Anda di halaman 1dari 56

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN

Nama Lahir Jenis Kelamin Pendidikan Agama Suku Alamat

: By. Ny. Wieke Fransisca : 19 Agustus 2013 : Laki-laki :: Islam : Jawa : Dinar Mas Tembalang, Semarang

Nama Ayah Umur Pekerjaan Pendidikan

: Tn. Fernando : 29 tahun : Wiraswasta : Dinar Mas Tembalang, Semarang

Nama Ibu Umur Pekerjaan Pendidikan

: Ny. Wieke Fransisca : 35 tahun : Ibu rumah tangga : Dinar Mas Tembalang, Semarang

Bangsal Tanggal Masuk RS No. CM

: Perinatologi : 19 Agustus 2013 : 262953

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

B. DATA DASAR 1. Anamnesis (Alloanamnesis) Aloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien di ruang Dewi Kunthi RSUD Kota Semarang pada tanggal 19 Agustus 2013 pukul 16.30WIB dan dengan perawat Perinatologi di bangsal Perinatologi pada tanggal yang sama pukul 17.30WIB dan didukung dengan catatan medis Keluhan Utama : Bayi tidak menangis segera setelah lahir Keluhan Tambahan : Bayi kurang bulan, kecil dan lemas. Riwayat Penyakit Sekarang Sebelum Masuk RS Ibu G5P3A1 usia 35 tahun, hamil 31 minggu, HPHT 28 Maret 2013, riwayat haid teratur, siklus 28 hari, lama haid sekitar 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter sebulan 1x dan mendapatkan suntikan vaksin Tetanus Toxoid sebanyak dua kali selama kehamilannya. Selama hamil ibu merasa mual kadang disertai muntah.Ibu mengaku sering pingsan selama kehamilannya. Ibu tidak mempunyai penyakit darah tinggi selama kehamilan. Selama masa kehamilan ibu tidak mengonsumsi obat-obatan apapun, hanya suplemen(sangobion) yang diberikan dokter. Riwayat trauma sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal , riwayat kencing manis disangkal , riwayat penyakit darah tinggi sebelum kehamilan disangkal, riwayat mengkonsumsi jamu-jamuan disangkal. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi kurang bulan (anak pertama 28minggu, anak ketiga 32minggu) dan bayi dengan berat badan lahir rendah (anak pertama 2000 gram). Riwayat keguguran (+) ( anak kedua pada kehamilan 10minggu) Pola makan selama hamil mengalami perubahan, ibu menjadi tidak nafsu makan dan susah makan. Ibu mengaku muntah hampir setiap makan mulai kehamilan 4 bulan. 6 hari sebelum masuk rumah sakit,ibu mengeluh keluar cairan dari jalan lahir. Jumlahnya ibu tidak tau persis, warnanya bening merembes. Kemudian ibu akhirnya dibawa ke RSUD Kota Semarang, tetapi karena menurut bidan belum waktunya untuk bersalin, maka ibu dirawat di ruang VK Srikandi. Setelah masuk RS Setelah 6 hari dirawat di ruang VK Srikandi, ibu tak kunjung merasakan perutnya mules/kontraksi, namun air ketuban terus merembes sedikit demi sedikit. Maka pada

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

tanggal 19 Agustus 2013, dokter memutuskan untuk mengakhiri persalinannya dengan sectio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini (ologihidramnion). Bayi jenis kelamin laki-laki lahir di ruang IBS RSUD Kota Semarang secara secio caesaria 19/8/2013 pukul 08.55wib dengan BBL: 1300 gram, PB: 41 cm, LK: 28 cm, LD: 24 cm, caput succadaneum (-) , cephal hematoma (-) , air ketuban jernih dan tidak berbau busuk. Saat lahir bayi tidak menangis, pernapasan tidak teratur , HR < 100 x/menit , warna kulit kepala dan badan merah jambu, tetapi ekstremitas biru, bibir sianosis , tonus otot lemah. Setelah 5 menit diresusitasi, HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang, bayi meringis, dan warna kulit kepala dan badan merah jambu tetapi ekstremitas masih biru. Setelah 10 menit diresusitasi HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot baik, bayi meringis, warna kuit merah jambu. APGAR Score 3 6 8. Setelah masuk perinatologi Tanggal 19 Agustus 2013 Usia : 0 hari Berat : 1300 gram Keadaan bayi : Gerakan bayi aktif kurang Menangis keras (-) Minum kuat (-) Ikterik (-) Keterangan TTV HR : 160x/menit RR : 50x /menit T : 37,1C N : 1/t cukup

Terapi : Letakan dalam inkubator O2 CPAP : PEEP 5, FiO2 50%, Flow 6L/menit Infus D5% 5 tpm mikro Injeksi Vit K1 1x1 mg IM Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv Injeksi dexa 2x1/4amp Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan Injeksi dopamin 3Meq Tunda diet Program : Darah Rutin

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

20 Agustus 2013 Usia: 1 hari Berat: 1300 gram Cairan 104cc/hari

Gula Darah Sewaktu Elektrolit HR: 120 x/menit RR: 48 x/menit T: 37,0C N: i/t cukup

Keadaan bayi : Gerakan bayi aktif (-) Menangis keras (-) Minum kuat (-) Ikterik (-)

Terapi : 02 CPAP(PEEP=5cmH2O, FiO2 60% , 6L/menit) Infus D5% 5 tpm mikro Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.II) Injeksi dexa 2x1/4amp(H.II) Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari Tunda diet 21 Agustus 2013 Usia: 2 hari Berat: 1300 gram Cairan: 130 cc Keadaan bayi : Gerakan bayi aktif kurang BAB (+) BAK (+) Menangis keras (+) Minum kuat (-) Ikterik (-) Bibir kering (+) Terapi : 02 CPAP(PEEP=4cmH2O, FiO2 25% , 6L/menit) pukul 11.00 O2 Headbox 6L/m Infus D5% 5 tpm mikro Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.III) Injeksi dexa 2x1/4amp(H.III) HR: 130 x/menit RR: 48 x/menit T: 36.4C N: i/t cukup

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari

Diet (Susu Prenan) = 8x5cc 22 Agustus 2013 Usia: 3 hari Berat: 1260 gram Cairan: 151,2 cc Keadaan bayi : Gerakan bayi aktif kurang BAB (+) BAK (+) Menangis keras (+) Minum kuat (+) Ikterik (+) Kramer IV HR: 101x/menit RR: 40 x/menit T: 36,7C N: i/t cukup

Terapi : O2 Headbox 6L/m Infus D5% 5 tpm mikro Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.IV) Injeksi dexa 2x1/4amp(H.IV) Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari Diet (Susu Prenan) = 8x5cc Program : fototerapi 2x24jam 31 Juli 2013 Usia: 4 hari Berat: 1260 gram Cairan: 176,4 cc Keadaan bayi : Gerakan bayi aktif kurang BAB (+) BAK (+) Menangis keras (+) Minum kuat (+) Ikterik (+) HR: 109 x/menit RR: 32 x/menit T: 35,2C N: i/t cukup

Terapi : O2 Nasal 3L/m


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Infus D5% 5 tpm mikro Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.V) Injeksi dexa 2x1/4amp(H.V) Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari Diet (Susu Prenan) = 8x5cc

