Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI


Dosen Pembimbing : Tuti Seniwati, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Di Susun Oleh :

Kelompok VIII

Cita Setyo Dewi R011191029

Nelyanthi AR.Husain R011191073

Rahmania R011191111

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tepat waktu. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih pada dosen pengajar khususnya pada mata
kuliah Praktik Keperawatan Komprehensif 1 (PKK 1) yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari dosen maupun teman-teman
untuk kesempurnaan dari makalah ini, kami sadar masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca,

Makassar, Oktober 2020

Penyusun

Kelompok 8
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebutuhan nutrisi adalah zat zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan
sisanya.. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan
zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto danWartonah, 2006). Tubuh memerlukan
makanan untuk mempertahankan kelangsungan fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini
diperlukan sepanjang kehidupan manusia, namun jumlah nutrisi yang diperlukan tiap
orang berbeda sesuai dengan karakteristik, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas, dan
lain-lain
Nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme bassal,faktor
patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi sangat penting bagi manusia
karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi
nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan
menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari.
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan didalamnya yaitu
sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal. Sedangkan organ
asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas. Nutrisi sangat bermanfaat
bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita.
Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk, oleh karena itu kita harus
memperbanyak nutrisi.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui angka kecukupan nutrisi setiap orang
2. Untuk mengetahui prosedur tindakan apa saja yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan Nutrisi dikaitkan dengan Tindakan Keperawatan
3.Memiliki kompetensi kerja dalam memberikan asuhan dan pelayanan
keperawatan dasar, sesuai dengan SOP yang berlaku
BAB II

KASUS DAN PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Kasus Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Tn. A, 64 tahun masuk RS melalui UGD pada tanggal 18 Februari 2020. Saat ini sedang
dirawat di perawatan bedah digestif kamar 3 bed 4 dan dikaji pada tanggal 19 februari
2020. Diagnosis masuk: Tumor intraabdomen Diagnosis medis; Tumor intraabdomen,
hepatoma Keluhan saat dikaji; nyeri perut sisi kanan atas Riwayat keluhan; Pasien
mengeluh nyeri pada perut bagian kanan atas. Pasien nampak gelisah dan lemah.
Keluarga pasien mengungkapkan bahwa sesekali pasien menanyakan terkait kondisinya
(cemas terhadap penyakitnya). Pasien mengungkapkan bahwa ia belum BAB sejak 10
hari terakhir. Pasien juga mengeluh kram pada kedua kaki. Riwayat Masuk RS: Nyeri
perut kanan atas dialami sejak 3 minggu terakhir, seperti tertusuk-tusuk, dirasakan hilang
timbul.
Keluhan muncul bersamaan dengan perut yang mengeras di kanan atas, lamakelamaan
muncul benjolan di perut kanan atas. Mual ada. Muntah tidak ada. Demam dirasakan
hilang timbul. Pasien juga mengeluh sesak nafas sejak muncul benjolan di perut yang
bersamaan dengan nyeri. Tidak ada riwayat hepatitis, hipertensi, atau diabetes. Pasien
merokok 1 bungkus/hari sejak masih muda dan baru berhenti sejak 2 minggu terakhir.
Riwayat sakit yang sama pada keluarga tidak ada. Riwayat penyakit keluarga; sakit
jantung dan diabetes mellitus. Psikososial/ekonomi; status menikah, tinggal bersama
keluarga, bekerja sebagai wiraswasta.
Pemeriksaan fisik; TD; 100/50 mmHg (berbaring) S : 360C P : 20x/menit N : 82x/menit
SaO2 :94% TB : 166 cm BB : 40 kg IMT : kg/m2 LILA 18 cm, Nyeri perut kuadran
kanan atas skala 6 NRS seperti tertusuk dan berdenyut, berdampak pada gangguan tidur
dan tidak dapat beraktivitas Mata; rabun, menggunakan kaca mata. Gastrointestinal;
distensi abdomen, palpasi ada massa di kuadran kanan atas, konstipasi (5 hari),
hiperistaltik (3 kali/menit). Nutrisi; tidak nafsu makan, selalu muntah saat makan. Norton
scale; kondisi fisik sakit sedang, kondisi mental sadar, aktivitas berjalan dengan bantuan,
mobilitas Agak terbatas, inkontinen urin. Barthel index; BAB dan BAK mandiri,
membersihkan diri mandiri, tergantung pada orang lain ut setiap kegiatan, makan dibantu
(NGT) dan nutrisi parenteral, berubah posisi dibantu 1 orang, tidak mampu berpindah dan
berjalan, memakai baju sibantu, tidak mampu naik turun tangga, mandi dibantu. Risiko
jatuh; ada riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir, diagnosis medis sekunder > 1, tidak
mampu berjalan, menggunakan infus, bed rest, status mental orientasi sesuai.

Hasil pemeriksaan laboratorium;

Pemeriksaan Penunjang;

Terapi Medikasi; tramadol 50mg/8jam/iv, azithromocyn 500mg/24jam/oral, ranitidine


HCL 25mg/12jam/iv, ceftazidime pentahydrate 1 gr/12jam/iv, paracetamol
500mg/otal (jika perlu).
2. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan


1 DS : Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan Nyeri Akut
atas.
DO : Nyeri perut kanan atas seperti ditusuk-tusuk
dan berdenyut, skala 6 NRS
2 Ketidakseimbangan nutrisi
DS: kurang dari kebutuhan
• Klien tidak nafsu makan
• Mual-muntah
• Klien muntah saat makan

DO: Lemah
• Terpasang NGT
• TTV TD= 100/50mmhg
N: 82x/i,
RR : 20x/i, S : 36 ºc
BB: 40 kg
TB: 166 cm
IMT : 14,54 (kurus)

3 Konstipasi
DS : - klien mengakan tidak BAB selama 10 hari
terakhir

DO: - Muncul benjolan diperut kanan atas


-Perut mengeras dibagian kanan atas

4. DS : - Hambatan mobilitas fisik


DO : Barthel Index scor 8 (Ketergantungan Berat)
 Tergantung pada orang lain untuk setiap
kegiatan
 Makan di bantu (NGT)
 Berubah posisi di bantu 1 orang
 Tidak ampu berpindah dan berjalan
 Tidak mampu naik turun tanggam
5. DS: - Demam hilang timbul Risiko Infeksi
- Klien mengatakan tidak BAB sejak 10 hari
terakhir
- Badan lemah

DO: - Therapy obat : Azithromocyn


500mg/24jam/oral, Ceftazidime pentahydrate 1
gr/12jam/iv, Paracetamol 500mg/otal (jika
perlu).
Perut mengeras dan muncul benjolan di perut bagian
kanan atas
6 DS : Klien mengatakan pengeliahatan rabun Risiko jatuh
DO :
• Fall Risk scor 90
• Kien menggunakan kaca mata
• Usia 64 Tahun
7 DS : Keluarga pasien mengungkapkan bahwa sesekali Cemas
pasien menanyakan terkait kondisinya (cemas
terhadap penyakitnya).
DO: Klien Nampak Gelisah
8 DS : Risiko sedang decubitus
DO : Norton scale 14
• kondisi fisik sakit sedang
• kondisi mental sadar
• aktivitas berjalan dengan bantuan
• mobilitas Agak terbatas
• inkontinen urin

