Anda di halaman 1dari 19

Modul X ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISA TEHNIKAL

Tujuan Instruktusional Khusus : Diharapkan mahasiswa dapat memahami pengertian dan bagaimana melakukan analisis fundamental.

Bahasan Materi : 1. Kerangka analisis fundamental 2. Analisis ekonomi pasar 3. Analisis industri 4. Analisis perusahaan 5. Kerangka Analisis Teknikal 6. Indikator Indikator Teknis 7. Penggunaan Grafik atau Chart

1. Kerangka Analis Fundamental Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) mengestimate nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variable-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model. Dalam membuat model peramalan harga saham tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental (penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden, dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Setelah itu, bagaimana membuat suatu model dengan memasukkan faktor-faktor tersebut dalam analisis. Dalam pendekatan yang berdasarkan present value, nilai intrinsik suatu saham merupakan present value dari deviden-deviden yang akan diterima oleh pemodal di kemudian hari. Dengan demikian dua pertanyaan dapat diajukan, yaitu pertama, berapa tingkat bunga yang akan dipakai untuk menghitung present value deviden-deviden yang diharapkan? Jawaban pertanyaan ini menyangkut penentuan r. Semakin tinggi resiko suatu saham, semakin besar r yang dipergunakan. Kedua, bagaimana menaksir deviden yang diharapkan akan diterima oleh pemodal? Jawaban

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

atas pertanyaan ini berarti analis harus memperkirakan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Perusahaan hanya bisa membagikan deviden semakin besar kalau

perusahaan mampu menghasilkan laba yang makin besar, kalau laba yang diperoleh tetap besarnya, perusahaan tidak bisa membagikan deviden yang makin besar. Kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham juga akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Masalahnya, tentu saja, faktor-faktor apa yang mempengaruhi

kemampuan perusahaan menghasilkan laba?. Kita tahu bahwa laba adalah selisih antara penghasilan dari penjualan dengan biaya-biaya. Karena itu kalau kita ingin mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba, kita perlu Pada

mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan dan biaya.

fdasarnya kita bisa membagi faktor-faktor tersebut menjadi faktor yang mungkin bisa dikenalikan oleh perusahaan (pemilihan jenis mesin, teknologi, karyawan dan sebagainya) an faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan (suku bunga, pertumbuhan ekonomi, harga minyak dan sebagainya). Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis. Tahapan

yang dilakukan dimulai dengan analisis dari (1) kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar, (2) analisis industri, dan (3) analisis kondisi spesifik perusahaan. Secara

skematis, kerangka analisis fundamental disajikan pada gambar 10.1 berikut ini :
Gambar 10.1. Kerangka analisis fundamental
Analisis Fundamental

Penilaian

1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk deviden maupun laba 2. Resiko investasi yg akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak atau PER

dilakukan dengan

Lakukan analisa terhadap : 1. Ekonomi atau pasar 2. Industri 3. Perusahaan

Gunakan model valuasi deviden Atau Gunakan model PER

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

2. Analisis Ekonomi/Pasar Kondisi ekonomi dan keadaan berbagai variable utama seperti laba yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan dan tingkat bunga, sangat mempengaruhi keputusan-keutusan investasi yang akan diambil oleh para pemodal. Apabila resesi diperkirakan akan terjadi, atau perekonomian sedang menuju ke situasi resesi, harga saham-saham akan sangat terpengaruh oleh situasi tersebut. Apabila kondisi perekonomian mempengaruhi kondisi pasar, maka pada gilirannya kondisi pasar akan mempengaruhi para pemodal. Sulit bagi pemodal untuk

memperoleh hasil investasi yang berkebalikan dengan kecenderungan pasar. Apabila pasar membaik atau memburuk, umumnya saham-saham juga akan berpengaruh dengan arah yang sama. Selain terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemodal, kondisi pasar juga mempengaruhi kemampuan memperoleh laba dai perusahaan. pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, kondisi Disamping juga

perekonomian

mempengaruhi kondisi industri. Sebagai misal, dari akhir Juli sampai dengan akhir Oktober 1977, industri perbankan dan properti mengalami penurunan yang lebih besar dari penurunan indeks pasar, yaitu lebih dari 50%, sementara indeks turun 25%. Karena itulah analisis kondisi perekonomian perlu dilakukan terlebih dulu

sebelum dilakukan analisis kondisi industri dan perusahaan. Sebagian besar pemodal ingin memprakirakan perubahan di pasar keuangan. Tidak hanya mereka ingin mengetahui bagaimana arah perkembangan pasar saat ini, tetapi mereka juga ingin mengetahui bagaimana arah perkembangan pasar di masa yang akan datang. Meskipun demikian, tidaklah tepat kalau pemodal berharap dapat memperkirakan secara tepat kondisi pasar di masa yang akan datang. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan secara konsisten. Yang lebih mungkin dilakukan adalah

memperkirakan gejala-gejala perekonomian di masa yang akan datang untuk memperkirakan arah gerakan pasar, dan berapa lama perubahan tersebut mungkin akan terjadi. Arah gerakan kondisi perkonomian dan pasar tersebut berguna bagi pemodal untuk memutuskan apakah sebaiknya mereka keluar dulu dari pasar modal, ataukah tetap bertahan. Juga berguna untuk memutuskan apakah sudah saatnya untuk masuk kembali, ataukah lebih baik sementara tetap di luar. Karena perannya yang vital di dalam perekonomian, kebijakan moneter dipandang mempunyai dampak penting baik bagi perekonomian maupun harga saham. Dengan demikian untuk memahami perubahan harga saham, para pemodal perlu memahami berbagai variable moneter. Untuk memprakirakan kondisi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

perekonomian, para pemodal secara tradisional selalu memperhatikan kemungkinan perubahan jumlah uang yang beredar. Umumnya diharapkan akan terdapat

hubungan antara perubahan jumlah uang beredar dengan perubahan harga saham. Prakiraan jumlah uang yang beredar juga diharapkan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi. Berbagai teori ekonomi makro menjelaskan adanya hubungan antara

jumlah uang dengan kegiatan ekonomi di masa yang akan datang, dan hubungan tersebut akan tergantung pada apakah perubahan dalam jumlah uang yang beredar akan menyebabkan perubahan dalam money supply ataukah money demand. Sebagai misal, peningkatan money supply akan cenderung meningkatkan kegiatan ekonomi, sedangkan peningkatan money demand akan mengurangi kegiatan ekonomi. Karena kondisi pasar merefleksikan kondisi ekonomi, maka perubahan kondisi ekonomi tentunya akan tercermin pada kondisi pasar. Masalahnya adalah bahwa kondisi pasar saat ini mencerminkan harapan para pemodal terhadap kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Dengan kata lain, pasar mempresent-valuekan kondisi di masa yang akan datang. Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa pasar

mungkin mengantisipasi perkembangan tingkat bunga, sehingga analisis seri data secara synchrounus menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan. Tentu saja sifat antisipatif pasar tersebut dapat terbukti tidak benar, sehingga menunjukkan sinyal yang salah tentang kondisi ekonomi, tetapi secara umum pasar nampaknya selalu bersifat antisipatif terhadap kondisi perkonomian. Kondisi cyclicality sering dijumpai dalam perkonomian. Artinya, dalam suatu periode tertentu, kegiatan ekonomi terlihat mempunyai pola, dari kondisi yang buruk, membaik, dan mencapai puncak, setelah itu memburuk, mencapai kondisi paling buruk, membaik lagi (recovery), dan kembali ke puncak lagi. Demikian seterusnya. Siklus tersebut mempunyai, mungkin, periode sekitar 5-7 tahun. Penggunaan model-model valuasi untuk memprakirakan kondisi pasar Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan rumus constant growth model, yaitu P0 = D1/(r-g) 2. Menggunakan model PER, yaitu PER = (1-b)/(r-g) Dengan demikian, apabila kita ingin memprakirakan kondisi pasar, kita perlu melakukan judgement terhadap kemungkinan perubahan variable-variabel tersebut. Karena prakiraan akan dilakukan terhadap kndisi pasar, penggunaan model PER akan lebih mudah diterapkan dan diinterpertasikan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

Misalkan kita memperoleh data dari sejumlah perusahaan yang bekerja pada sector manufaktur pada bulan Oktober 1997 sebagai berikut. Rata-rata PER untuk tahun 1997 adalah sebesar 7,1x, rata-rata pembayaran deviden adalah 40%, dan pertumbuhan laba sebesar 15%. sebagai berikut : PER1997 7,1 r = = = (1-b)/(r-g) (1 - 0,60) / r-0,15 0,207 atau 20,7% Dengan demikian maka kita dapat menaksir r

Untuk tahun 1998 misalkan kita memperkirakan bahwa proporsi laba yang dibagikan sebagai deviden akan berkurang menjadi hanya 0,30 sebagai akibat diperlukannya pendanaan internal yang makin besar. Apabila kita perkirakan bahwa r tidak berubah, sedangkan g sedikit mengalami penurunan menjadi 14,5% sebagai refleksi kondisi perkonomian yang memburuk, maka PER tahun 1998 ditaksir akan sebagai berikut : PER 1998 = = (1-0,7) / (0,207-0,145) 4,8x

Diperkirakan PER pada tahun 1998 akan menurun cukup signifikan sebagai akibat memburuknya kondisi perekonomian, sehingga kemampuan perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut untuk memperoleh laba juga berkurang. 3. Analisis Industri Para pemodal yang percaya bahwa kondisi ekonomi dan pasar cukup baik untuk melakukan investasi, selanjutnya perlu menganalisis industri-industri apa yang diharapkan akan memberikan hasil yang paling baik. Istilah industri nampaknya merupakan istilah yang telah cukup jelas, sehingga tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut, tetapi untuk mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam industri tertentu, seringkali tidak mudah, karena kegiatan usaha yang dilakkan sangat spesifik, atau perusahaan melakukan diversifikasi. Telepas dari masalah tersebut, analis dan pemodal perlu cara pengklasifikasian industri. Cara yang paling sering dipergunakan adalah dengan mendasarkan diri pada International Standard Industrial Classification (ISIC) system. dengan jumlah digit tertentu. Sistem ini menggunakan kode

Jumlah digit yang sedikit menunjukkan klasifikasi

dengan dasar yang lebih luas, dan makin banyak digitnya makin terinci klasifikasi yang dilakukan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

Industri dianalisis lewat penelaahan berbagai data yang menyangkut tentang penjualan, laba deviden, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya. Analisis tersebut memerlukan pengalaman yang cukup banyak dan biasanya dilakukan oleh analis industri yang bekerja di perusahaanperusahaan sekuritas dan pemodal-pemodal institusional. Untuk melakukan analisis industri, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih akan berkembang cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya dengan Langkah kondisi

perekonomian. Langkah ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang. Siklus Kehidupan Industri Siklus kehidupan industri, terdiri dari tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Karena umumnya perusahaan baru go public setelah melewati masa perkenalan, dalam analisis industri umumnya dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan. Tahap pertumbuhan, ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang relative masih tinggi, meskipun resiko sudah tidak setinggi pada tahap perkenalan. Karena tinginya pertumbuhan penjualan, laba yang diperoleh mungkin tidak cukup untuk membiayai ekspansi yang diperlukan. Dengan demikian mungkin sekali perusahaan dalam tahap ini akan mempunyai dividend payout ratio yang rendah, dan memerlukan pendanaan eksternal untuk membiayai ekspansinya. Tahap kedewasaan, pertumbuhan penjualan masih terjadi, tetapi sudah dalam tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Umumnya laba yang

diperoleh cukup untuk membiayai pertumbuhan usaha. Jadi, internal financing cukup untuk mendukung penjualan, dan karenanya proporsi laba yang dibagikan sebagai deviden (dividend payout ratio), lebih besar daripada tahap pertumbuhan. Tahap penurunan, pada tahap ini permintaan akan produk sudah mengalami penurunan, sehingga pertumbuhan penjualan menjadi negatif. Perlu diperhatkan

dalam analisis bahwa hendaknya kita tidak mencampurkan antara penjualan yang dicapai oleh perusahaab dan yang dicapai oleh industri. Sebab dapat saja terjadi perusahaan menghasilkan produk yang sudah berada dalam tahap kedewasaan, tetapi penjualan perusahaan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

Pemodal yang lebih berminat untuk memperoleh capital gains sebaiknya menghindari kedewasaan. saham dari perusahaan-perusahaan yang berada pada tahap

Perusahaan-perusahaan tersebut lebih sesuai untuk pemodal yang

menginginkan deviden dalam jumlah yang cukup besar. Perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan menunjukkan bahwa daya tarik bidang tersebut masih akan cukup lama, deviden yang dibagikan relative rendah, tetapi akan dikompensir oleh kenaikan harga saham yang ckup tinggi. Analisis Siklus Bisnis Cara kedua untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis hubungan antara kemampuan operasi dengan kondisi perekonomian makro. Beberapa industri mampu beroperasi cukup baik pada waktu resesi, sedangkan yang lain sangat jelek kinerjanya. Beberapa industri terkait erat dengan siklus bisnis. Pada saat ekonomi membaik, industri-industri tersebut menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik daripada kondisi perekonomian, sebaliknya pada saat kondisi ekonomi memburuk, industri-industri tersebut juga menunjukkan kinerja yang jauh lebih buruk daripada kondisi perekonomian. Karena itu para analis industri mengelompokkan industri menjadi growth industry, defensive industry dan cylical industry. Growth industry menunjukkan industri yang mempunyai pertumbuhan laba jauh lebih tingi dari rata-rata industri. Defensive

industry menunjukkan industri yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi ekonomi. Sedangkan cyclical industry menunjukkan industri yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian. Pengklasifikasian seperti ini bermanfaat untuk

memperkirakan kondisi suatu industri apabila dikaitkan dengan perubahan kondisi perekonomian. Industri yang peka terhadap perubahan suku bunga terbukti

mengalami penurunan yang paling besar pada periode sewaktu otoritas moneter di Indonesia memperketat likuiditas dan menaikan suku bunga. Bagi pemodal yang tidak ingin mengalami penurunan harga yang cukup besar apabila kondisi perekonomian mengalami resesi, saham-saham dari industri yang defensif sebaiknya dipilih, dan dihindari saham-saham dari industri cyclical. Berbagai Aspek Kualitatif dalam Analisis Industri Beberapa aspek kualitatif akan membantu analais dalam melakukan analisis industri. Aspek-aspek tersebut seperti kinerja histories, persaingan, kebijakan

pemerintah, dan perubahan struktural, perlu menapat perhatian dalam analisis.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

Meskipun kinerja di masa yang akan datang tidak selalu konsisten dengan kinerja di waktu yang lalu, beberapa jenis industri menunjukkan kinerja yang terus menerus baik di waktu yang lalu. Kinerja seperti ini tentu saja tidak dapat diabaikan dalam analisis. Indikator yang dapat dilihat adalah pertumbuhan penjualan dan laba, dan perkembangan harga. Persaingan dapat berasal dari masuknya pesaing baru, meningkatnya bargaining power para pembeli, persaingan antar pesaing yang ada, masuknya produk substitusi, dan meningkatnya bargaining power para pemasok, akibatnya yaitu akan mengurangi profitabilitas perusahaan. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam sector/industri tertentu akan langsung mempengaruhi industri tersebut, meskipun secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap industri lainnya. Perubahan struktural dapat kita lihat misalnya pada industri tekstil. Agar

industri tekstil di Indonesia tetap mampu bersaing, mereka harus menghasilkan tekstil dengan kualitas yang lebih baik, karena tekstil dengan kualitas sederhana akan mulai disaingi secara ketat oleh negara-negara Vietnam, Bangladesh, dan sebagainya, yaitu negara-negara yang masih mengandalkan pada biaya tenaga kerja yang rendah. 4. Analisis Perusahaan Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analisis perlu memahami variabel-variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham. Untuk menaksir nilai

intrinsik saham, dua metode yang kita bicarakan adalah dengan menggunakan (1)divident discount model, dan (2)multiplier laba (yaitu PER). Apabila diasumsikan bahwa pertumbuhan laba (dan juga deviden) bersifat konstan, maka dividend discount model dapat dinyatakan sebagai berikut : Nilai intrinsik = P0 = D1/(r-g), dalam hal ini : P0 D1 r g = = = = Taksiran harga saham saat ini Deviden yang diharapkan akan diterima pada tahun 1 Discount rate yang dipandang relevan Pertumbuhan deviden dimasa yang akan datang

Penggunaan multiplier laba (yaitu PER) dilakukan dengan cara sebagai berikut : Nilai intrinsik = Taksiran EPS x PER yang ditaksir Apabila harga di bursa lebih rendah dari nilai intrinsik yang kita taksir, maka saham tersebut merupakan saham yang sebaiknya dibeli, dan sebaliknya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

Pemodal seringkali memusatkan perhatian pada Laba Per Saham (Earnings Per Share/EPS) dalam melakukan analisis. Karena itu kita perlu memahami Angka EPS

bagaimana EPS diperoleh dan menunjukkan apa angka tersebut.

biasanya disajikan paling bawah dalam laporan rugi laba, dan karenanya sering disebut sebagai bottom line. Angka EPS diperoleh dari laporan keuangan yang

disajkan oleh perusahaan berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima (generally accepted accounting principles). Karena itu langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama, yaitu neraca dan laporan rugi laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban financial, dan modal sendiri pada waktu tertentu (biasanya pada akhir Desember). Sedangkan laporan rugi laba menunjukkan berapa penjualan yang diperoleh, berapa bditanggung, dan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama satu tahun). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba Pada level perusahaan, EPS mencerminkan kombinasi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Analisis faktor-faktor tersebut dapat dilakkan dengan

analisis rasio keuangan. Untuk itu kita akan menggunakan data PT. NAX tahun 2003 sebagai ilustrasi. Berikut ini diilustrasikan Neraca dan Rugi Laba PT. NAX per 31 Desember 2003.
Neraca 1995 (dalam milyar rupiah) Aktiva Lancar Kas Piutang Dagang Persediaan Lainnya Investasi Aktiva Tetap Netto Aktiva Lain Total Aktiva 3.000 26 400 2.328 246 6 892 17 3.915 Rugi Laba 1995 (dalam milyar rupiah) Penjualan Bersih 5.594 Harga Pokok Penjualan 4.547 Laba Kotor 1.047 Biaya Operasi 377 Laba Operasi 670 Penghasilan/Biaya lain (162) Laba Sebelum Pajak 508 Laba Setelah pajak 366

Kewajiban Kewajiban Lancar 1.671 Hutang Bank 939 Hutang Dagang 148 Pajak yang harus dibayar 480 Lainnya 104 Kewajiban jangka panjang 208 Ekuitas 2.036 Modal disetor pd nilai nominal 481 Agio 535 Laba Ditahan 1.020 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 3.915

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

Langkah 1 Apa yang menentukan EPS ? EPS = ROE x Nilai buku per saham Dalam hal ini ROE adalah tingkat keuntungan ekuitas EPS = Laba setelah pajak/Jumlah saham = Rp.366 milyar / 481 juta = Rp.761 ROE = Laba setelah Pajak/Ekuitas = Rp.366 milyar / Rp.2.036 milyar = 0,180 Nilai buku per saham = Ekuitas / Jumlah saham = Rp.2.036 milyar / 481 juta = Rp.4.233 Dengan demikian maka, EPS = 0,180 x Rp.4.233 = Rp.761 (perbedaan terjadi karena pembulatan)\ Langkah 2 Apa yang menentukan ROE ? ROE merupakan perkalian antara profitabilitas atas asset : ROE = ROA x Leverage Dalam hal ini ROA adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan asset, sedangkan perusahaan. ROE ROA = Laba setelah pajak/Ekuitas = Rp.366 milyar/Rp.2.036 milyar = 0,180 = Laba setelah pajak/Total Aktiva = Rp.366 milyar/Rp.3.915 milyar = 0,093 leverage menunjukkan seberapa banyak hutang dipergunakan oleh

Leverage = Total Aktiva/Ekuitas = Rp.3.915 milyar / Rp.2.036 milyar = 1,923 Dengan demikian maka, ROE = 0,093 x 1,923 = 0,179 (perbedaan karena pembulatan). Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan akan mampu

meningkatkan ROEnya apabila ROAnya meningkat sedangkan leveragenya konstan. Leverage konstan berarti proporsi modal pinjaman tidak berubah. Apabila ROAnya meningkat maka berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham. Langkah 3 Apa yang menentukan ROA ? ROA merupakan perkalian antara dua faktor berikut ini : ROA = Net Income Margin x Perputaran Aktiva Net Income Margin = Laba setelah pajak/Penjualan bersih = Rp.366 milyar / Rp.5.594 milyar = 0.0654 Perputaran Aktiva = Penjualan bersih/Total Aktiva = Rp.5.594 milyar / Rp.3.915 milyar = 1,429 Net Income Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

10

seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari kedua faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Dalam contoh ini : ROA = 0,0654 x 1,429 = 0,0934 (perbedaan karena pembulatan)

Langkah 4 Apa yang menentukan net income margin ? Net Income Margin merupakan fungsi dari dua rasio keuangan, yaitu : Laba setelah pajak Net Income Margin = Laba Operasi x Sales Laba Operasi

Sisi kanan persamaan tersebut berturut-turut disebut sebagai income ratio dan operating efficiency. Dalam contoh kita : Income Ratio = Laba setelah pajak / Laba Operasi = Rp.366 milyar / Rp.670 milyar = 0,546 Operating Efficiency = Laba Operasi / Penjualan Bersih = Rp.670 milyar / Rp.5.594 milyar = 0,1198 Income ratio menunjukkan dampak pembayaran bunga dan pajak pada laba bersih setelah pajak. Sedangkan laba operasi operating dari setiap efficiency rupiah menunjukkan kemampuan analis

menghasilkan

penjualan

(beberapa

menggunakan istilah profit margin). Dalam contoh ini : Net Income Margin = 0,546 x 0,1198 = 0,0654

Dengan melakukan analisis tersebut kita dapat mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan perusahaan yang sedang kita analisis. Perbandingan dengan perusahaan yang berada dalam industri yang sama akan memperjelas kekuatan dan kelemahan tersebut. Penggunaan PER Teknik analisis lainnya adalah dengan menggunakan model kelipatan laba (atau PER). Teknik ini mungkin dipilih apabila perusahaan tidak mengadopsi

kebijakan payout ratio yang konstan dan/atau analis mengalami kesulitan untuk menggunakan model berdasar cash flow, terutama model dengan pertumbuhan konstan. Sama seperti analisis dengan menggunakan EPS, analisis perlu memahami terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi PER. Apabila dipergunakan model pertumbuhan konstan, PER yang didefinisikan sebagai P0/E1, dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

11

PER

= (1-b) / (r-g)

Dalam hal ini b adalah proporsi laba yang ditahan. Dengan demikian (1-b) tidak lain merupakan dividend payout ratio. Sedangkan r dan g berturut-turut adalah discount rate yang dipandang relevan dan pertumbuhan deviden. Sesuai dengan model tersebut maka dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi PER, yaitu : 1. Dividend payout ratio. Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya payout ratio akan meningkatkan PER. 2. Tingkat keuntungan yang dipandang layak (discount rate). Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya discount rate akan menurunkan PER. 3. Pertumbuhan deviden. Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya pertumbuhan deviden akan meningkatkan PER.

Analisis PER dapat dilakukan secara individual saham, maupun secara cross sectional untuk menentukan apakah PER suatu saham sudah terlalu tinggi atau tidak. 5. Kerangka Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisis teknuikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti kebijaksanaan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dan sebagainya), yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar). Analisis teknikal dapat dilakukan untuk saham-saham individual ataupun untuk kondisi pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan grafik (charts)

maupun berbagai indikator teknis. Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk analisis. Sebagai misal, peningkatan/penurunan harga biasanya berkaitan dengan peningkatan/penurunan volume perdagangan. Apabila harga naik, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan volume perdagangan, para analisis teknikal umumnya skeptis dengan trend kenaikan harga tersebut. Gerakan

penurunan harga dari pola tertentu, diikuti dengan peningkatan volume penjualan yang sangat tinggi umumnya ditafsirkan kondisi pasar akan bearish (pasar akan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

12

mengalami penurunan harga). analisis teknikal.

Gambar 10.1 menunjukkan kerangka pendekatan

Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis. Untuk itu berikut ini dijelaskan beberapa indikator teknis yang mungkin dipergunakan, dan penggunaan analisis grafis.
Gambar 10.2 Kerangka Pendekatan Analisis Teknikal Analisis teknikal mencoba untuk

Mengidentifikasi kapan gerakan

Kondisi pasar

dan/atau

suatu saham

Dengan menganalisis perubahan harga lewat

Indikator teknis

Grafik

6. Indikator Indikator Teknis Beberapa indikator teknis yang sering dipergunakan adalah moving average, new highs and lows, volume perdagangan dan short interest ratio. Moving average Moving average dihitung berdasarkan atas sejumlah hari tertentu. Seri moving average tersebut kemudian digambarkan dalam grafik yang sama dengan perkembangan harga saham aslinya. Moving average dihitung dengan cara sebagai berikut :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

13

Tabel 10.1 Moving average dengan basis 5 pengamatan Hari ke Harga saham Moving average basis 5 pengamatan) 4.080 4.180 4.200 4.260 4.280 4.280 -

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

4.000 4.200 4.100 3.900 4.200 4.500 4.300 4.400 4.000 4.200

Misalkan kita mengamati gerakan saham harian sebagaimana dicantumkan pada Tabel 13.1, dan ingin menghitung moving average dengan basis 5 pengamatan. Moving average pada hari ke 3 diperoleh angka Rp.4.080 yang berasal dari (4.000 + 4.200 + 4.100 + 3.900 + 4.200)/5 = 4.080. Demikian seterusnya. Apabila perkembangan harga asli dan harga yang dihitung moving averagenya (perhitungan moving average tidak harus menggunakan 5 basis pengamatan, dapat saja dengan menggunakan basis yang berbeda), digambarkan dalam suatu grafik yang sumbu tegaknya adalah harga dan sumbu datarnya waktu (hari), maka kita mungkin memperoleh gambar sebagai berikut : Gambar 10.3 Penggunaan moving average dalam analisis teknikal
Harga saham

44

42

40

10 Waktu

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

14

Analisis moving average, sebenarnya melakukan timing kapan suatu saham sebaiknya dibeli dan kapan sebaiknya dijual. Modifikasi pedoman beli dan jual untuk analisis moving average dapat dilakukan sebagai berikut. Suatu saham sebaiknya dijual apabila : 1. Harga saham aslinya berada di bawah garis moving average, harga saham

tersebut mendekati garis moving average tetapi kemudian tidak memotong garis tersebut, bahkan kemudian menjauhi. 2. Mengikuti suatu kenaikan, garis moving average kemudian mendatar atau menurun, dan harga saham aslinya memotong garis tersebut dari atas. 3. Harga saham naik di atas garis moving average sedangkan garis tersebut tetap turun. New highs and lows Suatu bursa mungkin melaporkan saham-saham yang akn mencapai harga tertinggi/terendah selama 52 minggu terakhir. Para analis teknikal menyimpulkan

bahwa pasar akan bullish (harga-harga akan naik) apabila sejumlah besar saham mencapai harga tertinggi selama 52 minggu terakhir. Sebaliknya, para analis teknikal akan khawatir kalau indeks pasar akan meningkat tetapi tidak banyak saham yang mencapai harga tertinggi selama beberapa minggu terakhir. Volume perdagangan Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tingggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik (bullish). Peningkatan volume

perdagangan dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish. Short-interest ratio Short interest untuk suatu saham menunjukkan jumlah saham yang dilakukan short selling tetapi belum dilakukan pembelian kembali. Short interest ratio didefinisikan sebagai : Jumlah saham yang dishort-selling Net Income Margin = Rata-rata volume perdagangan harian

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

15

Rasio ini menunjukkan berapa hari perdagangan yang diperlukan agar short selling tersebut dapat diselesaikan. Apabila rasio tersebut sama dengan 2,0 hal tersebut berarti diperlukan dua hari kerja untuk menyelesaikan jumlah short selling tersebut. 7. Penggunaan Grafik atau Chart Selain indikator-indikator teknis, grafik atau chart merupakan alat analisis lain. Karena itu para penganut analisis ini sering juga disebut sebagai chartist. Chart yang dipergunakan mungkin berbentuk bar chart ataupun line chart. Dengan bar chart diperlukan informasi tentang harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan untuk digambarkan dalam chart tersebut. Sedangkan line chart hanya memerlukan harga penutupan untuk digambarkan dalam chart tersebut. Penggunaan chart dimaksudkan untuk mengenali pola-pola (patterns) dari gerakan harga saham (atau indeks pasar) yang diamati. Para analis teknikal

umumnya berpendapat bahwa beberapa pola tertentu mungkin dapat diidentifikasi. Pola-pola tersebut diantaranya adalah key reversals, head and shoulders, triple tops, ascending and descending triangles. - Key reversals, gambar 10.4 menunjukkan pola key reversal top, sedangkan bagian (b) menunjukkan key reversal bottom. Key reversal terjadi pada satu periode

(biasanya harian) kegiatan perdagangan. Key reversal top menunjukkan gerakan harga yang secara cepat naik, tapi pada akhir periode kembali lagi ke posisi awal periode. Hal yang sebaliknya terjadi untuk key reversal bottom. Apabila pola

semacam ini diidentifikasi, maka aksi yang harus dilakukan adalah segera menjual saham sewaktu mencapai puncak, dan membeli saham sewaktu mencapai dasar. Gambar 10.4 Penggambaran key reversal top dan bottom dengan bar chart

Harga Saham

Harga Saham

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

16

- Head and shoulders, Pola kepala dan bahu (head and shoulders) ditunjukkan 10.5 (a). Seorang analis yang percaya bahwa suatu saham berada pada titik A, akan memutuskan untuk membeli saham tersebut, menahannya untuk jangka pendek untuk memperoleh capital gains. Sebaliknya, kalau seorang analis percaya bahwa suatu saham telah berada pada titik B, ia akan menjualnya (atau melakukan short selling) karena diperkirakan harga akan turun. - Triple tops, analis yang percaya bahwa gerakan harga saham akan mengikuti pola triple tops berpendapat, setelah melalui tiga puncak harga, maka saham tersebut akan jatuh harganya. Keadaan ini ditunjukkan pada gambar 10.5 (b). Jadi apabila seorang analis menemukan bahwa suatu saham telah menempuh tiga kali harga tinggi (ditunjukkan oleh titik C), maka saham tersebut harus dijual (short selling). Gambar 10.5 Pola head and shoulders (a) dan triple tops (b) Harga Saham Harga Saham

- Ascending and descending triangles, pola ini ditunjukkan pada gambar 10.5 (a) dan (b). Untuk ascending triangles (segitiga yang meningkat) terjadi gerakan harga

antara garis batas atas horizontal dengan garis batas bawah yang mempunyai slope meningkat. Pola ini terjadi apabila terjadi permintaan yang meningkat tetapi masih dapat dipenuhi. Apabila permintaan tersebut mulai tidak dapat terpenuhi, harga akan meningkat terus, keluar dari pola tersebut. Untuk descending triangles, gerakan harga saham mengikuti pola yang berkebalikan dengan ascending triangles. Pola ini terjadi pada saat terjadi Hanya

penambahan supply saham, tetapi dapat diimbangi dengan permintaan. terserap, sehingga harga akan jatuh, keluar dari pola tersebut. Pola ini memberikan sinyal yang bagus untuk melakukan transaksi.

saja sampai pada titik tertentu penambahan supply tersebut tidak dapat lagi

Pola

ascending triangles menunjukkan kemungkinan pasar akan bullish (kesempatan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

17

beli), sedangkan descending triangles menunjukkan kemungkinan pasar akan bearish (kesempatan menjual). - Relative Strength, relative strength suatu saham menunjukkan rasio harga saham tersebut dengan indeks pasar atau indeks industri. Relative strength untuk periode yang cukup lama mungkin dipergunakan untuk maksud-maksud peramalan. Karena dalam analisis teknikal, trends (kecenderungan) diharapkan akan terjadi untuk beberapa waktu, maka peningkatan rasio antara harga suatu saham dengan indeks pasar ditafsirkan sebagai relative strength. Hal tersebut mengindikasikan bahwa saham tersebut outperform (mengalahkan) pasar, dan diharapkan situasi akan berlangsung untuk beberapa lama. Hal yang sebaliknya apabila peningkatan harga saham lebih rendah dari peningkatan indeks. Dalam situasi ini dikatakan bahwa saham tersebut underperform pasar. menggunakan Gambar 10.6 Ascending and Descending Triangles Teknik analisis lain yang juga

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

18

istilah relative strength, adalah relative strength index. Penghitungannya sama sekali lain, demikian pula penerapannya. Teknik pertama kali dikemukakan pada tahun

1978 oleh J. Welles Wilder, Jr. dalam bukunya New Concept In Technical Trading Systems (P.O. Box 128, McLeansville, NC 27301). Relative Strength Index (RSI) dihitung dengan formula sebagai berikut : RSI Dalam hal ini : Rata-rata kenaikan harga selama N hari RS = Rata-rata penurunan harga selama N hari N = jumlah hari (periode) yang digunakan dalam perhitungan. Pengamatan dengan menggunakan berbagai pola charts juga dapat diterapkan untuk RSI apabila digambarkan dalam bentuk chart. Mungkin akan teridentifikasi reversal top atau bottom, dan sebagainya. = 100 [100/(1+RS)]

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Luna Haningsih SE.ME. MANAJEMEN INVESTASI

19

Anda mungkin juga menyukai