Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KADAR LDL KOLESTEROL DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK DI RUMAH SAKIT Dr.

MOEWARDI SURAKARTA

USULAN PENELITIAN Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Disusun Oleh : DEWI SORAYA J500080051

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah serius dalam kehidupan saat ini karena paling sering menimbulkan kecacatan pada usia dewasa dan merupakan penyebab kematian tersering kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik (Lipska dkk., 2007; van der Worp dkk, 2007). Diperkirakan 5,5 juta orang meninggal oleh karena stroke di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien selamat dari fase akut stroke dan 50-70% diantaranya menderita kecacatan kronis dengan derajat yang bervariasi (WHO, 2004). Di negara-negara barat, stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga setelah penyakit jantung dan kanker (Davenport dan Dennis, 2000). Menurut American Heart Association dalam Japardi (2002), insidensi penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai 500.000 pertahun. 400.000 orang terkena stroke iskemik dan 100.000 orang menderita stroke hemoragik,dengan 175.000 orang diantaranya mengalami kematian. Insidensi dari beberapa negara di ASEAN sangat meningkat terutama terjadi di Asia Tenggara tepatnya negara Vietnam dan Thailand dari 690 per 100.000. Di Indonesia prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6 diantaranya telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun angka kematian akibat stroke tetap tinggi (Departemen Kesehatan R.I, 2009). Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan salah satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian, bahkan di pusat pelayanan neurologi di Indonesia, jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO)

selalu

menempati

urutan

pertama

dari

seluruh

penderita

rawat

inap

(Harsono,2009). Dalam penelitiannya di Indonesia pada RSUD Dr. Moewardi, pada tahun 2003 jumlah pasien stroke sebanyak 864, dan menduduki peringkat ke-4 penyebab kematian terbanyak dari semua kasus dan pada tahun 2010 jumlah pasien stroke infark sebanyak 164 lebih banyak dari stroke hemoragik (Tim PPL RSDM, 2004).Ada banyak faktor risiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol (Lipska dkk, 2007; Yamamoto dkk, 2008) Di dalam darah kita ditemukan 3 jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserid dan fosfolipid. Agar lipid dapat larut dalam cairan darah maka digabung dengan protein. Gabungan lipid dan protein disebut lipoprotein. Dengan menggunakan ultrasentrifusi, pada manusia dapat dibedakan enam jenis lipoprotein yaitu highdensity-lipoprotein (HDL), low-density-lipoprotein (LDL), intermediate-densitylipoprotein (IDL), very low density lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil (Lp a) (Sudoyo, 2009). Lipid yang meninggi, khususnya LDL-kolesterol berkaitan dengan pembentukan plak aterosklerosis (Yoni Astuti, Nur SM, 2003). Kadar LDL kolesterol yang tinggi dalam darah bisa menyusup ke dalam endotel pembuluh darah. Keadaan ini mengundang berkumpulnya platelete yaitu komponen darah yang berfungsi menutup luka. Berkumpulnya platelete dan zat-zat lain di suatu titik arteri dapat mendorong penggumpalan atau clotting dan menyumbat aliran darah. Bila penyumbatan itu terjadi pada arteri-arteri ke otak, akan menyebabkan stroke. Namun peningkatan kadar kolesterol seiring dengan bertambahnya risiko penyakit jantung koroner (PJK), sebaliknya hubungan antara tingkat kolesterol dan risiko stroke masih belum jelas hal ini di sebabkan karena subfraksi lipoprotein di anggap sebagai salah satu faktor risiko yang dapat di perhitungkan (Imamura et al. 2008). Peran hiperkolesterolemia (istilah meningginya kolesterol dalam darah terutama lipoprotein LDL) sebagai faktor risiko gangguan peredaran darah otak sebenarnya masih belum jelas benar (Harsono, 2009). Penelitian ini belum pernah

dilakukan dalam kurun waktu ini. Oleh sebab itu penulis ingin meneliti tentang hubungan antara kadar LDL kolesterol dengan kejadian stroke iskemik. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dirumuskan adalah Apakah ada hubungan antara tingkat kadar LDL kolesterol dengan kejadian stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara tingkat kadar LDL kolesterol dengan kejadian stroke iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2. a. Untuk kolesterol yang tinggi. b. Untuk mengetahui apakah kadar LDL kolesterol yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah perbendaharaan ilmiah di bidang ilmu pengetahuan, terutama di bidang neurologi. b. Memberikan informasi sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Aplikatif a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menyadari bahaya kolesterol b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai program pencegahan primer terhadap stroke, sehingga dalam jangka panjang akan menurunkan prevalensi penyakit stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya yang disebabkan oleh kadar kolesterol LDL yang tinggi. Tujuan Khusus mengetahui jumlah kasus stroke iskemik dengan kadar LDL

c. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan mengenai stroke iskemik dan faktor risikonya terutama yang berkaitan dengan kelainan vaskular.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kolesterol a. Definisi Kolesterol Kolesterol adalah molekul sejenis lipid dalam aliran darah dan diproduksi oleh hati berguna untuk proses metabolisme tubuh (Hardjono,2008). Lipid merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih berkerabat dari sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok ini mempunyai sfat umum yaitu relatif tidak dapat larut di dalam air dan larut di dalam pelarut nonpolar, seperti eter, kloroform dan benzene. Lipid merupakan konstituen diet penting bukan hanya karena nilai energinya yang tinggi melainkan juga karena vitamin larut lemak dan asam lemak esensial di dalam lemak makanan alami (Mayes, 2003). Lipid ini meliputi lemak netral yang dikenal juga sebagai trigliserida, fosfolipid dan kolesterol (Guyton, 2007). Agar lipid dapat larut dalam cairan darah maka digabung dengan protein. Gabungan lipid dan protein disebut lipoprotein. Dengan menggunakan ultrasentrifusi, pada manusia dapat dibedakan enam jenis lipoprotein yaitu high-density-lipoprotein (HDL), low-density-lipoprotein (LDL), intermediate-density-lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil (Lp a) (Sudoyo, 2009). Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid menurut National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP ATP III 2001)