3. Masalah Keperawatan

1. Nyeri Akut

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

3. Konstipasi

4. Hambatan mobilitas fisik

5. Risiko Infeksi

6. Resiko Jatuh

7. Cemas

8. Resiko decubitus

4. Nursing Care Planing

N Diagnosa Noc Nic


o Keperawatan
1 Domain 12 : Kontrol Nyeri 1605 Manajemen Nyeri I. 08238
Kenyamanan Setelah dilakukan Observasi :
Kelas 1: intervensi selama 2 x - Identifikasi
Kenyamanan fisik 24 jam diharapkan lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,
Nyeri Akut 00132 nyeri berkurang kualitas,intensitas nyeri
DS: dengan kriteria - Identifikasi skala nyeri
DO: - Nyeri perut hasil : - Identifikasi respon nyeri non verbal
kanan atas - Mengenali - Identifikasi faktor yang memperberat
seperti kapan nyeri dan memperingan nyeri
ditusuk- terjadi - Monitor efek samping penggunaan
tusuk dan - Menggambar analgetik
berdenyut, kan kapan Terapeutik:
skala 6 NRS nyeri terjadi - Berikan teknik nonfarmakologis utk
- Mengenali mengurangi rasa nyeri
hal yang - Kontrol lingkungan yang
terkait memperberat rasa nyeri (suhu
dengan gejala ruangan,pencahayaan,kebisingan)
nyeri Edukasi:
- Jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis utk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik
2 Domain 2 : Nutrisi Domain II Pemberian makan dengan tabung
Kelas 1 : Makan Kesehatan enteral 1056
Ketidakseimbanga Fisiologis Manajemen Nutrisi Parenteral I.
n Nutrisi : Kurang Kelas K : 03120
dari Kebutuhan Pencernaan dan Observasi
Tubuh 00002 Nutrisi 1. Identifikasi pemberian nutrisi
DS : Setelah dilakukan parenteral ( misalnya absorbs
• Klien tidak intervensi 2x24 jam makanan, mengistirahatkan usus,
nafsu makan diharapkan Status gangguan mortalitas usus, jalur
• Mual- Nutrisi : Asupan enteral tidak memungkinkan)
muntah Makanan dan Cairan 2. Monitor alergi pemberian nutrisi
• Klien (1008) teratasi 3. Monitor asupan nutrisi
muntah saat dengan kriteria : 4. Monitor terjadinya komplikasi
makan • Asuhan Teraupetik
DO : makanan secara 1. Hitung kebutuhan kalori
• Lemah oral sepenuhnya 2. Berikan nutrisi parenteral sesuai
• Terpasang adekuat indikasi
NGT • Asupan 3. Hindari pengambilan sampel
• TTV TD= cairan secara oral darah dan pemberian
100/50mmhg sepenuhnya obat=obatan pada jalur nutrisi
N: 82x/i, adekuat parenteral
RR : 20x/i, S : EdukASI
36 ºc 1. jelaskan dan tujuan pemberian
BB: 40 kg nutrisi parenteral
TB: 166 cm kolaborasi
IMT : 14,54 kolaborasi pemsangan akses vena sentral
(kurus) jka diperlukan

3. Konstipasi D. Eliminasi Fekal Manajemen Eliminasi Fekal I.


0049 L.04033 04151
Setelah dilakukan Observasi
DS: - klien intervensi selama 2 x 1. Identifikasi masalah usus dan
mengakan 24 jam diharapkan penggunaan obat pencahar
tidak BAB konstipasi teratasi 2. Monitor buang air besar ( mis :
selama 10 hari dengan kriteria warna, frekuensi, konsistensi,
terakhir hasil : volume )
DO: -Muncul 1. Kontrol 3. Monitor tanda dan gejala konstipasi
benjolan pengeluaran Terapeutik
diperut feses 1. Sediakan makan tinggi serat
kanan atas 2. Keluhan Edukasi
Perut mengeras defekasi 1. Anjurkan mengkomsumsi makanan
dibagian kanan atas 3. Konsistensi yang mengandung tinggi serat
feses 2. Anjurkan meningkatkan asupan
Frekuensi cairan, jika tidak ada kontraindikasi
defekasi 3. Anjurkan meningkatkan aktifitas
fisik sesuai toleransi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat suppositoria
anal, jika perlu
4. Hambatan Pergerakan 0208 Terapi latihan : Terapi ambulasi
Mobilitas Fisik
Setelah dilakukan  Monitoring vital sign
(00085)
DS : - perawatan sebelm/sesudah latihan dan lihat
DO : Barthel Index
Kemampuan untuk respon pasien saat latihan
scor 8
(Ketergantungan bisa bergerak bebas  Konsultasikan dengan terapi
Berat)
di tempat dengan fisik tentang rencana ambulasi
 Tergantung
pada orang atau tanpa alat bantu sesuai dengan kebutuhan
lain untuk dengan kriteria hasil:  Bantu klien untuk menggunakan
setiap
kegiatan 1. Keseimbanga tongkat saat berjalan dan cegah
 Makan di n terhadap cedera
bantu
(NGT) 2. Koordinasi  Ajarkan pasien atau tenaga
 Berubah 3. Dapat kesehatan lain tentang teknik
posisi di
bantu 1 melakukan ambulasi
orang gerakan otot  Kaji kemampuan pasien dalam
 Tidak ampu
berpindah 4. Dapat mobilisasi
dan berjalan melakukan  Latih pasien dalam pemenuhan
 Tidak
gerakan sendi kebutuhan ADLs secara mandiri
mampu naik
sesuai kemampuan
turun tangga
 Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
 Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
5. Domain 11: Domain IV : Pencegahan infeksi I. 14539
Keamanan/perlind Pengetahuan ttg Observasi
ungan kesehatan & 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Kelas 1: Infeksi perilaku Teraupetik
Risiko Infeksi Kelas T: Kontrol 1. Pertahankan teknik aseptik pada
00004 risiko & keamanan pasien yang berisiko tinggi
DS: Kontrol risiko Edukasi
- Demam :proses infeksi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
hilang 1924 2. Anjurkan meningkatkan asupan
timbul Setelah dilakukan nutrisi
- Klien intervensi 2x24 jam 3. Anjurkan meningkatkan asupan
mengatakan diharapkan infeksi Cairan
tidak BAB tidak terjadi dengan Kolaborasi
sejak 10 hari kriteria hasil: Kolaborasi pemberian obat
terakhir - Mengklarifikasi Azithromocyn 500mg/24jam/oral,
- Badan lemah risiko infeksi yang Ceftazidime pentahydrate 1
DO: - therapy obat : didapat gr/12jam/iv, Paracetamol 500mg/otal
Azithromocyn Kl - Mengidentifikasi (jika perlu).
500mg/24jam/or faktor risiko
al, Ceftazidime individu terkait
pentahydrate 1 infeksi
gr/12jam/iv, - Mengidentifikasi
Paracetamol tanda dan gejala
500mg/otal (jika infeksi
perlu). - Menunjukkan
- Perut kemampuan untuk
mengeras mencegah timbulnya
dan infeksi
muncul
benjolan
di perut
bagian
kanan atas
6. DS : Klien Tingkat jatuh Pencegahan Jatuh (6490)
mengatakan
(1912) • Kaji skala resiko jatuh pasien
pengeliahatan rabun
DO : Setelah dilakukan secara berkala
• Fall Risk
intervensi • Naikkan restrain/ pinggiran
scor 90
• Kien keperawatan 1 x 24 pengaman tempat tidur
menggunaka
jam klien tidak jatuh • Ajarkan keluarga cara
n kaca mata
• Usia 64 dengan kriteria menaikkan retrain
tahun
hasil : • Identifikasi kekurangan baik
• Tidak jatuh kognitif atau fisik dari pasien
pada saat yang mungkin meningkatkan
berdiri potensi jatuh pada lingkungan
• Tidak jatuh tertentu
saat berjalan • Identifikasi perilaku dan faktor
• Tidak jatuh yang mempengaruhi risiko jatuh
pada saat di • Dukung pasien menggunakan
pindahkan tongkat atau walker,dengan tepat
• Tidak jatuh bila perlu
dari tempat
tidur
7. Cemas Tingkat kecemasan Terapi relaksasi I. 09326
DS : Keluarga 1211 Observasi
pasien Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemampuan
mengungkapkan intervensi berkonsentrasi atau gejala lain
bahwa sesekali diharapkan tingkat yang mengganggu klien
pasien menanyakan kecemasan 2. Identifikasi teknik relaksasi yang
terkait kondisinya berkurang dengan pernah di gunakan sebelumnya
(cemas terhadap kriteria hasil: 3. Periksa ketegangan otot,
penyakitnya). 1. Frekuensi frekuensi nadi, tekanan darah,
DO : Klien Nampak tidur dengan suhu sebelum dan sesudah
Gelisah baik latihan
2. Tidadk Teraupetik
measa cemas 1. Ciptakan lingkungn tenang dan
yang dis tanpa gangguan dengan
mapaikan pencahayaan dan suhu ruangan
secara lisan yang nyaman
Perubahan pola 2. Berikan informasi tentang
buang air berkurang persiapan dan prosedur relaksasi
3. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
menggunakan analgetik atau
tindakan medis lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
( misalnya music, nafas dalam,
relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
4. Anjurkan rileks dengan
menggunakn sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik relaksasi
6. Demonstrasikan teknik relaksasi
yang telah dia ajarkan
8. Resiko decubitus Integritas jaringan: Penecehagan luka tekan
DS : - kulit dan membrane 1. Monitor tanda lesi dan
DO : Norton scale mukosa kemerahan pada area-area yang
14
1. Tidak terdapat tekanan
• kondisi
fisik sakit kenerrahan 2. Mobilisasi posisi pasien setiap 2
sedang
2. Tidak jam
• kondisi
mental hematoma 3. Ajarkan keluarga untuk
sadar
3. Tidak ada memmobilisasi posisi pasien
• aktivitas
berjalan lesi setiap 2 jam
dengan
Tidak ada erosi 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
bantuan
• mobilitas terkait intake nutrisi yang
Agak
adekuat
terbatas
• inkontinen
urin
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1. PENGUKURAN ANTROPOMETRI (BAYI,ANAK,DEWASA)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ANTROPOMETRI

Pengertian Melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan/panjang


badan, lingkar kepala, lingkar lengan

Tujuan Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan status gizi bayi,anak,dewasa


Persiapan Ruangan yang tenang, bersih
Tempat
Alat 1. Alat pencatat
2. Timbangan berat badan ( timbangan bayi untuk anak sampai 2 tahun,
timbangan injak untuk anak > 2 tahun/dewasa)
3. Alat pengukur panjang/tinggi badan
4. Pita ukur lingkar lengan atas
A. Tahap Pra Interaksi
1.  Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum
membaik/kondisi yang memungkinkan)
3.  Menyaiapkan alat
Prosedur B. Tahap Orientasi
kerja 1.  Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2.  Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1.  Cuci tangan
2.  Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada orang tua
 Penimbangan berat badan:
Dengan menggunakan timbangan bayi :
a. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah goyang
b.  Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0
c. Lepaskan baju bayi, tanpa topi, kaus kaki atau sarung tangan
d. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
Jika anak rewel tidak mau dilepaskan dari gendongan ibu maka;
1. Gunakan timbangan berdiri, gendong anak tanpa selendang,
lepaskan dompet, sepatu
2. Timbang berat anak dan ibu
3. Pastikan badan ibu tegak, mata menghadap kedepan,kaki tidak
menekuk, kepala tidak menunduk kebawah
4. Catat angka yang tertera di timbangan
5. Kemudian ulangi menimbang ibu saja tanpa menggendong
anak
Dengan menggunakan timbangan injak :
a. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
b. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0
c. Anjurkan anak memakai baju yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu
d. Berdirikan anak di atas timbangan tanpa dipegangi
e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan. Bila anak terus bergerak, perhatikan
gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke
kanan dan ke kiri.
 Pengukuran tinggi badan/panjang badan (TB/PB)
Dengan cara berbaring : (sebaiknya oleh 2 orang petugas)
a. Letakkan bayi berbaring terlentang pada alas yang datar
b.Tempelkan kepala bayi pada pembatas angka 0 (petugas 1)
c. Pegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0
(pembatas kepala)
d.Petugas 2 : tekan lutut bayi dengan tangan kiri dan dengan
menggunakan tangan kanan tekan batas kaki ke telapak kaki bayi
e. Petugas 2 : Baca angka di tepi luar pengukur
Pengukuran PB/TB dengan cara berdiri (Microtoise) :
a.  Lepas sandal atau sepatu anak
b.  Berdirikan anak tegak menghadap ke depan
c .Tempelkan punggung, pantat dan tumit anak pada tiang pengukur
d. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
e.  Baca angka pada batas tersebut
f. Interpretasikan hasil pemeriksaan TB/PB dan BB dengan menggunakan
tabel BB/TB Direktorat Gizi
PENGUKURAN LINGKAR KEPALA
a. Lingkarkan pita ukur pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol,
tarik agak kencang
b. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
c. Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
d. Catat hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala menurut umur dan
jenis kelamin
e.  Buat   garis   yang   menghubungkan   antara   ukuran   yang   lalu
dengan ukuran sekarang
 PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS
a. tangan dalam keadaan lurus kebawah
b. Ujung lancip masuk lubang garis 0
c. Pita ditarik sehingga pas melingkari lengan, tidak longgar dan
tidak ketat
d. Pembacaan pita tepat dibawah tanda panah
b. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
c. Catat hasil pengukuran
 Informasikan hasil pemeriksaan antropometri pada keluarga
 Rapikan pasien
 Rapikan lingkungan dan peralatan
 Cuci tangan
D. TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan (subjektif dan objektif)
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan

Dokumentasi Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

A. PENENTUAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 0- 24 BULAN


NO Langkah/kegiatan Kasus
Berat badan menurut umur (BB/U) :
1 Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak dalam bulan
untuk mendapatkan umur pasien anak tersebut.
Ambil tabel standar berat badan menurut umur (BB/U) anak usia 0-60 bulan sesuai

2 dengan jenis kelamin .


Carilah umur anak pada kolom umur di tabel kemudian masukkan hasil pengukuran

3 berat badan anak pada kolom berat badan (apakah pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD,
median 1 SD, 2 SD atau 3 SD ataukah diantara kolom -kolom tersebut).

4 Tentukan kategori status gizi berdasarkan tabel indeks dan ambang batas (z -score)
yang telah tersedia (gizi buruk, kurang, baik atau lebih).
Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan tatus gizi yang tersedia untuk
kategori BB/U.
5
Panjang badan menurut umur (PB/U) :
1 Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak dalam bulan
untuk mendapatkan umur pasien anak tersebut.
2 Ambil tabel standar panjang badan menurut umur (PB/U) anak usia 0 -24 bulan
sesuai dengan jenis kelamin .

3 Carilah umur anak pada kolom umur di tabel kemudian masukkan hasil pengukuran
panjang badan anak pada kolom tinggi badan (apakah pada kolom -3SD, -2SD, -1
SD, median 1 SD, 2 SD atau 3 SD ataukah diantara kolom -kolom tersebut).
Tentukan kategori status gizi berdasarkan indeks dan ambang batas (z -score) yang

4 telah tersedia (sangat pendek, pendek, normal atau tinggi).


Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang tersedia untuk
5 kategori PB/U.
Berat badan menurut panjang badan (BB/PB) :
1 Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak dalam bulan
untuk mendapatkan umur pasien.
2 Ambil tabel standar berat badan menurut panjang badan (BB/PB) anak usia 0 -24
bulan sesuai dengan jenis kelamin.
Carilah panjang badan anak pada kolom panjang badan di tabel kemudian

3 masukkan hasil pengukuran berat badan anak pada kolom berat badan (apakah
pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD, median 1 SD, 2 SD atau 3 SD ataukah diantara

4 kolom - kolom tersebut).


Tentukan kategori status gizi berdasarkan indeks dan ambang batas (z -score) yang

5 telah tersedia (sangat kurus, kurus, normal atau gemuk).


Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang tersedia untuk
kategori BB/PB.

B. PENENTUAN STATUS GIZI DENGAN PADA ANAK USIA 24-60 BULAN


No Langkah/kegiatan Kasus
Berat badan menurut umur (BB/U) :
1 Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak dalam
bulan untuk mendapatkan umur pasien anak tersebut.
2 Ambil tabel standar berat badan menurut umur (BB/U) anak usia 0 -60 bulan
sesuai dengan jenis kelamin .

3 Carilah umur anak pada kolom umur di tabel kemudian masukkan hasil
pengukuran berat badan anak pada kolom berat badan (apakah pada kolom
-3SD, -2SD, -1 SD, median 1 SD, 2 SD atau 3 SD ataukah diantara kolom -kolom

4 tersebut).
Tentukan kategori status gizi berdasarkan tabel indeks dan ambang batas (z

5 -score) yang telah tersedia (gizi buruk, kurang, baik atau lebih).
Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang tersedia
untuk kategori BB/U.
Tinggi badan menurut umur (TB/U) :
1 kelahiran anak dalam bulan untuk mendapatkan umur pasien anak tersebut.
Ambil tabel standar tinggi badan menurut umur (TB/U) anak usia 24 -60 bulan
2 sesuai dengan jenis kelamin .

3 Carilah umur anak pada kolom umur di tabel kemudian masukkan hasil
pengukuran tinggi badan anak pada kolom tinggi badan (apakah pada kolom
-3SD, -2SD, -1 SD, median 1 SD, 2 SD atau 3 SD ataukah diantara kolom -kolom
4 tersebut).
Tentukan kategori status gizi berdasarkan indeks dan ambang batas (z-score)

5 yang telah tersedia (sangat pendek, pendek, normal atau tinggi).


Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang tersedia
untuk kategori TB/U.
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) :
1 Kurangilah tanggal pemeriksaan anak dengan tanggal kelahiran anak dalam
bulan untuk mendapatkan umur pasien.
2 Ambil tabel standar berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) anak usia 24-60

3 bulan sesuai dengan jenis kelamin.


Carilah tinggi badan anak pada kolom tinggi badan di tabel kemudian
masukkan hasil pengukuran berat badan anak pada kolom berat badan (apakah
pada kolom -3SD, -2SD, -1 SD, median 1 SD, 2 SD atau 3 SD ataukah diantara

4 kolom-kolom tersebut).
Tentukan kategori status gizi berdasarkan indeks dan ambang batas (z-score)
yang telah tersedia (sangat kurus, kurus, normal atau gemuk).
5
Catat status gizi tersebut pada lembar penentuan status gizi yang tersedia
untuk kategori BB/TB.
C. PENENTUAN STATUS GIZI PADA ORANG DEWASA
No Langkah/Kegiatan Kasus
Indeks massa tubuh (IMT)
1 Hitung IMT pasien dengan menggunakan rumus :
IMT = BB (kg) /TB (m2).
2 Ambil tabel klasifikasi status gizi pada orang dewasa - Masukkan nilai
IMT pasien ke tabel tersebut.
3 Tentukan status gizi pasien (status gizi baik, gizi kurang, gizi buruk) pada
pasien tersebut.

2. Perhitungan kebutuhan kalori

Penentuan kebutuhan kalori pada orang dewasa


Pengertian Penentuan kebutuhan kalori dewasa adalah cara perhitungan
kebutuhan kalori untuk pasien usia 18 tahun ke atas berdasarkan jenis
kelamin, aktifitas dan kondisi khusus seperti ibu hamil dan ibu
menyusui
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk mendapatkan angka kebutuhan kalori
untuk pasien dewasa sehingga dapat diberikan diet sesuai kondisi
pasien
Kebijakan Bagi
Referensi Buku kedokteran EGC Ilmu Gizi teori dan aplikasi
Prosedur/Langkah- 1.Petugas melakukan pengukuran antropometri (BB dan TB):
langkah - Mengukur BB pasien dengan posisi tegak
tanpa alas kaki
- Mengukur TB pasien dengan posisi berdiri tegak lurus tanpa alas
kaki menggunakan microtoice.
2. Petugas menentukan Berat Badan Ideal (BBI) dan IMT pasien
dengan rumus :
a. BBI = (TB (cm)-100) ± 10%
b.IMT = IMT= BB
TB (m²)
< 20 = Under weight
20-24 = Berat normal
25-30 = Over weight
> 30 = Obesitas/kegemukan

3. Petugas menentukan Angka Metabolisme Basal (AMB)


menggunakan rumus Harris Benedic :
a. Laki-laki = 66,5 + (13,7 x BB) + (5 x TB)- (6,8 x U)
b. Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
4. Petugas menentukan jumlah kebutuhan kalori sehari dengan
mengalikan AMB menurut aktifitas fisik.
Kebutuhan Kalori = AMB x aktifitas fisik

Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Aktifitas
Sangat ringan 1.30 1.30
Ringan 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,70
Berat 2,10 2,00

