Puasa
berpantang secara total maupun parsial dari semua makanan
Puasa CR
mengurangi intake kalori sebanyak persentase tertentu
aterosklerosis, kardiomiopati, kanker, DM, renal disease, neurodegenerative disease dan respiratory disease
menurunkan detak jantung dan tekanan darah selama
istirahat
menurunkan kadar glukosa puasa serta meningkatkan
sensitivitas insulin
Puasa ADF
puasa yang dilakukan dengan mengatur periode makan -
makanan secara ad libitum sementara selama periode puasa konsumsi makanan dibatasi.
efek yang berbeda kepada tiap gender
meningkatkan sensitivitas insulin pada laki-laki namun tidak
pada variable perempuan. Toleransi glukosa tidak berubah pada laki-laki namun pada perempuan mengalami toleransi glukosa terganggu.
Puasa DR
mengurangi 1 atau lebih komponen intake diet (biasanya
makronutrien).
Penelitian menyiratkan bahwa baik pembatasan karbohidrat
Puasa Ramadhan
menyerupai jenis puasa tipe ADF karena terdapat periode
makan puasa dalam 24 jam yang biasanya periode puasa dijalani rata-rata 12 jam.
Hal yang penting pada jenis puasa Ramadhan adalah intake
cairan dilarang ketika periode puasa sementara pada jenis ADF masih diperbolehkan dalam protokolnya.
yang lebih kecil saat sahur dan biasanya terdapat tambahan sebelum tidur malam.
mengkonsumsi makanan dengan jenis yang lebih beragam
pada bulan puasa dibandingkan bulan lainnya dan biasanya makanan dan minuman yang mengandung gula lebih sering dikonsumsi
magnesium, kalium, dan zinc tercatat lebih meningkat selama bulan Ramadhan.
penurunan tingkat konsumsi riboflavin pada ramadhan yang
cukup signifikan.
Ramadhan dikarenakan konsumsi karbohidrat yang meningkat serta tingkat aktivitas yang berkurang selama Ramadhan.
Penggunaan cadangan lemak dan lemak yang disintesis
sebagai sumber energi lebih tinggi pada saat puasa Ramadhan daripada pada saat kondisi intake energi normal.
rentang puasa (antara 80-100 mg/dL) seiring dengan oksidasi atau pengubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan.
Penurunan glukosa menyebabkan penurunan sekresi insulin. Hati
berespon terhadap hal ini dengan memulai degradasi simpanan oksigen dan melepaskan glukosa dalam darah. Pada awalnya, simpanan glikogen diuraikan untuk memasok glukosa ke dalam darah (glikogenolisis), tetapi simpanan ini terbatas.
gluconeogenesis. Dari simpanan energy makanan triasilgliserol jaringan adipose yang berjumlah besar, hanya sebagian kecil terutama gugus gliserol yang dapat digunakan untuk menghasilkan glukosa dalam darah. Setelah beberapa jam puasa gluconeogenesis mulai menambah glukosa yang dihasilkan glikogenolisis di hati.
puasa. Sewaktu kadar insulin menurun dan kadar glucagon darah meningkat, triasilgliserol adipose dimobilisasi oleh suatu proses lipolysis. Pemecahannya menghasilkan gliserol dan asam lemak. Asam lemak berfungsi sebagai bahan bakar untuk jaringan misalnya otot, ginjal yang mengoksidasinya menjadi asetil-koA dan kemudian menghasilkan energy dalam bentuk ATP.
Enzim untuk penguraian glikogen diaktifkan melalui fosforilasi yang diarahkan oleh cAMP.
Glucagon merangsang adenilat siklase untuk membentuk
cAMP, yang kemudian mengaktifkan protein kinase A fosforilasi terhadap fosforilasi kinase mengaktifkan glikogen fosforilase. Protein kinase A juga memfosforilasikan glikogen sintase. Tetapi enzim tersebut menjadi inaktif.
Mekanisme lipolisis
sewaktu kadar insulin darah turun dan kadar glucagon
meningkat, kadar cAMP di dalam sel adipose meningkat protein kinase A diaktifkan dan menyebabkan fosforilase lipase peka hormone.
Enzim bentuk fosforilasi ini menjadi aktif dan memutuskan
puasa, asam lemak mengalir dalam darah dalam bentuk kompleks dengan albumin.
Asam lemak ini dioksidasi oleh berbagai jaringan, terutama
otot.
Di hati, asam lemak dipindahkan ke dalam mitokondria
karena asetil koA karboksilase inaktif, kadar malonil koA rendah, dan CPT1 aktif. Asetil koA yang dihasilkan oleh oksidasi beta diubah menjadi badan keton.