Anda di halaman 1dari 14

FARMAKOTERAPI II

DOSEN : APT. WIDYA KARDELA M. FARM. KLIN,

DIABETES MELITUS TIPE I


KELOMPOK 7 :
1. DELVIANY (1801103)
2. DICHA EFELZITA (1801183)
3. DINI WAHDINI (1801207)
4. DWI PRATIWI ANANDA (1801167)
5. ECI NOVRILIA (19013034)
6. ELSA MAHRAINI(1801061)
7. SYERLY PUTRIANI (1801136)
8. SITI FAUZIAH (1801033)
9. TITI SURYANI (1701030)
DEFENISI

• Diabetes berasal dari bahasa Yunani yaitu “sypon” atau


pembentukan urine yang berlebihan, serta melitus yang
berasal dari kata "meli" yang artinya madu. Diabetes
melitus merupakan gangguan metabolisme yang
disebabkan beberapa faktor.

• Diabetes melitus ditandai dengan adanya hiperglikemia


kronis akibat gangguan sekresi insulin, gangguan kerja
insulin, ataupun keduanya (Rustama, 2010).

• Diabetes melitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena


berkurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel beta
pankreas yang didasari oleh proses autoimun. Pada anak,
jenis DM tersering adalah tipe-1 (Pulungun, 2019).
PREVALENSI DM TIPE 1

• Berdasarkan hasil riskesdas 2013 dan 2018 • Pada riskesdas 2018, prevalensi diabetes
menunjukan bahwa prevalensi diabetes mellitus di
mellitus pada perempuan lebih tinggi
Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur
diatas 15 tahun sebesar 1,5% dan 2% yang berarti
dibandingkan laki-laki dengan perbandingan
terjadi peningkatan. Prevalensi diabetes mellitus 1,78% terhadap 1,2% dan pada riskesdas
menunjukan peningkatan seiring dengan bertambahnya 2013 prevalensi pada perempuan terhadap
umur,penderita yang mencapai puncaknya pada umur laki-laki sebesar 1,7 % terhadap Diabetes
55-64 tahun dan menurun setelah melewati rentang
mellitus (DM) tipe 1menjadi masalah
umur tersebut.pola peningkatan ini terjadi pada
riskesdas 2013 dan 2018 yang mengindikasikan kesehatan di banyak Negara.dengan
semakin tinggi umur maka semakin besar resiko untuk keseluruhan peningkatan pertahun
mengalami Diabetes (Riskesdas, 2013). diperkirakan sebesar 3% (Riskesdas, 2018).
ETIOLOGI
1. Diabetes diperantarai autoimunitas

• Terbentuknya autoantibodi akan merusak sel-sel β pankreas dalam pulau-pulau Langerhans pankreas yang disertai
terjadinya infiltrasi limfosit. Kerusakan sel β pankreaas ini teradi dalam jangka waktu yang bertahun-tahun tanpa
diketahui, dan gelaja klinis baru akan muncul setidaknya 80% sel β pankreas mengalami kerusakan.
Marker kerusakan imun ditemukan paling sedikit satu macam antibodi dari empat antibodi yang biasa ditemukan pada DM
tipe 1 yaitu:
• Islet Cell Cytoplasmic Autoantibodies (ICAs)
• Autoantibodi terhadap insulin
• Autoantibodi terhadap GAD (GAD65)
• Autoantibodi terhadap tirosin fosfatase IA-2 dan IA-2
atau biasanya lebih dari autoantibodi ini hadir pada 85-90% individu ketika hiperglikmia puasa awalnya terdeteksi. Beberapa
penderita diabetes terutama anak-anak dan remaja datang dengan ketoasidosis sebagai manifestasi pertama dari penyakit tipe ini.
(Trinovita, 2020)
ETIOLOGI
2. Diabetes diperantai Autoimun

• Beberapa bentuk diabetes tipe 1 ini tidak memiliki etiologi yang diketahui namun beberapa
dari pasien memiliki insulinopenia parmanen dan rentan tehadap ketoasidosis tetapi tidak
memiliki bukti autoimunitas. Seseorang dengan bentuk diabetes ini menderita ketoasidosis
episodik dan menunjukkan berbagai tingkat defisiensi insulin antar episodenya. Bentuk
diabetes ini diturunkan secara kuat, tidak memeliki bukti imunologis untuk autoimunitas sel
beta pankreas dan tidak terkait dengan Human Leukocyte Antigen (HLA).

