BADAN POM RI
ISSN 1829-9334
DAFTAR ISI
1
ANTIDIABETIKA ORAL
PRESS RELEASE NOMOR : HM.04.01.1.23.09.10.9076 TENTANG PEMBEKUAN IZIN EDAR AVANDIA, AVANDARYL, DAN AVANDAMET
PRESS RELEASE NOMOR : HM.04.01.1.23.10.10.9905 TENTANG PENGAWASAN PRODUK MI INSTAN YANG TERDAFTAR DI
INDONESIA PENGAWASAN PRODUK MI INSTAN YANG TERDAFTAR DI INDONESIA
PRESS RELEASE NOMOR : PN.01.04.1.31.10.10.9829 TENTANG PEMBATALAN IZIN EDAR DAN PENARIKAN PRODUK OBAT YANG
MENGANDUNG SIBUTRAMINE
ANTIDIABETIKA ORAL
Diabetes melitus
Sejak tahun 2000 jumlah penderita kencing manis atau diabetes melitus (sering disingkat menjadi
diabetes atau DM) di Indonesia meningkat cukup signifikan dan diperkirakan pada tahun 2030
mencapai 21,3 juta orang, serta paling banyak terjadi pada masyarakat urban yang gaya hidupnya
tidak sehat.
Diabetes melitus merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal. Apabila kondisi ini dibiarkan tak terkendali maka dapat menyebabkan pasien
lebih rentan terhadap infeksi dan menimbulkan penyakit penyulit yang dapat berakibat fatal
seperti penyakit jantung, ginjal, dan kelainan yang terjadi pada pembuluh darah retina yang
bisa berakhir dengan kebutaan bagi penderitanya (retinopati diabetik). Untuk itu pasien
diabetes melitus harus selalu menjaga kadar glukosa darah agar faktor penyulit
tersebut dapat dihambat atau bahkan dapat dicegah.
Penyakit diabetes muncul akibat kekurangan insulin atau tidak adanya insulin.
Insulin merupakan suatu zat atau hormon yang dihasilkan pankreas dan
bertugas untuk memasukkan glukosa kedalam sel, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan bakar/energi oleh sel tubuh. Jika insulin kurang atau tidak ada
dalam tubuh, glukosa yang berada dalam darah, tidak dapat masuk ke
dalam sel dan berada dalam kadar yang berlebih dalam darah sehingga
menyebabkan kondisi seperti yang telah disebutkan di atas.
Penyebab munculnya penyakit ini dapat bermacam-macam.
Keturunan merupakan salah satu faktor penyebab disamping
faktor pencetus lain seperti infeksi yang disebabkan virus tertentu,
pola makan yang tidak sehat, stres, makan obat-obatan yang
dapat meningkatkan kadar gula darah dan sebagainya.
Gejala yang sering ditemukan pada pasien diabetes adalah:
rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama pada
malam hari, berat badan turun dengan cepat, cepat merasa
lapar, timbul kelemahan pada tubuh, kesemutan pada jari
tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, luka
atau bisul yang sukar sembuh dan keputihan.
Berdasarkan penyebabnya,
diabetes melitus dibedakan
menjadi 2 tipe, yaitu:
-
Diabetes tipe 1:
Adalah tipe diabetes
melitus yang tergantung
pada insulin. Terjadi
karena insulin yang
dihasilkan tidak
mencukupi sehingga
glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel dan
menyebabkan tubuh
kekurangan energi.
Umumnya terjadi pada
usia muda (di bawah 30
t a h u n ) . Ob a t ya n g
diberikan adalah injeksi
insulin.
Diabetes tipe 2:
Adalah tipe diabetes
melitus yang tidak
tergantung insulin.
Terjadi karena insulin
tidak bekerja dengan
baik untuk menjaga
kadar gula dalam darah.
Dalam mengelola
diabetes melitus,
langkah pertama yang
harus dilakukan adalah
pengelolaan non
farmakologis, berupa
perencanaan pola
makan dan kegiatan
jasmani. Apabila dengan
langkah-langkah
tersebut sasaran
pengendalian diabetes
yang ditentukan belum
tercapai, dilanjutkan
dengan langkah
berikutnya yaitu dengan
menggunakan obat
( p e n g e l o l a a n
farmakologis).
