Dosis menurut literatur : 21 x (2 -4 mg)= 21-84 mg Pasien diberikan 75 mg, dosis masih dalam kisaran normal. Tetapi,
regimen obat 3x sehari, menurut literatur, ranitidine digunakan 2x sehari. Saran sebaiknya, Ranitidine diturunkan
regimennya menjadi 2×75 mg/hari dan sudah dilakukan.
Efek samping: yang termanifestasi pada pasien : Penurununan SGPT/AST penurunan tidak signifikan
Efikasi monitoring: Pasien mengalami kondisi perbaikan. Nafsu makan pasien meningkat pasien tidak lagi
mengeluhkan mual dan muntah
Lanjutan
c. Prednisone
Dosis untuk bayi dan anak-anak: Untuk antiinflamasi: 2 mg/kg BB/hari selama 6 minggu
(maksimum 60 mg/hari) lalu ditappering off setelah 6-8 minggu 0.1-0.2 mg/kg/hari atau 5 mg/hari
Dosis literatur : 2 mg/kg x 21 kg = 42 mg
Efek samping: yang termanifestasi pada pasien Gangguan pencernaan
Efikasi monitoring : Paisien merasa lebih baik, tidak terlihat adanya gangguan pertumbuhan, nilai
potasium normal.
d. Captopril
Dosis untuk bayi dan anak-anak: Inisiasi 0.5 -2 mg/kg BB/hari, dapat dititrasi hingga maksium 6
mg/kg BB/hari terbagi dalam 2-4 dosis
menurut literatur : 21 kg x (0.5-2 mg) = 10.5-84 mg/kg BB
Dosis yang diberikan kepada pasien adalah 2 x 6.25 = 12.5 mg
DOSIS TEPAT
Efek samping: Tidak terdapat efek samping kaptopril
Monitoring efikasi: Sesak berkurang, pasien merasa lebih baik.
Lanjutan
e.asetosal
Dosis Asetosal : untuk bayi dan anak-anak: 60-100 mg/kg BB/hari diberikan setiap 4 jam
Dosis seharusnya menurut literatur 60-100 mg/kg BBx 21 = 1260-2100 mg/hari
Dosis yang diberikan kepada pasien 3x 500 mg = 1500 mg
ᅭ DOSIS TEPAT
Efek samping obat yang termanifestasi pada pasien : Terdapat kenikan nilai SGPT tapi tidak signifikan. Perlu
pemantauan yang lebih ketat.
Efikasi parameter : Kondisi pasien membaik
f. Dosis BPG
untuk bayi dan anak-anak: Untuk demam rematik untuk anak yang < 27 kg 600.000 IU dan untuk anak >27 kg
1,2 juta IU setiap 3-4 minggu
Dosis yang diberikan = 600.000 IU TEPAT
Efek samping: Tidak termanifestasi pada pasien
Efikasi pemantauan : Kondisi pasien membaik, sesak berkurang, keluhan berkurang
g. Asam Folat
Dosis untuk bayi dan anak-anak: Untuk anak umu 9-13 tahun 500-1000 mcg/hari Pasien mendapatkan 1
mg/hari Tepat DOSIS
Efek samping: Tidak termanifestasi
Parameter monitoring: Gizi mulai membaik
Monitoring
1. Furosemide
Monitoring efikasi : Pasien mengalami perbaikan kondisi. Sesak berkurang, hanya ada ketika aktifitas berat.
Sebelumnya, pasien mengeluhkan sesak meski dengan aktiftitas ringan maupun sedang.
Toleransi Balance cairan pasien juga baik
2. Ranitidine
Efikasi monitoring: Pasien mengalami kondisi perbaikan. Nafsu makan pasien meningkat pasien tidak lagi
mengeluhkan mual dan muntah
3. Prednisone
Efikasi monitoring : Pasien merasa lebih baik, tidak terlihat adanya gangguan pertumbuhan, nilai potasium
normal.
4. Captopril
Monitoring efikasi: Sesak berkurang, pasien merasa lebih baik
5. Asetosal
Monitoring efikasi : Kondisi pasien membaik
6. Penisilin G benzathine
Monitoring efikasi : Kondisi pasien membaik, sesak berkurang, keluhan berkurang
7. Asam folat
Parameter monitoring: Gizi mulai membaik
Konseling dan rekomendasi
1. Penggunaan Prednisone dan NSAID untuk pasien dengan penyakit jantung rematik perlu ditinjau ulang
kembali, dan dari EBM Chochrane tidak ada evidence benefit yang kuat untuk pemberian steroid.
3. Pemberian Ranitidine adalah terapi tanpa indikasi untuk pasien ini, maka sebaiknya dihentikan
penggunaannya.
4. Perlu dilakukan monitoring elektrolit pasien dan juga monitoring fungsi jantung secara berkala untuk
menilai apakah ada adverse effect dan menilai efektifitas terapi.
Kesimpulan
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian Captopril dan Furosemide adalah tepat sesuai dengan indikasi medis pada pasien ini.
2. Pemberian prednisone dan asetosal untuk penyakit jantung rematik masih dalam kontroversi.
Dari guideline consensus, penggunaan kedua obat ini dianjurkan. Akan tetapi dari database EBM
Cochrane, belum dapat ditemui evidence benefit penggunaan steroid maupun antiinflamasi yang
ada saat ini.
3. Penggunaan BPG sebagai firstline terapi penyakit jantung rematik adalah tepat dan dosis yang
digunakan juga tepat.
4. Ranitidine diberikan untuk mengatasi efek samping steroid dan NSAID akan tetapi masih tetap
digunakan ketika penggunaan kedua obat tersebut dihentikan.
5. Penggunaan Pseudoefedrin 15 mg, Terfenadin 20 mg dan Ambroxol pada pasien pediatric kurang
tepat karena tidak ada EBM yang mendukung.
6. Pulmonary hipertensi pada pasien tidak perlu diterapi sesuai dengan guideline untuk penyakit
pulmonary hipertensi dan pada kasus ini sudah tepat.
Thanks
Credits: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.