Anda di halaman 1dari 45

BAB IV ANALISA PEMELIHARAAN GTT DD291 DENGAN MENGGUNAKAN METODE GTT TERPADU

4.1 Kondisi Riil 4.1.1 Gardu Tiang Trafo DD291 Gardu Trafo Tiang DD291 adalah gardu tiang trafo dengan satu tiang.Gardu ini memiliki trafo dengan kapasitas 160 kVA.Gardu tiang trafo ini terletak di Jalan Raya Bangkalan Bangil-Pasuruan. Gardu ini memiliki 2 jurusan yaitu line A dan line D yang mensuplay Perumahan Permata Indah dan Dusun Pagak. Trafo yang digunakan gardu ini adalah trafo sirip dengan jenis trafo kotak satu kali tiga fasa.Konstruksi yang digunakan gardu ini adalah CO yang berada diatas arrester. Pada laporan akhir ini akan dibahas salah satu rugi- rugi yang disebabkan oleh arus netral akibat pembebanan yang tidak seimbang di setiap fasa. Data data yang diambil adalah hasil dari survey lapangan berupa pengukuran selanjutnya mencatat hasil pengukuran tersebut serta pengambilan data lain yang dianggap perlu.

40

41

4.1.1.1 Data Pengoperasian GTT DD291 Tabel 4.1 Data Pengoperasian Gardu Tiang Trafo DD291 Merk Trafo Daya Fasa Tegangan Primer L-L (kV) Tegangan Sekunder L-L (V) Arus Primer (A) Arus Sekunder (A) Vektor Group Impedansi (%) Kabel Incoming Kabel Outgouing Bambang Djaja 160 kVA 3 20 kV 400 V 4A 230 A Yzn 5 3 NYY 4 x (1 x 150) mm2 NFA2X-T 3 x (70 + 50 mm)2

Ukuran kawat untuk penghantar netral trafo adalah 50 mm2 dengan R = 0,69/km, sedangkan untuk kawat penghantar fasanya adalah 70 mm2 dengan R = 0,443/km.Spesifikasi Terlampir Tabel 4.2 History Pengukuran DD291

42

4.1.1.2 Single Line GTT DD291 Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, GTT DD291 mendapat suplay dari GI Bangil penyulang Beji.Pada GTT DD291 ini terdiri dari 2 jurusan yang disuplay dari trafo dengan kapasitas 160 kVA.GTT DD291 melayani konsumen di Dusun Pagak Dan Perumahan Permata Indah. Lebih jelasnya GTT DD291 digambarkan dalam single line di bawah :

FCO

TRAFO

BAMBANG DJAJA S = 160 kVA 20 kV/ 400 V 4 A/ 230 A

PHB TR

3 x 125 A Line A Line B Line C

3 X 125 A Line D

Gambar 4.1 Single Line GTT DD291

43

Gambar 4.2 Kondisi Panel Gardu DD291

Gambar 4.3 Kondisi Gardu DD291 4.1.2 Alat Ukur Metode analisa yang digunakan adalah metode GTT terpadu.Metode GTT terpadu adalah metode analisa yang dilakukan melalui pengukuran menyeluruh dengan menggunakan EMT portable. Parameter perameter yang terukur oleh EMT portable antara lain tegangan, arus, daya, power factor, THD, dan temperatur.

44

Gambar 4.4 Energy Measurement and DataTransmitt (EMT) Portable

Gambar 4.5 Wiring Pengukuran

45

4.2 Analisa 4.2.1 Presentase Pembebanan 1. Pengukuran LWBP Tabel 4.3 Pengukuran Beban LWBP pada Line Utama Waktu Pengukuran 15-07-2013, 12:05 16-07-2013, 13:15 17-07-2013, 12:56 18-07-2013, 13:00 19-07-2013, 13:15 101 106 103 107 102 95 98 96 94 89 93 95 100 97 97 IR IS IT

Berdasarkan data pada tabel (4.3) maka dapat dihitung presentase pembebanan per fasa adalah : IFL = x 100 %

