Anda di halaman 1dari 17

Indosurya Equity (IPO) Research

PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010


Pertimbangan Investasi Ikhtisar Saham PTKS

PTKS merupakan pemimpin pasar di Indonesia dan produsen baja terbesar di Asia Tenggara
Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Global Steelmaking Capacity Outlook-Core Report C-World Steel Dynamics (2008) dan Laporan CRU Strategies Ltd. Industry Overview September 2010, PTKS merupakan salah satu produsen baja terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Sebagai produsen baja lembaran canai panas (HRC) dan baja lembaran canai dingin (CRC) terbesar dengan pangsa pasar sebesar 65% (HRC) dan 33% (CRC), serta produsen batang kawat baja (WR) terbesar kedua di Indonesia, dengan pangsa pasar sebesar 32%.

Penawaran Umum
PT. Krakatau Steel Tbk. berencana melakukan Penawaran Umum sebanyak-banyaknya 3.155.000.000 (tiga miliar seratus lima puluh lima juta) saham biasa atas nama seri B baru (saham baru) dengan nilai nominal Rp 500 (lima ratus Rupiah) yang ditawarkan dengan kisaran harga penawaran Rp 800 1.150 per saham yang mewakili sebesar-besarnya 20% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh pada saat mengajukan FPPS. Sektor : Industri Dasar & Kimia Subsektor : Logam dan sejenisnya Harga IPO : Rp 800 1.150 Penjamin Pelaksana Emisi : - PT. Bahana Securities

Posisi fasilitas produksi mendukung akses kepada pelanggan


Fasilitas produksi yang terletak di Cilegon, Banten, memberikan akses memadai kepada konsumen produk baja dan bahan baku. Lokasi fasilitas produksi PTKS relatif dekat dengan infrastruktur transportasi termasuk pelabuhan, jalur kereta api, dan jalan raya. Anak perusahaan, KBS mengoperasikan pelabuhan Cigading yang merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia yang berlokasi di Cilegon. 76,2% dari total volume penjualan HRC, CRC, batang kawat baja, baja profil, baja tulangan, dan pipa baja domestik diperuntukkan pelanggan yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

PTKS memiliki basis pelanggan yang kuat dan terdiversifikasi


Penjualan produk yang dihasilkan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia pada berbagai jenis industri, seperti konstruksi, pipa, baja galvanis lembaran, dan produksi paku. Pelanggan juga terdiversifikasi dalam jenis produk yang diminta. Keragaman ini akan mendorong PTKS untuk menghasilkan penjualan yang stabil. Dengan dikembangkannya fasilitas produksi dan operasi, diharapkan akan menghasilkan produk dengan spesifikasi yang lebih beragam dengan kualitas yang semakin baik sehingga diharapkan akan meningkatkan loyalitas pelanggan Perseroan.

PT. Mandiri Sekuritas PT. Danareksa Securities

Rencana Penggunaan Dana


Dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum ini setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan seluruhnya oleh Perseroan untuk: - 35,8 % untuk mendanai investasi barang modal sehubungan dengan rencana moderanisasi dan ekspansi kapasitas produksi pabrik baja lembaran canai panas menjadi 3,5 juta ton yang diharapkan selesai tahun 2013 - 24,2 % untuk meningkatkan modal kerja dalam bentuk pembelian bahan baku iron, oire, peilet, scrap, bilfet, slab dan bahan pembantu lainnya. - 25 % untuk membiayai pematangan lahan seluas 388 ha yang akan digunakan sebagai penyertaan pada proyek pabrik baja terpadu PT. Krakatau POSCO. - 15 % untuk meningkatkan penyertaan modal pada anak perusahaan yaitu KBS (jasa pengelolaan pelabuhan) yaitu untuk peningkatan kapasitas bongkar muat pelabuhan dan KDL (Distributor dan Penghasil Listrik) untuk peningkatan kapasitas pembangkit listrik.

Bisnis perseroan didukung oleh prospek ekonomi Indonesia


Pertumbuhan PDB Indonesia diharapkan akan terus berlanjut dalam 5 tahun mendatang. Di tahun 2010, pertumbuhan PDB diperkirakan 5,5%-5,6% dan akan meningkat pada tahun 2011-2014 sekitar 6%-7,7%. Tingkat inflasi di 2010-2012 diperkirakan dapat stabil pada kisaran 4%-6% dan untuk tahun 2013-2014 sekitar 3,5%5,5%. Pertumbuhan PDB Indonesia akan berdampak pada peningkatan permintaan produk baja yang didukung oleh pertumbuhan permintaan pada sektor infrastruktur, konstruksi dan galangan kapal. Konsumsi baja per kapita Indonesia yang relatif lebih rendah dibanding beberapa negara mengindikasikan adanya peluang memperbesar pangsa pasar.

Peningkatan kinerja PTKS ditopang tingginya volume penjualan dan pengurangan hutang
Hingga 1H10, PTKS mampu meningkatkan pendapatan hingga 14,98% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan volume penjualan sebesar 31,9%. Sementara total kewajiban menunjukkan penurunan. Hingga perode 1H10, PTKS mampu menurunkan total kewajiban sebanyak 9,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan adanya pengurangan pada beberapa akun kewajiban seperti, hutang bank jangka pendek, hutang usaha, serta bagian pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Adanya penggunaan dana IPO yang lebih banyak diperuntukkan untuk menambah modal kerja, ekspansi, dan penyertaan modal pada anak perusahaan dipekirakan akan meningkatkan kinerja PTKS di masa mendatang.

Sekilas Perseroan
Perseroan, berkedudukan di Kota Cilegon menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No.34, tanggal 27 Oktober 1971, sebagaimana diubah dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar No.25, tanggal 29 Desember 1971. Melakukan usaha dibidang industri besi dan baja serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.

Jadwal Sementara Penawaran Umum


Masa Penawaran Awal (perkiraan) Tanggal Efektif (perkiraan) Masa Penawaran (perkiraan) Tanggal Penjatahan (perkiraan) Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik (perkiraan) Tanggal Pencatatan di Bursa Efek Indonesia (perkiraan) 12 - 22 Oktober 2010 29 Oktober 2010 2 - 4 November 2010 8 November 2010 9 November 2010 10 November 2010

Reza Priyambada Managing Research Investment Management Division


Tel : (+62-21) 5790 5068 Fax : (+62-21) 5790 4898 www.indosurya.net manajerinvestasi@indosurya.net