Tabel 2.1 Klasifikasi Kolesterol Kolesterol LDL < 100 mg/dl 100-129 mg/dl 130-159 mg/dl 160-189 mg/dl Kolesterol total <200 mg/dl 200-239 mg/dl >240 mg/dl Kolesterol HDL < 40 mg/dl > 60 mg/dl Kadar Trigliserid < 150 mg/dl 150-199 mg/dl 200-499 mg/dl b. Jenis-jenis Kolesterol di bagi menjadi beberapa macam, bila kadarnya berlebih akan mengendap pada dinding pembuluh darah arteri dan membentuk plak serta menimbulkan penyempitan bahkan penutupan pembuluh darah (aterosklerosis), bila plak terlepas, akan menyumbat aliran darah ke jantung dan menimbulkan serangan jantung, bila ke otak menyebabkan stroke (Fikri, 2009). Adapun jenis-jenis lipoprotein pembawa kolesterol tersebut antara lain : 1) LDL (Low Density Lipoprotein) Merupakan lipoprotein yang mengangkut paling banyak kolesterol di dalam darah. Kadar LDL yang tinggi menyebabkan pengendapan kolesterol di dalam arteri. 2) HDL (High Density Lipoprotein) Merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol yang lebih sedikit. HDL sering disebut sebagai kolesterol baik karena Optimal Hampir optimal Borderline tinggi Tinggi Optimal Borderline tinggi Tinggi Rendah Tinggi Normal Borderline tinggi Tinggi

dapat membuang kelebihan kolesterol di pembuluh arteri kembali ke liver untuk diproses dan dibuang. Jadi HDL mencegah kolesterol mengendap di pembuluh arteri dan melindungi dari artherosklerosis. 3) VLDL (Very Low Density Lipoprotein) Lipoprotein yang membawa sebagian besar trigliserida dalam darah. Di dalam proses sebagian VLDL berubah menjadi LDL. 4) Trigliserida Trigliserida adalah jenis lemak dalam darah yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah. Tabel 2.2 Jenis Lipoprotein, Apoprotein dan Kandunga Lipid Jenis lipoprotein Kilomikron VLDL IDL LDL HDL Jenis Apoprotein Apo-B48 Apo-B-100 Apo-B-100 Apo-B-100 Apo-A1 dan Apo-All Kandungan Lipid (%) Trigliserida Kolesterol Fosofolipid 80 95 27 39 55 80 5 15 10 20 20 50 10 20 15 25 5 15 20 40 20 25 5 10 12 25 20 30

Sumber : AHA Scientific Statement c. Kolesterol LDL Kolesterol LDL adalah lipoprotein serum sebagai pembawa utama kolesterol. LDL terdiri dari inti non polar yang tersusun sebagian besar oleh ester kolesterol. Fungsi LDL adalah membawa kolesterol ke jaringan perifer atau dinding arteri. Oleh karena itu paling bersifat aterogenik dari semua lipoprotein dan dapat menimbulkan aterosklerosis ditandai dengan lesi intima yang disebut ateroma, atau plak ateromatosa yang menonjol ke dalam dan menyumbat lumaen pembuluh, memperlemah media dibawahnya, dan mungkin mengalami penyulit serius (Kumar, 2007). LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari

kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. LDL berukuran kecil sehingga mudah masuk ke dinding pembuluh darah, terutama jika dinding tersebut rusak karena ada beberapa faktor risiko seperti usia, merokok, hipertensi, atau factor keturunan (Sudoyo, 2009). Fakta berdasarkan hipotesis modifikasi oksidatif, mengatakan bahwa LDL dalam bentuk aslinya sebenarnya tidak bersifat atherogenik. Menjadi atherogenik karena perubahan bentuk LDL akibat proses oksidasi. LDL bisa teroksidasi dan termodifikasi karena perubahan sel-sel utama pada dinding arteri. Di tahap sangat dini, oksidasi ringan LDL akan menghasilkan bentuk yang disebut minimally modified LDL (MM-LDL) pada subendotelial. Sedangkan, oksidasi LDL yang ekstensif (Ox-LDL) tidak dikenali oleh reseptor LDL tetapi sangat disukai oleh reseptor di makrofag dan memicu akumulasi ester kolesterol yang cukup besar dan terbentuk sel busa (Uno, 2011). LDL oksidatif (oxidized low density lipoprotein) yang dimodifikasi oleh tubuh penting untuk patogenesis aterosklerosis. Peroksidasi lipid ini mulai dari polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang terdapat pada fosfolipid dipermukaan LDL. LDL yang teroksidasi ini (Ox-LDL) merangsang monosit untuk mengekskresi interleukin-1, yang selanjutnya merangsang proliferasi sel otot polos. Ox-LDL ini juga imunogenik dan terdapat antibodi terhadap epitop dan Ox-LDL. Ox-LDL mengganggu juga vasorelaksasi dan nitrit oksida. Hasil senyawa Ox-LDL seperti oksisterol sangat toksis terhadap sel endotel dan dapat mematahkan integritas endotel (Witztum, 2004). Faktor penting yang menyebabkan aterosklerosis adalah konsentrasi kolesterol yang tinggi dalam plasma darah dalam bentuk lipoprotein berdensitas rendah. Konsentrasi plasma dari lipoprotein berdensitas rendah yang tinggi kolesterol ini ditingkatkan oleh beberapa