Program : Foto terapi 1 x 24 jam Cek bilirubin post terapi 24 Agustus 2013 Usia 5hari BB = 1180 gram Cairan = 177cc Keadaan bayi : Gerakan bayi aktif kurang BAB (+) BAK (+) Menangis keras (+) Minum kuat (+) Ikterik (+) HR : 109x/m RR : 32x/m T : 36C N : i/t cukup

Terapi : O2 Nasal 3L/m Infus D5% 5 tpm mikro Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.V) Injeksi dexa 2x1/4amp(H.V) Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari Diet (Susu Prenan) = 8x5cc Program : Foto terapi 1 x 24 jam

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Riwayat Penyakit Ibu dan Ayah Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipeertensi, asma, penyakit jantung, penyakit ginjal, alergi, anemia, serta kelainan darah sebelum hamil disangkal. Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular seksual selama masa kehamilan atau saat proses kehamilan seperti gonorea, klamidia, trikomonasis, kandidiasis disangkal. Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya hamil disangkal. Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing berwarna merah disangkal. Riwayat ibu demam tinggi selama proses kehamilan disangkal. Riwayat ibu merokok diangkal. Riwayat ayah merokok (+) Riwayat Pemeriksaan Prenatal Ibu rutin memeriksakan kehamilannya sebulan 1x dan mendapat suntikan tetanus toxoid sebanyak 2 kali selama masa kehamilannya. Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum jamu-jamu disangkal oleh ibu. Kesan : Pemeliharaan prenatal baik. Riwayat Persalinan dan Kehamilan Bayi jenis kelamin laki-laki lahir di ruang IBS RSUD Kota Semarang secara secio caesaria 19/8/2013 pukul 08.55wib dengan BBL: 1300 gram, PB: 41 cm, LK: 28 cm, LD: 24 cm, caput succadaneum (-) , cephal hematoma (-) , air ketuban jernih dan tidak berbau busuk. Saat lahir bayi tidak menangis, pernapasan tidak teratur , HR < 100 x/menit , warna kulit kepala dan badan merah jambu, tetapi ekstremitas biru, bibir sianosis , tonus otot lemah. Setelah 5 menit diresusitasi, HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang, bayi meringis, dan warna kulit kepala dan badan merah jambu tetapi ekstremitas masih biru. Setelah 10 menit diresusitasi HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot baik, bayi meringis, warna kuit merah jambu. APGAR Score 3 6 8. Kesan : Neonates preterm, berat badan lahir sangat rendah, asfiksia berat, lahir secara secio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini ( oligohidramnion )

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan: Berat badan lahir : 1300 gram Panjang badan lahir : 41 cm. Lingkar kepala : 28 cm Lingkar dada : 24 cm Perkembangan: belum dapat dinilai dan dievaluasi

Riwayat Makan dan Minum Anak - Pada hari ke 0 dan 1 perawatan diet ditunda karena riwayat asfiksia berat. - Pada hari ke 2 perawatan mulai diberi diet (susu prenan) melalui Orogastrictube (OGT) 8 x 5cc. Riwayat Imunisasi BCG :Polio :Hep B :Kesan : Imunisasi dasar belum dilakukan

Riwayat Keluarga Berencana Ibu pasien menggunakan KB Spiral (Intra Uterin Device-IUD) sejak anak ke 4 berumur 3bulan. KB spiral digunakan selama 4 tahun, lalu karena darah yang keluar setiap kali haid dirasakan lebih banyak dari biasanya setelah menggunakan KB spiral, maka ibu mulai beralih menggunakan KB suntik yang dilakukan setiap 3bulan 1x. KB suntik dilakukan selama 3 tahun.

Riwayat Sosial Ekonomi Ayah bekerja wiraswasta, ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan penghasilan ayah sekitar kurang lebih Rp 4.000.000,- per bulan. Menanggung 4 anak. Biaya pengobatan ditanggung sendiri oleh keluarga. Kesan : Sosial ekonomi cukup

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Data Obstetri Anak ke 1 2 3 4 5 Tahun Jenis, pembantu, tempat, penyulit persalinan, usia kehamilan Spontan, bidan, bidan, 28 minggu Spontan, bidan, bidan, 10 minggu Spontan, bidan, bidan, 32 minggu Spontan, bidan, bidan, 37 minggu Jenis kelamin, BBL, PBL Laki-laki, 2000 gr, 47 cm abortus Perempuan , 2800gr, 48cm Laki-laki, 2800gr, 48cm Hamil ini Keadaan anak sekarang Baik meninggal Baik Baik

1995 1997 2000 2003 2013

Data Keluarga Ayah Perkawina keUmur Pendidikan terakhir Agama Kesehatan I 29 tahun D3 Islam Sehat Ibu II 35 tahun SMA Islam Sehat

Data Perumahan Kepemilikan rumah : Rumah kontrakan Keadaan rumah : Dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih : Sumber air minum PAM, limbah buangan dialirkan ke saluran atau selokan yang ada di belakang rumah. Keadaan lingkungan : Antar rumah berdekatan, tidak terlalu padat. 2. Pemeriksaan Fisik Dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2013 Bayi laki-laki usia 3 hari, berat badan 1260 gram, panjang badan 41 cm.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Kesan umum : Compos mentis, cenderung rewel, tampak lemah, bayi berat lahir sangat rendah , sesuai masa kehamilan, ditemukan tanda-tanda neonatus preterm, tampak tidak aktif, nafas spontan adekuat, menangis kuat, minum kuat (+) ikterik (+) Kremer IV Tanda vital : TD : Pemeriksaan tidak dilakukan HR : 101 x/menit RR : 40 x/menit t : 36,7C (axilla) Status internus: Kepala Normocephalus , lingkar kepala 28 cm, ubun-ubun besar masih terbuka, tidak tegang, tidak menonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan, muka tampak ikterik. Mata Pupil bulat, isokhor, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih, sclera ikterik (+/+), konjungtiva anemis (-/-). Hidung Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), septum deviasi (-). Telinga Normoti, discharge (-/-), kembali setelah dilipat. Mulut Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), labioschizis (-), palatoschizis (-) Thorax Tampak ikterik pada daerah dada Paru o Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris pada keadaan inspirasi dan ekspirasi. Retraksi epigastrium(+). o Palpasi : Stem fremitus tidak dilakukan, areola mammae teraba, papilla mammae (+/+). o Perkusi : Tidak dilakukan. o Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), suara nafas tambahan (-/-). Jantung o Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat o Palpasi : Ictus cordis tidak melebar o Perkusi : Batas jantung sulit dinilai o Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, Murmur (-), Gallop (-) Abdomen

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

10

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

o Inspeksi : Datar, ikterik. o Auskultasi : Bising usus (+) normal o Palpasi : Supel, hepar, dan lien tidak teraba membesar o Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen Tulang belakang Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele Genitalia dan anorektal Jenis kelamin laki-laki, kedua testis telah mengisi scrotum, rugae scrotum telah terbentuk sedikit Anus (+) dalam batas normal. Kulit Lanugo (+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (+) kremer IV, sklerema (-) Ekstremitas Superior Inferior Deformitas Akral Dingin Akral Sianosis Ikterik CRT Tonus -/-/-/+/+ <2 Normotonus -/-/-/+/+ <2 Normotonus