1 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Kegiatan Usaha

Produk Baja
Kegiatan usaha produksi baja meliputi produksi baja mentah, produksi dan penjualan produk baja setengah jadi, dan produk baja jadi termasuk billet baja, HRC dan CRC, batang kawat baja (WR), baja tulangan, baja profil dan pipa baja. Kegiatan usaha produksi baja didukung oleh kegiatan enjinering, pengadaan, konstruksi, pembangkit tenaga listrik, jasa kepelabuhanan, fasilitas pengolahan air bersih dan layanan teknologi informasi. PTKS mengimpor bijih besi dalam bentuk pellet dari negara-negara di kawasan AS dan Timur Tengah. Sebagian besar produk baja yang dihasilkan, dijual dan didistribusikan di dalam negeri. Sementara sebagian kecil lainnya dijual ke pasar internasional. Di bawah ini volume produksi baja perseroan.
Keterangan HRC CRC WR Baja Profil Baja Tulangan Pipa Baja Jumlah (MT) 2005 1,371,322 512,904 297,059 67,383 127,431 43,219 2,419,318 2006 1,634,657 552,659 184,519 41,173 64,369 31,012 2,508,389 2007 1,731,016 613,639 340,909 87,085 103,734 20,307 2,896,690 2008 1,596,389 520,888 256,267 71,372 94,377 45,814 2,585,107 2009 1,602,295 475,990 251,479 46,551 79,307 51,100 1H09 676,693 191,145 138,128 22,129 29,447 30,937 1H10
HRC CRC 10%

Produksi Baja Tahun 2009


2% 3% 2%

19% 64%

WR

Baja Profil

Baja Tulangan

Pipa Baja

971,372 257,029 139,519 40,299 44,754 30,029 1,483,002


2,500,000 2,000,000 1,500,000 3,000,000

Sumber: prospektus perseroan


Volume Produksi Baja

2,506,722 1,088,479

Sumber: prospektus perseroan

Untuk periode yang berakhir pada akhir tahun 2009 dan periode 1H10, telah diproduksi HRC sebanyak 1.602.295 metrik ton (MT) dan 971.372 MT, CRC sebanyak 475.990 MT dan 257.029 MT, serta produk batang kawat baja (WR) sebanyak 251.479 MT dan 139.519 MT, baja profil (steel section) sebanyak 46.551 MT dan 40.299 MT, baja tulangan (steel bars) sebanyak 79.307 MT dan 44.754 MT, dan pipa baja (steel pipes) sebanyak 51.100 MT dan 30.029 MT. Saat ini, PTKS mengimpor bahan baku termasuk bijih besi dari negara-negara di AS dan Timur Tengah. Perseroan menggunakan HRC yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan CRC dan pipa baja dalam jumlah besar. Untuk periode yang berakhir pada akhir tahun 2009 dan periode 1H10, PTKS menggunakan 575.049 MT dan 317.118 MT HRC untuk bahan baku pembuatan CRC dan pipa baja. Perseroan menjual sebagian besar produknya di Indonesia terutama pada pelanggan di Jakarta dan sekitarnya, dan juga di daerah Surabaya, Jawa Timur. Tabel di bawah menampilkan pendapatan bersih perseroan berdasarkan jenis produk baja jadi (termasuk persentase jumlah penjualan segmen baja) untuk periode-periode sebagai berikut:

1,000,000 500,000 0 2005


HRC CRC

2006
WR

2007

2008
Baja Profil

2009

1H09

1H10
Pipa Baja

Baja Tulangan

Sumber: prospektus perseroan

Sumber: prospektus perseroan

2 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Kegiatan Usaha

Penyediaan fasilitas produksi


Saat ini, fasilitas produksi Perseroan terletak di Cilegon, Banten merupakan pasar utama produk Perseroan. Fasilitas produksi PTKS hanya berjarak 5 KM dari pelabuhan Cigading yang terletak dekat dengan Selat Sunda dimana fasilitas pelabuhan tersebut memberikan kemudahan akses kepada pelanggan domestik dan pasokan bahan baku impor yang dikirimkan oleh pemasok kepada Perseroan. Kegiatan operasional Perseroan juga didukung oleh berbagai infrastruktur yang diberikan oleh anak-anak perusahaan Perseroan di Cilegon, seperti pembangkit listrik, jasa kepelabuhanan, dan fasilitas pengolahan air bersih.

Lokasi Fasilitas Produksi

Pemasaran
Sebagian besar pelanggan berlokasi di Indonesia. PTKS bergerak pada kegiatan penjualan produk baja di pasar domestik. Sebanyak 76,2% dari total volume penjualan HRC, CRC, batang kawat baja, baja profil, baja tulangan, dan pipa baja domestik hingga akhir 2009 diperuntukkan bagi pelanggan yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Perseroan juga mengekspor produk baja tergantung pada kondisi pasar baja secara umum. Perseroan menerapkan strategi pemasaran yang bersifat fleksibel yang dirancang khusus sesuai permintaan konsumen dan pasar produk baja. Strategi pemasaran dikembangkan untuk jangka panjang dengan lebih berupaya untuk menjual dan menjalin Fasilitas produksi PTKS terletak di Cilegon, Banten, 94 km hubungan yang erat dengan konsumen produk baja Perseroan tanpa mengurangi peran sebelah barat Jakarta. dari perantara seperti pedagang umum, stokis dan pusat perdagangan baja dan koil. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan one-time delivery untuk pengiriman produk dan mengembangkan tenaga penjualan. Perseroan juga menyediakan pusat pelayanan terpadu (one-stop service) untuk penyelesaian permasalahan teknis bagi pelanggan.

Beberapa kegiatan usaha lainnya


a. Kawasan industri KIEC berdiri pada 16 Juni 1982 sebagai pusat industri hulu dan hilir kimia dan petrokimia baja. Kawasan ini telah berkembang pesat karena lokasinya yang strategis dan ketersediaan fasilitas infrastruktur. KIEC telah mengembangkan berbagai lini bisnis: (a) properti industri, dengan mengakuisisi dan mengembangkan lahan, mengelola kawasan gudang dan bangunan pabrik; (b) properti komersial, Sumber: prospektus perseroan meliputi hotel, lapangan golf, gedung kantor, restoran, pusat olah raga, dan fasilitas rekreasi dan juga mengembangkan lini bisnis real estate. Hingga akhir Juni 2010, pendapatan KIEC menyumbangkan 1,0% dari total pendapatan konsolidasi PTKS. Pembangkit listrik KDL berdiri pada 28 Februari 1996. KDL menyediakan pasokan listrik untuk KS Group dan bisnis lainnya yang berada di kawasan industri Cilegon. KDL memiliki dan mengoperasikan PLTU dengan kapasitas terpasang (built-in capacity) sebesar 400 MW, yang juga dilengkapi dengan jalur transmisi dan sistem distribusi yang ada di kawasan tersebut. Per akhir Juni 2010, listrik yang dihasilkan sebagian besar dikonsumsi oleh KS Group. Pada periode tersebut, pendapatan KDL menyumbangkan 0,7% dari total pendapatan konsolidasi PTKS. Jasa pelabuhan Pelabuhan Cigading merupakan salah satu pelabuhan terbesar dan terdalam di Indonesia yang dikelola oleh KBS, yang menangani bongkar muat untuk semua jenis kargo curah ( bulk cargo) untuk proses industri KS Group seperti bijih besi, barang curah kering ( dry bulk goods) seperti gula, jagung dan barang kargo lainnya seperti batu bara. Hingga akhir Juni 2010, pendapatan KBS memberikan kontribusi sebesar 1,0% dari pendapatan bersih konsolidasi PTKS. Penyedia air industri KTI berdiri pada 28 Februari 1996 untuk mendukung bisnis produksi baja KS Group melalui penyediaan air. KTI menditristribusikan air untuk penggunaan industri dan masyarakat lokal di Cilegon. Pasokan air tersebut berasal dari Sungai Cidanau. Hingga akhir Juni 2010, kontribusi pendapatan KTI sebesar 0,5% dari total pendapatan konsolidasi PTKS. Kontraktor teknik, pengadaan, dan Konstruksi KE berdiri pada 12 Oktober 1998 untuk memberikan pelayanan sebagai kontraktor teknik, pengadaan dan konstruksi, dan juga sebagai konsultan dalam proyek-proyek pemerintah dan swasta, seperti terminal batu bara PT Cigading International Bulk Terminal, PT Petrokimia Gresik, PT Indah Kiat (Jambi), PT Pupuk Iskandar Muda, Lhokseumawe,Nangro Aceh Darussalam, dan PT Semen Gresik. Hingga akhir Juni 2010, kontribusi pendapatan KTI sebesar 3,6% dari total pendapatan PTKS.