faktor meliputi: tingginya lemak jenuh dalam diet sehari-hari, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Dalam jumlah yang kecil, konsumsi kolesterol yang berlebihan juga dapat meningkatkan kadar lipoprotein berdensitas rendah dalam plasma (Guyton, 2007). Hiperkolesterolemia dapat secara langsung mengganggu fungsi sel endotel melalui peningkatan pembentukan radikal bebas oksigen yang mendeaktivasi nitrat oksida, faktor pelemas endotel utama. Kemudian terjadi penimbunan lipoprotein di dalam intima di tempat yang premeabilitas endotelnya meningkat. Perubahan kimiawi lemak yang dipicu oleh radikal bebas yang dihasilkan dalam makrofag atau sel endotel di dinding arteri akan menghasilkan LDL teroksidasi. LDL teroksidasi ditelan oleh makrofag melalui scavenger reseptor (reseptor penyapu) sehingga terbentuk sel busa yang meningkatkan akumulasi monosit di lesi, merangsang pengeluaran faktor pertumbuhan dan sitokin bersifat sitotoksik bagi sel endotel dan sel otot polos yang menyebabkan disfungsi endotel (Kumar, 2007). 2. Stroke a. Definisi Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler (Gofir, 2009). Menurut definisi WHO, stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain gangguan vaskular. (Harsono, 2009). b. Etiologi dan Klasifikasi

Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu stroke perdarahan dan stroke iskemik. Pada stroke hemoragik, kranium yang tertutup mengandung darah yang terlalu banyak, sedangkan pada stroke iskemik terjadinya gangguan ketersediaan darah pada suatu area di otak dengan kebutuhan oksigen dan nutrisi area tersebut. 1) Stroke Perdarahan (Stroke Hemoragik) a) Perdarahan Intraserebral (PIS) Perdarahan intraserebral terjadi didalam substansi atau parenkim otak (di dalam piamater). Penyebab utamanya adalah hipertensi, khususnya yang tidak terkontrol. Penyebab lain yaitu malformasi arteriovenosa (AVM), Angioma Cavernosa, alkoholisme, terapi anti koagulan dan angiopati (Caplan, 2007). Stroke yang disebabkan oleh perdarahan intraserebral paling sering terjadi saat pasien terjaga dan aktif, sehingga kejadiannya sering disaksikan oleh orang lain. Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal yang cepat dan memburuk secara progresif. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan tanda khas pertama dari keterlibatan kapsula interna (Price, 2005) b) Perdarahan Subarakhnoid (PSA) Penyebab tersering dari perdarahan ini adalah rupturnya aneurisma arterial yang terletak di dasar otak dan perdarahan dari malformasi vaskuler yang terletak dekat dengan permukaan piamater. Penyebab yang lain dapat berupa perdarahan diatesis, trauma, angiopati amiloid, dan penggunaan obat. (Gofir, 2009) 2) Stroke Iskemik Sekitar 85% dari semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik. Stroke iskemik dapat dijumpai dalam empat bentuk klinis: a) Transient Ischemic Attack (TIA) TIA yang secara klinis di definisikan sebagai deficit neurologis sementara dengan durasi tidak lebih dari 24 jam. Delapanpuluh

persen dari seluruh TIA berlangsung sekitar 30 menit (Duus, 2010). TIA menggambarkan terjadinya suatu defisit neurologis secara tiba-tiba dan berlangsung hanya sementara atau tidak lebih lama dari 24 jam. Lesi vaskuler yang terjadi bersifat reversible dan disebabkan oleh embolisasi (Sidharta, 2009). b) Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND) Seperti juga pada TIA gejala neurologis dari RIND juga akan menghilang, hanya saja waktu berlangsungnya lebih lama yaitu lebih dari 24 jam, bahkan sampai 21 hari. Jika pada TIA dokter jarang melihat sendiri peristiwanya, sehingga pada TIA diagnosis ditegakkan hanya berdasar keterangan pasien saja, maka pada RIND ini ada kemungkinan dokter dapat mengamati atau menyaksikan sendiri. Biasanya RIND membaik dalam waktu 2448 jam (Gofir, 2009). Sedangkan PRIND (Prolonged Reversible Ischemic Neurological Deficit) yang merupakan defisit neurologis akibat iskemik yang juga berlangsung selama lebih dari 24 jam akan membaik dalam beberapa hari, maksimal 3-4 hari (Baehr, 2010) c) Stroke in evolution (progressing stroke atau SIE) Pada bentuk ini gejala dan tanda neurologis fokal terus memburuk setelah 48 jam (Gofir, 2009). SIE menggambarkan perkembangan defisit neurologis yang berlangsung secara bertahap dan berangsurangsur dalam waktu beberapa jam sampai satu hari. SIE berimplikasi bahwa lesi intravascular yang sedang menyumbat arteri serebral berupa plak atheromatosa yang sedang ditimbun oleh fibrin dan trombosit. Penimbunan tersebut disebabkan oleh hiperviskositas darah atau karena perlambatan arus aliran darah (Sidharta, 2009) d) Complete Stroke Non-Haemmorhagic or Ischemic Completed Stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap , tidak berkembang lagi. Kelainan