Refleks Primitif: o Refleks Hisap o Refleks Rooting o Rfleks Moro o Refleks Palmar Grasp o Refleks Plantar Grasp

: (+) : (+) : (+) : (+) : (+)

3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah rutin dan kimia klinik Pemeriksaan Hematologi Hemoglobin(g/dl) 18,0 16,7 19 Agustus 2013 24 Agustus 2013

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

11

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Hematokrit(%) Leukosit(/ul) Trombosit(/ul) Kimia Darah Bilirubin Indirek (0,0-0,65) Bilirubin Direk (0,0-0,35) Bilirubin Total (0,0-1,0) GDS(mg/dl) (70-140) Elektrolit Natrium Kalium Kalsium

51,7% 14.800 271.000

44.0% 20.700 372.000

55

0.31 7,23 -

136.0 4.30 1.22

4. Pemeriksaan Khusus 1. BALLARD SCORE

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

12

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Maturitas Neuromuskuler Sikap tubuh Jendela siku-siku Rekoil lengan Sudut popliteal Tanda selempang Tumit ke kuping Total

Score 3 2 2 1 1 2 11

Maturitas Fisik Kulit Lanugo Lipatan telapak kaki Payudara Bentuk telinga Genitalia (laki-laki) Total

Score 1 1 2 2 1 2 9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

13

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

New Ballard Score: maturitas neuromuscular + maturitas fisik = 11 + 9 = 20 Kesan : Kehamilan preterm 32 minggu.

2. KURVA LUBCHENCO

BBL 1300 gram Usia Kehamilan 31 minggu Kesan : Neonatus Preterm - Sesuai Masa Kehamilan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

14

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

3. APGAR SCORE Klinis Appearance Pulse Grimace Activity Respiratory Effort Score Kesan : Asfiksia Berat 1 menit 1 1 0 0 1 3 5 menit 1 2 1 1 1 6 10 menit 2 2 1 2 1 8

4. BELL SQUASH SCORE 1. Partus tindakan (SC, Vacum , Sungsang) 2. Ketuban tidak normal 3. Kelainan bawaan 4. Asfiksia 5. Preterm 6. BBLR 7. Infeksi tali pusat 8. Riwayat penyakit ibu 9. Riwayat penyakit kehamilan Hasil: 5 Neonatal Infeksi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

15

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

5. GUPTE SCORE Prematuritas Cairan amnion berbau busuk Ibu demam Asfiksia Partus lama Vagina tidak bersih KPD Hasil: 6 Neonatal Infeksi C. RESUME Telah lahir bayi jenis kelamin laki-laki lahir di ruang IBS RSUD Kota Semarang secara secio caesaria 19/8/2013 pukul 08.55wib dengan BBL: 1300 gram, PB: 41 cm, LK: 28 cm, LD: 24 cm, caput succadaneum (-) , cephal hematoma (-) , air ketuban jernih dan tidak berbau busuk. Saat lahir bayi tidak menangis, pernapasan tidak teratur , HR < 100 x/menit , warna kulit kepala dan badan merah jambu, tetapi ekstremitas biru, bibir sianosis , tonus otot lemah. Setelah 5 menit diresusitasi, HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang, bayi meringis, dan warna kulit kepala dan badan merah jambu tetapi ekstremitas masih biru. Setelah 10 menit diresusitasi HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot baik, bayi meringis, warna kuit merah jambu. APGAR Score 3 6 8. . Kesan umum Compos mentis, cenderung rewel, tampak lemah, bayi berat lahir sangat rendah , sesuai masa kehamilan, ditemukan tanda-tanda neonatus preterm, tampak tidak aktif, nafas spontan adekuat, menangis kuat, minum kuat (+) ikterik (+) Kremer IV Dari pemeriksaan fisik tanggal 22Agustus 2013 didapatkan: Tanda vital : TD : Pemeriksaan tidak dilakukan HR : 101 x/menit RR : 40 x/menit t : 36,7C (axilla) 3 2 2 2 1 2 1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

16

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Status internus: Kepala : Ubun-ubun besar masih terbuka, tidak tegang, tidak menonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), muka ikterik. Mata : Pupil bulat, isokhor, refleks cahaya (+/+) normal, ikterik (+/+). Hidung : Nafas cuping hidung (-/-). Telinga : Dalam batas normal. Mulut : Dalam batas normal Thorax : Pergerakan dada simetris, retraksi epigastrium (-) tampak ikterik pada daerah dada. Paru : Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-) Jantung : Tidak teraba membesar, BJ I/II reguler, Murmur (-), Gallop (-). Abdomen : Tampak ikterik, pangkal sekitar tali pusat tampak kemerahan dan sedikit membengkak. T. blkng : Dalam batas normal. Genitalia : Laki-laki dalam batas normal. Anorektal : Dalam batas normal. Kulit : Lanugo (+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (+) kremer IV, sklerema (-). Ekstremitas Superior Inferior Deformitas Akral Dingin Akral Sianosis Ikterik CRT Tonus -/-/-/+/+ <2 Normotonus -/-/-/+/+ <2 Normotonus

Pemeriksaan Penunjang Darah rutin : Leukositosis GDS : Rendah Bilirubin : Hiperbilirubinemia Pemeriksaan Khusus Ballard Score : Kelahiran preterm 32 minggu
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

17

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Kurva Lubchenco : Sesuai masa kehamilan APGAR score : Asfiksia berat Bell Squash score : Neonatal infeksi Gupte score : Neonatal infeksi Kesan : Neonatus preterm, lahir secara secio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini (oligohidramnion), berat bayi sesuai masa kehamilan, asfiksia berat, neonatal infeksi, hiperbilirubinemia. D. DIAGNOSA BANDING a. Neonatus Preterm i. KMK (Kecil Masa Kehamilan) ii. SMK (Sesuai Masa Kehamilan) iii. BMK (Besar Masa Kehamilan) b. BBLSR i. Prematuritas murni ii. Dismaturitas c. Asfiksia Berat i. Faktor janin - Fetal distress - Bayi posterm - Bayi preterm - Makrosomia - Letak sungsang - Gemeli ii. Faktor ibu - Hipertensi - Infeks pada ibu (TORCH) - Diabetes Mellitus iii. Faktor plasenta - Lilitan tali pusat - Solutio plasenta - Plasenta previa d. Infeksi Neonatal Berdasarkan Etiologi : i. Infeksi antenatal 1. Penyakit ibu (TORCH, TBC, Hepatitis B, Infeksi virus, Trikomoniasis, Candidiasis vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis, komdiloma akuminata, ulkus molle, limfogranuloma inguinal) 2. Ketuban
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