5. .Bagi ibu hamil dan menyusui kebutuhan kalori ditambah :


a. Kebutuhan kalori ibu hamil = kalori + 285
b. Kebutuhan kalori ibu menyusui 0-6 bln = kalori + 700
c. Kebutuhan kalori ibu menyusui 7-12 bln = kalori + 500
d. Kebutuhan kalori orang dewasa penderita DM :
1). Menghitung BBR dengan rumus :
BB (kg) x 100%
TB (cm)-100
Kurus (underweight) : BBR < 90%
Normal : BBR 90-110 %
Gemuk : BBR > 110 %
Obesitas : BBR > 120 %
6.Mencatat hasil

Unit Terkait

Penentuan kebutuhan kalori pada Anak


Pengertian Penentuan kebutuhan kalori anak usia 0-18 tahun berdasarkan
umur, jenis kelamin dan berat badan.
Tujuan Mendapatkan angka kebutuhan kalori anak sehingga dapat
diberikan diet sesuai kondisi pasien
Kebijakan Bagi pasien anak dengan kondisi KEP, obesitas diberikan
penambahan/pengurangan kalori sesuai kebutuhan
Referensi Buku kedokteran EGC ilmu gizi teori dan aplikasi
Prosedur/Langkah- 1). Petugas melakukan pengukuran antropometri yaitu BB,TB :
langkah a). Ukur BB anak dengan menggunakan timbangan injak(anak
bisa berdiri) dan timbangan baring (anak yang belum bisa
berdiri)
b). Ukur TB pasien dengan dengan menggunakan microtoice
(anak bisa berdiri) dan pengukur Panjang Badan (anak
belum bisa berdiri)
2). Menentukan status gizi anak
3). Menentukan BBI dan kebutuhan kalori anak :
a).Menentukan BBI bayi usia 0-12 bulan :
- Bila tidak diketahui BBL (Berat Badan Lahir)
= (Usia dlm bln : 2) + 3 s/d 4 kg
- Bila diketahui BBL :
Usia 6 bulan = 2 x BBL
Usia 12 bulan = 3 x BBL
Usia >12 bulan
b).Menentukan Kebutuhan kalori :
Bayi (0-1 thn) = 110-120 kalori/kg BB
Anak : 1-3 thn = 100 kal/kg BB
4-6 thn = 90 kal/kg BB
7-9 thn = 80 kal/kg BB
10-12 thn = 70 kal/kg BB (Laki-laki)
= 60 kal/kg BB (Perempuan)
Remaja : 13 s/d 15 thn = 55 kal/kg BB (Laki-laki)
= 50 kal/kg BB (Perempuan)
16 s/d 18 thn = 50 kal/kg BB (Laki-laki)
= 45 kal/kg BB (Perempuan)

Unit terkait

3. Pemasangan NGT

Pemasangan selang Nasogatrik


Penegertian Memasukkan selang berlubang ke
dalam lambung lewat nasofaring
Tujuan 1. Dekompresi
lambung(mengeluarkan cairan
dan gas)
2. Mencegah atau meredakan
mual dan muntah pasca operasi
atau trauma dengan cara
mendekompresi lambung
3. Menentukan jumlah tekanan
dan aktivitas motoric saluran
pencernaan( tujuan diagnosis)
4. Mencuci lambung(mengirigasi
lambung pada kasus
perdarahan aktif atau
keracunan)
5. Mendapatkan bahan(bahan
lambung) untuk pemeriksaan
laboratorium
6. Memberikn obat
7. Memberi makanan( memberi
makan langsung ke dalam
lambung)
Persiapan alat Sebuah nampan berisi:
1. Nampan ginjal_2
2. Perlak dan handuk
3. Kapas usap
4. Nacl
5. Selang Levine atau selang
Ryles ukuran 8-12Fr
6. Pelumas yang larut dalam air
seperti gliserin atau paraffin
cair
7. Plester dan gunting
8. Potongan kasa
9. Spuit bersih, ukuran 10-20ml
10. Gelas ukur atau gelas minum
yang sudah ditandai
11. Mangkuk berisi air
12. Klem untuk menjepit selang
nasogastric
13. Peralatan pengisap(opsional)
14. Senter pena/senter
15. Spatula
16. Gelas air
Tindakan keperawatan 1. Identifikasi pasien
2. Periksa instruksi dokter untuk
perhatian khuus seperti posisi
atau pergerakan tertentu
3. Pastikan tingkat kesadaran dan
kemampuan untuk mengikuti
instruksi
4. Pastikan kemampuan pasien
untuk memepertahankan posisi
yang diiinginkan selama
memasukkan selang
5. Periksa riwayat medis pasien
apakah ada lesi nasal, polip
berdarah atau deviasi septum
nasal
6. Cuci tangan
7. Jelaskan prosedurnya pada
pasien
8. Posisikan pasien pada posisi
fowler tinggi (paien koma pada
posisi semi fowler)
9. Letakkan perlak dan handuk
dia atas dada
10. Ukur panjang selang, yaiyu
dari ujung hidung ke ujung
daun telinga dan keujung
prosesus xiphodideus dan di
tandai pita. Untuk intubasi
orogastrik, selang diukur dari
bibir ke ujung prosesus
xiphodeus sternum
11. Potong plester sepanjang 10cm
dan siapkan untuk memfiksasi
selang
12. Pakai sarung tangan
13. Lumasi ujung selang sekitar
15-20cm dengn pelumas yang
larut dalam air, dengan
menggnakan potongan kasa.
14. Masukkan selang lewat lubang
hidung kiri ke bagian belakang
tenggorokkan, dengan
mengarahkan kebelakang dan
kebawah menuju telinga
15. Fleksikan kepala pasien kearah
dada setelah selang melewati
nasofaring
16. Instruksikan pasien untuk
mnelan dengan memberikan
seteguk air bila memungkinkan
17. Dorong selang 7-10cm setiap
kali pasien menelan sampai
panjang yang diinginkan sudah
masuk semua .jangan memaksa
masuk selang, bila ada tahanan
atau pasien mulai muntah,
batuk, tersedak, atau menjadi
sianosis, berhenti mendorong
selang dan Tarik kembali
selang. Periksa posisi selang
pada bagian belakang
ytenggorokan dengan
menggunakann spatula dan
senter
18. Bila ada tanda stress seperti
kesulitan bernapas, batuk, atau
sianosis, Tarik kembali selang
sedikit dan priksa apakah stress
pasien sudah hilang atau
belum. Bila sudah hilang,
dorong kembali selang
beberapa detik kemudian. Jika
pasien kembali mengalami
gangguan pernapasan segera
cabut selang
19. Lakukan slah satu tindakan
berikut untuk emeriksa posisi
selang:
a. Aspirasi cairan lambung
dan cek PH dengan
menggunakan kertas
litmus bila ada
b. Letakkan ujung selang
di dalam mangkuk
berisi air untuk melihat
apakah ada gelembung
udara yang terus
menerus dalam air atau
tidak
c. Instruksikan pasien
untuk berbicara
d. Dapat dibuat foto
rontgen
20. Fiksasi selang dengan plester
dan jangan menekan hudung.
a. gunakan plester 10cm,
belah slah satu ujungnya
(rekatkan ujung plester
yang utuh pada batang
hidung. Rekatkan dua ujung
yang lain mengelilingi
selang)
21. rekatkan ujung selang ke jubah
pasien
22. buat pasien nerasa nyaman di
atas ranjang dan berikan
perawatan hygiene oral setiap
4-6 jam
23. buang sampah bersihkan dan
kembalikan alat yang dapat
digunkan kembali
24. lepas sarung tangan dan cuci
tanngan
catat jenis selang yang
digunakan,aspirat yang keluar,
dan kolaborasi pasien