Pasien diabetes diharapkan
dapat mengatur kadar gula
dalam darah melalui diet.
Editorial
2 I EDITORIAL I INFOPOM Vol. XI /No. 5/Edisi Sept - Okt 2010
IPenasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan I Pengarah Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan I Penanggung
jawab Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan I Redaktur Ketua Kepala Bidang Informasi Obat I Redaktur Eksekutif Dra. Fadjar Ayu
Tofiana, MT; Dra. Deksa Presiana, Apt, Mkes; Yustina Muliani, SSi, Apt; Dra. Lucky Hayati, Apt; Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm; Dra. Sri
Mulyani, Apt; Ellen Simanjuntak, SE; Galih Prima Arumsari, SFarm, Apt; Dewi Sofiah, Ssi, Apt; Dra. Dyah Nugraheni, Apt; Dra. Sri
Hariyati, Msc; Suyanto, SP, Msi; Dra. Murti Hadiyani I Editor Yulinar, SKM, Msi; Denik P, Sfarm, Apt; Eriana Kartika, Ssi, Apt; Arlinda
Wibiayu, Ssi, Apt I Desain grafis Sandhyani ED, Ssi, Apt; Indah W, Ssi, Apt I Sekretariat Ridwan Sudiro, Ssos; Surtiningsih; Netty Sirait
Antidiabetika oral
Obat antidiabetika oral digunakan
untuk pengobatan diabetes melitus
tipe 2. Obat-obat ini hanya
digunakan jika pasien gagal
memberikan respon terhadap
setidaknya 3 bulan diet rendah
karbohidrat dan energi disertai
aktivitas fisik yang dianjurkan,
dimana apabila setelah upaya
perubahan pola hidup, kadar gula
darah tetap diatas 200 mg% dan
HbAc1 diatas 8%.
Antidiabetika oral terbagi menjadi
beberapa golongan yaitu:
1. Golongan sulfonilurea:
Ya n g t e r m a s u k o b a t
golongan ini adalah
klorpropamid, glikazid,
glibenklamid, glipizid,
glikuidon dan tolbutamid.
Golongan obat ini bekerja
dengan menstimulasi sel
beta pankreas untuk
melepaskan insulin yang
tersimpan, dan karena itu
obat golongan ini hanya
bermanfaat pada pasien
yang masih mempunyai
kemampuan untuk
mensekresi insulin.
2
Golongan biguanid
Yang termasuk golongan
obat ini adalah metformin
hidroklorida.
Metformin merupakan obat
yang cara kerjanya terutama
menurunkan kadar glukosa
darah dengan menekan
produksi glukosa yang
diproduksi hati dan
analog
bisa sebagai
pengganti bagi
pasien yang
menderita alergi obat
golongan sulfa yang
t
i
d
a
k
direkomendasikan
sulfonilurea. Obat ini
bisa digunakan
sebagai monoterapi
atau dikombinasikan
dengan metformin.
Harus diberikan hatihati pada pasien
lansia dan pasien
dengan gangguan
hati dan ginjal.
4. G o l o n g a n
penghambat alfa
glukosidase
mengurangi resistensi
insulin. Metformin bisa
digunakan sebagai
monoterapi atau
dikombinasikan dengan
sulfonilurea. Metformin
tidak menyebabkan
hipoglikemia atau
penambahan berat
badan, jadi sangat baik
digunakan pada pasien
diabetes melitus tipe 2
yang menderita obesitas
(pada beberapa studi
bahkan pasien mengalami
penurunan berat badan)
3. G o l o n g a n
meglitinid
Ya n g t e r m a s u k
golongan obat ini adalah
akarbosa dan miglitol.