18

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

ii. Infeksi durante natal 1. Infeksi ascenden 2. Infeksi lintas amnion 3. Infeksi lintas jalan lahir iii. Infeksi postnatal 1. Perawatan tali pusat tidak adekuat 2. Nosokomial (alat dan sarana yang tidak steril) 3. Partus tindakan 4. Penolong persalinan Berdasarkan Waktu : iv. Early onset (< 72 jam) 1. Ketuban pecah dini 2. Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, Infeksi virus, trikomoniasis, kandidiasis vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis, kondiloma akuminata, ulkus molle, limfogranuloma inguinal) v. Late onset (> 72 jam) 1. Perawatan tali pusat 2. Infeksi Nosokomial e. Hiperbilirubinemia i. Pre-hepatik ii. Infeksi iii. Post-hepatik iv. Hepatik E. DIAGNOSA SEMENTARA a. Neonatus preterm b. Berat badan lahir sangat rendah c. Asfiksia Berat d. Neonatal infeksi e. Neonatus hiperbilirubinemia F. TERAPI a. Medikamentosa: - O2 Nasal 3L/m - Infus D5% 5 tpm mikro - Injeksi ampisulbaktam 2x100mg - Injeksi dexa 2x1/4amp - Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan - Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam - Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

19

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

b. Program i. Kebutuhan cairan hari ke-3 1,26 x 120 = 151,2cc ii. Kebutuhan kalori 1260gr 1,26 x 100 = 1260 kkal/hari iii. Dextrose 5% 8tpm mikro memberikan 192 cc = 36,4 kkal iv. Defisit kalori 230 38,4 = 193,6 kkal setara dengan 275 cc ASI v. Pemberian ASI 8 x 35 cc G. PROGNOSIS a. Ad vitam b. Ad functionam c. Ad sanationam H. USUL a. b. c. d. e. f. g. h.

: dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad malam

Pemeriksaan darah rutin ulang (3 hari setelah antibiotik) Pemeriksaan USG Kepala (atas indikasi) Pemeriksaan elektrolit ulang (atas indikasi) Pemeriksaan bilirubin ulang (setelah fototerapi) Pemeriksaan kultur darah dan sensitivitas (atas indikasi) Pemeriksaan SADT (atas indikasi) Konsul mata dan THT Pemantauan tumbuh kembang

I. NASEHAT a. Jaga kehangatan bayi b. Rawat tali pusat c. Pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali. ASI harus diteruskan dan diberikan sesering mungkin. d. Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan. e. Untuk ibu pelajari cara menyusui yg benar. Kebanyakan bayi cenderung menghisap udara yang berlebihan sewaktu menyusui. Karena itu setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara melektakkan bayi tegak lurus di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan udara. f. Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta pemberian imunisasi dasar. g. Cepat temui dokter bila bayi mengalami: i. Masalah bernafas

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

20

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

ii. iii. iv. v. vi. vii. viii.

Merintih Tampak sianotik (kebiruan) Suhu tubuh >38C Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui Muntah atau BAB berlebihan (>3x/hari) Mengeluarkan darah saat BAB dan BAK Kejang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

21

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

TINJAUAN PUSTAKA
USIA GESTASI DAN BERAT BADAN LAHIR

PENDAHULUAN Hubungan berat badan lahir dengan usia gestasi merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir yang mencerminkan pertubuhan intrauterin yang dapat mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Berawal dari fakta klinis bahwa bayi dengan masalah berat badan lahir dan atau usia gestasi memiliki masalah klinis yang serupa,yaitu gangguan perkembangan fisik , gangguan perkembangan mental dan kelainan kongenital maka American Academy of Pediatrics, Comitee on Fetus and Newborn menyarankan agar semua bayi baru lahir diklasifikasikan menurut berat badan lahir berdasarkan usia gestasi. Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram lahir kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram adalah aterm. Hal ini ddokumentasikan oleh penelitian Guenwald (1960) yang menunjukan bahwa sepertiga bayi baru lahir dengan berat badan rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh sebab itu diperlukan tinjauan lebih lanjut mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.1,2

DEFINISI DAN KLASIFIKASI Berat Badan Lahir Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah lahir di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit , Puskesmas dan Polindes) yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Dokter , Bidan dan Perawat) Klasifikasi : 1. Bayi Badan Lahir Rendah Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram 2. Bayi Badan Lahir Cukup / Normal Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500 4000 gram 3. Bayi Badan Lahir Lebih
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013 22

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram

Usia Gestasi Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir Klasifikasi : 1. Bayi Kurang Bulan Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari) 2. Bayi Cukup Bulan Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 42 minggu (259 293 hari) 3. Bayi Lebih Bulan Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 293 hari)

Dari hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir, bayi dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan Bayi dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco 2. Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan Bayi dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco Dengan perngertian seperti yang telah di terangkan diatasm bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2 golongam yaitu: 1. Prematuritas murni Masa Gestasinya < 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasanya disebut Bayi Kurang Bulang Sesuai Masa Kehamilan (BKBSMS) 2. Dismaturitas Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecul untuk masa kehamilan.1,4

PATOFISIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

23

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Terdapat banyak penyebab bayi berat lahir rendah tetapi yang paling utama adalah gangguan pertubuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation). Gangguan pertumbuhan tiap bayi berbeda, ditentukan oleh onset terjadinya. Pada IUGR di awal kehamilan disebut juga gangguan pertumbuhan simetris sedangkan pada akhir kehamilan disebut juga gangguan pertumbuhan asimetris, dimana organ-organ besar seperti otak , jantung dan tulang rangka hanya sedikit terpengaruh secara klinis. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam IUGR : 1. Plasenta Pada pertumbuhan intrauterine normal, pertambahan berat plasenta sejalan dengan pertambahan berat janin, sehingga berat lahir memiliki hubungan berarrti dengan berat plasenta. Aliran darah ke uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vascular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin.25 30% kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliraan darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vascular ibu. Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda , penyalahgunaan obat , penyakit vaskular , penyakit ginjal , penyakit infeksi (TORCH) , insersi plasenta umbilicus yang abnormal dan tumor vaskular. 2. Malnutrisi Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat selama kehamilan. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek terhadap pertumbuhan janin. 3. Infeksi Infeksi tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Bayi yang menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus umumnya menimbulkan gangguan pertumbuhan janin. 4. Faktor Genetik Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi genetic ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan untuk berulangkali melahirkan memiliki kemungkinan tinggi untuk melahirkan bayi berat lahir kurang.1,3

MASALAH BAYI BERAT LAHIR RENDAH DAN BAYI KURANG BULAN


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

24

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

1. Ketidakstabilan Suhu - Peningkatan hilangnya panas - Kurangnya lemak subkutan - Rasio luas permukaan terhadap berat badan - Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadahi dan ketidakmampuan untuk menggigil 2. Kesulitan Pernafasan - Defisiensi surfaktan yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran Hyalin) - Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflex batuk , menghisap dan menelan - Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi lemah - Pernafasan yang periodic dan apnea 3. Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi - Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu - Motilitas usus yang menurun - Pengosongan lambung tertunda - Pencernaan dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak berkurang - Defisiensi enzim lactase - Menurunnya cadangan kalsium , fosfor , protein dan zat besi dalam tubuh - Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans) 4. Imaturitas Hati - Konjugasi dan ekskresi billirubin yang terganggu - Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K 5. Imaturitas Ginjal - Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar - Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolic - Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia hiperkalemia atau glikosuria ginjal

atau

hipernatremia

6. Imaturitas Imunologis - Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga - Fagositosis terganggu - Penurunan faktor komplemen 7. Kelainan Neurologis - Refleks isap dan telan imatur - Penurunan motilitas usus - Apnea dan bradikardia berulang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