neurologis yang muncul bermacam-macam tergantung pada daerah otak mana yang mengalami infark (Gofir, 2009). Stroke Iskemik terjadi akibat kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah otak (Misbach, 2006). Stroke Iskemik dapat disebabkan oleh proses thrombosis, embolisme, atau kelainan non oklusif pada sistem karotis atau vertebrobasiler mengakibatkan kematian sel neuron dan deficit neurologik fokal (Baoezier, 2006). c. Patofisiologi Stroke 1) Stroke Perdarahan (Stroke Hemoragik) Aneurisma yang menjadi sumber PSA dan PIS mempunyai perbedaan letak dan ukuran. Pada PIS, aneurisma sering muncul pada arteri-arteri di dalam parenkim otak dan aneurisma ini kecil. Sedangkan aneurisma pada perdarahan subarakhnoid muncul dari arteri-arteri di luar parenkim dan aneurisma ini mempunyai ukuran yang lebih besar. Pada PIS terjadi rupture vaskular sehingga akan menyebabkan kebocoran darah ke otak, dan kadang menyebabkan otak tertekan karena adanya penambahan volume cairan. Pada orang dengan hipertensi kronis terjadi proses degeneratif pada otot dan unsure elastic dari dinding arteri. Perubahan degeneratif ini dan ditambah dengan beban tekanan darah tinggi, dapat membentuk penggembungan-penggembungan kecil setempat yang disebut aneurisma Cahrcot-Bouchard. Aneurisma ini merupakan suatu locus minorus resisten (LMR) (Warlow et al., 2007). Sedangkan pada PSA, pecahnya aneurisma ini menyebabkan perdarahan yang akan langsung berhubungan dengan LCS sehingga secara cepat dapat menyebabkan tekanan intrakranial. Pada stroke perdarahan, kematian neuron terjadi karena efek toksik darah, peningkatan TIK yang berakibat iskemia global karena penekanan pembuluh darah di seluruh otak dan pelepasan agen-agen vasokonstriktor seperti serotonin, prostaglandin, dan darah yang

mengakibatkan terjadinya iskemik fokal dan akhirnya kematian neuron (Caplan, 2007). 2) Stroke Iskemik Stroke iskemik sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan proliferasi atau penebalan dinding arteri kecil dan arteriol (arteriosklerosis). Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacammacam manifestasi klinis dengan cara : a) Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufiensi aliran darah b) Oklusi mendadak pembuluh darah dan terjadi trombus c) Terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli d) Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian dapat robek (Harsono, 2009) Pada stroke iskemik terjadi lesi awal aterosklerosis adalah fatty streak. Fatty streak bisa ditemukan pada aorta dan arteri koroner pada individu dengan usia 20 tahun. Fatty streak merupakan hasil dari akumulasi serum lipoprotein di tunika intima dinding pembuluh darah. Secara mikroskopis, fatty streak menunjukkan gambaran lipid, limfosit T dan smooth muscle cells (Boudi, 2006) . Aterosklerosis ditandai dengan pembentukan plak ateroma (plak di tunika intima yang terdiri dari lemak dan jaringan ikat). Plak ateroma juga sering menonjol melalui intima masuk ke dalam aliran darah, dan permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya thrombus atau embolus (Gofir, 2009). Dengan adanya aterosklerosis perubahan-perubahan dalam hemodinamik dan kimia darah dapat menimbulkan iskemia dan infark serebri (Sidharta, 2009). Secara harfiah makna dari trombosis dan emboli adalah : a) Thrombus adalah masa yang terdiri atas kumpulan faktor darah, terutama trombosit dan fibrin dengan terperangkapnya unsur seluler yang sering menyebabkan obstruksi vaskuler pada akhirnya.

b) Embolus merupakan bekuan darah atau sumbatan lain seperti fragmen udara, fragmen kalsium atau lemak yang terbawa oleh darah dari suatu pembuluh darah dan terdesak ke dalam pembuluh darah yang lebih kecil sehingga menyumbat sirkulasi darah (Wiwit, 2010). d. Gejala dan Manifestasi klinis Pada stroke non hemoragik atau stroke iskemik, gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadarannya biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun (Mansjoer, 2009). Stroke akibat perdarahan intraserebral mempunyai gejala klinis tergantung dari bagian otak yang terkena, yang ditandai dengan gejala awal biasanya pada waktu melakukan kegiatan, sakit kepala kadangkadang hebat, perubahan yang cepat dari defisit neurologi termasuk penurunan kesadaran sampai koma dan biasanya terdapat hipertensi sedang dan berat (Baoezier, 2006). Pada stroke akibat perdarahan subarakhnoid didapatkan nyeri kepala hebat sesisi yang akut dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Kurang lebih 25% penderita didahului dengan nyeri kepala hebat. Selain itu juga terdapat tanda rangsangan selaput otak (meningeal sign) dan pada 10% penderita terdapat perdarahan subhialoid pada mata (subhyaloid bleeding) dan pada umumnya tidak dijumpai tanda fokal. Bila dilakukan pungsi lumbal selalu didapatkan cairan otak atau likuor yang berdarah (Baoezier, 2006). Perdarahan subarakhnoid terjadi akibat pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna. (Mansjoer, 2009) Gejala neurologis yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau

lebih anggota badan (gangguan hemihipestesi), perubahan mendadak status mental, afasia, disartria, gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia, ataksia (trunkal atau anggota badan), vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala (Gofir, 2009). e. Faktor Risiko Stroke Faktor risiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke (Junaidi, 2004). Menurut National Stroke Assosiation faktor risiko stroke dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu : 1) Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi : a) Umur Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun meningkatkan risiko stroke sebesar 11 20 %. Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Pada usia 70 79 tahun banyak penderita yang mengalami perdarahan intrakranial (Feigin, 2009). b) Ras Orang Jepang dan Afrika-Amerika cenderung mempunyai risiko 2 kali lipat lebih tinggi untuk terkena stroke, sedang orang kulit putih cenderung terkena stroke iskemik. c) Jenis Kelamin Laki-laki cenderung terkena stroke dari pada wanita, namun pada usia lanjut prevalensi laki-laki dan wanita untuk terkena stroke hampir tidak berbeda. Pada laki-laki cenderung terkena stroke iskemik, sedangkan pada wanita lebih sering menderita perdarahan subarachnoid dengan tingkat kematian 2 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki. d) Genetik atau keturunan

Sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti gen mana yang berperan dalam terjadinya stroke, namun dari penelitian terhadap jenis stroke bawaan (Cerebral Autosomal-Dominan Ateriopathy dengan Infark Subkortikal dan Leukoensepalopati /CADASIL) diketahui lokasi gennya pada kromosom 19Q12 (Junaidi, 2004). 2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi a) Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko terpenting untuk semua tipe stroke, baik stroke hemoragik maupun stroke iskemik. Peningkatan risiko stroke terjadi seiring peningkatan tekanan darah. Tekanan darah jelas meninggi bila tekanan sistole lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 100 mmHg. Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. (Markam, 2002). b) Penyakit jantung Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama jantung yang banyak menyerang pria dewasa. AF dapat menyebabkan risiko stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat daripada pasien tanpa AF. Prevalensi AF meningkat seiring pertambahan umur yang dikategorikan baik sebagai valvular maupun nonvalvular (Gofir, 2009). c) Hiperkolesterolemia Meningkatnya kadar kolesterol dalam darah terutama LDL, akan menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Hipotesis yang menjelaskan proses terjadinya aterosklerosis (aterogenesis) pada pembuluh darah dan memperlihatkan bagaimana peran lemak pada peristiwa ini antara lain; a) hipotesis reaksi terhadap cedera, dimana terjadinya injuri pada lapisan endothelium pembuluh darah arteri secara berulang akan menimbulkan perlukaan secara perlahan yang berkembang mengakibatkan kenaikan sel otot polos, jaringan pengikat lipid secara bertahap. Lesi ini akan terus

berkembang mengakibatkan lumen pembuluh darah menjadi menyempit karena intima menebal. b) hipotesis monklonal, menjelaskan terjadinya kegagalan dalam menahan ateroma sejalan dengan bertambahnya usia seseorang karena sel sel yang mengontrol ini hilang atau mati dan tidak diganti secara cukup. 3) hipotesis lipid, peran serum lipid terutama serum kolesterol sebagai penyebab ateroma (Harsono, 2008). d) Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan masalah endokrinologis yang menonjol dalam pelayanan kesehatan. Individu dengan diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi daripada individu tanpa diabetes. Hiperglikemia mungkin secara langsung bersifat toksik pada otak yang iskemik. Meskipun mekanisme tidak diketahui dengan jelas, akumulasi laktat dan asidosis intraseluler dalam otak yang iskemik mungkin memberikan kontribusi (Gofir, 2009). Penebalan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar dapat di sebabkan oleh diabetes mellitus, penebalan ini akan berakibat terjadinya penyempitan lumen pembuluh darah sehingga akan mengganggu aliran darah serebral dengan akibat terjadinya iskemia dan infark. (Nurhidayat, 2008). e) TIA Sekali orang terkena TIA resiko untuk terjadinya stroke yang lebih serius dalam 1 tahun adalah 10 - 20%, dalam 1 bulan 2- 5% (Junaidi, 2004). f) Merokok Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen, dimana peningkatan ini akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah juga peningkatan viskositas darah, Rokok dapat merangsang proses ateroskelerosis karena efek langsung karbon monoksida pada dinding arteri, kemudian nikotin dapat menyebabkan mobilisasi katekolamin juga menyebabkn kerusakan

endotel arteri, selain itu rokok juga dapat memicu penurunan HDL,meningkatkan fibrinogen dan memacu agregasi trombosit, serta mengurangi daya angkut oksigen ke jaringan perifer (Nurhidayat,S dan Rosjidi,C.H. 2008). g) Obesitas Obesitas abdomen adalah sebuah faktor risiko yang independen dan potensial untuk stroke iskemik di dalam semua kelompok etnis. (Seung-Han et al,.2003) f. Diagnosis Penegakan diagnosis stroke didasarkan pada anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik neurologik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis pada penderita stroke iskemik terutama terjadinya gejala defisit neurologik yang mendadadak, tanpa trauma kepala, serta adanya faktor risiko GPDO. Sedangkan pada stroke hemoragik didasarkan pada gejala dan tanda-tanda klinis terutama adanya penurunan kesadaran (Harsono, 2009). Menurut (Lamsudin, 2000) yang membuat Algoritma Stroke Gajah Mada untuk membedakan stroke perdarahan intraserebral dengan stroke iskemik yang terdiri atas tiga kriteria yaitu penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinsky. Apabila hasil dari ketiga kriteria tersebut negatif atau hanya reflek babinsky positif maka dapat di diagnosis stroke iskemik. Apabila hasil dari ketiga kriteria tersebut positif atau ada dua kriteria yang positif maka dapat di diagnosis stroke perdarahan intraserebral. Sensitivitas algoritma tersebut adalah 95%. Pemeriksaan penunjang laboratorium seperti pemeriksaan kolesterol LDL termasuk pemeriksaan profil lipid, darah rutin untuk menemukan faktor risiko. Namun diagnosis pasti baku emas (gold standar) adalah dengan menggunakan CT scan (Computerized Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang jumlahnya yang masih sangat terbatas di Indonesia. CT scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan iskemik dengan perdarahan. MRI lebih sensitif daripada CT scan dalam mendeteksi infark cerebri dini dan infark