4. Pemberian makan melalui selang NGT

Pemberian makan melalui selang NGT (Naso Gastric Tube)


Pengertian Pemberikan makanan cair melalui saluran cerna dengan
menggunakan selang NGT ke arah lambung
Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi Klien
2.Mempertahankan fungsi usus,
3. Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna
4. Memberikan obat-obatan dan makan langsung ke saluran cerna.
5.Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna.
6.Melakukan kuras lambung pada Kien intoksikasi/keracunan
Kebijakan 1. Pada Klien yang tidak dapat makan/menelan atau pada Klien tidak
sadar
2.Pada Klien yang terus menerus tidak mau makan sehingga
membahayakan jiwanya
3.Pada Klien yang muntah terus menerus
4.Pada Klien yang tidak dapat mempertahankan nitrisi oral yang
adekuat
5. Pada Klien yang mengalami keracunan
6.Pada bayi dengan BBLR prematur dan dismature
Persiapan Alat 1.Handscoen
2.Spuit dengan ukuran 20-50 cc
3.Corong.
4.Bengkok
5.Stetoskop
6.Strip indikator pH (kertas lakmus) jika diperlukan
7.Formula makanan selang yang diresepka
9.Makanan cair sesuai kebutuhan.
10. Air putih
11.Bila ada obat yang akan diberikan harus di haluskan terlebih dulu
Prosedur/Langkah 1.Orientasi (salam,validasi dan kontrak waktu)
2.) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.Cuci tangan (sesuai prosedur dan waktu yang tepat) pasang
handscoen
4. Atur posisi Klien
5. Cek ketepatan selang dilambung dengan cara ;
a.Buka klem NGT atau spuit NGT dan masukan selang kedalam
gelas berisi air posisi tepat , jika tidak ada udara
b.Buka klem dan aspirasi cairan lambung dengan menggunakan spuit
NGT cek cairan lambung dengan menggunakan strip indikator pH
posisi tepat ,jika pH < 6.
c. Buka klem dan cek dengan stetoskop masukan udara 30 cc dalam
spuit NGT dan masukan kedalam lambung dengan gerakan cepat
posisi tepat ,jika terdengar suara udara yang dimasukan (seperti
gelembung udara yang pecah)
6.Setelah yakin bahwa selang masuk kedalam lambung klem selang
NGT selama pengisian makanan cair ke dalam spuit
7.Masukan air hangat ±15 cc pada tahap permulaan
8.Klem dibuka secara perlahan
9.Alirkan makanan cair dengan perlahan atur kecepatan dengan cara
meninggikan spuit, jika Klien merasa tidak nyaman dengan
lambungnya klem selang NGT beberapa menit.
10.Jika makanan cair akan habis isi kembali dan jangan biarkan
udara masuk ke lambung
11.Jika Klien akan minum obat dilarutkan terlebih dulu baru
diberikan lewat selang NGT
12.Setelah makan dan obat dimasukan bilas selang NGT dengan air
putih/air hangat dan pangkal selang di klem kembali.
13.Rapikan Klien dan bawa alat kembali ke tempatnya.
14.Lepas handscoen dan cuci tangan (sesuai prosedur dan waktu
yang tepat)
15.Dokumentasi (catat jumlah dan jenis makanan yang diberikan).

Unit terkait Rawat Inap, Rawat Darurat


5. Irigasi Lambung

Standar Operasional Prosedur Bilas Lambung (Gastric Lavage)


Pengertian Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara
memasukkan air/cairan tertentu ke dalam lambung dan
mengeluarkan kembali dengan menggunakan selang penduga
lambung (NGT)
Tujuan 1. Untuk pembuangan urgen substansi dalam upaya
menurunkan absorpsi sistemik
2. Untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur
endoskopik
3. Untuk mendiagnosis hemoragi lambung dan menghentikan
hemoragi
Indikasi 1.Pasien keracunan makanan atau obat kurang dari 1 jam
2. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung
3. Persiapan operasi lambung
4. Pasien dalam keadaan sadar
5. Keracunan bukan bahan korosif dan kurang dari enam puluh
menit
6.Gagal dengan terapi emesis
7. Overdosis obat/narkotik
8. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada
saluran pencernaan atas
9.Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut
10.Dekompresi lambung
11.Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan
endoskopi.