25

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel Pengaturan perfusi serebral yang buruk Hypoxic Ischemic Enchepalopathy (HIE) Retinopati prematuritas Kejang Hipotonia

8. Kelainan Kardiovaskular - Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi BKB - Hipotensi atau hipertensi

9. Kelainan Hematologis - Anemia - Hiperbilirubinemia - Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) - Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) 10. Kelainan Metabolisme - Hipokalsemia - Hipoglikemia atau hiperglikemia. 1,2,4,5

PENILAIAN USIA GESTASI 1. Penilaian Usia Gestasi Antenatal Cara yang paling sederhana adalah dengan menentukan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian penting misalnya gerakan janin , munculnya denyut jantung janin dan tinggi fundus. Cara ini biasanya tidak jelas dan kejadiankejadian selama kehamilan biasanya tidak spesifik atau tidak tercatat bila pasien tidak menjani perawatan antenatal (ANC). Selain itu pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan ultrasonografi (USG) juga dapat memperikirakan umur kehamilan. 1,4 2. Penilaian Usia Gestasti Postnatal Tiga teknik pasca persalinan yang paling sering digunakan adalah : 1. Penilaian ciri fisik luar Farr et al dan Usher et al mengidentifikasi ciri-ciri fisik luar bayi baru lahir yang progresif dengan pola teratur selama kehamilan. Parameter ini berupa berbagai macam cirri fisik dan meliputi elemen-elemen seperti perubahan lipa telapak kaki dan perubahan bentuk serta kekakuan daun telinga.4,5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013 26

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Tanda Luar

0 Edema tangan dan kaki ; Pitting edema pada tibia

Edema

Pitting edema pada tibia

Tidak ada edema

Tekstur Kulit

Sangat tipis

Tipis dan halus

Halus ; ketebalan sedang , ruam dan pengelupasan superfisial

Warna Kulit

Merah tua

Merah muda menyeluruh

Merah muda pucat pada tubuh bervariasi

Opasitas Kulit

Sejumlah besar vena dan venula terlihat jelas, terutama abdomen

Vena-vena dan cabangnya terlihat

Beberapa vena besar nampak jelas pada abdomen Penipisan rambut terutama bagian bawah punggung Garis-garis merah jelas pada lebih

Sedikit Tebal dan menebal ; seperti pecahperkamen ; pecah dan pecah ruam pecah dan superficial ruam dalam Pucat ; hanya merah muda pada telinga , bibir , telapak tangan atau kaki Beberapa vena besar Tidak tampak tampak tidak jelas pembuluh pada pembuluh abdomen darah Sedikit lanugo dan daerah tanpa rambut Paling tidak separuh punggung tanpa lanugo

Lanugo

Tidak ada lanugo

Banyak sekali panjang dan tebal di seluruh punggung

Garis-garis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

Identasi

27

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Lipatan Telapak Kaki

Tidak ada lipatan kulit

merah tipis pada setengah bagian anterior kaki

Bentuk Puting

Puting susu hamper tidak nampak ; tidak ada areola

Puting susu tampak jelas ; areola halus (diameter < 0,75 cm)

dari setengah bagian anterior identasi pada kurang dari sepertiga bagian anterior Areola berbintik , pinggiran tdk terangkat , diameter < 0,75 cm

Identasi lebih dari sepertiga bagian anterior

nyata dan dalam lebih dari sepertiga bagian anterior

Areola berbintik , pinggiran terangkat , diameter > 0,75 cm

Ukuran Payudara

Jaringan payudara tidak teraba

Jaringan payudara pada satu atau kedua sisi, diameter < 0,5 cm

Jaringan payudara pada satu atau kedua sisi berukuran 0,5 1 cm

Jaringan payudara pada satu atau kedua sisi berukuran > 1 cm Putaran penuh seluruh bagian atas pinna

Bentuk Telinga

Kekakuan Telinga

Pinna datar dan tidak berbentuk , putaran pinggir sedikit atau tidak ada Pinna lunak , dapat dilipat dengan mudah (tidak ada recoil)

Bagian pinna memutar

Putaran sebagian pinna bagian atas Pada pinggir pinna terdapat kartilago tapi di beberapa tempat lunak , segera terjadi recoil Paling tidak ada satu testis yang berada di bawah

Pinna lunak , dapat dilipat , dengan mudah , recoil lambat Paling tidak ada satu testis yang terletak tinggi di dalam skrotum Labio

Pinna keras , berkartilago hingga ke pinggir , recoil cepat

Genitalia Pria

Dalam skrotum tidak terdapat testis Labia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

28

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Genitalia Wanita

mayora terpisah jauh , labio minora menutup keluar

mayora hampir menutupi labia minora

Labio mayora menutupi labio minora secara penuh

2. Evaluasi neurologis Tidak seperti penilaian umur kehamilan berdasarkan criteria fisik yang dapat dilakukan segera setelah lahir, pemerksaan neurologis harus dilakukan saat bayi berada dalam keadaan tenang dan beristirahat. Dilema penilaian neurologis adalah ketidakpraktisan penilaian dan dalam beberapa keadaan seperti asfiksia , depresi atau infeksi dapat menyebabkan defisit neurologis, sehingga dapat terjadi bias penilaian. Hal menyebabkan beberapa peniliti lebih mempercayai criteria fisik daripada criteria neurologis dalam menilai usia gestasi. 1,4 3. Sistem nilai yang menggabungkan ciri fisik luar dan evaluasi neurologis Dubowitz dan rekan menemukan sistem penilaian yang menggabungkan temua neurologis (Amiel Tison) dengan ciri-ciri fisik yang digambarkan farr. 1,4

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

29

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

PENILAIAN PERTUMBUHAN INTRAUTERIN Menurut Kurva Lubchenco Nilai standard yang digunakan disusun untuk berat , panjang dan lingkar kepala lahir terhadap umur kehamilan. 1,2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

30

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

31

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

ASFIKSIA DAN RESUSITASI

PENDAHULUAN Asfiksia pada baryi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% BBL membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk bernapas) hingga resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut kira-kira hanya 1% saja yang membutuhkan resusitasi ekstensif. Antara 1% sanoau 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada. Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar bayi baru lahir. Walaupun demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu tempat dan peralatan untuk melakukan resustasi harus memadahi dan petugas yang sudah dilatih dan terampil harus tersedia setiap saat di semua tempat kelahiran bayi.3,5

DEFINISI Resusitasi adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL ang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia ditandai dengan keadaaan hipoksemia , hiperkarbia dan asidosis. Menurut APP dan ACOG (2004), berikut karakteristik asfiksia : 1. Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas, yaitu pH < 7 , pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical 2. Nilai apgar 0 7 pada menit ke 1 3. Manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang , hipotonia , koma atau ensefalopati hipoksik iskemik 4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.3

FAKTOR RISIKO 1. Faktor Risiko Antepartum - Diabetes pada ibu - Hipertensi pada kehamilan - Hipertensi kronik - Anemia janin atau isoimunisasi - Riwayat kematian janin atau neonatus - Perdarahan pada trimester dua dan tiga
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013 32