batang otak. Jika CT scan awal tidak menunjukkan lesi, masih dapat dilakukan pemeriksaan ulang 24 jam kemudian, sebab infark yang pada awalnya tidak terlihat dapat terlihat pada pemeriksaan kedua. Atau, MRI scan dapat dilakukan segera setelah CT scan awal yang normal. (Gofir, 2009) g. Pencegahan 1) Pencegahan Primer Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah stroke pertama dengan mengobati faktor risiko. Komponen yang paling penting adalah terapi hipertensi arterial secara efektif. Sebab tekanan darah tinggi juga meningkatkan risiko pasien mengalami perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid. Normalisasi tekanan darah dapat mengurangi stroke iskemik hingga 40% (Baehr, 2010). Menurut American Heart Association/ American Stroke Association Recommendations (Adams et al, 2008) ada pasien stroke iskemik atau TIA dengan peningkatan kadar kolesterol, atau bukti adanya sumber aterosklerotik harus ditangani menurut pedoman NCEP III, yang meliputi modifikasi gaya hidup, diit dan rekomendasi pengobatan. Obat statin di rekomendasikan dan tujuan target untuk penurunan kolesterol pasien dengan CHD atau penyakit aterosklerotik simtomatis adalah LDL-C <100 mg/dL dan tujuan target LDL-C <70 mg/dL bagi individu dengan risiko yang sangat tinggi dan faktor risiko multipel. Pasien stroke iskemik atau TIA dengan kadar HDL-C yang rendah dapat dipertimbangkan terapi dengan niacin atau gemfibrozil. 2) Pencegahan Sekunder Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mencegah stroke setelah setidaknya terjadi satu episode iskemia serebri. Metode medis dan bedah digunakan sebagai metode pencegahan sekunder. Pemberian aspirin dosis rendah (100 mg/hari) menurunkan risiko stroke berulang hingga 25%. Penghambat agregasi trombosit lainnya

seperti ticlopidine dan clopidogrel lebih memiliki efek protektif daripada aspirin. (Baehr, 2010) 3. Korelasi Antara Kadar LDL Kolesterol yang tinggi sebagai Faktor Risiko Stroke iskemik Kolesterol merupakan zat gizi atau komponen lemak kompleks yang di butuhkan oleh tubuh sebagai salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi dan juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon steroid. Kolesterol mempunyai tiga fungsi penting yaitu membantu membuat lapisan luar atau dinding dinding sel, menghasilkan asam empedu guna membantu mengurai makanan, membantu tubuh membuat vitamin D pada permukaan kulit dan hormon estrogen dan testosterone (Guyton,2007). Kolesterol terutama berasal dari organ binatang seperti otak, kuning telur dan jerohan. Demikian juga produk-produk yang berasal darinya seperti susu asli, keju, mentega, dan lain-lain. Asupan kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi pada makanan tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol plasma. (Kumar, 2007). Agar lemak dapat larut dalam cairan darah, maka perlu digabung dengan protein. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein berfungsi sebagai pengangkut atau carier lemak dan kolesterol dalam darah. Ada 4 jenis lipoprotein yang terpenting yaitu, Chylomicron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL) (Soeharto, 2002). Kolesterol berperan dalam peningkatan prematuritas serta beratnya aterosklerosis, kadar LDL yang tinggi dihubungkan dengan meningkatnya resiko aterosklerosis, sementara kadar HDL yang tinggi berperan sebagai pelindung terhadap terjadinya aterosklerosis (Price, 2005). The Copenhagen City Heart Study mengatakan bahwa kolesterol berhubungan dengan risiko stroke iskemik, bila kolesterol lebih dari 8 mmol/l (310 mg persen). LDL kolesterol adalah faktor risiko yang penting untuk timbulnya Aterosklerosis dan secara tak langsung mempengaruhi stroke iskemik. Kolesterol yang berperan penting yaitu LDL dan HDL. LDL dikenal sebagai kolesterol

jahat, karena kecenderungannya untuk menempel pada dinding pembuluh darah dan berperan membentuk plak aterosklerosis. Sedangkan HDL dikenal sebagai kolesterol baik. HDL membantu membawa LDL pergi dari dinding pembuluh darah, kembali ke hati untuk diekskresi. (Feigin, 2009) Kelebihan LDL Kolesterol ini akan melayang-layang dalam darah dengan risiko penumpukan atau pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Kecenderungan ini menyebabkan LDL Kolesterol disebut sebagai kolesterol jahat bersama trigliserida. Penimbunan ini pada akhirnya mengakibatkan pembuluh darah yang semula lentur dan elastis menjadi kaku. Inilah yang disebut atherosklerosis, yakni pengerasan pembuluh darah sehingga kelenturan dan elastisitasnya berkurang, yang pada giliran nantinya deposit lemak itu akan disertai juga dengan deposit zat-zat kapur di dinding pembuluh darah. Akibatnya lumen pembuluh darah akan semakin sempit dan kaku (Soeharto, 2002). Faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh darah antara lain karena adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel, gangguan transport lipoprotein transeluler (endositotoktik), gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein dan perubahan permeabilitas endotel (Anwar,2004).
Terjadinya aterosklerosis merupakan suatu proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan melewati tahapan-tahapan tertentu. Tahapan dimulai dari pembentukan foam cell, fatty streak, pembentukan ateroma sampai terjadinya thrombus. Peningkatan kadar LDL Kolesterol mempunyai andil yang besar dalam terjadinya aterosklerosis. Dalam keadaan normal, LDL dalam sirkulasi darah ditangkap dan diendositosis oleh sel endotel dan makrofag yang keduanya mempunyai reseptor LDL. Proses ini akan berbeda bila kadar LDL tinggi. Kemampuan endositosis sel endotel maupun makrofag ternyata terbatas, aktifitas endositosis akan berhenti bila sel-sel tersebut telah jenuh kolesterol, dan sel tidak lagi memaparkan LDL-R pada permukaan sel. Akibat kejadian ini akan menyebabkan terkumpulnya LDL-kolesterol dalam ruangan subintima. Nasib LDL Kolesterol ini selanjutnya akan dioksidasi senyawa-

senyawa oksidan yang disekresi oleh makrofag dan sel-sel otot polos menjadi oxidized LDL (ox-LDL) (Soeparyatmo, 2000).