= = 230,9 A

x 100 %

% Pembebanan = IR = 101 A IS = 95 A IT =93 A

x 100 %

46

%R=

x 100 % = 43,74 %

%S=

x 100 % =41,14 %

%T=

x 100 % =40,28 %

Jadi rata rata presentase pembebanannya adalah : =

= 41,72%

Dari data yang telah diambil, maka rata rata presentase pembebanan yang terjadi pada siang hari pada tanggal 15 Juli sampai dengan 19 Juli 2013 dapat dilihat pada tabel (4.4). Tabel 4.4 Presentase Pembebanan LWBP pada Line Utama Waktu Pengukuran IR IS IT %Pembebanan

15-07-2013, 12:05 16-07-2013, 13:15 17-07-2013, 12:56 18-07-2013, 13:00 19-07-2013, 13:15

101 106 103 107 102

95 98 96 94 89

93 95 100 97 97

41,72 43,16 43,16 43,02 41,58

47

2.

Pengukuran WBP Tabel 4.5 Pengukuran BebanWBP pada Line Utama

Waktu Pengukuran 15-07-2013, 18:30 16-07-2013, 18:45 17-07-2013, 18:56 18-07-2013, 19:00 19-07-2013, 19:05

IR

IS

IT

215 210 203 207 212

182 172 178 183 176

166 166 166 170 171

Berdasarkan data pada tabel (4.5) maka dapat dihitung presentase pembebanan per fasa adalah : IFL = x 100 %

= = 230,9 A

x 100 %

% Pembebanan = IR = 215 A IS = 182 A IT = 166 A

x 100 %

48

%R=

x 100 % = 93,11 %

%S=

x 100 % = 78,82 %

%T=

x 100 % = 71,89 %

Jadi rata rata presentase pembebanannya adalah : =

= 81,28%

Dari data yang telah diambil, maka rata rata presentase pembebanan yang terjadi pada malam hari pada tanggal 15 Juli sampai dengan 19 Juli 2013 dapat dilihat pada tabel (4.6). Tabel 4.6 Presentase Pembebanan WBP pada Line Utama Waktu Pengukuran IR IS IT %Pembebanan

15-07-2013, 18:30 16-07-2013, 18:45 17-07-2013, 18:56 18-07-2013, 19:00 19-07-2013, 19:05

215 210 203 207 212

182 172 178 183 176

166 166 166 170 171

81,28 79,11 78,97 80,84 80,70

49

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa presentase pembebanan untuk kawasan Dusun Pagak dan Perumahan Permata Indah lebih tinggi terjadi pada malam hari.

4.2.2 Ketidakseimbangan Beban pada Trafo 1. LWBP Dengan menggunakan persamaan perhitungan ketidak seimbangan beban dan berdasarkan tabel (4.3) maka arus rata rata adalah : IR = 101 A IS = 95 A IT = 93 A IRata rata = IRata rata = 96,33A Dengan menggunakan koefisien a,b,dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (IRata rata). IR = a.I maka: a = = = 1,05

IS = b.I

maka: b =

= 0,99

IT = c.I

maka: c =

= 0,97

50

Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah : =
| | | | | |

x 100 %
|

| |

| |

x 100 % = 3,23 %

Dari data yang telah diambil, maka rata rata ketidakseimbangan yang terjadi pada siang hari pada tanggal 15 Juli sampai dengan 19 Juli 2013 dapat dilihat pada tabel (4.7). Tabel 4.7 Presentase Ketidakseimbangan LWBP Waktu Pengukuran IR IS IT IN Arus Ketidakseimbangan (%)

15-07-2013, 12:05 16-07-2013, 13:15 17-07-2013, 12:56 18-07-2013, 13:00 19-07-2013, 13:15

101 106 103 107 102

95 98 96 94 89

93 95 100 97 97

40 41 43 42 41

3,23 4,24 6,91 5,14 4,86

2.

WBP dengan menggunakan persamaan perhitungan ketidak seimbangan beban

dan berdasarkan tabel (4.4) maka arus rata rata adalah : IR = 215 A

51

IS = 182 A IT = 166 A IRata rata = IRata rata = 187,7 A Dengan menggunakan koefisien a,b,dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (IRata rata). IR = a.I maka: a = = = 1,145

IS = b.I

maka: b =

= 0,97

IT = c.I

maka: c =

= 0,88

Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah : =
| | | | | |

x 100 %
|

| |

| |

x 100 % = 9,71 %

Dari data yang telah diambil, maka rata rata ketidakseimbangan yang terjadi pada malam hari pada tanggal 15 Juli sampai dengan 19 Juli 2013 dapat dilihat pada tabel (4.8).