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Infeksi ibu Ibu dengan penyakit jantung , ginjal , paru , tiroid atau kelainan nerologi Polihidroamnion Oligohidroamnion Ketuban pecah dini Hidrops fetalis Kehamilan lewat waktu Kehamilan ganda Berat janin tidak sesuai masa kehamilan Terapi obat seperti magnesium karbonat , beta blocker Ibu pengguna obat bius Malformasi atau anomaly janin Tanpa pemeriksaan antenatal Usia < 16 tahun atau > 35 tahun

2. Faktor Risiko Intrapartum - Seksio sesaria darurat - Kelahira dengan ekstraksi forsep atau vakum - Letak sungsang atau persentasi abnormal - Kelahiran kurang bulan - Partus presipitatus - Korioamnionitis - Ketuban pecah lama (< 18 jam sebelum persalinan) - Partus lama (> 24 jam) - Kala dua lama (> 2 jam) - Makrosomia - Bradikardia janin persisten - Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan - Penggunaan anestesi umum - Hiperstimulus uterus - Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan - Air ketuban bercampur mekonium - Prolaps tali pusat - Solisio plasenta - Plasenta previa - Perdarahan intrapartum. 3,5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

33

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

PENILAIAN Penilaian Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian dengan APGAR Score. 6

Pembacaan APGAR Score : 1. Apgar score dinilai 3x pada menit ke 1 5 10 2. Menit pertama digunakan untuk menentukan diagnosis (sehat / asfiksia) a. Nilai APGAR 8 10 : Vigorous baby b. Nilai APGAR 7 : Asfiksia ringan c. Nilai APGAR 4 6 : Asfiksia sedang d. Nilai APGAR 0 3 : Asfiksia berat 3. Menit ke-5 dan 10 digunakan untuk menentukan prognosis perkebangan bayi baru lahir.5,6

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

34

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

HIPERBILIRUBINEMIA

PENDAHULUAN Hiperblirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat lebih kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada sklera dan kulit. Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal, sehingga proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Keadaan ini akan menyebabkan dominasi bilirubin tidak terkonjugasi di dalam darah. Pada kebanyakan byai lahir fenomena ini merupakan proses fisiologis tetapi pada beberapa bayi terjadi peningkatan bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi menjadi toksik dan dapat menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut dapat bertahan hidup pada jangka panjang akan menyebabkan sequele neurologis. Dengan demikian bayi yang mengalami kuning harus dibedakan apakah ikterus yang terjadi menrupakan keadaan fisiologis atau patologis serta dimonitor apakah mempunyai kecenderngan untuk berkembang menjadi hiperbilirubinemia yang berat.3

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

35

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

DEFINISI Ikterus neonatorum Kadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewrnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin yang tiak terkonjugasi yang berlebih. Hiperbilirubinemia Peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang ditentukan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90 Ikterus fisiologis Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dl. Pada bayi ckup ulan yan mendapat susu formula kadar bilirubinakan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dl pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2 3 hari diikuti penurunan lambat sebesar 1 mg/dl selama 1 sampai 2 minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak dapat mencapai 7 14 mgdl dan penurunan terjadi dalam 2 4 minggu, bahkan ada yang mencapai 6 minggu. Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga memiliki puncak yang lebih tinggi mencapai 10 12 mg/dl bahkan hingga 15mg/dl. Kadar fisiologis bilirubin neonatus berkisar antara 1,4 1,9 mg/dl Ikterus non fisiologis Ciri-ciri ikterus non-fisiologis : 1. 2. 3. 4. Ikterus < 24 jam Setiap peningkatan kadar bilirubin yang memerlukan fototerapi Peningkatan bilirubin serum total > 0,5 mg/dl / jam Adanya tandatanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah , letargis , malas menetek , penurunan berat badan yang cepat , apnea , takpnea atau suhu yang tidak stabil) 5. Ikterus berahan 8 hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari pada bayi kurang bulan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

36

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Bilirubin ensefalopati dan kern ikterus Bilirubin ensefalopati adalah kondisi klinis yang timbul akibat toksis bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu ganglia basal dan berbagai nuklei batang otak. Keadaan ini tampak pada minggu pertama sesudah bayi lahir dan dipakai istilah akut bilirubin ensefalopati. Sedangkan istilah kern ikterus adalah perubahan neurpatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama ganglia basalis , pons dan serebelum. Kern ikterus digunakan untuk keadaan klinis yang kronik dengan ekuele yang permanen karena toksik bilirubin. Manifestasi bilirubin ensfalopati : Fase Awal : letargis , hipotonik , refleks hisap buruk Fase Intermediate : moderate stupor , iritabilitas dan hipertoni Fase Selanjutnya : high pitch crying , drowsiness dan hipotoni / hipertoni (rerocollis dan opistotonus)

Manifestasi kern ikterus : Kejang Athetoid cerebral palsy Gangguan pendengaran Displasia dental-enamel Paralisis upward gaze. 3,6

FISIOLOGI BILIRUBIN Pembentukan bilirubin Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jungga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi blirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat diubah menjadi bilirubin melalui reaksi bilirubin redukstase. Berbedadengan biliverdin, bilirubin I bersifat lipofilik, sehingga diperlukan mekanisme transport dan eliminasi bilirubin.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

37

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Transportasi bilirubin Setelah proses pembentukan bilirubin, selanjutnya akan dilepas ke sirkulasi melalui ikatan dengan albumin. Bayi baru lahir mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikat yang kurang, sehingga dapat terjadi peningkatan kadar bilirubin I bebas yang banyak dalam darah. Bilirubin yang terikat pada albumin akan ditransportasi ke sel hepar untuk selanjutnya mengalami konjugasi. Asupan bilirubin Saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin. Penelitian menunjukan bahwa ikterus fisiologis pada bayi baru lahir juga berhubungan dengan defisiensi ligandin, tetapi hal itu tidak lebih penting daripada defisiensi konjugasi dan hambatan transfer bilirubin darah ke empedu pada hari ke 3 4. Konjugasi bilirubin Bilirubin tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam ait di dalam retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glocoronosyl transferase (UDPGT). Katalisa oleh enzim ini akan merubah formasi bilirubin monoglukoronida menjadi bilirubin diglukoronida. Bilirubin yang telah dikonjugasi kemudan ditransfer ke kanalikulus empedu, sedangkan yang belum dikonjugasi akan dikembalikan ke sirkulasi melalui sirkulasi enterohepatik. Penelitian menunjukan bayi baru lahir terdapat defisiensi kadar enzim UDPGT, tetapi menigkat melebihi kadar blirubin yang masuk ke dalam hati sehingga akan terjadi penurunan kadar bilirubin pada hari ke-4 kehidupan. Eksresi biliruin Setelah mengalamu konjugasi dan sekresi ke kanalikulis empedu, bilirubin memasukin saluran cerna dan diekskresikan melalui feses. Setelah berada di usus halus bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung diresorbsi, kecuali jika konversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta glukorindase ang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.7,8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