Mekanisme aterogenesis belum diketahui secara pasti. Teori response to injury merupakan teori yang paling bisa diterima. Kerusakan endotel menyebabkan terjadinya inflamasi vaskuler dan respon fibroproliferasi. Kemungkinan penyebab dari kerusakan endotel adalah oksidasi LDL kolesterol, agen infeksi dan toksin seperti asap rokok, hiperglikemia dan hiperhomosistinemia. Monosit yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah akan menginfiltrasi tunika intima dinding pembuluh darah dan makrofag yang berperan sebagai scavenger cells mengambil LDL kolesterol dan menjadi foam cell. Aktivasi dari makrofag ini akan memproduksi beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan endotel lebih lanjut. Peningkatan nilai LDL kolesterol akan menurunkan sejumlah antioksidan pada endotel yang sehat dan menyebabkan metabolisme endotel yang abnormal. Oksidasi LDL mempunyai efek toksik dan menyebabkan gangguan oada dinding pembuluh darah yang berhubungan dengan perkembangan aterosklerosis. Disfungsi endotel ini meliputi kerusakan endotel untuk dilatasi dan vasokonstriksi. Dsifungsi ini merupakan hasil inaktivasi nitric oxide karena banyak diproduksinya radikal bebas, pengurangan transkripsi dari nitric oxide sintase messenger RNA dan post transcriptional destabilization mRNA. Penurunan nitric oxide berhubungan dengan peningkatan adhesi platelet, peningkatan penghambat aktivasi plasminogen, penurunan aktivasi plasminogen, peningkatan tissue factor, penurunan trombomodulin dan gangguan heparan sulfate proteoglycans (Boudi, 2006). Kenyataan ini pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kesakitan untuk terjadinya penyumbatan aliran darah ke otak yang disebut dengan istilah stroke iskemik. Faktor LDL- Kolesterol yang tinggi dan HDL Kolesterol yang turun dianggap sebagai sebagai faktor risiko yang berperan penting dalam kasus stroke. (Wiwit, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konsep Faktor Risiko yang tidak dapat dimodifikasi : Jenis Kelamin Umur Ras/etnis Herediter Faktor Risiko yang dapat dimodifikasi : Hipertensi Penyakit Jantung Hiperkolesterolemia Diabetes Melitus TIA Merokok Obesitas

Kolesterol LDL tinggi

Peroksidasi Lipid

Disfungsi Endotel

Aterosklerosisis Pembuluh Darah Otak Formasi Atheromatous Plaque di tunika intima

Arteriosklerosis

Trombus

Embolus

Stroke Iskemik Keterangan : Tidak diteliti Diteliti B. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka diatas dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

"Ada hubungan antara tingkat kadar LDL kolesterol dengan kejadian stroke iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta"

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan yakni sebagai berikut : 1. Desain Penelitian Analitik Yaitu jenis penelitian untuk mencari hubungan antar variabel yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel itu sehingga perlu disusun hipotesis. 2. Rancangan cross sectional Merupakan rancangan penelitian yang mencari hubungan anatara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat (efek) dengan melakukan pengukuran pada saat yang bersamaan. B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Unit Rawat Inap di bagian penyakit Saraf RSUD Dr. Moewardi. Waktu penelitian pada bulan April - Mei 2011 untuk mengumpulkan data dimulai 1 Januari 2010 31 Desember 2010. C. Populasi Penelitian 1. Populasi Target Populasi target dari penelitian ini adalah pasien stroke iskemik atau bukan stroke dengan kadar LDL kolesterol tinggi atau normal. 2. Populasi Aktual Populasi aktual dari penelitian ini adalah pasien stroke iskemik atau bukan stroke dengan kadar LDL kolesterol tinggi atau normal di Unit Rawat Inap di bagian penyakit Saraf RSUD Dr.Moewardi Surakarta. desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, menurut Sastroasmoro (2008) dijelaskan

D. Sampel dan Teknik Sampling Pengambilan sampel di lakukan secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dimana masing-masing subjek atau unit dari populasi memiliki peluang sama dan independen untuk terpilih ke dalam sampel (Murti, 2010). Besar sampel diperoleh dari jumlah seluruh sampel yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus (Arief, 2008) sebagai berikut :
2 Z PQ n= d2

Keterangan : n Z P Q d = jumlah sampel = nilai statistik Z pada kurva normal standart pada tingkat kemaknaan = Perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada populasi = 1-P = presisi absolut dikendaki pada kedua sisi proporsi populasi (0,05)

Dari rumus di atas didapatkan besar sampel sebagai berikut :


1.96 2 x 0.045 x (1 0.045) n= 0.052

= 66 Jadi besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 pasien. E. Kriteria Restriksi 1. Kriteria inklusi : a. Umur 40-89 tahun b. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan c. Pasien stroke iskemik dan bukan stroke yang sudah diperiksa kadar LDL kolesterolnya 2. Kriteria Eksklusi: a. Pasien stroke hemoragik b. Pasien stroke iskemik akibat komplikasi diabetes melitus