b.

c.

d.

e.

3 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Struktur Kepemilikan Saham

Keterangan struktur saham


Komposisi Modal Saham Perseroan pada saat awal dan sebelum dilakukannya penawaran umum saham ialah sebagai berikut:

Keterangan Modal dasar Modal ditempatkan dan disetor penuh Negara Republik Indonesia - Saham Seri A Dwiwarna - Saham Biasa Atas Nama Seri B Karyawan dan Manajemen Jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh Jumlah saham dalam portepel
Sumber: prospektus perseroan

Nilai Nominal Rp 500 per saham Jumlah Saham Nilai Nominal (Rp) 40,000,000,000 20,000,000,000,000

1 9,999,999,999 10,000,000,000 30,000,000,000

500 4,999,999,999,500 5,000,000,000,000 15,000,000,000,000

0.00 100.00 100.00

Sesuai dengan Keputusan Pemegang Saham Perseroan tanggal 7 Oktober 2010, yang dituangkan dalam Akta No. 75/2010, telah disetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan oleh Negara Republik Indonesia sebesar Rp 1.310.000.000.000, dimana sebesar Rp 1.303.465.272.478 merupakan Penyertaan Modal Negara dan Rp 6.534.727.522 merupakan kapitalisasi Laba Ditahan (retained earning) per 30 Juni 2010. Berdasarkan akta perseroan maka di bawah ini tersaji struktur permodalan dari perseroan sekaligus struktur permodalan perseroan setelah dilakukannya penawaran umum. Sebelum IPO Sesudah IPO Keterangan Nilai Nominal Rp 500 per saham Jumlah Saham Nilai Nominal (Rp) % Jumlah Saham Nilai Nominal (Rp) Modal dasar 40,000,000,000 20,000,000,000,000 40,000,000,000 20,000,000,000,000 Modal ditempatkan dan disetor penuh Negara Republik Indonesia - Saham Seri A Dwiwarna 1 500 0.00 1 500 - Saham Biasa Atas Nama Seri B 12,619,999,999 6,309,999,999,500 100.00 12,619,999,999 6,309,999,999,500 Karyawan dan Manajemen Masyarakat - Saham Biasa Atas Nama Seri B 3,155,000,000 1,577,500,000,000 Jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh 12,620,000,000 6,310,000,000,000 15,775,000,000 7,887,500,000,000 Jumlah saham dalam portepel 27,380,000,000 13,690,000,000,000 24,225,000,000 12,112,500,000,000
Sumber: prospektus perseroan

0.00 80.00

20.00 100.00

Bersamaan dengan pencatatan sebanyak-banyaknya 3.155.000.000 (tiga miliar seratus lima puluh lima juta) saham biasa atas nama (saham baru) yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini, PTKS atas nama pemegang saham sebelum Penawaran Umum akan mencatatkan 12.619.999.999 (dua belas miliar enam ratus sembilan belas juta sembilan ratus sembilan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan) saham biasa atas nama dan 1 ( satu) saham Seri A Dwiwarna sehingga jumlah seluruh saham yang akan dicatatkan pada BEI sebanyak-banyaknya berjumlah 15.775.000.000 (lima belas miliar tujuh ratus tujuh puluh lima juta) saham atau 100,0% (seratus persen) dari seluruh jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh setelah Penawaran Umum. Dari jumlah saham baru yang akan ditawarkan, sebanyak-banyaknya 5% (lima persen) dari jumlah saham yang akan ditawarkan akan dijatahkan secara khusus untuk program MESA Perseroan. Selain itu, Perseroan merencanakan untuk memberikan opsi kepada Peserta Program MESOP dengan mengeluarkan hak opsi sebanyak-banyaknya 2% (dua persen) dari jumlah saham yang disetor penuh setelah Penawaran Umum dalam periode 3 (tiga) tahap tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) kepada pemegang saham lama. Negara Republik Indonesia tidak akan menjual atau mengalihkan saham yang dimilikinya di Perseroan setelah Penawaran Umum dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal pencatatan. Selain Program MESOP tersebut, Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan saham baru dan/atau efek lainnya yang dapat dikonversikan menjadi saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pencatatan.

4 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Struktur Korporasi
Struktur kepemilikan Perseroan pada saat ini ialah sebagai berikut.

Negara Republik Indonesia 100%

99,99%

99,99%

98,50%

99,99%

99,99

99,99%

99,99%

28,17%

99,98%

66,00%

KWT

KDL

KHIP

KIEC

KE

KBS

KTI

KM

KI Tech

MJIS

Sumber: prospektus perseroan

Adapun keterangan mengenai anak perusahaan perseroan ialah sebagai berikut.

Sumber: prospektus perseroan

5 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Overview Industri Baja

Kategori produk baja


Industri baja dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama oleh perubahan perekonomian dan perubahan terkait di tingkat global dan regional dalam produksi industri serta kapasitas produksi dunia. Selain itu, juga dipengaruhi atas fluktuasi harga, impor baja, dan peraturan-peraturan perdagangan protektif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan CRU, harga baja cenderung responsif terhadap penawaran dan permintaan dan berfluktuasi dalam merespon kondisi ekonomi umum dan ekonomi industri baja itu sendiri. Produk baja dapat dibagi menjadi dua kategori: long products dan flat products. Long products merupakan produk batangan baja panjang. Produk-produk ini dibuat dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Jenis baja tersebut terutama digunakan dalam industri konstruksi. Beberapa long products diproduksi dalam bentuk batangan maupun cross-section. Jenis lain dari produk lama termasuk rel kereta api, tiang pancang dan batangan baja untuk menguatkan beton. Flat products berbentuk pipih (lembaran/pelat). Produk-produk tersebut dibuat menggunakan rolling steel melalui rol-rol untuk menentukan ketebalan akhirnya. Flat products, termasuk pelat, HRC, dan CRC. Produk-produk ini dibuat dalam ketebalan dan bentuk permukaan yang berbeda-beda. HRC adalah produk baja yang paling banyak digunakan dan banyak produk baja lainnya yang dibuat dari HRC. HRC juga merupakan bahan substrat untuk CRC, baja galvanis, baja silikon dan produk lainnya. Produk baja lembaran (flat products) memiliki kegunaan dalam konstruksi, transportasi, manufaktur pipa, dan peralatan rumah tangga.