52

Tabel 4.8 Presentase Ketidakseimbangan WBP Waktu Pengukuran IR IS IT IN Arus Ketidakseimbangan (%)

15-07-2013, 18:30 16-07-2013, 18:45 17-07-2013, 18:56 18-07-2013, 19:00 19-07-2013, 19:05

215 210 210 215 212

182 172 169 190 176

166 166 166 175 171

103 105 115 101 106

9,70 9,97 10.40 7,47 9,18

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa ketidakseimbangan beban paling tinggi terjadi pada siang hari.Hal ini disebabkan penggunaan beban yang tidak merata di antara konsumen.
250 200 150 100 50 0 12:05 12:35 13:05 13:35 14:05 14:35 15:05 15:35 16:05 16:35 17:05 17:35 18:05 18:35 19:05 19:35 20:05 IR IS IT

Gambar 4.6 Grafik Beban Harian

53

Dari tabel (4.8) diketahui ketidakseimbangan beban pada setiap waktu beban puncak berbeda tergantung dengan pemakaian beban pada waktu waktu tersebut.untuk mengurangi tingkat ketidakseimbangan beban dapat dilakukan usaha penyeimbangan beban dengan harapan arus yang mengalir pada kawat netral dapat berkurang sehingga rugi rugi akibat mengalirnya arus netral dapat turun. Dari data pembebanan trafo yang telah di dapatkan dapat dilakukan analisa penyeimbangan beban sebagai berikut. IRata-rata fasa R = IRata-rata fasa S = IRata-rata fasa T = IRata-rata = 210A 169 A 166 A

181,67 A Fasa R = = Fasa S = = Fasa T = = 210 181,67 28,33 A 169 181,67 -12,66A 166 181,67 -15,67 A

Dari perhitungan di atas didapatkan pada fasa R beban dikurangi sebesar 28,33A dan beban pada fasa S ditambah 12,66 A kemudian ditambahkan ke fasa T 15,67 A. Sehingga rata rata arus pada masing masing fasa menjadi.

54

Tabel 4.9 Rata Rata Arus Masing Masing Fasa Irata rata R (A) 210 -28,33 181,67 Irata rata S (A) 169 12,66 181,66 Irata rata T (A) 166 15,67 181,67

4.2.2.1 Losses Akibat Arus Netral pada Penghantar Netral Trafo Tingginya arus netral tidak hanya terjadi akibat ketidakseimbangan beban melainkan juga akibat timbunya harmonisa.Pada GTT DD291 faktor yang mempengaruhi timbulnya arus netral terbesar disebabkan akibat timbunya harmonisa. Tabel 4.10 Pengukuran LWBP

Waktu Pengukuran

Arus IR IS 95 98 96 94 89 IT 93 95 100 97 97 IN 40 41 43 42 41

15-07-2013, 12:05 16-07-2013, 13:15 17-07-2013, 12:56 18-07-2013, 13:00 19-07-2013, 13:15

101 106 103 107 102

55

Tabel 4.11 Pengukuran WBP Waktu Pengukuran IR IS IT IN Arus

15-07-2013, 18:30 16-07-2013, 18:45 17-07-2013, 18:56 18-07-2013, 19:00 19-07-2013, 19:05

215 210 210 215 212

182 172 169 190 176

166 166 166 175 171

103 105 115 101 106

1.

Siang Hari Berdasarkan data pada tabel pengukuran tabel (4.10), losses yang timbul

akibat adanya arus netral pada penghantar trafo dapat dihitung besarnya dengan menggunakan persamaan berikut : PN = IN2 . RN PN = (40)2. 0.69 PN = 1104 Watt 1,1kW Dimana daya aktif trafo (P) : P = S cos dimana cos yang digunakan adalah 0,92

56

P = 160 . 0,921 = 147,36 kW Sehingga presentase losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo pada siang hari adalah : %PN = X 100 %

%PN =

X 100 % = 0,75%

Dari perhitungan diketahui rugi rugi akibat arus netral adalah 1,6 %. Rugi rugi arus netral ini selain disebabkan karena beban tidak seimbang juga disebabkan karena kandungan harmonisa pada trafo. Dengan melakukan perhitungan yang sama maka rugi rugi akibat arus netral dapat ditabelkan seperti tabel (4.12) berikut.