Obat ini bekerja
secara kompetitif
menghambat kerja
enzim glukosidase
alfa di dalam saluran
(Sandhyani E.D)
Pustaka:
PRESS RELEASE
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PEMBEKUAN IZIN EDAR AVANDIA, AVANDARYL, DAN AVANDAMET
Nomor : HM.04.01.1.23.09.10.9076
Jakarta, 26 September 2010
Berkaitan dengan informasi dari European Medicine Agency (EMA) tentang penarikan obat diabetes
GlaxoSmithKline (GSK) yang mengandung rosiglitazone tunggal dan kombinasinya serta pembatasan
penggunaan obat-obat tersebut di Amerika oleh Food & Drug Administration (FDA) USA pada tanggal 23
September 2010, Badan Pengawas Obat dan Makanan {Badan POM) Rl memandang perlu
menyampaikan informasi kepada masyarakat sebagai berikut :
1. Penarikan ataupun pembatasan obat diabetes yang mengandung rosiglitazone dalam bentuk
tunggal ataupun kombinasi diakibatkan efek samping kardiovaskular berupa gagal jantung (heart
failure).
2. Dengan adanya informasi terkini di Eropa dan Amerika tentang keamanan obat dan dalam rangka
melindungi keselamatan dan kesehatan masyarakat, Badan POM Rl telah melakukan pembekuan
izin edar obat diabetes GSK yang mengandung rosiglitazone tunggal (Avandia tablet) dan
kombinasinya (Avandamet dan Avandaryl tablet) terhitung sejak tanggal 24 September 2010
karena efek samping kardiovaskular.
3. Dihimbau kepada masyarakat yang saat ini menggunakan obat-obat tersebut agar berkonsultasi
dengan dokter.
4. Kepada masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Unit Layanan
Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM dengan nomor telepon 021-4263333 dan 02132199000 atau email ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com atau Layanan Informasi
Konsumen di seluruh Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian informasi ini kami sampaikan untuk dapat diketahui sebagaimana mestinya.
Mengenal Pengawet
Metil Paraben
e g u l a s i d a n
pembatasan terkait
pengawasan pangan
yang diberlakukan di
beberapa negara
seringkali tidak seluruhnya
sama. Ada negara yang
membuat aturan yang berbeda
dibanding negara-negara lain
pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena
pertimbangan kebutuhan lokal
masing-masing negara
tersebut. Karena itu suatu
produk yang tidak diijinkan di
suatu negara, bisa saja
diperbolehkan di negara lainnya
dengan pembatasan tertentu.
Akar
permasalahan
sehingga
timbulnya
keresahan
dalam
masyarakat
adalah karena
adanya
perbedaan
standar antara
Indonesia
dengan
Taiwan
mengeluarkan Keterangan Pers
tentang Penarikan Produk Mi
Instan Indonesia yang
menjelaskan tentang regulasi
yang berlaku di Indonesia terkait
penambahan pengawet ini ke
dalam pangan.
Batas maksimum penggunaan
metil paraben sebagai
pengawet pada pangan di
beberapa negara dapat dilihat
pada Tabel 1.
Aturan penggunaan
pengawet di Indonesia
Indonesia mengizinkan
penggunaan metil paraben
dalam kecap dengan jumlah
maksimum penggunaan
sebesar 250 mg/kg untuk kecap
Pengantar
Alimentarius Commission
(CAC),
menetapkan batas
penggunaan maksimal metil
paraben pada produk adalah
sebesar 1000 mg/kg produk.
Selain mengatur batas
maksimal bahan tambahan
pangan pada produk, Indonesia
juga menerapkan batas
maksimal bahan tambahan
pangan yang dapat dikonsumsi
setiap hari selama hidup
manusia tanpa menimbulkan
masalah kesehatan yang
serius, yang dikenal dengan
nilai ADI (acceptable daily
intake). Nilai ADI untuk metil
paraben adalah 0-10 mg/kg
berat badan. Artinya untuk
orang dewasa (asumsi berat
badan 60 kg), konsumsi metil
paraben maksimal sehari
sebanyak 600 mg. Apabila
kandungan kecap dalam satu
bungkus mi instan sebesar 4 ml
dan dengan batas maksimum
penggunaan sebesar 250
Tabel 1
Batas Maksimum Penggunaan Metil Paraben Pada Produk Kecap, Bumbu
Mi Cepat Saji, dan Mi Cepat saji di Beberapa Negara
No
3
4
5
6
7
8
9
10
Malaysia
Taiwan
Kecap : 250
Saus: 1000
Sauces: 1000
Sauces: 250
Sauces: 250
Sauces: 1000
2500 (Preparation of food additives)
1000 (all food)
1000 (unstandardized food except
unstandardized preparation of:
a. meat and meat by product
b.fish and
c. poultry and poultry meat by
product
Tidak mengatur metil paraben
Tidak mengatur metil paraben
Penutup
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa produk mi
cepat saji yang mengandung
metil paraben aman untuk
dikonsumsi. Walaupun demikian
sebagai konsumen sebaiknya
kita selalu menerapkan
diversifikasi makanan dalam
menu sehari hari dengan
mengkonsumsi aneka ragam
makanan. Diversifikasi makanan
menyebabkan tubuh tidak
terpapar suatu zat kimia tertentu
dalam waktu yang lama sehingga
tubuh mempunyai kesempatan
mengeluarkan zat-zat tersebut
dan berdampak tidak terjadinya
penumpukan dalam tubuh
manusia. Selain itu apabila hal ini
diterapkan maka diharapkan
kemandirian pangan dapat
terpenuhi karena kita tidak
tergantung pada satu jenis bahan
pangan saja.