Konsumsi baja mentah


Dalam ribuan MT China AS Uni Eropa Indonesia Lain-lain Total 2000 127.2 101.8 193.7 2.8 422.5 848.0 2001 150.9 90.1 187.6 2.8 419.6 851.0 2002 181.7 91.6 188.4 2.5 439.8 904.0 2003 222.4 93.7 192.7 2.0 459.1 969.9 2004 280.5 99.7 202.5 3.7 482.5 1,068.9 2005 349.4 94.9 195.6 3.7 489.0 1,132.6 2006 419.1 98.6 207.0 3.8 518.2 1,246.7 2007 489.3 98.2 209.8 4.2 544.6 1,346.1 2008 500.3 91.4 197.9 3.9 535.4 1,328.9 2009 567.8 58.1 139.1 3.5 453.9 1,222.4 1H10 323.2 40.9 91.8 2.0 248.2 706.1

Sumber: prospektus perseroan

Dalam penelitiannya, CRU berpendapat bahwa pendorong pertumbuhan konsumsi baja dan produksi yang paling penting selama ini adalah Cina, dimana produksi baja mentah tumbuh rata-rata 22,0% per tahun dari tahun 2000 hingga tahun 2006, yang diakibatkan oleh meningkatnya permintaan di sektor end user baja seperti konstruksi, mobil, dan peralatan-peralatan rumah. Peningkatan ini terutama didorong oleh ekspansi perekonomian Cina yang cepat dimana telah membawa pertumbuhan infrastruktur yang luas. Cina berkontribusi sebesar 15% dari produksi baja mentah dari seluruh produksi baja mentah dunia pada tahun 2000 dan 46,45% pada tahun 2009. Hingga pertengahan tahun 2010, kontribusi konsumsi Cina terhadap baja mentah telah mencapai 45,77%. Kami perkirakan hingga akhir tahun, persentase kontribusi ini akan terus meningkat. CRU berpendapat bahwa peningkatan produksi baja Cina di pasar baja Asia memiliki dampak signifikan terhadap industri baja Indonesia karena Indonesia adalah negara pengimpor. Sementara harga baja tersebut dipengaruhi oleh harga regional, yang sampai pada batasan tertentu menjadi fungsi dari permintaan dan penawaran di Cina. Negara-negara yang telah menunjukkan pertumbuhan yang kuat dalam produksi baja mentah selama dekade terakhir ini adalah India dan Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa atau MENA). Data tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat konsumsi baja mentah yang paling rendah dibanding negara-negara lainnya. Hal ini diharapkan dapat membuka peluang bagi industri baja untuk penyediaan produk-produk baja yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan konsumsi baja mentah di Indonesia.

6 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Overview Industri Baja

Pertumbuhan ekonomi dunia


Negara AS Jepang Jerman Uni Eropa 27 Cina India Korea Selatan Indonesia Taiwan Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia ( % perubahan tahunan dalam GDP/GNP riil) 2007 2008 2009 2.1 0.4 -2.4 2.3 -1.2 -5.3 2.6 1.0 -4.9 2.9 0.6 -3.5 14.2 9.6 9.1 9.5 7.4 6.7 5.1 2.3 0.2 6.3 6.0 4.5 6.0 0.7 -1.9 3.9 1.7 -2.0

Sumber: prospektus perseroan

Dalam penelitiannnya, CRU menilai bahwa perlambatan ekonomi global telah berdampak pada pembangunan ekonomi Indonesia di tahun 2009. Pertumbuhan yang cepat diharapkan akan berlanjut pada tahun 2010 dan terus mempercepat sedikit demi sedikit sampai pertengahan dekade ini. Dalam laporannya, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi riil kuartal II-2010 sebesar 6,5%. Pada kuartal I-2010 pertumbuhan ekonomi riil mencapai 5,5% sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi selama semester I2010 mencapai 5,9%. Hal ini menandakan selama semester I-2010 telah berlangsung akselerasi menuju tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Dengan akselerasi ini, kami menilai, pertumbuhan ekonomi riil sepanjang 2010 dimungkinkan akan mencapai sekitar 6,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan target Pemerintah sebelumnya. Berdasarkan data di atas maka peling tidak tingkat pertumbuhan Indonesia hingga akhir 2010 bisa menyamai tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2007. CRU melihat bahwa Indonesia akan memasuki fase pertumbuhan yang banyak menggunakan baja. Hal ini didasarkan pada perkembangan industri, konstruksi, dan infrastruktur. Sektor energi diharapkan tumbuh karena adanya proses pengembangan gas dan minyak yang banyak mempergunakan baja dalam pembuatan tabung dan pipa untuk pengiriman. Sektor energi Indonesia akan menjadi pendorong penting dalam permintaan baja. Mengingat pertumbuhan GDP per kapita dan daerah-daerah perkotaan berpenduduk padat di Indonesia, konstruksi perumahan juga diharapkan meningkat selama beberapa tahun ke depan. Selain itu, infrastruktur juga akan mendorong permintaan baja pada dekade berikutnya. Skema-skema rencana Pemerintah seperti Inisiatif Infrastruktur Indonesia telah dibentuk untuk meningkatkan penyaluran air dan kondisi sanitasi di seluruh negeri, serta untuk meningkatkan jaringan transportasi melalui jalan darat, kereta api, dan laut. CRU beranggapan, peningkatan jaringan transportasi yang dikombinasikan dengan kenaikan bertahap dalam kekayaan pribadi diharapkan daapt membawa permintaan yang lebih besar untuk mobil. Pada akhirnya, memicu peningkatan konsumsi HRC dan CRC. Di lain pihak, permintaan untuk pelat baja yang dibutuhkan oleh pembuat kapal di Indonesia diharapkan dapat membawa peningkatan transportasi di laut, dalam bentuk baik perjalanan maupun perdagangan.

Populasi penduduk dunia terbesar

Sumber: prospektus perseroan

Dari data di atas menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan keempat populasi penduduk terbesar dunia. Selama kurun waktu 2000 hingga 2009, tercatat penduduk Indonesia bertumbuh 12,19%. Angka ini masih di bawah pertumbuhan India selama periode tersebut yang bertumbuh 14,86%. Meskipun demikian, tingginya pertumbuhan ini diharapkan mampu meningkatkan konsumsi baja per pnduduknya.

