Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Di dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar dikenal ungkapan yang sangat populer yakni metode jauh lebih penting dari materi, Demikian urgenya metode dalam proses belajar mengajar, bisa di katakan tidak berhasil bila dalam proses belajar tersebut tidak menggunakan metode. Metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran : tujuan pendidikan, metode pendidikan, materi, media dan evaluasi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran memerlukan perencanaan yang baik yaitu merencanakan metode apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, dengan memiliki pengetahuan tentang sifat dari metode yang digunakan berarti seorang guru akan lebih mudah menentukan metode apa yang sebaiknya digunakan pada sutu kesempatan pembelajaran. Tujuan dari kegiatan pembelajaran tidak akan pernah tercapai selama komponenkomponen lainnya tidak diperhatikan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Metode adalah salah satu jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut dirumuskan agar siswa memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya metode harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apalah artinya kegiatan pembelajaran tanpa mengindahkan tujuan.1

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Cat ke 2 ; Jakarta : 2002), h. 85.

Kenyataan telah menunjukkan bahwa manusia dalam segala hal selalu berusaha mencari efisiensi-efisiensi kerja dengan jalan memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap baik untuk mencapai tujuannya. Demikian pula halnya dalam lapangan pembelajaran sekolah. Para pendidik (guru) selalu berusaha memilih metode pembelajaran yang setepat-tepatnya, yang dipandang lebih efektif dari pada metode-metode lainnya sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik murid.2 Terkadang metode yang dipakai tidak cocok antara satu siswa dengan siswa lainnya, dan terkadang pula satu metode cocok dipakai oleh seseorang guru akan tetapi tidak cocok dipakai oleh guru yang lainnya, karena itu sulit untuk menentukan dan memberikan klasifikasi tentang metode yang paling baik dari beberapa metode pembelajaran yang pernah dikenal dalam dunia pengajaran. Seorang guru dalam mengajar tidak boleh seenaknya memilih metode mengajar yang diinginkannya tanpa mempertimbangkan situasi, kondisi serta materi yang akan disajikan dalam mengajar. Dalam pemilihan metode mangajar yang digunakan ada bermacam-macam diantaranya metode ceramah, diskusi, tanya jawab, resitasi (pemberian tugas), dokumentasi dan lain-lain. Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan pembelajaran yang membosankan bagi siswa. Jalan pembelajaran pun tampak kaku. Siswa terlihat kurang bergairah belajar. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar siswa. Kondisi seperti ini sangat tidak

B. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 148-149.

menguntungkan bagi guru dan anak didik.3 Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru dengan baik menyebabkan metode tersebut tidak efektif digunakan. Efektifnya penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan dalam suatu pelajaran, sebagai persiapan tertulis.4

Tayer Yusuf dan Syaiful Anwar mengatakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran: (1) Tujuan yang hendak dicapai. (2) Kemampuan guru. (3) Anak didik. (4) Situasi dan kondisi pengajaran dimana berlangsung. (5) Fasilitas yang tersedia. (6) Waktu yang tersedia. (7) Kebaikan dan kekurangan sebuah metode.5 Model pembelajaran inquiri mengajarkan pada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melibatkan dalam peneltian, membantu siswa mengidentifikasi konsep atau metode, dan mendorong peserta didik menemukan cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi.6 Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenapa pengetahuan yang didapat untuk menhadapi situasi baru atau memecahkan masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri. Sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus menekuni pendidikan tersebut dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan. Dalam mengembangkan pendidikan,
3 4

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. op. cit. h. 83. Ibid., h, 87.

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 109. Made Weda,Starategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 67
6

pesantren telah menunjukkan daya tahan yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai zaman dengan beragam masalah yang dihadapinya dengan sejarahnya itu pula, pesantren telah menyumbangkan sesuatu yang tidak kecil bagi Islam di negeri ini. Sejarah perkembangan dan pertumbuhan pesantren dapat dilihat bahwa persantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang tertua dengan bergagai bentuk. Pertama; pada umumnya pendidikan diberikan dengan cara nonklasikal, di mana seorang guru mengajar santrinya dengan kitab yang ditulis dalam bahasa Arab, sedangkan para santri biasanya tinggal dalam pondok pesantren. Ke dua; pada dasarnya sama dengan pesantren tersebut yang pertama, tapi santrinya tidak disediakan pondokan. Para santri bertempat tinggal di daerah sekitar pesantren, namun pada waktu-waktu tertentu mereka berdatangan ke pesantren untuk mendapatkan pengajaran. Ketiga; pesantren dengan tidak melepaskan ciri khas pesantren tersebut diatas tetapi telah dikembangkan sedemikian rupa. Santri yang ingin bertempat tinggal di pesantren disediakan pondokan, namun tidak tertutup kemungkinan mereka dapat juga tinggal di daerah yang berada di sekitar pesantren.7 Berdasarkan dari ketiga bentuk pendidikan pesantren di atas dapat di simpulkan bahwa unsur-unsur pesantren yaitu tetap mempertahankan tradisional meliputi pondok, mesjid, pembelajaran kitab-kitab klasik, santri dan Kiai.8 Adapun tujuan dari penerapan metode inquiri ini yaitu untuk membentuk keterampilan anak didik dalam bertindak di kehidupan sehari-harinya dan untuk menyiapkan anak didik ketika mereka telah terjun di masyarakat. Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan
7

dan

meningkatkan

keimanan

melalui

pemberian

dan

pemupukan,

Mappangaranro, eksistensi Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Ujung Pandang: Yayasan

Al-Hikmah, 1996), h. 8
8

H. Abudidin Nata, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Di

Indonesia (Jakarta : PT Grafindo, 2001), h. 117.

pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman kepada siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Realitas yang terjadi siswa kurang begitu suka dengan materi pendidikan agama Islam, karena mereka menganggap materi PAI sifatnya terlalu dogmatik dan ketinggalan zaman, begitu pula dengan pengajarannya yang sifatnya terlalu menekankan kepada pendekatan intelektualistik dan verbalistik. Pesantren Al-Junaidiyah Watampone merupakan salah satu lembaga pendidikan lanjutan yang berlokasi di Jalan Jendral sudirman Watampone Sebagai sekolah lanjutan atas yang bertanggung jawab

menyiapkan anak didik dalam menghadapi kehidupannya kelak, maka sekolah harus membekali siswanya dengan berbagai keterampilan yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran hendaknya guru tidak hanya menyampaikan materi dalam bentuk pemahaman saja tetapi juga dalam bentuk pengalaman dan penghayatan agar siswa dapat mengambil manfaatnya dan diterapkan dalam kehidupannya. Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka penulis termotivasi untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran PAI dan dampaknya terhadap

motivasi belajar siswa di Pesantren Al-Junaidiyah Watampone. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana konsep metode inquiri di pesantren Al-Junaidiya Watampone ? 2. Bagaimana bentuk penerapan metode inquiri di Pesantren Al-Junaidiyah ? 3. Bagaiamana dampak metode inquiri terhadap motivasi belajar siswa

pesantren Al-Junaidiya Watampone ?

C. Pengertian Judul Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam memahami maksud yang terkandung dalam judul skripsi ini, penulis perlu menegaskan pengertian dalam judul ini: Metode suatu prosedur yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan9 Inquiri proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis10 Pendidikan Agama Islam merupakan segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan atau menumbuhkembangkan ajaran islam dan nilai nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari11 Motivasi berawal dari katamotif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif12. Pesantren merupakan asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji atau orang-orang yang menuntut ilmu agama di lembaga pendidikan tradisional13

.Samsul Nizar,filsafat Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: PT Intermasa, 2002), h.66 Udin Syaefudin Saud,Ph.D.,Inovasi Pendidikan, (Cet. I;Bandung: Alfabeta, 2010), h.169 11 Muhaimin,Pengembangan Kurikulum, (Cet. I;Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002), h.8 12 Loc. Cit, h. 22
10

.Ali Anwar,Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, (Cet. I;Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h.22

13

D. Kerangka Pikir Berdasarkan dari uraian yang telah dikemukan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini, diuraikan kerangka pikir yang dijadikan penulis sebagai pedoman dan landasan berpikir dalam melaksanakan penelitian ini. Hal ini perlu dikembangkan karena berfungsi mengarahkan penulis untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah penelitian secara ilmiah. Sebagaimana lazimnya, kerangka pikir dapat dibuat secara narasi atau dengIan cara skema. Namun dalam draf skripsi ini penulis akan menggunakan bentuk skema. Adapun kerangka pikir yang dimaksud adalah: PAI

Metode Inquiri

Motivasi belajar

Implikasi Metode Inquiri terhadap siswa Dari bagan di atas, memberikan sedikit gambaran mengenai jalur penelitian yang akan dijadikan sebagai titik penekanan. Adapun maksud dari bagan di atas sesuai dengan garis yang menghubungkannya yakni : Metode yang merupakan induk dari bagan ini, memberikan gambaran bahwa, metode inkuiri dalam pendidikan agama Islam merupakan bagian dari sebuah metode. Olehnya itu dalam menerapkan sebuah metode dalam proses pembelajaran, perlu betul-betul memilih metode yang tepat/cocok dengan materi yang akan diajarakan dalam pemebelajaran pendidikan agama Islam. Sehingga membawa pengaruh kepada siswa dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, sehingga guru dapat mengetahui berhasil tidaknya penerapan metode tersebut, dalam proses pembelajaran.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode inkuiri dalam meningkatkan motivasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Pesantren Al-Junaidiya Watampone. 2. Untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Pesantren Al-Junaidiya Watampone F. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaaan penelitian ini dimaksudkan 1. Sebagai bahan informasi bagi pendidik maupun peserta didik tentang pengaruh implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. 2. Untuk pihak tenaga pendidik agar lebih meningkatkan kualitas pengajaran dengan tetap eksis dalam mengupayakan mutu pembelajaran peningkatan pendidikan Islam, melalui penerapan metode yang bervariasi terutama metode inkuiri G. Garis-garis Besar Isi Skripsi Bab I merupakan bab pendahuluan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, pengertian judul, tinjauan pustaka, kerangka berfikir, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode serta garis-garis besar isi skripsi. Bab II dalam penulisan ini dibahas mengenai kajian pustaka yang meliputi, Konsep dasar metode inkuiri, Pengertian dan ruang lingkup PAI, Profesionalisme guru PAI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Bab III dibahas mengenai tata cara penulisan atau metode yang digunakan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Mulai dari persiapan penelitian samspai pada tahap penyelesaian penulisan, yang berisi metode pendekatan, lokasi penelitian, populasi, sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data serta analisis data.

Bab IV merupakan inti dari penulisan penelitian ini di dalamnya berisi hasil penelitian yang dijabarkan ke dalam pembahasan yaitu, penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran PAI di Pesantren Al-Junaidiyah Watampone, dan pengaruh motivasi metode inkuiri dalam pembelajaran PAI di Al-Junaidiyah Watampone. Bab V berisi simpulan dari pembahasan yang diangkat dalam penulisan ini yang selanjutnya dilengkapi dengan saran.

Anda mungkin juga menyukai