Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN Sleep apnea adalah kondisi dimana timbulnya episode abnormal pada frekuensi nafas yang berhubungan

dengan penyempitan saluran nafas atas pada keadaan tidur yang dapat berupa henti nafas (apnea) atau menurunnya ventilasi (hypopnea) . Sleep apneu ditandai oleh terhentinya aliran udara di hidung dan mulut pada saat tidur dan lamanya lebih dari lebih dari 10 detik, terjadi berulang kali, dapat mencapai 20-60 kali per jam, dan disertai dengan penurunan saturasi oksigen lebih dari 4%. Ada tiga tipe apnea/hipopnea yaitu tipe obstruktif (Obstruktif Sleep Apnea/OSA) ialah penghentian airan udara namun usaha napas tetap ada , tipe sentral (Cental Sleep Apnea/CSA) ialah penghentian aliran udara dan usaha napas secara bersamaan dan tipe campuran (mixed sleep Apnea/MSA) yang merupakan campuran dari keduanya .1,2 Obstruktif sleep apnea (OSA) merupakan salah satu bentuk gangguan nafas terkait tidur yang paling sering terjadi. 1,3 Diperkirakan bahwa lebih dari 12 juta orang dewasa di Amerika mengalami obstruktif sleep apneu. Obstructive sleep apnea lebih sering terjadi pada laki-laki dengan perbandingan sekitar 24% pria dan 9% persen wanita atau sekitar 1 dari 25 pria paruh baya yang menderita OSA, dan untuk 1 dari 50 wanita paruh baya. OSA dapat terjadi dalam setiap kelompok umur, namun prevalensi menunjukan kenaikan pada usia pertengahan dan usia tua dengan peningkatan menjadi setidaknya 1 dari 10 orang pada mereka yang berusia di atas 65 tahun.3,4 OSA adalah penyempitan berulang tenggorokan saat tidur baik sebagian atau seluruhnya yang menghambat saluran udara. Penyumbatan ini bisa menyebabkan masalah pernapasan, atau bahkan dapat terjadi henti napas untuk 10 sampai 20 detik atau lebih, dan berberapa kali setiap malam. Gejala OSA dapat mencakup mendengkur keras, tersedak atau terengah-engah saat tidur, tidur yang tidak nyenyak, dan mengantuk sepanjang hari 3. Obstructive sleep apnea (OSA) terjadi ketika otot-otot berelaksasi saat tidur sehingga menyebabkan jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan kolaps dan memblokir saluran udara bagian

atas. Hal ini menyebabkan pengurangan parsial (hypopnea) dan henti nafas (apneas) bernafas yang berlangsung kurang lebih 10 detik saat tidur. Kebanyakan jeda terakhir antara 10 dan 30 detik, tetapi beberapa dapat bertahan selama satu menit atau lebih. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan mendadak saturasi oksigen darah, dengan kadar oksigen jatuh sebanyak 40 persen atau lebih pada kasus yang berat.4 Selama beberapa dekade terakhir, sindrom henti napas saat tidur (sleep apnea) muncul sebagai suatu faktor penyebab potensial beberapa penyakit kardiovaskular. Kondisi ini mencakup antara lain hipertensi, penyakit arteri koroner, infark miokard,gagal jantung, dan stroke, dan hipertensi pulmonal 2. Selain itu keadaan hipersomnolen pada siang hari menyebabkan pasien OSA kehilangan kewaspadaan yang dapat berakibat pada gangguan sosial, kecelakanan kerja dan kecelakaan lalu lintas.1 Melihat tingginya peningkatan resiko kardiovaskular dan serebrovaskular akibat dari OSA, maka diperlukan pembahasan mengenai OSA baik mengenai gejala klinis, diagnosis, patogenesis maupun penatalaksanaan yang mungkin dapat menambah wawasan mengenai OSA dan membantu praktisi kesehatan dalam melakukan deteksi dini kejadian OSA dan memahami patogenesis dan menatalaksana pasien dengan OSA.

Anda mungkin juga menyukai