c. Pasien stroke iskemik yang berusia kurang dari 40 tahun d. Pasien yang menderita hipertensi e. Pasien yang menderita diabetes melitus f. Pasien yang menderita penyakit jantung F. Cara Pengumpulan Data / Mendapatkan Data / Instrument penelitian Alat mendapatkan data: Catatan rekam medis (medical record) pasien stroke di bagian penyakit Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Januari 2010 - Desember 2010. Pengukuran kadar LDL kolesterol oleh tenaga ahli laboratorium klinik RSUD Dr. Moewardi Surakarta. G. Identifikasi variabel penelitian 1. Variabel bebas 2. Variabel Terikat 3. Variabel luar : Kadar LDL- Kolesterol : Stroke Iskemik : Diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi, umur, jenis kelamin, merokok. H. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas (Kadar LDL Kolesterol) Kadar LDL kolesterol adalah suatu kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah, yang bersifat merusak dengan melekat pada dinding pembuluh arteri dan menyebabkan aterosklerosis. Untuk menilai tinggi rendahnya kadar LDL kolesterol dalam darah, umumnya dibandingkan dengan angka standar yang dibuat oleh National Institute of Health (NIH) USA, yaitu: a. Tingkat kadar LDL- Kolesterol normal (N) : 130 mg/dl, atau kurang b. Tingkat kadar LDL-Kolesterol tinggi (T) : 131 mg/dl,atau lebih

Skala pengukuran untuk variabel Kadar LDL-kolesterol adalah nominal sehingga sampel dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu kadar LDL-kolesterol normal dan kadar LDL-kolesterol tinggi.

2. Variabel terikat (Stroke Iskemik) Stroke Iskemik adalah stroke yang timbul akibat trombosis atau embolisasi yang terjadi dan mengenai pembuluh darah otak yang menyebabkan obstruksi aliran darah otak yang mengenai satu atau lebih pembuluh darah (Gofir, 2009). Satu-satunya cara yang akurat untuk membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik adalah dengan bantuan CT scan sebagai gold standar (Sidharta, 2004). Penegakkan diagnosis stroke dilakukan oleh dokter ahli saraf RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Skala pengukuran untuk variabel stroke adalah nominal, sehingga sampel dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu stroke iskemik dan bukan stroke. I. Rancangan Penelitian

Populasi

Kadar LDL-Kol Tinggi ( > 131 mg/ dl)

Kadar LDL-Kol Normal ( < 130 mg/ dl)

Stroke Iskemik

Bukan Stroke

Stroke Iskemik

Bukan Stroke

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

J. Teknik Analisis Data Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan histogram, dengan uji analisa varian, dengan rumus chi kuadrat menggunakan program SPSS 16.0 for window. Uji analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui apakah ada hubungan yang nyata dari peningkatan kadar LDL kolesterol dalam darah sebagai faktor risiko terjadinya stroke iskemik. Analisis data dilakukan dengan bantuan software komputer SPSS. Data yang dianalisis terdiri dari : Analisis Univariat yaitu mendiskripsikan semua variabel sebagai bahan informasi dengan membuat tabel distribusi frekuensi Analisis Bivariat yaitu dilakukan untuk menguji hubungan antara masingmasing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan analisis chi square (Dahlan, 2009). Tabel 3.1 Kontingensi FREKUENSI PADA Kadar LDL Kadar LDL kolesterol kolesterol tinggi normal a c a+c b d b+d

SAMPEL

JUMLAH SAMPEL a+b c+d N

Stroke Iskemik Bukan Stroke Iskemik Jumlah

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah : N (ad bc) 2 X = (a + b)(c + d )(a + c)(b + d
2

Uji kemaknaan statistik tentang hubungan antara tingkat kadar LDL kolesterol dengan kejadian stroke iskemik adalah: P < 0,05 adalah bermakna P > 0,05 adalah tidak bermakna

K. Jadwal Penelitian
Keterangan Persiapan studi Pustaka Penyusunan Proposal Ujian proposal Perbaikan Proposal pengambilan dan pengolahan data Penyusunan Skripsi Ujian skripsi Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2004. Heart Disease and Stroke Statistic 2004 Update . Dallas: American Heart Assosiation. Anwar B. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf ( 11 Januari 2011). Arief MTQ. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan . Surakarta: UNS Press Dahlan, Sopiyudin. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Davenport R and Dennis M. 2000. Neurological emergencies: acute stroke http://jnnp.bmj.com/content/68/3/277.full.pdf?sid=5d26f17a-e9c7-4ac8-b7080f4725db4cb1 ( 12 Maret 2011). Departemen Kesehatan RI. 2009. Standar Pelayanan Unit Stroke. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Gofir, Abdul. 2009. Manajemen Stroke Evidence Based Medicine. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Immamura.T., Tanizaki.Y., Kubo.K., Yutaka, Ibayashi.S.,and Hatta.J., et al.2008. LDL Cholesterol and the Development of Stroke Subtypes and Coronary Heart Disease. http://stroke.ahajournals.org/cgi/reprint/40/2/382?maxtoshow= &hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=LDL+cholesterol+and+Risk+of+is chemic+stroke&searchid=1&FIRSTINDEX=0&resourcetype=HWCIT (10 Maret 2011). Lipska, K., et al. 2007. Risk Factor for Acute Ischaemic Stroke In Young Adults in South India. J Naurol Neurosurg Psychiatry. Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan Edisi kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sastroasmoro S, Ismael S. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke- 3. Jakarta: Sagung Seto Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid III . Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Van der Worp, H.B. & Van Gijn, J. 2007. Acute Ischemic Stroke. N Engl J Med,357: 572-579 World Health Organization. The Atlas of Heart Disease and Stroke. World Health Organization. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/resources/atlas/en/. (17 Februari 2011). Yoni Astuti, Nur SM. 2003. Kadar LDL Kolesterol dan Kadar Asam Urat Plasma pada Wanita Pemakai Alat Kontrasepsi Suntik dan Susuk. Jakarta : Jurnal Kedokteran Yarsi. Yamamoto, H. & Bogousslavsky, J. 2008. Mechanism of Secondary and Further Strokes. J Neurol Neurosurg Psychiatry, 64: 771-776.

Anda mungkin juga menyukai