Kontraindikasi 1.Keracunan oral lebih dari 1-4 jam


2.Pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar
(resiko perforasi esophageal) serta keracunan bahan korosif
(misalnya: hidrokarbon, pestisida, hidrokarbonaromatic, halogen)
3. Pasien yang menelan benda asing yang tajam
4.Pasien tanpa gangguan refleks atau pasien dengan pingsan (tidak
sadar)membutuhkan intubasi sebelum bilas lambung untuk
mencegah inspirasi.
5.Pasien kejang
6.Tumor paru-paru
7.Menelan alkali kuat
Referensi - Krisanty, Paula. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat .hlm
: 89
- Smith, Jean.2010. Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan
Edisi 5 .Hal 536 )
- Smeltzer, Suzzane C. dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar
KeperawatanMedikal Bedah. Jakarta: EGC.
Persiapan Pasien 1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien
3.Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan
yangdilakukan
4. Jaga privacy klien
5. Atur posisi klien
1. Sarung tangan bersih/hans coen
Persiapan Alat 2. Selang penduga lambung(NGT) sesuai ukuran yang diperlukan
dan corongnya ;
a.no 14-20 ukuran dewasa
b.no 8-16 ukuran anak-anak
c.no 5-7 ukuran bayi
3.Spuit NGT 50 cc
4. Bengkok besar
5. Perlak dan alasnya
6. Ember penampung
7. Air hangat-dingin 1-2 liter / NaCl 0,9 %, sesuai kebutuhan
8. Gelas ukuran/kom besar
9. Celemek/skort
10. Gelas berisi air matang
11. Pelicin / jelly
12. Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai
13. Pinset anatomi, klem
14. Obat-obatan (sulfas atropine, norit/susu yang diperlukan dalam
tempatnya.
Fase Orientasi
Prosedur/Langkah- 1.Berikan salam terapeutik, memanggil pasien dengan namanya
langkah 2.Perkenalkan nama
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
Fase Kerja
1.Mencuci tangan 6 langkah
2.Memakai sarung tangan/hanscoen
3. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
4. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan (semi fowler) saat
pemasangan NGT dan miring kiri/kanan serta kepala rendah saat
bilas lambung tanpa bantal
5. Perawat memasang skort/celemek
6.Memasang perlak di bawah kepala dan alas dada pasien
7. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien
8. Menentukan panjang slang NGT yang masuk ke dalam lambung
9.Memberi jelly pada ujung selang NGT
10.Menutup pangkal selang NGT dengan cara menekuk/diklem
11. Memasukkan selang NGT pelan-pelan ke dalam lambung
melalui hidung. Bagi pasien sadar dianjurkan menelan slang
penduga perlahan-lahan sambil menarik nafas dalam
12. Setelah yakin selang NGT masuk ke dalam lambung pasien
atur posisi pasien miring tanpa bantal dan letak kepala lebih
rendah
13. Meyakinkan selang NGT masuk ke dalam lambung dengan
cara : memasukan ujung selang NGT sampai terendam dalam
kom berisi air dan tidak tampak gelembung udara dan air
14. Bila dilakukan pada pasien yang tidak sadar/stupor atau jika
induksi muntah dengan sirup pekak tidak berhasil
15. Bila klien setengah sadar dan masih ada refleks muntah, maka
posisikan klien miring pada satu sisi untuk memudahkan irigasi
dan mencegah aspirasi
16. Bila klien tidak sadar dan refleks muntah tidak ada maka klien
harus dilakukan intubasi trachea sebelum dilakukan bilas
lambung
17. Gunakan pipa Nasogastrik berdiameter besar (>28Fr) untuk
memudahkan aliran irigasi cairan
18. Sambungkan ujung NGT dengan spuit 50 cc atau corong.
Lakukan irigasi/bilas lambung dengan menggunakan NaCL0,9%.
Cairan irigasi yang digunakan bisa berjumlah ± 200-500 cc pada
orang dewasa dengan posisi lebih tinggi dari kepala, pada anak-
anak ± 50-100 cc. Pada anak-anak lebih baik menggunakan air
hangat dengan cara memasukan cairan secara bertahap dan
kemudian mengeluarkan dengan cara mengalirkan atau di aspirasi
menggunakan tekanan rendah
19. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air/cairan
yang keluar dari lambung berwarna jernih/tidak berbau racun.
Memberikan antidot (sesuai advice dokter) bila perlu, lalu selang
NGT di cabut secara pelan-pelan dan di letakkan dalam bengkok
20. Pastikan bahwa aliran cairan lancar, begitu juga dengan system
drainasenya
21. Waspada terhadap potensial terjadinya sumbatan/ bekuan darah
pada selang atau perubahan posisi selang
20. Setelah selesai pasien dirapikan, mulut dan sekitarnya
dibersihkan dengan kassa/tissue jelaskan pada pasien bahwa
prosedur yang dilakukan telah selesai
21. Mengobservasi TD, N, RR, dan respon pasien
22. Mencuci tangan
23. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan , meliputi
jumlah, karakteristik,bau cairan yang dilakukan irigasi serta
reaksi klien
Fase Terminasi
1.Evaluasi respon klien
2.Tindak lanjut pasien
3.Kontrak : topik/waktu/tempat
Link Video

1. Pengukuran status gizi :


https: //youtu.be/PWMLwSmtHWQ

2. Perhitungan kebutuhan kalori :


https://youtu.be/PtiQno0LIOY

3. Pemasangan NGT :
https: //youtu.be/5vDO5hJDHwU

4. Pemberian makan melalui NGT :


https://youtu.be/nmtdmPVB9zU

5. Irigasi Lambung :
https://youtu.be/YdgUXTwD8JE
BAB IV

EVIDANCE BASED PRACTICE

A. Pengukuran status gizi

Judul: Commentary: Measuring nutritional status of children (Corsi, Subramanyam, &

Subramanian, 2011)

Penerbit:

Hasil penelitian menunjukkan pengukuran status gizi untuk menilai pertumbuhan

dan status gizi pada anak adalah indeks yang didasarkan pada pengukuran antropometri

untuk perawakan (tinggi atau panjang) dan berat badan. Untuk membandingkan data

antropometri di antara anak-anak dari berbagai usia, data referensi berbasis populasi

digunakan termasuk Pusat Pengendalian Penyakit AS, Referensi pertumbuhan Inggris dan

standar pertumbuhan anak Organisasi Kesehatan Dunia. Perbedaan tinggi atau berat

badan anak dari median populasi referensi dapat dihitung dalam standar deviasi ( z- skor)

di atas atau di bawah median. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,

kekurangan gizi pada anak tetap lazim, dan a z- skor di bawah negatif dua (yaitu kurang

dari 2 SD) digunakan untuk menunjukkan underweight (berat badan rendah untuk usia),

stunting (tinggi badan rendah untuk usia) atau wasting (berat badan rendah untuk tinggi

badan) Indeks ini penting dalam memantau status nutrisi karena masing-masing indeks

menangkap proses biologis yang mendasari. Berat badan untuk usia adalah indeks umum

yang terdiri dari berat badan untuk tinggi badan dan tinggi badan untuk usia, yang

digunakan untuk mengidentifikasi wasting dan stunting dalam populasi.

Namun, jika digunakan sendiri, berat badan untuk usia dapat meremehkan proporsi

anak yang kekurangan gizi, karena beberapa kekurangan gizi hanya dapat dideteksi

melalui berat badan untuk tinggi badan dan / atau tinggi badan terhadap usia. Pada anak

kecil, berat badan untuk tinggi badan tidak tergantung pada usia anak dan dapat
mengidentifikasi 'kurus' dan 'kelebihan berat badan', tetapi kurang berguna pada anak

yang lebih besar dan remaja di mana hubungan antara berat badan dan tinggi badan

bergantung pada usia.

Kesimpulan: pengukuran status gizi untuk menilai pertumbuhan dan status gizi

didasarkan pada pengukuran antropometri untuk perawakan (tinggi atau panjang) dan

berat badan. Namun terdapat beberapa keterbatasan yakni Pada anak kecil, berat badan

untuk tinggi badan tidak tergantung pada usia anak dan dapat mengidentifikasi 'kurus' dan

'kelebihan berat badan', tetapi kurang berguna pada anak yang lebih besar dan remaja di

mana hubungan antara berat badan dan tinggi badan bergantung pada usia.

B. Perhitungan kalori

Judul: Pengembangan Aplikasi Untuk Mengetahui Kebutuhan Jumlah Kalori (Novita &

Sulistyanto, 2015)

Penerbit

Hasil penelitian menunjukan pengetahuan menghitung kebutuhan jumlah kalori

merupakan salah satu cara untuk menentukan pola makan seimbang. Jumlah kebutuhan

kalori dapat dihitung dengan menggunakan metode Harris Benedict, berdasarkan data

yang telah diinput, tinggi badan, berat badan, umur, jenis kelamin, dan aktivitas,

sedangkan untuk mengetahui status gizi seseorang dapat ditentukan dengan rumus indeks

massa tubuh berdasarkan data yang telah diinput yaitu berat dan tinggi badan. Aplikasi ini

dibangun dengan menggunakan bahasa pemograman PHP dan database MySQL, serta

dibuat dalam bentuk website.

Kesimpulan: Penelitian ini menentukan kebutuhan jumlah kalori dapat dihitung

dengan menggunakan data yang telah diinput, tinggi badan, berat badan, umur, jenis

kelamin, dan aktivitas (metode Harris Benedict), sedangkan untuk mengetahui status gizi
seseorang dapat ditentukan dengan rumus indeks massa tubuh berdasarkan data yang

telah diinput yaitu berat dan tinggi badan. Sehingga Diharapkan dengan dibangunnya

aplikasi ini dapat membantu masyarakat untuk mengetahui kebutuhan kalori dan

mengatur pola makan yang seimbang.