(Trinovita, 2020)
Click icon to
add picture
GEJALA
• Sering buang air kecil
• (polyuria)
• Sering haus(polydsia)
• Sering merasa lapar (polypagia)
• Berat badan turun
• Cepat merasa lelah (fatigue)
• Gatal-gatal pada kulit

(Thomas, 2010)
PATOFISIOLOGI

• Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 berupa penurunan sekresi insulin akibat autoantibodi yang merusak sel-sel
pulau Langerhans pada pankreas. Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme Autoimun.
Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat terbentuknya autoantibodi.
Mekanisme autoimun ini masih tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik
dan paparan faktor lingkungan. Autoantibodi yang terbentuk akan merusak sel-sel β pankreas di dalam pulau-
pulau Langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi limfosit. Kerusakan sel β pankreas ini tidak terjadi dalam
jangka pendek tetapip dapat terjadi hingga bertahun-tahun tanpa diketahui karena gejala klinis baru muncul
setelah setidaknya 80% sel β pankreas mengalami kerusakan (Gillespie, 2006).
• Kerusakan sel-sel β pankreas akan menyebabkan terjadinya penurunan sekresi insulin. Defisit insulin ini
kemudian akan menyebabkan terjadinya hiperglikemia yang bila terus memburuk akan menyebabkan penderita
mengalami hiperosmolaritas dan dehidrasi (Gillespie, 2006).
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI

• Apabila penatalaksanaan terapi tanpa • Terapi insulin mempakan satu keharusan bagi
penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe I, sel-sel β
obat (pengaturan diet dan olah raga)
Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak,
belum berhasil mengendalikan kadar sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin.
glukosa darah periderita, maka perlu • Sebagai penggantinya, maka penderita DM tipe I
dilakukan langkah berikutnya berupa harus mendapat insulin eksogen untuk membantu
penatalaksanaan terapi obat, baik dalam agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya
dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar
bentuk terapi obat hipoglikemik oral
penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi
terapi insulin, atau kombinasi keduanya. insulin, namun hampir 30% temyata memerlukan
terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.

(DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS & KLINIK DITJEN


BINA
KEFARMASIAN & ALKES Departemen Kesehatan RI, 2006)
Profil beberapa sediaan insulin yang beredar di
Indonesia

(DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS & KLINIK


DITJEN BINA KEFARMASIAN & ALKES Departemen Kesehatan
RI, 2006)
PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI
1.PENGATURAN DIET

• ditentukan dengan rumus sebagai berikut : • Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3
kali makanan utama dan 3 kali makanan
100 + (usia dalam tahun x 100)=....Kalori/hari
kecil sebagai berikut :
• komposisi sumber kalori perhari sebaiknya terdiri o 20% berupa makan pagi.
dari atas o 10% berupa makanan kecil.
o 50-55% karbohidrat o 25% berupa makan siang.
o 10-15% protein (semakin menurun dengan o 10% berupa makanan kecil.
bertambahnya umur) o 25% berupa makan malam.
o 30-35% lemak
o 10% berupa makanan kecil.

(DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS & KLINIK DITJEN


BINA KEFARMASIAN & ALKES Departemen Kesehatan RI, 2006)
PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI
2. OLAHRAGA

• Olahraga yang disarankan adalah yang • Beberapa contoh olah raga yang disarankan,
bersifat CRIPE (Continuous, Rhymical, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda,
berenang, dan lain sebagainya. Olahraga
Interval, Progressive, Endurance
aerobik ini paling tidak dilakukan selama total
Training). Sedapat mungkin mencapai
30-40 menit per hari didahului dengan
zona sasaran 75- 85% denyut nadi pemanasan 5-10 menit dan diakhiri
maksimal (220- umur), disesuaikan pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga
dengan kemampuan dan kondisi akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan
penderita. aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan
juga meningkatkan penggunaan glukosa.

(DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS & KLINIK DITJEN


BINA KEFARMASIAN & ALKES Departemen Kesehatan RI, 2006)
DAFTAR PUSTAKA

• DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS & KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN & ALKES Departemen Kesehatan RI.
2006. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYYAKIT DIABETES MELLITUS. Jakarta : Bakti Husada.

• Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

• Gillespie, K. M. 2006. Type 1 Diabetes: Pathogenesis and Prevention. CMAJ: Canadian Medical Association Journal. 175 (2): 165-170.

• Pulungun, Aman., dkk. 2019. Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak: Situasi di Indonesia dan Tata Laksana. Sari Pediatri. 20(6): 392-400.

• Rustama, D. S., dkk. 2010. Diabetes Mellitus. Diabetes Melitus, Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta: BP IDAI.

• Sunarti. 2018. Serat Pangan dalam Penanganan Sindrom Metabolik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

• Thomas RC, dkk. 2010. Autoimmunity and Pathogenesis of Type 1 Diabetes. McGill University medical school, Montreal, Canada.
47(2): 51-71.

• Trinovita, Elsa., dkk. 2020. Bahan Ajar Farmakoterapi Gangguan Patomekanisme dan Metabolik Endokrin (Pendekatan Farmakologi
Diabetes Mellitus). Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai