Anda di halaman 1dari 4

2. a. Fraktur midshaft : sebagian besar terjadi setelah jatuh pada siku atau kecelakaan di jalan.

Saraf radialis berjalan sangat dekat ke bagian tulang humerus sehingga dapat terluka karena trauma primer, atau karena terjebak antara ujung tulang retak, atau bahkan selama pengobatan. b. Fraktur comminuted adalah salah satu kasus fraktur yang terjadi dimana tulang patah menjadi beberapa bagian, sebagian dari mereka menjadi kecil dengan sedikit aliran darah. Walaupun fraktur pulih dalam waktu lama, kadangkala tidak dapat disatukan tanpa adanya tindakan operasi. Patah tulang seperti ini disebabkan oleh tekanan yang sangat besar. Kerusakan jaringan lunak sangat banyak dan disertai pembengkakan. Pemasangan gips sirkumferensial sebaiknya diberi jarak karena memperhitungkan adanya pembengkakan. Gejala fraktur tulang comminuted yaitu retakan banyak terjadi pada bagian tulang dan pecahan tulang yang menyebar menyebabkan rusaknya jaringan atau pembuluh darah. c. Fraktur segmental : bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah. d. Fraktur incomplete : fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang, salah satu sisi patah dan yang lainnya biasanya hanya bengkok (greenstick).Greentick : bila mengenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal. e. Fraktur suprakondilus : salah satu jenis fraktur yang mengenai daerah elbow, dan sering ditemukan pada anak-anak. Fraktur suprakondilus adalah fraktur yang mengenai humerus bagian distal di atas kedua kondilus. f. Fraktur Colles : fraktur yang terjadi pada tulang radius bagian distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan deformitas ke posterior, yang biasanya terjadi pada umur di atas 45-45 tahun dengan tulangnya sudah osteoporosis. g. Fraktur Bennet : fraktur dislokasi basis metakarpal I. Manifestasi klinis : pembengkakan di daerah karpometakarpal (CMC)I, nyeri tekan, dan sakit ketika digerakkan. h. Fraktur Boxer (street fighters fracture) : fraktur kolum metakarpal V, dan posisi kaput metakarpal angulasi ke volar / palmar. Terjadi pada keadaan tidak tahan terhadap trauma langsung ketika tangan mengepal. Penatalaksanaan yaitu dengan reposisi tertutup dengan cara membuat sendi metakarpofalangeal dan interfalang proksimal dalam keadaan fleksi 90 derajat, kaput metakarpal V disorong ke arah dorsal, lalu imobilisasi dengan gips selama 3 minggu. i. Fraktur cruris : terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsobsinya. (Brunner & Suddart). j. Deformitas (perubahan bentuk) : Suatu jenis defek yang ditandai dengan bentuk/posisi abnormal dari suatu bagian tubuh, yang disebabkan oleh suatu tenaga mekanisme nondisrubsi (Dorland,2002). k. Fraktur bucket handle : fraktur vertical ganda pada pevis disisi yang sama, yang mengakibatkan dislokasi pelvis, penyebabnya benturan langsung attau gaya komresi anterior, dengan atau tanpa torsio sacral.

l. Angulasi : fraktur dengan fragmen membentuk sudut satu sama lain , penyebabnya adalah gaya langsung atau lateral, yang menyebabkan patahan dan hilangnya posisi anatomis. m. Avulsi : Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun bila diduga akan menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut. n. Displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen terbagi dalam, dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping), dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut) dan dislokasi ad latus (pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauhi). o. Fraktur Impacted : fraktur yang salah satu ujungnya terdesak kedalam ujung yang berlawanan atau ke dalam fragmen fraktur. Penyebabnya adalah energi aksial kompresi atau gaya yang mengarah langsung ke fragmen distal. p. Fraktur patologi : fraktur transversa , oblik atau spiral pada tulang yang dilemahkan oleh tekanan tumor atau adanya tumor. Penyebabnya adalah energi atau gaya ringan yang langsung atau tidak langsung. q. Fraktur straddle : fraktur bilateral pada pelvis dan ramus pubis. Penyebabnya adalah jatuh yang menyebabkan atau mengakibatkan bokong menduduki objek keras. r. Fraktur torus : fraktur salah satu korteks batang radius dan ulna (satu korteks dari setiap tulang), ditunjukkan sebagai tampilan keriput atau melengkung. Penyebabnya adalah pukulan langsung pada bawah atau gaya kompresi tidak langsung, akibat jatuh. 1. Klasifikasi open fraktur (gustilo/anderson) Grade I patah tulang terbuka dengan luka <1cm, relatif bersih, kerusakan jaringan lunak minimal, bentuk patahan simpel/transversal/oblik. Grade II patah tulang terbuka dengan luka > 1cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas, bentuk patahan simpel. Grade III patah tulang terbuka dengan luka > 10cm, kerusakan jaringan lunak luas, kotor dan disertai kerusakan pembuluh darah dan saraf. IIIA patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan luas, tapi masih bisa menutupi patahan tulang waktu dilakukan perbaikan. IIIB patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan lunak hebat dan tau hilang (soft tissue loss) sehingga tampak tulang (bone-exposs) IIIC patah tulang terbuka dengan kerusakan pembuluh darah dan tau saraf yang hebat.

Derajat 1 (biasanya tidak mengalami kerusakan kulit): 1. Pembersihan luka 2. Eksisi jaringan yang mati dan disangka mati 3. Penutupan kulit 4. Terapi antibiotik 5. Perawatan luka setiap hari dengan memperhatikan sterilitas 6. Pemasasngan Traksi elastic : Traksi dengan tenaga elastik atau dengan menggunakan bahan elastik
atau pembalut elastik

7. Pertahankan imobilitas dan rehabilitasi Derajat 2 1. Pembersihan luka 2. Eksisi jaringan yang mati dan disangka matii 3. Luka di biarkan terbuka, dan di tutup setelah 5-6 hari. Luka ditutup dengan material bersih dan steril. 4. Terapi antibiotik 5. Perawatan luka setiap hari dengan memperhatikan sterilitas 6. Stabilisasi fraktur dengan pemasangan fiksasi eksternal, misalnya judet, , Roger Anderson, dan Methyl Methacrylate, atau pemasangan gips 7. Pertahankan imobilisasi dan rehabilitasi 8. Latihan fisioterapi Derajat 3 1. Pembersihan luka 2. Eksisi pinggir luka/jaringan yang mati dan disangka mati 3. Resusitasi bila terjadi syoh hipovolemik, gangguan nafas atau denyut jantung dengan memberikan resusitasi cairan ringer laktat atau tranfusi darah dan pemberian analgetik selama tidak adanya kontraindikasi. 4. Terapi antibiotia dan Anti Tetanus Serum (ATS)

5. Pencegahan tetanus 6. Perawatan luka setiap hari dengan memperhatikan sterilitas 7. Pemasangan traksi 8. Pertahankan imobilisasi supaya mempertahankan tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. 9. Latihan fisioterapi

Anda mungkin juga menyukai