Tabel 4.12 Presentase Rugi Rugi Akibat Arus Netral TrafoLWBP Waktu Pengukuran IR IS Arus IT IN Rugi Rugi Akibat Arus Netral (%)

15-07-2013, 12:05 16-07-2013, 13:15 17-07-2013, 12:56 18-07-2013, 13:00

101 106 103 107

95 98 96 94

93 95 100 97

40 41 43 42

0,75 0,79 0,87 0,83

57

19-07-2013, 13:15

102

89

97

41

0,79

2.

WBP Berdasarkan data pada tabel pengukuran tabel (4.11), losses yang timbul

akibat adanya arus netral pada penghantar trafo dapat dihitung besarnya dengan menggunakan persamaan berikut : PN = IN2 . RN PN = (103)2. 0.69 PN = 7320,21Watt 7,3 kW

Dimana daya aktif trafo (P) : P = S cos P = 160 . 0,95 = 152 kW Sehingga presentase losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo pada siang hari adalah : %PN = X 100 % dimana cos yang digunakan adalah 0,95

%PN =

X 100 % = 4,8%

Dari perhitungan diketahui rugi rugi akibat arus netral adalah 4,8 %. Rugi rugi arus netral ini selain disebabkan karena beban tidak seimbang juga disebabkan karena kandungan harmonisa pada trafo. Dengan melakukan

58

perhitungan yang sama maka rugi rugi akibat arus netral dapat ditabelkan seperti tabel (4.12) berikut.

Tabel 4.13 Presentase Rugi Rugi Akibat Arus Netral Trafo pada Malam Hari Rugi Rugi IT IN Akibat Arus Netral (%)

Waktu Pengukuran IR IS

Arus

15-07-2013, 18:30 16-07-2013, 18:45 17-07-2013, 18:56 18-07-2013, 19:00 19-07-2013, 19:05

215 210 203 207 212

182 172 178 183 176

166 166 166 170 171

103 105 115 101 106

4,8 5 4,43 4,61 5,09

Dari hasil perhitungan pada tabel (4.10) dan (4.11) dapat diketahui bahwa besarnya arus netral yang mengalir mempengaruhi besarnya rugi rugi akibat mengalirnya arus netral.

4.2.2.2 Penyebab Tingginya Arus Netral Akibat Pengaruh Ketidakseimbangan Beban

59

Diketahui pembebanan pada GTT DD291 Penyulang Beji tidak seimbang.Besarnya Inetral dipengaruhi karakteristik beban. Rumusan Inetral : Iriel = Ifasa x cos Imaj = Ifasa x sin Inetral = Sehingga nilai arus netral dapat dihitung sebagai berikut : 1. Tanggal 15-07-2013 LWBP IR = 101 A <23.07 IS = 95 A <143.07 IT = 93 A <263.51 IN = 7,74 A <34.51 = 92,92 + j39,58 = -75,94 + j57,08 = -10,51 j92.40 = 6,47 + j4,25

Gambar 4.7 Vektor Ketidakseimbangan Beban Siang Hari

60

WBP Hari IR = 215 A <15.63 IS = 182 A <138.74 IT = 166 A <260.12 IN = 44,17A <19.04o = 207,05 + j57,92 = -136,81 + j 120,02 = -28,48 j163,54 = 41,75 + j14,41

Gambar 4.8 Vektor Ketidakseimbangan Beban Malam Hari

2.

Tanggal 16-07-2013 LWBP Hari IR = 106 A <20.77 IS = 98 A <145.71 IT = 95 A <263.07 IN = 6,85 A <-12.65 = 99,11 + j37,59 = -80,97 + j55,21 = -11,46 j94,31 = 6,68 j1,50

61

Gambar 4.9 Vektor Ketidakseimbangan Beban Siang Hari

WBP Hari IR = 210 A <16.26 IS = 172 A <133.60 IT = 166 A <262.48 IN = 54,66 A <0.55 = 201,25 + j59,99 = -128,21 + j114,65 = -33,29 j162,62 = 39,74 + j12,01

Gambar 4.10 Vektor Ketidakseimbangan Beban Malam Hari

62

3.