7 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Overview Industri Baja

Konsumsi baja jadi per kapita


Negara Indonesia Cina Jepang India Uni Eropa Amerika Utara Korea Selatan Malaysia Thailand Vietnam Filipina Singapura Taiwan Sumber: prospektus perseroan GDP/Kapita (US$ 2005) 1,546 2,450 34,996 900 29,202 40,660 19,807 5,807 2,875 789 1,270 29,906 17,426 Konsumsi baja jadi/kapita (Kg / kepala) 29 472 399 52 236 186 937 256 154 123 28 515 466

Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi baja jadi per kapita Indonesia masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Bahkan terhadap negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura. Akan tetapi, tingkat konsumsi ini masih lebih baik sedikit bila dibandingkan dengan Filipina. Selain itu, kami melihat hal yang menarik pada data di atas ialah adanya pergerakan yang berlawanan antara GDP per kapita suatu negara dengan konsumsi baja jadi per kapita. Artinya, tingkat GDP per kapita yang tinggi belum tentu mengakibatkan tingkat konsumsi baja jadi per kapitanya juga ikut naik. Kita bisa coba bandingkan antara Jepang, Amerika Utara, dan Singapura. Amerika Utara memiliki GDP per kapita lebih tinggi dari dua negara tersebut. Bahkan tertinggi di antara negara-negara lainnya namun, tingkat konsumsi baja jadi per kapitanya masih lebih rendah dibandingkan Jepang dan Singapura. Tingkat konsumsi baja jadi per kapita Amerika Utara tidak jauh beda dengan Thailand yang memiliki GDP per kapita 14 kali lebih rendah dibandingkan Amerika Utara.

Konsumsi Baja Jadi Indonesia


9,000.00 8,000.00

Konsumsi baja jadi di Indonesia


Konsumsi baja di tanah air bergerak bervariasi dengan kecendrungan naik. Tingkat konsumsi ini mencatatkan kenaikan tertinggi pada tahun 2008. kemudian mengalami penurunan pada tahun 2009. Hingga semester pertama 2010, total konsumsi baja jadi mencapai 3,6 juta metrik ton. Kami perkirakan hingga akhir tahun 2010, akan ada peningkatan dibanding tahun 2009 namun, belum dapat melampui tahun 2008. CRU juga berpendapat bahwa penyimpangan yang disebabkan oleh penurunan kondisi global diperkirakan akan membaik secara relatif cepat, dan pertumbuhan yang sangat cepat diperkiraan untuk flat dan long products. Konsumsi produk baja di Indonesia secara historis ditampilkan di tabel di bawah ini:

7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 2000 HRC 2001 CRC 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1H10 Lain-lain

Coil Plate

Reversing mill plate

Batang kawat

Keterangan HRC CRC Coil Plate Reversing mill plate Batang kawat Lain-lain Jumlah

2000 955.00 621.00 192.00 223.00 633.00 1,962.00 4,586.00

2001 993.00 477.00 216.00 291.00 479.00 2,336.00 4,792.00

2002 1,028.00 436.00 173.00 335.00 507.00 2,204.00 4,683.00

Konsumsi Baja Jadi di Indonesia (ribuan Metrik Ton) 2003 2004 2005 2006 2007 711.00 1,234.00 1,130.00 929.00 1,429.00 271.00 408.00 752.00 503.00 757.00 60.00 83.00 280.00 80.00 283.00 552.00 478.00 544.00 443.00 277.00 518.00 530.00 607.00 790.00 895.00 2,468.00 2,837.00 3,551.00 3,068.00 3,360.00 4,580.00 5,570.00 6,864.00 5,813.00 7,001.00

2008 1,547.00 1,143.00 334.00 516.00 846.00 3,963.00 8,349.00

2009 1,077.00 889.00 185.00 482.00 807.00 3,132.00 6,572.00

1H10 569.00 620.00 97.00 312.00 467.00 1,567.00 3,632.00

Sumber: prospektus perseroan

8 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Overview Industri Baja

Produksi baja di Indonesia


Tabel di bawah merupakan daftar produsen baja terbesar di Indonesia dan kapasitas masing-masing untuk produk-produk tertentu, serta perkiraan pangsa pasar Indonesia yang dimiliki oleh Perseroan untuk 2009. Pangsa pasar dihitung dengan menggunakan data konsumsi dan impor CRU, dan angka produksi Perseroan.
Perusahaan Krakatau Steel Gunung Raja Paksi PT Essar Indonesia Gunung Garuda Hanil Jaya Metalworks Ispat Indo Gunawan Dianjaya Jayapari Steel PT Raja Besi Little Giant Steel Intan Nasional PT Master PT Gunung Gahapi PT Growth Sumatra Total Indonesia
Sumber: prospektus perseroan

Produksi Baja jadi di Indonesia Tahun 2009 (Jutaan MT/tahun) HRC (Gross) CRC (Gross) WR 2.00 0.85 0.45 0.70 0.00 0.00 0.00 0.40 0.00 0.00 0.00 0.06 0.00 0.00 0.10 0.00 0.00 0.70 0.35 0.00 0.00 0.10 0.00 0.00 0.10 0.15 0.00 0.06 0.23 0.00 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 0.25 0.00 0.00 0.10 0.00 0.00 0.05 3.31 1.69 1.71

Harga bahan baku dan harga baja


Dalam penelitiannya, CRU mencatatkan peningkataan harga bahan baku diperkirakan akan menyebabkan marjin yang lebih kecil bagi pabrik-pabrik baja pada tahun 2010. CRU percaya bahwa sebelumnya pabrik-pabrik baja memiliki kemampuan untuk mentransfer kenaikan harga pada pelanggannya namun, terbatasnya permintaan akibat krisis global telah menciptakan kesulitan untuk tindakan tersebut di market yang telah matang seperti Eropa Barat dan AS. Berdasarkan penilaian CRU atas pertumbuhan produksi industri dan permintaan baja, margin yang lebih besar akan tersedia untuk pabrik baja, pada tahun 2009 dan 2010. Diperkirakan harga baja akan meningkat seiring mulai meningkatnya permintaan dan pemulihan ekonomi dunia.

Sumber: prospektus perseroan

9 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja usaha PTKS


Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2009 dan periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2010, PTKS telah memproduksi 1.602.295 metrik ton dan 971.372 metrik ton produk HRC, 475.990 metrik ton dan 257.029 metrik ton produk CRC, serta 251.479 metrik ton dan 139.519 metrik ton produk batang kawat baja (WR), 46.551 metrik ton dan 40.299 metrik ton baja profil (steel section), 79.307 metrik ton dan 44.754 metrik ton baja tulangan (steel bars), dan 51.100 metrik ton dan 30.029 metrik ton pipa baja (steel pipes). Saat ini, PTKS mengimpor bahan baku termasuk bijih besi dari negaranegara di Amerika Selatan dan Timur Tengah. PTKS menggunakan HRC yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan CRC dan pipa baja dalam jumlah besar. Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2009 dan periode 6 (enam) bulan yang berakhir pada 30 Juni 2010, PTKS menggunakan 575.049 metrik ton dan 317.118 metrik ton HRC untuk bahan baku pembuatan CRC dan pipa baja. Perseroan menjual sebagian besar produknya di Indonesia terutama pada pelanggan Perseroan di Jakarta dan sekitarnya, dan Surabaya, Jawa Timur.
Penjualan, COGS, Laba Kotor
25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 2007 (5,000,000) 2008 2009 Q2-09 Q2-10

Saat ini, fasilitas produksi Perseroan terletak di Cilegon, propinsi Banten atau 94 KM sebelah barat Jakarta yang merupakan pasar utama produk Perseroan. Fasilitas produksi PTKS hanya berjarak 5 KM dari pelabuhan Cigading yang terletak dekat dengan Selat Sunda dimana fasilitas pelabuhan tersebut memberikan kemudahan akses kepada pelanggan domestik Perseroan serta pasokan bahan baku impor yang dikirimkan oleh 1.13% pemasok yang dibutuhkan oleh Perseroan. Kegiatan operasional PTKS juga didukung oleh berbagai infrastruktur yang diberikan oleh anak-anak perusahaan di Cilegon, yang termasuk di dalamnya pembangkit listrik, jasa kepelabuhanan, dan fasilitas pengolahan air bersih. Hingga akhir semester I tahun 2010, PTKS memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp 9 triliun, naik 14,98% dibandingan periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 7,83 triliun. Kenaikan nilai penjualan ini ditopang oleh meningkatnya volume produksi pada hampir seluruh produksi PTKS. Hingga pertengahan tahun 2010, PTKS telah memproduksi sebanyak 1,48 juta metrik ton baja, naik 36,25% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar 1,09 juta metrik ton. Di tengah peningkatan volume produksi ini, tercatat volume produksi pipa baja mencatatkan penurunan produksi dari sejumlah 30.937 metrik ton pada periode 1H09 menjadi sejumlah 30.029 metrik ton pada 1H10, atau mengalami penurunan 2,93%. Kontribusi kenaikan volume produksi masih dipegang oleh produk HRC atau lembaran canai panas yang mengalami kenaikan volume produksi sebesar 43,55% dari 676.693 metrik ton pada 1H09 menjadi 971.372 metrik ton pada 1H10. Pendapatan PTKS hingga akhir 2010 mengalami penurunan menjadi Rp 16,91 triliun, lebih rendah 18,02% dibandingkan perolehan 2008 sebesar Rp 20,63 triliun. Penurunan ini seiring dengan berkurangnya volume produksi di tahun 2009. Pendapatan PTKS dikontribusi tidak hanya dari penjualan produk baja saja namun, juga berasal dari lini bisnis usaha perseroan yang dijalankan oleh para anak usaha meskipun penjualan baja masih menjadi kontributor terbesar pendapatan PTKS. Perseroan dan anak perusahaan mengklasifikasikan usahanya menjadi 3 segmen usaha yaitu, produk baja, real estate, dan perhotelan. Hingga periode 1H10, kontribusi dari masing-masing usaha terhadap pendapatan bersih perseroan ialah produk baja 92,41%; real estate 1,13%; rancang bangun (konstruksi), teknologi informasi (TI), dan jasa lainnya 16,14%. Sementara di akhir 2009, kontribusi masing-masing segmen ialah 92,84%, 0,82%, dan 11,55%. Dari segmen penjualan produk baja, kontribusi penjualan kepada lokal periode 1H10 sebanyak 89,76% dan 2,49% dijual ke luar negeri. Sementara di akhir 2009, penjualan kepada pihak lokal sebesar 90,60% dan kepada pihak luar negeri sebesar 2,24%. Meskipun volume produksi pada 1H10 mengalami kenaikan, perseroan mampu menurunkan beban pokok penjualan. Hingga 1H10, beban pokok penjualan PTKS mencapai Rp 7,10 triliun, turun 15,51% dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 8,4 triliun. Sementara pada akhir 2009, beban pokok penjualan mencapai Rp 15,73 triliun, turun 12,21% dibandingkan periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 17,92 triliun. Penurunan pendapatan dan beban pokok penjualan pada tahun 2009 memberi dampak pada perolehan laba kotor perseroan. Laba kotor PTKS pada akhir tahun 2009 sebesar Rp 1,18, turun 56,36% dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 2,72 triliun. Meskipun hingga 1H09 perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 585,67 miliar, perseroan mampu menghasilkan peningkatan laba kotor pada 1H10 menjadi Rp 1,89 triliun atau naik 225,71%.

Segmentasi Pendapatan PTKS-1H10


-9.68% 16.14%

92.41%

Produk Baja Rekonstruksi, TI, dan lainnya

Real E state & Hotel Eliminasi

Kontribusi Segmentasi Pendapatan PTKS-1H10


2.49% 1.02% 0.04% 3.90% 2.79%

89.76%

Baja lokal Rekayasa & Konstruksi

Baja luar negeri Teknologi Informasi

Real Estate & Hotel Lain-lain

Sumber: laporan keuangan perseroan

10 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja usaha PTKS


Bila dilihat pada beban operasional per semesteran, meskipun PTKS mengalami kenaikan sebesar 20,97% dari Rp 561, 06 milyar pada 1H09 menjadi Rp 678,74 milyar pada 1H10, PTKS mampu menghasilkan kenaikan laba operasionalnya. Pada 1H10, laba operasionalnya mencapai Rp 1,22 triliun, naik 6,40% dibandingkan periode 1H09 yang masih merugi sebesar Rp 1,14 triliun. Akan tetapi, keadaan serupa terjadi pada akhir 2009 dibandingkan akhir 2008 dimana penurunan beban operasional sebesar 14,47% dari Rp 1,36 triliun pada akhir 2008 menjadi Rp 1,16 triliun pada akhir 2009 memberi dampak pada penurunan laba operasional sebesar 98,09% dari Rp 1,36 triliun pada akhir 2008 menjadi Rp 25,9 miliar pada akhir 2009. Peningkatan beban operasional pada 1H10 disebabkan oleh kenaikan beban pengiriman Perseroan, beban umum dan administrasi yang berhubungan dengan gaji, upah, dan kesejahterahan karyawan, dan beban asuransi dan beban sewa dan penyisihan piutang ragu-ragu. Sementara penurunan beban operasional di tahun 2009 terjadi karena kondisi keuangan yang kurang baik pada periode tersebut.
EBIT, EBT, EAT
1,500,000 1,000,000 500,000 0 (500,000) (1,000,000) (1,500,000) (2,000,000) 2007 2008 2009 Q2-09 Q2-10