38

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Fisiologi Bilirubin

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

39

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

PATOFISIOLOGI HIPERBILIRUBINEMIA Ikterus fisiologis Ikterus fisiologis merupakan masalah yang terjadi pada bayi cukup ataupun kurang bulan selama minggu pertama kehidupan/ Peningkatan ketersediaan bilirubin merupakan hasil dari produksi bilirubin dan early bilirubin yang lebih besar serta penurunan usia sel darah merah. Resirkulasi aktif bilirubin di enterohepatik meningkatkan kadar serum bilirubin tidak terkonjugasi disebabkan oleh penurunan bakteri flora normal, aktifitas beta glukoronidase dan penurunan motilitas usus halus Pada bayi yang diberi munum lebih awal atau diberi minum lebih sering dan bayi dengan aspirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal cenderung mempunyai insiden yang rendah untuk terjadinya ikterus fisiologis. Pada bayi yang diberi susu formula cenderung mengeluarkan bilirubin lebih banyak pada mekonium pada 3 hari pertama dibandingkan dengan yang diberikan ASI. Pada bayi yang mendapat ASI terdapat 2 bentuk neonatal jaundice yaitu early onset dan late onset. Bentuk early onset diyakini berhubungan dengan pemberian minum yang kurang, sedangkan late onset dipengaruhi oleh kandungan ASI yang mempengaruhi proses konjugasi dan ekskresi (kadar 2 alpha-20 beta-pregnanediol yang mempengaruhi aktifitas UDPGT) 3,7

Faktor yang mempengaruhi ikterik fisiologis Dasar Peningkatan bilirubin yang tersedia Peningkatan produksi bilirubin Penyebab 1. 2. 3. 1. Peningkatan sel darah merah Penurunan umur sel darah merah Peningkatan early bilirubin Peningkatan aktifitas beta glukoronidase 2. Tidak adanya flora normal pada GIT 3. Pengeluaran konium yang terlambat Defisiensi protein karier (albumin) Defisiensi aktifitas UDPGT

Peningkatan resirkulasi enterohepatik

Penurunan biliruin clearance Penurunan clearance plasma Penurunan metabolisme hepatik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

40

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Ikterik non-fisiologis Dasar 1. Peningkatan produksi bilirubin 2. Peningkatan penghancuran hemoglobin Penyebab Inkompabilitas darah fetomaternal Defisiensi enzim kongenital (G6PD , galaktosemia) Perdarahan tertutup (sefalhematom , memar) Sepsis Polisitemia vera (twin-to-twin transfusion) Keterlambatan klem tali pusat Keterlambatan pasase mekoneum Ileus mekoneum Meconium plug syndrome Puasa atau keterlambatan minum Atresia ata stenosis intestinal Imaturitas Gangguan metabolik / endokrin (Criglar-Najjar disease) Asfiksia Hipoksia Hpotermi Hipoglikemi Sepsis Obat dan hormon (novobiastin , pregnenadiol) Anomali kongenital (atersia biliaris , fibrosis kistis) Statis biliaris (hepatitis , sepsis) Bilirubin load berlebih

3. Peningkatan jumlah hemoglobin

4. Peningkatan sirkulasi enterohepatik

5. Perubahan clearance bilirubin hati 6. Perubahan produksi atau aktivitas UDPGT 7. Perubahan fungsi dan perfusi hati (kemampuan konjugasi)

8. Obstruksi hepar (hiperbilirubin direk)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

41

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

DIAGNOSIS Berbagai faktor risio dapat meningkatkan kejadian hiperbilirubinemia yang berat. Perlu penilaian pad abayi baru lahir terhadap berbagai risiko, terutama untuk bayi bayi yang pulang lebih awal. Selain itu juga perlu dilakukan penanganan medis bayi dan disosialisasikan pada dokter yang menangani bayi tersebut selanjutnya. Tampilan ikterus dapat ditentukan dengan memeriksa bayi dalam ruangan dengan pencahayaan baik dan menekan kulit dengan tekanan ringan untuk melihat warna kulit dan jaringan subkutan. Derajat ikterik kemudian ditentukan dengan menggunakan penilaian ikterik oleh Kramer. 8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

42

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Derajat ikterik menurut kramer

Penatalaksanaan 1. Fototerapi Fototerapi dilakukan dengan memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas tinggi sehingga diharapkan dapat menurunkan kadar bilirubin1. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan mengubah biliruubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan diekskresikan ke dalam duodenum untuk dibuang bersama fesces tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Indikasi dilaukan fototerapi: Bilirubin indirek > 12 mg% Bila terdapat ikterus pada hari I yang disertai hemolisis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

43

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

2. Transfusi tukar Transfusi pengganti digunakan untuk: o Mengganti eritrosit yang hemolisis o Membuang antibody yg sebabkan hemolisis o Menurunkan kadar bilirubin1 Indikasi dilakukan transfuse tukar: o Kadar bilirubin total > 20 mg% o Bilirubin tali pusat > 4 mg% dengan Hb < 10 o Kenaikan bilirubin 1 mg%/jam o Kadar bilirubin meningkat > 5 mg/dL/12 jam walau sudah mendapat fototerapi o Anemia berat dengan tanda dekomp kordis o Premature atau dismatur o Sepsis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

44

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

3. Terapi obat Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena sebabkan letargi. Imunoglobulin intravena telah digunakan pada bayi-bayi dengan Rh yang bera dan inkompabilitas ABO untuk menekan hemolisis isoimun dan menurunkan tindakan transfusi ganti. Pencegahan hiperbilirubinemia dengan menggunakan metallopotoporphyrin juga telah di teliti, zat ini adalah analog sintesis heme. Protoporphyrin telah terbukti efekti sebagai inhibitor kompetitif terhadap heme oksigenase, yang deiperk\luakn untuk katabolisme heme menjadi biliverdin. Pemberian inhibitor B-Glukoronidase pada bayi sehat cukup[ bulan uang mendapat kan ASI seperti asam L-aspartik dan kasein hidrolisat dalam jumlah kecil da[at meningkatkan pengeluaran bilirubin feses dan ikterus menjadi berkurang dibandingkan dengan bayi kontrol. Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urin sehingga menurunkan siklus enterohepatika.3,7,8

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

45

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

NEONATAL INFEKSI

DEFINISI Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection (diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi yg diperoleh dari lingkungan luar). 3 PATOFISIOLOGI Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu: 1. Infeksi antenatal Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara ini antara lain: a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV. b. Spirochaeta: treponema palidum c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes 2. Infeksi intranatal Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) memilik peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia congenital selain itu infeksi dapat sebabkan septisemia.infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan oral trush. 3. Infeksi pascanatal Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting karena mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.3,9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

46

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

DIAGNOSIS Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti, dan dengan pemeriksaan fisik serta laboratorium. Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat bahwa kelainan tersebut disebabkan infeksi. Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu mendapat perhatian yaitu 3,9: Bayi malas minum Bayi tertidur Tampak gelisah Pernafasan cepat Berat badan turun drastis Terjadi muntah dan diare Panas badan dengan pola bervariasi Aktivitas bayi menurun Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning, pembesaran hepar, purpura, dan kejang-kejang Terjadi edema Sklerema

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

47

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu Bell Squash Score dan Gupte Score: 9,10 Bell Squash Score: 1. Partus tindakan 2. Ketuban tidak normal 3. Kelainan bawaan 4. Asfiksia 5. Preterm 6. BBLR 7. Infeksi tali pusat 8. Riwayat penyakit ibu 9. Riwayat penyakit kehamilan Hasil: < 4 Observasi NI; > 4 NI Gupte Score: 3 Prematuritas Cairan amnion berbau busuk Ibu demam Asfiksia Partus lama Vagina tidak bersih KPD Hasil: 3-5 screening NI; > 5 NI 2 2 2 1 2 1