Tanggal 17-07-2013 LWBP Hari IR = 103 A <23.07 IS = 96 A <145.84 IT = 100 A <264.49 IN = 7.78 A <-42.38 = 94,76 + j40,36 = -79,43 + j53,90 = -9,60 j 99,53 = 5,72 j 5,22

Gambar 4.11 Vektor Ketidakseimbangan Beban Siang Hari

WBP Hari IR = 210 A <15.63 IS = 169 A <136.66 IT = 166 A <259.61 IN = 50,25 A <10.65 o = 202,23 + j56,57 = -122,91 + j155,99 = -29,94 j163,28 = 49,38 + j9,29

63

Gambar 4.12 Vektor Ketidakseimbangan Beban Malam Hari

4.

Tanggal 18-07-2013 LWBP Hari IR = 107 A <25.84 IS = 94 A <139.95 IT = 97 A <264.49 IN = 18.38A <35.12 = 96,30 + j46,63 = -71,95 + 60,48 = -9,31 j96,55 = 15,03 + j 10,57

Gambar 4.13 Vektor Ketidakseimbangan Beban Siang Hari

64

WBP Hari IR = 215 A <15.63 IS = 190 A <136.74 IT = 175 A <260.11 IN = 41.71 A < 22.16 = 207,05 + j57,92 = -138,37 + j 130,21 = -30,06 j172,40 = 38,62 + j 15,73

Gambar 4.14 Vektor Ketidakseimbangan Beban Malam Hari

5.

Tanggal 19-07-2013 LWBP Hari IR = 102 A <20.28 IS = 89 A <145.58 IT = 97 A <263.51 IN = 15,57 A < -43.52 = 95,68 + j35,35 = -73,41 + j50,31 = -10,96 j96,38 = 11,29 j10,72

65

Gambar 4.15 Vektor Ketidakseimbangan Beban Siang Hari WBP Hari IR = 212 A <15.63 IS = 176 A <139.95 IT = 171 A <263.07 IN = 50,11 A < 0.53 = 204,16 + j57,12 = -134,72 + j113,25 = -19,33 j169,90 = 50,11 + j0,46

Gambar 4.16 Vektor Ketidakseimbangan Beban Malam Hari

66

4.2.2.3 Losses Akibat Arus Netral yang Mengalir ke Tanah 1. LWBP Losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah dapat dihitung besarnya dengan menggunakan persamaan : PG = IG2 . RG PG = (15)2. 5,6 PN = 1260 Watt 1,26 kW Dimana daya aktif trafo (P) : P = S cos dimana cos yang digunakan adalah 0,92

P = 160 . 0,921 = 147,36 kW Sehingga presentase losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo pada siang hari adalah : %PG = X 100 %

%PG = 2. WBP

X 100 % = 0,85%

Losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah dapat dihitung besarnya dengan menggunakan persamaan : PG = IG2 . RG PG = (38)2. 5,6 PG = 8086,4 Watt 8,06 kW

Dimana daya aktif trafo (P) :

67

P = S cos

dimana cos

yang digunakan adalah 0,92

P = 160 . 0,95 = 152 kW Sehingga presentase losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo pada malam hari adalah : %PG = X 100 %

%PG =

X 100 % = 5,3%

Semakin besar arus netral yang mengalir (IN) maka semakin besar pula losses akibat arus netral trafo (PN).Demikian pula semakin besar arus netral yang mengalir ke tanah maka semakin besar pula losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (PG).Dengan semakin besar arus netral dan losses di trafo maka effisiensi trafo menjadi turun. Bila ukuran kawat penghantar netral dibuat sama dengan fasanya (70mm2) . Maka losses arus netral akan menjadi.

4.2.3 Jatuh Tegangan yang Terjadi pada Saluran Ujung TR Dengan melihat data pada tabel 4.14 dan tabel 4.16 maka besar jatuh tegangan dapat dihitung.