Pada akhirnya, meskipun PTKS mencatatkan penurunan pendapatan di akhir 2009 namun, masih mampu menghasilkan peningkatan laba bersih. Di akhir 2009, laba bersih PTKS mencapai Rp 494,67 milyar, naik 7,64% dibandingkan akhir 2008 sebesar Rp 14,000,000 459,57 milyar. Peningkatan ini tertolong oleh penghasilan lain-lain yang naik 28,54% dari 12,000,000 yang tadinya merugi Rp 619,56 milyar menjadi Rp 442,72 milyar. Salah satu penopang kenaikan ini ialah keuntungan penjualan kepemilikan saham perseroan pada PT Latinusa 10,000,000 dan keuntungan valas. Sementara pada periode 1H10, PTKS kembali mencatatkan 8,000,000 kenaikan laba bersih sebesar 9,38% dari rugi senilai Rp 1,10 triliun pada 1H09 menjadi Rp 997,75 milyar. Kenaikan ini kembali ditopang oleh kenaikan penghasilan lain-lain yang 6,000,000 meningkat signifikan sebesar 54,81% dari rugi Rp 281,74 milyar pada 1H09 menjadi Rp 4,000,000 127,31 milyar pada 1H10. Kenaikan pada penghasilan lain-lain disebabkan oleh kenaikan 2,000,000 keuntungan valas dan penurunan beban bunga yang cukup signifikan. Hingga 1H10, PTKS memiliki total aset sebesar Rp 13,34 triliun dengan posisi kas dan setara kas mencapai Rp 1,52 triliun. Posisi ini mengalami kenaikan sebesar 5,40% untuk total aset dan sebesar 38,06% bila dibandingkan periode 1H09 sebesar Rp 10,64 triliun untuk total aset dan Rp 1,10 triliun untuk kas dan setara kas. Kenaikan kas dan setara kas pada periode tersebut diiringi oleh penurunan, baik piutang usaha maupun piutang lainlain dan pembayaran uang muka kepada perseroan. Sementara itu, selama periode tersebut terdapat kenaikan aset tetap dimana mengalami kenaikan sebesar 26,02%. Kenaikan pada aset tetap terutama ditopang oleh peningkatan aset dalam penyelesaian yang meningkat sebesar 269,06% dari Rp 361,16 milyar pada 1H09 menjadi Rp 1,33 triliun pada 1H10. Sementara itu pada akhir 2009 total aset meningkat sebesar 0,18% dan kas setara kas meningkat 59,93% bila dibandingkan dengan perolehan akhir 2008. Aset tetap perseroan pun juga mengalami peningkatan sebesar 6,85% selama periode tersebut. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan alat pengangkutan (5,35%), peralatan rumah dan kantor (116,72%), dan aset dalam penyelesaian (123,27%) selama periode 2008-2009.
0

Total Aset Lancar, Aset Tidak Lancar, Total Aset

2007

2008

2009

Q2-09

Q2-10

Total Kewajiban Lancar, Kewajiban Tidak Lancar, Total Kewajiban


12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000

0 Hingga 1H10, PTKS memiliki total kewajiban senilai Rp 6,64 triliun, turun 9,23% dibandingkan periode 1H09 sebesar Rp 7,31 triliun. Penurunan pada periode tersebut diiringi oleh penurunan antara lain hutang bank jangka pendek (-20,85%), bagian pinjaman dan kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun (14,11%), serta kewajiban kesejahteraan karyawan (-60,91%). Dengan demikian jumlah 12,000,000 hutang perseroan selama periode tersebut mengalami penurunan sebesar 10,07% dari Rp 9,33 triliun pada 1H09 menjadi Rp 8,39 triliun pada 1H10. Sementara itu pada akhir 10,000,000 2009 total kewajiban menurun sebesar 29,79% dibandingkan dengan perolehan akhir 2008 sebesar Rp 9,897 triliun. Penurunan kewajiban pada tahun 2009 disebabkan oleh 8,000,000 adanya penurunan cukup signifikan pada antara lain, hutang bank jangka pendek (37,19%), hutang pajak (-44,42%), serta bagian pinjaman dan kewajiban jangka panjang 6,000,000 yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun (-10,75%). Dengan demikian jumlah hutang 4,000,000 perseroan selama periode tersebut mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 35,17% dari Rp 7,79 triliun pada 2009 menjadi Rp 5,05 triliun pada 2010. 2,000,000

2007

2008

2009

Q2-09

Q2-10

Total Aset, Kewajiban, & Ekuitas

Hal yang menarik yang kami temukan ialah selama beberapa periode, perseroan mampu menurunkan jumlah kewajiban maupun hutangnya dengan kondisi keuangan yang ada. Bahkan di tahun 2009 di masa kondisi keuangan yang cukup sulit, PTKS tetap mampu menurunkan jumlah kewajiban dan hutangnya. Selain itu, tidak adanya dana hasil IPO yang digunakan untuk membayar hutang meskipun perseroan masih memiliki hutang kepada beberapa bank, antara lain BMRI, BBRI, Deutsche Bank, BNGA, serta HSBC. Hal ini menandakan masih kuatnya posisi keuangan perseroan.

