Anda di halaman 1dari 33

ADITYA NICO .M.

ZAHID AULIA RAHMAT HENDRIK

YUSUF EKO .W.

WAN SYARIFUL

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu.

Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude.

kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya.

. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.

Pusat gempa Pusat gempa disebut juga dengan istilah hiposenter (hypocenter/hiposentrum) yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "di pusat", adalah titik di dalam bumi yang menjadi pusat gempa bumi.Pusat gempa dibedakan menjadi 2 yaitu : 1.Hiposentrum Hiposentrum merupakan sumber gempa yang terletak didalam bumi atau dibawah kerak bumi 2.Episentrum Episentrum merupakan gempa bumi yang terletak tegal lurus di atas hiposentrum

Gelombang Primer Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum. Gelombang Sekunder Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

Gempa bumi merupakan gejala alam yang sampai sekarang masih sulit untuk diperkirakan kedatangannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa gejala alam ini sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Namun para ilmuwan terus menerus mengembangkan teknik prediksi terjadinya gempa. Cara yang ditempuh ilmuwan tentu menggunakan metode ilmiah. Berikut adalah dasar prediksi ilmiah yang digunakan saat ini.Pengetahuan tentang zona seismic dan daerah beresiko yang dipelajarilewat studi dampak historis dan lempeng tektonik. Memonitor aktifitas seismikdengan menggunakan seismogram dan instrument lainMenggunakan observasi ilmiah Memonitor tingkat seismik global.

Selain melalui metode ilmiah, gempa bumi juga seringkali diprediksi dengan menggunakan cara-cara tradisional. Masyarakat menyebutnya sebagai tanda-tanda terjadi gempa. Ada tiga tanda yang umumnya dijadikan patokan masyarakat, yaitu Terdapat goyangan- goyangan halus terhadap bangunan-bangunan Binatang dan burung-burung menunjukan gejala yang tidak normal misalnya gelisah Air sumur keruh dan berbau tidak enak.

Gempa bumi terjadi pada retakan dalam kerak bumi yang disebut patahan. Patahan terbentuk karena batuan rapuh dan pecah yang disebabkan oleh tekanan besar (meregang, menekan, atau memilin) yang mendesaknya. Tekanan yang timbul di daerah kerak ini disebabkan oleh pergerakan perlahan-lahan lempeng bumi.

Gempa dapat diukur berdasarkan energi yang dilepaskan (kekuatan getaran), intensitas, dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Besarnya energi yang dilepaskan pada saat terjadi gempa diukur dengan skala Richter. Selain skala Richter, skala Mercalli juga digunakan untuk mengukur kerusakan yang ditimbulkan gempa.

Tanpa adanya gempa bumi atau aktivitas lempeng tektonik, nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan di atas tanah akan terkikis dari benua dan terkumpul di samudera, (Hugh Ross; Astrofisikawan -Royal Astronomical Society, Montreal- Kanada) Tidak ada gempa di bumi ini..?? kedengarannya sangat menyenangkan,terutama buat kita yang berada di wilayah rawan gempa, kerap merasakan kerasnya goncangan gempa dan menyaksikan korban jatuh yang tidak sedikit ,harta bahkan nyawa. Tapi ternyata jika tidak ada gempa bumi, kelangsungan alam akan terganggu termasuk kehidupan makhluknya.

Bila tidak ada gempa di bumi ini berarti tidak akan ada gerakan kerak bumi yang dikenal sebagai lempeng tektonik . Lempeng tektonik, merupakan kerak bumi dan lapisan mantel teratas,menutupi permukaan bumi seperti potongan-potongan puzzle yang saling berkaitan satu sama lain. Potongan lempeng tersebut bergerak saling berbenturan, terpisah, hancur berantakan, dan bergeser terhadap satu dengan yang lain, menciptakan gununggunung berapi, retakan lembah dan palung dasar laut yang dalam .

Benturan lempeng akan terhenti mengangkat pegunungan. Tanpa adanya kekuatan tersebut bentuk fisik pegunungan, erosi akibat badai juga akan mengalami perubahan. Kurangnya ketinggian mengubah aliran sungai menjadi lamban. Tanpa adanya gesekan akibat kecuraman sungai, menyebabkan tidak terjadinya proses erosi . Proses erosi merupakan kunci bagi proses transportasi sedimen dan proses sedimentasi. Tanpa erosi, maka tak kan ada sedimentasi,tidak akan ada lahan persawahan dataran rendah yang subur. Tanpa erosi di darat, tidak akan ada sedimentasi di pantai atau laut dalam, maka tidak akan ada delta-delta atau endapan laut yang darinya kita mendapatkan minyak dan gas bumi..

Erosi dapat menyebabkan endapan mineral yang terdapat jauh di dalam bumi tersingkap ke permukaan bumi sehingga dapat ditemukan dan dimanfaatkan oleh manusia. Disamping pergerakan tektonik,Tsunami juga merupakan proses siklus pengangangkatan kembali endapan mineral hasil erosi tersebut dari dasar laut kembali kedaratan.

Pola cuaca akan berubah secara dramatis. Pegunungan yang tinggi berfungsi sebagai perangkap awan dan menciptakan pola cuaca. Tanpa itu, beberapa pola cuaca, seperti angin muson akan berhenti. Tektonik juga mempengaruhi bentuk struktur di dasar laut. Struktur ini mempengaruhi aliran arus laut, Tanpa tekanan tektonik yang mengangkat kerak benua dan penyaluran arus, pola sirkulasi Samudera mungkin berubah. Karena sirkulasi angin dan sirkulasi laut sangat berkaitan .Cuaca dan iklim akan berubah secara ekstrem .

Bila menganalisa hipotesis Wilson (1963) tentang Mantle Plume,dikatakan bahwa Mantle plume adalah suatu bentuk tidak teratur dari batuan panas di mantel bumi berupa benjolan yang menuju ke permukaan bumi. Pada kedalaman yang mendekati permukaan bumi terjadi dekompresi yang menyebabkan batuan meleleh sehingga saat ini diasumsikan mantle plume merupakan pusat dari sumber magma pada gunungapi atau merupakan salah satu faktor dari terjadinya gerakan lempeng.Mantle plume adalah lidah-lidah yang mencuat ke atas dari suatu massa superplume,

dan menerobos ke permukaan sebagai hotspot. Lempeng tektonik dianggap manifestasi permukaan mantel ,dimana materi panas pada batas inti mantel yang bermuara di Mid-Oceanic Ridge mengalami pendinginan dan membentuk kerak samudra.Dan tenggelam di bawah kerak benua yang lebih ringan melalui proses yang disebut subduksi. Dengan demikian, bila tidak terjadi pergerakan lempeng maka pelepasan panas dari inti bumi akan terganggu sehingga mantle plume (misalnya, hotspot seperti Hawaii) akan menyemburkan lava panas dalam skala sangat besar sebagi bentuk keseimbangan.

Lempeng tektonik memainkan peran kunci dalam siklus global karbon dioksida dan gas rumah kaca dalam mengatur suhu bumi. Jika iklim mendingin, keanekaragaman hayati akan berkurang . Iklim dingin akan mengubah ekosistem tropis, dan satwa liar mungkin mati akibat hilangnya ekosistem. Jadi bumi tanpa gempa akan menjadi tempat yang aneh dan asing. Gempa merupakan pusat bagi siklus alam, cuaca, iklim, dan bahkan kehidupan di planet kita.

Anda mungkin juga menyukai