68

Tabel 4.14 Pengukuran Tegangan pada Line A pada WBP Fasa Tegangan Gardu / Kirim(volt) R S T 230 232 230 214 218 211 Tegangan Terima / Ujung(volt)

Maka jatuh tegangan yang terjadi pada saluran ujung TR pada line A 1. Pada fasa R V = V1 V2 V = 230 214 = 16 Volt 2. Pada fasa S V = V1 V2 V = 232 218 = 14 Volt 3. Pada fasa T V = V1 V2 V = 230 211 = 19 Volt

69

Tabel 4.15 Persentase Jatuh Tegangan Line A Fasa Persentase Jatuh Tegangan (%) R S T 6,95 6,03 8,26

Tabel 4.16 Pengukuran Tegangan pada Line D pada WBP Fasa Tegangan Gardu / Kirim (volt) R S T 230 232 230 Tegangan Terima / Ujung (volt) 217 213 217

Maka jatuh tegangan yang terjadi pada saluran ujung TR pada line D 1. Pada fasa R V = V1 V2 V = 230 217 = 16 Volt 2. Pada fasa S V = V1 V2 V = 232 213

70

= 19 Volt 3. Pada fasa T V = V1 V2 V = 230 217 = 16 Volt Tabel 4.17 Persentase Jatuh Tegangan Line A Fasa Persentase Jatuh Tegangan (%) R S T 6,95 8,18 6,95

Dari analisa diatas presentase pembebanan line A (tabel 4.15) dan presentase pembebanan line B (tabel 4.17) maka sesuai dengan standar SPLN Nomor 72 Tahun 1987 standar turun tegangan yang diperbolehkan adalah 4% dari tegangan kerja sedangkan dari analisa diatas turun tegangan melebihi standar yang ditetapkan.

4.2.4 Perhitungan Susut Daya pada JTR Dengan menggunakan metode equivalent loss dan data pada tabel 4.18 dan 4.19 maka susut daya pada JTR dapat dihitung.

71

Tabel 4.18 Pengukuran Jatuh Tegangan dan Arus pada Line A pada Saat WBP Fasa Jatuh Tegangan (volt) R S T 16 14 19 Arus Rms (ampere) 116 56 89 Arus Peak (ampere) 193,59 94,25 151,5

Dimana R equivalent pada jaringan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. Req = Req masing masing fasa line Aadalah 1. Fasa R Req = = 0,14 ohm 2. Fasa S Req = = 0,25 ohm 3. Fasa T Req = = 0,21 ohm

72

dan karena beban berfluktuasi maka faktor rugi (Loss Factor) dapat dihitung menggunakan persamaan Load Factor (LF1) = Loss Factor (LF2) = 0,3 x LF1 + 0,7 x (LF1) High Quality Equivalent(HLE) = 24 x LF2 sehingga rugi daya perfase Pr = I2x Req x HLE (kWh)

Susut daya yang terjadi pada line A 1. Pada fasa R LF1 = = 0,6 LF2 = 0,3 x 0,6 + 0,7 x 0,6 = 0,6 HLE = 24 x 0,6 = 14,4 Pr = (116)2 x 0,14 x 14,4 = 27127,29 Wh / 27,13 kWh 2. Pada fasa S LF1 = = 0,6 LF2 = 0,3 x 0,6 + 0,7 x 0,6

73

= 0,6 HLE = 24 x 0,6 = 14,4 Pr = (56)2 x 0,25 x 14,4 = 11289,6 Wh / 11,3 kWh

3. Pada fasa T LF1 = = 0,58 LF2 = 0,3 x 0,58 + 0,7 x 0,58 = 0,58 HLE = 24 x 0,58 = 13,92 Pr = (89)2 x 0,21 x 13,92 = 23154,67 Wh / 23,15 kWh

Tabel 4.19 Pengukuran Jatuh Tegangan dan Arus pada Line D pada WBP Fasa Jatuh Tegangan (volt) R S T 16 19 16 Arus Rms (ampere) 98 120 82 Arus Peak (ampere) 163,55 200,27 139,17

74

Req masing masing fasa line D adalah 1. Fasa R Req = = 0,16 ohm

2. Fasa S Req = = 0,16 ohm

3. Fasa T Req = = 0,19 ohm

Susut daya yang terjadi pada line D 1. Pada fasa R LF1 = = 0,6 LF2 = 0,3 x 0,6 + 0,7 x 0,6 = 0,6 HLE = 24 x 0,6