C. Pemasangan NGT

Judul: Nasogastric tube insertion in anaesthetised, intubated adult patients: A

comparison between three techniques (Mandal, Karmakar, & Basu, 2019)

Penerbit:

Pemasangan selang nasogastrik (NGT) adalah prosedur penting untuk beberapa operasi

perut dan toraks dan sering dilakukan oleh ahli anestesi di ruang operasi (OR). Insersi

konvensional NGT pada pasien yang dianestesi, lumpuh, dan diintubasi seringkali

merupakan pekerjaan yang sulit dan menantang dengan tingkat kegagalan setinggi 50%

pada lintasan pertama. Menurut metode konvensional, NGT dimasukkan secara membabi

buta melalui jalur hidung dengan kepala dalam posisi netral tanpa bantuan instrumen atau

manipulasi laring eksternal. Bagian distal NGT memiliki beberapa lubang (bagian

terlemah) sehingga rentan terhadap belitan, kumparan, dan simpul. NGT yang tertekuk

atau berbelit-belit dan dinding yang kasar karena celah dapat menyebabkan robekan

mukosa yang menyebabkan perdarahan. penelitian ini menjelaskan Adanya beberapa

metode penempatan nasogastric tube (NGT) yang tepat dan pengenalan berbagai metode

baru dari hari ke hari menunjukkan bahwa tidak ada metode yang sempurna atau diterima

secara universal. Namun, pencarian yang terbaik masih terus berlanjut. Penerapan dingin

dalam berbagai bentuk untuk mengeraskan NGT telah diuji secara tidak konsisten selama

tiga dekade terakhir. Di masa lalu, NGT beku telah dibandingkan hanya dengan metode

konvensional. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi efektivitas
teknik beku dibandingkan dengan manuver Sellick konvensional dan terbalik. Jumlah

penempatan NGT yang berhasil dalam dua upaya, waktu prosedur, dan kejadian efek

samping dicatat.

Kesimpulan: hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemasanagan tabung nasogastrik

menggunakan manuver Sellick terbalik menunjukkan tingkat keberhasilan tertinggi dan

memiliki efek samping paling sedikit di antara tiga metode dibandingkan pada pasien

dewasa yang dianestesi dan diintubasi

D. Pemberian makan melalui selang NGT

Judul: Nasogastric tubes 1: insertion technique and confirming position (Durai,

Venkatraman, & Ng, 2009; Griggs & Hoppe, 1979; Nationwide, 1984)

Hasil penelitian menunjukkan Pemberian makan melalui selang NGT adalah

prosedur yang aman; namun hal itu dapat membawa risiko tertentu karena tabung bisa

salah tempat saat dimasukkan dan bisa masuk ke paru-paru atau tabung bisa tergeser

setelah dimasukkan. Artinya, selang itu perlu dilepas dan dimasukkan kembali.

Perpindahan adalah ketika selang keluar dari perut karena Anda mungkin telah batuk

keras atau muntah atau selang tergelincir karena alasan lain. Pemindahan dapat terjadi

kapan saja tetapi risikonya dikurangi dengan secara rutin memeriksa apakah tabung

berada di tempat yang benar dengan memeriksa kadar pH (keasaman) di perut.

Kesimpulan : tehnik pemberian makanan melaui NGT sangat aman namun memiliki

risiko yang berbahaya seperti aspirasi, batuk, mual dan bahkan sampai muntah akibat

salah memasukan selangnya walaupun hal tersebut dapat dilakukan reposisi kembali saat

itu.

E. Irigasi lambung
Judul: A Review On Gastric Lavage In The Management Of Ingested Poisoning

(Phartnacology, Arcus, & Uttirersity, 2018)

Hasil penelitian menunjukkan keracunan yang tidak disengaja dan disengaja

keduanya merupakan penyumbang yang signifikan terhadap kematian dan morbiditas di

seluruh dunia. Pengobatan pasien keracunan melibatkan berbagai macam teknik

dekontaminasi gastrointestinal yang agresif. Salah satu teknik yang paling umum adalah

lavage lambung (GL). Irigasi/Bilas lambung paling berguna untuk keracunan yang

tertelan dalam 1-2 jam setelah konsumsi racun apa pun (dapat dilakukan hingga 4-6 jam

setelah menelan).

Kesimpulan: tehnik irigasi lambung merukan tehnik yang paling umum untk mengatasi

pasien yang menelan racun dalam waktu 1-2 jam.


BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Kebutuhan nutrisi pada manusia sangatlah penting. Banyak sekali risiko jika tidak

terlalu memperhatikan nutrisi bagi tubuh kita. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi

organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan

pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia,

maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit. Permasalahan kebutuhan Nutrisi harus

segera diselesaikan dengan tindakan-tindakan yang tepat. Selain pemenuhan Nutrisi untuk

orang yang sehat, kebutuhan Nutrisi untuk orang sakit sangat dibutuhkan, dengan

memberikan makanan melalui NGT, sehingga diharapkan kebutuhan Nutrisi untuk pasien

dengan keadaan tertentu tetap mendapat asupan Nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Selain itu tujuan dari pembuatan SOP ini agar berbagai proses kerja rutin dapat

terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten, seragam dan aman dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.


DAFTAR PUSTAKA

Buelcheck (2016). Nursing Intervention Classification ( NIC ), Elsevier Indonesia


Corsi, D. J., Subramanyam, M. A., & Subramanian, S. V. (2011). Commentary: Measuring
nutritional status of children. International Journal of Epidemiology, 40(4), 1030–1036.
https://doi.org/10.1093/ije/dyr108
Durai, R., Venkatraman, R., & Ng, P. C. H. (2009). Nasogastric tubes. 1: Insertion technique
and confirming the correct position. Nursing Times, 105(16), 12–13.
Griggs, B. A., & Hoppe, M. C. (1979). Nasogastric tube feeding. The American Journal of
Nursing, 79(3), 481–485. https://doi.org/10.1097/00000446-197903000-00029
Herman Heater T (2018). NANDA – I Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran EGC
Jakarta
Krisanty, Paula (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat .hlm : 89
Mandal, M., Karmakar, A., & Basu, S. R. (2019). Nasogastric tube insertion in anaesthetised,
intubated adult patients: A comparison between three techniques. Indian Journal of
Anaesthesia, 49(4), 257–262. https://doi.org/10.4103/ija.IJA
Moorhead Sue (2016). Nursing Outcome Classification ( NOC ),Elsevier Indonesia
Nationwide, C. (1984). Nasogastric Tubes Insertion and Feeding (NG Tube with a Guide
Wire). 2–5.
Novita, I. E. A., & Sulistyanto, H. (2015). PENGEMBANGAN APLIKASI UNTUK
MENGETAHUI KEBUTUHAN JUMLAH KALORI. UMS Surakarta, X(3), 373–379.
Smith, Jean (2010). Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan Edisi 5 .Hal 536 )
Smeltzer, Suzzane C. dan Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Phartnacology, B., Arcus, A., & Uttirersity, S. (2018). a Review on Gastric Lavage in the
Management of Ingested Poisoning. Nature, 307(10), 0–4.

Anda mungkin juga menyukai