Disarikan dari Kajian Direktorat
Standardisasi Produk Pangan
t e n t a n g M e t h y l p h y d r o x y b e n z o a t e o l e h Ti m
Redaksi InfoPOM)
PRESS RELEASE
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PENGAWASAN PRODUK MI INSTAN YANG TERDAFTAR DI INDONESIA
Nomor : HM.04.01.1.23.10.10.9905
Selama semester I tahun 2010, telah dilakukan pengambilan dan pengujian sejumlah 323 item sampel mi
instan yang terdaftar dari peredaran. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel kecap yang ada di
dalam satu kemasan dengan mi instan, mengandung methyl p-hydroxybenzoate TIDAK MELEBIHI
250 mg/kg, batas maksimum yang diijinkan.
Berkaitan dengan timbulnya isu terkait dengan mi instan beberapa hari terakhir ini, maka Badan POM
telah melakukan sampling surveillance dan pengujian berbagai merek mi instan dari peredaran di 21
provinsi. Hasil pengujian terhadap kandungan methyl p-hydroxybenzoate pada 158 sampel kecap
dalam mi instan, adalah 96 sampel mengandung methyl p-hydroxybenzoate TIDAK MELEBIHI 250
mg/kg, batas maksimum yang diijinkan, sedangkan 62 sampel SAMA SEKALI TIDAK mengandung
methyl p-hydroxybenzoate.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium diatas, disimpulkan bahwa produk mi instan yang terdaftar dan
beredar di Indonesia MEMENUHI STANDAR dan persyaratan yang berlaku, serta dinyatakan AMAN
untuk dikonsumsi.
Dihimbau kepada masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Unit Layanan
Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM RI dengan nomor telepon 021-4263333 dan 02132199000 atau email ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com atau Layanan Informasi
Konsumen di seluruh Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian penjelasan ini kami sampaikan untuk dapat diketahui sebagaimana mestinya.
PRESS RELEASE
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
Memerintahkan kepada pemilik izin edar yang memproduksi obat yang mengandung sibutramine untuk
menghentikan produksi dan melakukan penarikan obat dari peredaran serta memusnahkan obat dan bahan
baku yang tersedia.
Memerintahkan kepada distributor untuk menghentikan distribusi dan mengembalikan obat dimaksud kepada
produsennya.
Meminta kepada sarana pelayanan obat (Apotek/Rumah Sakit/Klinik) untuk mengembalikan obat tersebut
kepada distributornya.
Dihimbau kepada masyarakat yang saat ini menggunakan obat-obat tersebut agar segera berkonsultasi dengan
dokter untuk mendapatkan alternatif pengobatan yang lain.
Kepada masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan
Konsumen (ULPK) Badan POM dengan nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email
ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com atau Layanan Informasi Konsumen di seluruh Balai
Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian informasi ini kami sampaikan untuk dapat diketahui sebagaimana mestinya.
Memerintahkan kepada seluruh Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM (Balai Besar/Balai POM
di seluruh Indonesia) untuk melakukan pemeriksaan terhadap sarana distribusi dan pelayanan obat
(PBF/Apotek/Rumah Sakit/Klinik) terhadap kemungkinan masih tersedianya obat tersebut.