75

= 14,4 Pr = (98)2 x 0,16 x 14,4 = 22127,616 Wh / 22,13 kWh

2. Pada fasa S LF1 = = 0,6 LF2 = 0,3 x 0,6 + 0,7 x 0,6 = 0,6 HLE = 24 x 0,6 = 14,4 Pr = (120)2 x 0,16 x 14,4 = 33177,6 Wh / 33,17 kWh 3. Pada fasa T LF1 = = 0,59 LF2 = 0,3 x 0,59 + 0,7 x 0,59 = 0,59 HLE = 24 x 0,59 = 14,16 Pr = (82)2 x 0,19 x 14,16 = 18090,25 Wh / 18,1 kWh dari perhitungan di atas maka susut energi JTR yang terjadi pada line A dan line D menjadi

76

Tabel 4.20 Susut Energi Masing Masing Line Fasa R S T Total Susut energi JTR line A(kWh) 27,13 11,3 23,15 61,58 Susut energi JTR line D(kWh) 22,13 33,17 18,10 73,4

Dari analisa perhitungan susut energi diatas maka dapat dilihat bahwa susut energi terbesar terjadi pada JTR keluaran line D. Susut energi yang terjadi pada masing masing fasa tidak sama. Hal tersebut terjadi karena pada tarikan masing masing fasa bebannya tidak sama.

4.2.5 Analisa Harmonisa Tabel 4.21 Data Hasil Pengukuran THD (Total Harmonic Distorsion) LWBP Line Utama Tanggal Fasa Arus (Amper) Tegangan Ph-N (Volt) 15/07/2013 R S T 16/07/2013 R S T 17/07/2013 R 101 95 93 106 98 95 103 229 232 232 215 229 228 227 THD Tegangan (%) 0.9 0.9 1.0 0.9 0.9 1.2 0.8 THD Arus (%) 13.8 7.6 10.9 13.4 7.3 12.1 13.4

77

S T 18/07/2013 R S T 19/07/2013 R S T

96 100 107 94 97 102 89 97

226 229 223 218 228 233 235 233

0.9 1.1 0.9 0.9 1.1 0.8 0.9 1.1

7.8 12.1 13.5 7.8 12.4 13.7 7.7 12.6

Tabel 4.22 Standar Harmonisa Arus (IEEE 519)

Untuk standard harmonisa arus, ditentukan oleh rasio Isc/IL. Isc adalah arus hubung singkat yang ada pada PCC(Point of Common Coupling), sedangkan ILadalah arus beban fundamental nominal. IFL =
S 3 V

160000 3 400

= 230,94 Ampere

ISC

kVA 100 % Z 3 kV

160 100 3 3 0,4

= 7698 Ampere

78

Tabel 4.23 Standar Harmonisa Tegangan (IEEE 519)

Tabel 4.24 Analisa THD Arus LWBP


Tanggal Phasa IL ISC / IL Range Pengukura n h<11 (%) Standard h (%) Melebihi standard / Tidak Melebihi Tidak Melebihi Tidak Melebihi Melebihi Tidak Melebihi Melebihi Melebihi Tidak Melebihi Melebihi Melebihi Tidak Melebihi Melebihi Lebih (%)

Analisa THD Arus Total 15/07/2013 R 43,73% IFL S 41,14% IFL T 40,27% IFL R 45,90% 16/07/2013 IFL S 42,43% IFL T 41,14% IFL R 44,60% 17/07/2013 IFL S 41,57% IFL T 43,30% IFL R 46,33% 18/07/2013 IFL S 40,70% IFL T 42,00% IFL

76,21 81,03 82,77 72,62 78,55 81,03 74,74 80,19 76,98 71,94 81,89 79,36

50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100

13.8 7.6 10.9 13.4 7.3 12.1 13.4 7.8 12.1 13.5 7.8 12.4

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

15

11,67

0,83 11,67

0,83 12,5

3,33

79

R 19/07/2013 S T

44,17% IFL 38,53% IFL 42,00% IFL

75,47 86,49 79,36

50-100 50-100 50-100

13.7 7.7 12.6

12 12 12

Melebihi Tidak Melebihi Melebihi

14.17

Dari analisa diatas THD arus total pada masing masing fasa berbeda tiap harinya. THD arus total ada yang melebihi standar. Hal ini tidak terlalu bermasalah karena rata rata THD yang terjadi masih lebih kecil dari rata rata pembebanannya. Tabel 4.25 Analisa THD Tegangan LWBP Tanggal 15/07/2013 Phasa R S T 16/07/2013 R S T 17/07/2013 R S T 18/07/2013 R S T 19/07/2013 R VTHD Pengukuran (%) 0.9 0.9 1.0 0.9 0.9 1.2 0.8 0.9 1.1 0.9 0.9 1.1 0.8 VTHD Standard (%) 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Keterangan Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi

80

S T

0.9 1.1

5 5

standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard

Dari tabel di atas terlihat bahwa THD tegangan pada ketiga phasa masih di bawah Standard

Tabel 4.26 Data Hasil Pengukuran THD WBP Line Utama Tanggal Fasa Arus (Amper) Tegangan Ph-N (Volt) 15/07/2013 R S T 16/07/2013 R S T 17/07/2013 R S T 18/07/2013 R S T 19/07/2013 R S T 215 182 166 210 172 166 203 178 166 207 183 170 212 176 171 232 230 234 228 232 234 226 230 228 231 229 235 230 232 230 THD Tegangan (%) 1.1 1.3 2.0 1.3 1.0 1.7 1.0 1.6 1.9 1.2 1.5 1.9 1.3 1.1 2.0 THD Arus (%) 18 19.1 19 18.5 16 19 18 16.9 20 18.2 16 19 17 18.2 19

81

Tabel 4.27 Analisa THD Arus WBP


Tanggal Phasa IL ISC / IL Range Pengukura n h<11 (%) Standard h (%) Melebihi standard / Tidak Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Melebihi Lebih (%)

Analisa THD Arus Total 15/07/2013 R 93,10% IFL S 78,80% IFL T 71,88% IFL R 90,93% 16/07/2013 IFL S 74,47% IFL T 71,88% IFL R 87,90% 17/07/2013 IFL S 77,07% IFL T 71,88% IFL R 89,63% 18/07/2013 IFL S 79,24% IFL T 73,61% IFL R 91,79% 19/07/2013 IFL S 76,21% IFL T 74,04% IFL

35,80 42,29 46,37 36,66 44,75 46,37 37,92 43,24 46,37 37,18 42,06 45,28 36,31 43,73 45,01

50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100 50-100

18 19.1 19 18.5 16 19 18 16.9 20 18.2 16 19 17 18.2 19

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

50 59,17 58,33 54,17 33,33 58,33 50 40,83 66,67 51,67 33,33 58,33 41,67 51,67 58,33

Dari analisa diatas THD arus total pada masing masing fasa berbeda tiap harinya. THD arus total melebihi standar. Hal ini dapat bermasalah karena rata rata THD yang terjadi hampir setengah dari pembebanannya.

82

Tabel 4.28 Analisa THD Tegangan LWBP Tanggal 15/07/2013 Phasa R S T 16/07/2013 R S T 17/07/2013 R S T 18/07/2013 R S T 19/07/2013 R S T VTHD Pengukuran (%) 1.1 1.3 2.0 1.3 1.0 1.7 1.0 1.6 1.9 1.2 1.5 1.9 1.3 1.1 2.0 VTHD Standard (%) 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Keterangan Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard Tidak melebihi standard

Dari tabel di atas terlihat bahwa THD tegangan pada ketiga phasa masih di bawah Standard

4.2.6 Analisis Pemakai kWh Pelanggan Dari hasil pembacaan kWh meter dipelanggan didapatkan jumlah pemakaian pada masing-masing line: - Pelanggan Line A = 45933 kWh - Pelanggan Line D = 11929 kWh

83

Dari data pemakaian kWh pelanggan pada line A dan line D didapatkan pemakaian total kWh pelanggan: kWh total Pelanggan = kWh pelanggan Line A + kWh pelanggan Line D = 23662 + 11929 = 35591 kWh Susut daya awal hasil pengukuran dapat diperoleh dari perhitungan sederhana berdasarkan perbandingan kWh meter induk dan pelanggan sebagai berikut:

(kWh total induk kWh total langgan) Losses total = kWh total induk
(37080 35591 ) = 37080 100 %

100%

= 4,01 %

84

Anda mungkin juga menyukai