KLASIFIKASI Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan. Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorum. Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum, infeksi umbilicus, moniliasis.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

48

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

1. Sepsis Neonatorum Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan gejala-gejala sistemik. Faktor resiko: o Persalinan lama o Persalinan dengan tindakan o Infeksi / febris pada ibu o Air ketuban bau, keruh o KPD > 12 jam o Prematuritas & BBLR o Fetal distress Tanda & gejala: o Refleks hisap lemah o Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah o Hipotermia atau hipertermia o Merintih o Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus Prinsip pengobatan: o Penggunaan antibiotika o Pemeriksaan laboratorium urin o Biakan darah dan uji resistensi 2. Meningitis pada Neonatus Tanda dan gejala: o Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis o Kejang o UUB menonjol o Kaku kuduk Pengobatan: o Gunakan antibiotic yang mampu menembus sawar darah otak diberikan minimal 3 minggu o Pungsi lumbal 3. Sindrom Aspirasi Mekonium SAM terjadi di intrauterin akibat inhalasi mekonium dan sering sebabkan kematian terutama pada bayi BBLR karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna Gejala: o Pada waktu lahir ditemukan meconium staining o Letargia o Malas minum

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

49

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

o Apneu neonatal o Dicurigai bila ketuban keruh atau bau o Rhonki (+) Pengobatan: o Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan nafas o Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET o Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi o Terapi antibiotika o Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram 4. Tetanus Neonatorum Etiologi: o Perwatan tali pusat yang tidak steril o Pembantu persalinan yang tidak steril Gejala: o Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang otot rahang dan faring o Mulut mencucu seperti ikan (trismus) o Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus o Tangan mengepal (boxer hand) o Kejang o Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru Tindakan: o Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia o Pasang IV line dan OGT o Pemberian ATS 3000-6000 unit IM o Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari o Rawat tali pusat o Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya rangsangan

5. Oftalmia neonatorum Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae saat bayi melewati jalan lahir Dibagi menjadi 3 stadium: o Stadium infiltratif Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, bisa terdapat pseudomembran.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

50

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

o Stadium supuratif Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak saat palpebra dibuka. o Stadium konvalesen Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat lagi. Penatalaksanaan: o Bayi harus diisolasi o Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit disusul dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata diberikan setiap jam selama 3 hari o Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM. 3 PENCEGAHAN Prinsip pencegahan infeksi antara lain: Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol Gunakan teknik aseptic Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi instrument dan peralatan Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.3,9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

51

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

ANALISA KASUS 1. Neonatus Preterm Pada pasien ini ditegakkan diagnosa neonatus posterm berdasarkan: a. Anamnesa: Pada anamnesa ditemukan Ibu G5P3A1 usia 35 tahun, hamil 31 minggu, HPHT 28 Maret 2013. Masa kehamilan ibu yang berusia 31 minggu merupakan kehamilan kurang bulan sehingga melahirkan bayi preterm. b. Pemeriksaan Fisik: Pada pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi yang didukung pemeriksaan Ballard Score, yaitu: Maturitas Neuromuskuler Sikap tubuh Jendela siku-siku Rekoil lengan Sudut popliteal Tanda selempang Tumit ke kuping Total Score 3 2 2 1 1 2 11 Maturitas Fisik Kulit Lanugo Lipatan telapak kaki Payudara Bentuk telinga Genitalia (laki-laki) Total Score 1 1 2 2 1 2 9

New Ballard Score: maturitas neuromuscular + maturitas fisik = 11 + 9 = 20 Kesan : Kehamilan preterm 32 minggu

2. BBLSR, Sesuai Masa Kehamilan Pada pasien ini ditegakan diagnosis BBLSR melalui berat badan lahir < 1500gram, tanpa memandang usia gestasi. Sedangkan menurut kurva lubchenco, bayi termasuk dalam Sesuai Masa Kehamilan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

52

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

3. Asfiksia Sedang Pada pasien ini ditegakan diagnosis asfiksia berat dengan menggunakan APGAR score : Klinis Appearance Pulse Grimace Activity Respiratory Effort Score 1 menit 1 1 0 0 1 3 5 menit 1 2 1 1 1 6 10 menit 2 2 1 2 1 8

4. Neonatus Infeksi Berdasarkan keadaan klinis pasien, cenderung tidak bergerak aktif, cenderung rewel, malas minum, dan menangis tidak keras. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil:
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

53

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

Pemeriksaan Hematologi Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit

19 Agustus 2013

24 Agustus 2013

18,0 51,7% 14.800 271.000

16,7 44.0% 20.700 372.000

Berdasarkan Bell Squash Score dan Gupte Score. a. Bell Squash Score i. Partus tindakan ii. Ketuban tidak normal iii. Kelainan bawaan iv. Asfiksia v. Preterm vi. BBLR vii. Infeksi tali pusat viii. Riwayat penyakit ibu ix. Riwayat penyakit kehamilan Hasil: 5 neonatal infeksi b. Gupte Score Prematuritas Cairan amnion berbau busuk Ibu demam Asfiksia Partus lama Vagina tidak bersih KPD Hasil: 5 Neonatal infeksi Berdasarkan keadaan klinis, hasil laboratorium serta dengan menggunakan Bell Squash dan Gupte score dapat ditegakkan diagnosis Neonatus Infeksi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

3 2 2 2 1 2 1

54

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

5. Hiperbilirubinemia Pada pasien ini ditegakkan diagnosa Hiperbilirubinemia berdasarkan: a. Pemeriksaan fisik Berakan bayi kurang aktif, BAB (+), BAK (+), Ikterik (+) Kremer IV b. Pemeriksaan penunjang Bilirubin Indirect Tanggal Bilirubin Total Bilirubin Direct 24 Agustus 2013 7,23 0,31 ?

Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan diagnosis Hiperbilirubinemia.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

55

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia

Melyda 40612713

DAFTAR PUSTAKA 1. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku 3. FKUI, Jakarta. 2. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition. Dalam Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011. 3. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010 4. S a i f u d d i n , A B , A d r i a n z , G . M a s a l a h Bayi Baru Lahir. Dalam:Buku

A c u a n Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8. 5. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London:Arnold, 2002; 62-88. 6. Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manualof neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54. 7. Handoko, I.S. 2003. Hiperbilirubinemia. Klinikku. 8. Prawirohartono EP, Sunarto (ed), Ikterus dalam Pedoman Tata Laksana Medik Anak RSUP.Dr. Sardjito, Edisi 2, Cetakan 2, Medika FK UGM, Yogyakarta 2000, hal 37-43.
9. Ann L, Ted R. Neonatal Sepsis.2011.Avalaible

at http://emedicine.medscape.com/article/964312 accessed at Oktober 10th, 2011


10. Aminullah A. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam : Update in Neonatal

Infection. Pendidikan Berkelanjutan IKA XL VIII.Jakarta 2005:1-13

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 July 2013 28 September 2013

56

Anda mungkin juga menyukai