0 2007 2008 2009 Q2-09 Q2-10

Sumber: laporan keuangan perseroan

11 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Analisis dan Valuasi
Langkah perseroan untuk melakukan IPO saham dengan tujuan menambah kepemilikan pada anak perusahaan, mendanai investasi barang modal, serta melakukan ekspansi merupakan strategi keuangan yang sangat baik. Tidak hanya berpengaruh positif bagi pengembangan ekspansi perseroan namun, meningkatkan kinerja perseroan. Dengan melakukan IPO maka setidaknya perseroan memiliki komitmen untuk menjadi lebih bernilai di mata investor. Apalagi dalam rancangan penggunaan IPO, tidak adanya rencana penggunaan dana IPO untuk membayar hutang. Ini artinya, perseroan merasa mampu memenuhi segala kewajibannya melalui keuangan yang ada dan tidak mengharapkan pendanaan dari luar untuk melunasi seluruh atau sebagian kewajibannya. Seluruh dana IPO akan digunakan untuk pengembangan perseroan. Tentu hal ini akan menjadikan perseroan memiliki nilai tambah bagi investor. Meskipun di tahun 2009, harga baja dan produktivitas beberapa produk perseroan mengalami penurunan yang membuat pendapatan perseroan menurun bila dibandingkan tahun 2008 namun, perseroan tetap mampu bertahan dan menghasilkan kinerja yang lumayan baik. Bahkan masih mampu menghasilkan perolehan laba besih. Padahal pada tengah tahun 2009 (1H09), perseroan masih mencatatkan kerugian. Melalui serangkaian strategi termasuk efisiensi dan penjualan kepemilikan saham pada salah satu anak perusahaan menjadikan perseroan masih mampu bertahan di tengah sulitnya situasi. Seperti diketahui, PTKS merupakan pemain industri baja terkemuka, tidak hanya di dalam negeri namun, juga di luar negeri. Pada pasar dalam negeri, PTKS merupakan pemain utama. Produk yang dihasilkan perseroan merupakan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri konstruksi, pipa, serta manufaktur seperti pembuatan kapal dan otomotif. Pangsa pasar PTKS di luar negeri antara lain di negara Australia, Selandia Baru, Jepang, Malaysia, Singapura, Britania Raya, dan Vietnam. Keanekaragaman produk baja yang dihasilkan membuat banyak pilihan bagi pelanggan. Selain itu, kemampuan perseroan dalam memenuhi dan menyesuaikan produk baja sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan konsumen menjadikan daya tarik PTKS di mata konsumen. Kegiatan bisnis perseroan mendapat dukungan dari jumlah penduduk Indonesia yang besar, laju pertambahan penduduk, dan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah permintaan baja. Mengingat konsumsi baja dalam negeri masih lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Sebagai contoh, bila dilihat dari pangsa pasar penjualan lembaran canai panas (HRC) tahun 2009, total permintaan akan produk HRC mencapai 2,3 juta ton. PTKS menguasai 65% pangsa pasar HRC. Sementara untuk produk lembaran canai dingin (CRC), PTKS menguasai pangsa pasar 33%. Bila dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya, PTKS mampu mengungguli kapasitas produksinya. Hingga akhir 2009, kapasitas produksi PTKS terhadap produk HRC mencapai 2 juta metrik ton per tahun. Sementara untuk produk CRC mencapai 850 ribu metrik ton per tahun. Jumlah ini jauh mengungguli perusahaan sejenis lainnya. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BEI bahwa hampir sebagian besar, perusahaan yang bergerak di bidang logam dan sejenisnya telah menyampaikan laporan keuangan Q2-10. Meskipun tidak mudah untuk membandingkan antara PTKS dengan yang lainnya karena ukuran yang sangat jauh berbeda namun, kami mencoba melakukannya untuk tujuan perbandingan overview semata. Pada data BEI tercatat nilai EPS industri logam dan sejenisnya ialah sebesar Rp 230. Sementara bila kita ambil contoh ALMI, GDST, JKSW, JPRS, dan NIKL yang menghasilkan EPS masing-masing sebesar Rp 181, Rp 25, Rp 12, Rp 103, dan Rp 44. Sementara nilai EPS PTKS pada 1H10 ialah 99,78. Terlihat bahwa EPS perseroan masih lebih rendah dari rata-rata EPS industri dan di bawah nilai EPS ALMI dan JPRS. Dengan demikian maka nilai PER dari ALMI, GDST, JKSW, JPRS, dan NIKL dengan menggunakan data-data tersebut masing-masing ialah sebesar 4,48x; 4,29x; 8,95x; 3,74x; dan 7,08x. Harga IPO PTKS sebesar Rp 800 1.150 akan menghasilkan nilai PER sebesar 8,01x 11,53x. Terlihat bahwa nilai PER PTKS berada di antara NIKL dan JKSW, bila menggunakan batas harga IPO bawah. Tetapi, bila menggunakan harga IPO tertinggi maka posisi PER nya akan berada di atas perusahaan-perusahaan pembanding. Berdasarkan data terbaru yang kami terima bahwa harga penetapan IPO PTKS sebesar Rp 850 maka akan menghasilkan PER 8,52x dimana masih di antara PER NIKL dan JKSW.
Jayapari Steel 0.1

Pangsa Pasar HRC


Lainnya 35%

KS 65%

Pangsa Pasar CRC


KS 33% Lainnya 67%

Kapasitas Produksi HRC-1H10

Gunawan Dianjaya

0.35

Gunung Raja Paksi

0.7

PT KS

0.2

0.4

0.6

0.8
MT/Y

1.2

1.4

1.6

1.8

Kapasitas Produksi CRC-1H10

Jayapari Steel

0.15

Gunawan Dianjaya

0.23

Gunung Raja Paksi

0.4

PT KS 0 0.1 0.2 0.3 0.4 MT/Y 0.5 0.6 0.7 0.8

0.85

0.9

Sumber: prospektus perseroan

12 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Analisis dan Valuasi
Di bawah ini disajikan data mengenai kinerja IPO dari saham-saham pembanding dan PTKS.
No. 1 2 3 4 5 Code JPRS ALMI JKSW NIKL GDST Shares Company Offered (M. Shares) Jaya Pari Steel Tbk 3.36 Alumindo Light Metal Inds.Tbk 92.40 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 50 Pelat Timah Nusantara Tbk. 2,523 Gunawan Dianjaya Steel Tbk. 8,200 IPO Price (Rp) 7800 1,300 650 325 160 Value of New Issue (Rp mil.) 26,208.00 120,120 32,500 820,088.75 1,312,000.00 List. Date 4-Aug-89 2-Jan-97 6-Aug-97 14-Dec-09 23-Dec-09 Opening Price Closing Price Initial Return Closing Price Closing Price Closing Price Sector / Business on 1st Day IPO on 1st Day IPO on Ist Day IPO H+7 H+30 22/10/10 Iron Steel Industry 850 Alumunium Sheet & Alumunium Oil 1,400 1,400 0.000 1,375 1,350 940 Trading of Steel/Concrete 800 800 0.000 775 725 189 Metal & Allied Products 340 300 -0.118 270 255 435 Metal & Allied Products 165 131 -0.206 106 90 183

Sumber: Research Development of IM-AIS

Dari data tersebut terlihat bahwa kinerja saham perusahaan logam dan sejenisnya tidak begitu bagus. Hal ini terlihat daro perolehan initial return pada saat hari pertama IPO. Akan tetapi, penilaian kami berbeda pada pelepasan saham perdana (IPO) PTKS. Kami melihat bahwa kinerja saham PTKS bisa melebihi kinerja perusahaan logam lain yang terlebih dahulu IPO. Apalagi PTKS merupakan BUMN dan pemain utama yang menguasai pangsa pasar produk baja domestik. Selain itu, melihat animo asing untuk berpartisipasi pada saham PTKS membuat saham ini sangat menarik. Dengan demikian, kami optimis PTKS akan mengalami oversubscribed. Menurut estimasi kami, bisa lebih dari 7 kali permintaan. Berikut kami berikan perkiraan perolehan dan penggunaan dana IPO, sebagai berikut.

Penggunaan Dana Pendanaan investasi barang modal Modal Kerja Pembelian bahan baku Proyek KS-POSCO Penyertaan modal pada anak usahan
Sumber: Research Development of IM-AIS

Porsi 35.80% 24.20% 25% 15%

Penggunaan Dana pada Kisaran Harga IPO (Rp M) 800 1150 850 903.59 1,299.33 960.68 610.81 878.31 649.39 631.00 907.35 670.86 378.60 544.41 402.52

Harga IPO

Jumlah Lembar Perolehan Saham IPO (Juta Lbr.) Dana (Rp M) 800 3,155 2,524 1,150 3,156 3,629 850 3,157 2,683

Sumber: Research Development of IM-AIS

Hasil analisis PTKS, kami revisi kembali menyusul keluarnya penetapan harga perdana PTKS sebesar Rp 850. Sebelumnya, kami memperkirakan saham perdana PTKS akan dilepas pada kisaran harga Rp 1.000-1.100 dengan potensial kenaikan 14%-25%. Hal ini didasarkan perhitungan sederhana nilai intrinsik saham PTKS senilai Rp 1.250-1.500, berdasarkan laporan keuangan 2009. Artinya, bila diasumsikan kinerja pada akhir 2010 lebih tinggi dari kinerja 2009 maka nilai intrinsik tersebut akan bernilai lebih besar lagi. Dari informasi yang kami peroleh, adanya bantahan dari Pemerintah bahwa harga murah saham PTKS itu demi untuk menarik lebih banyak investor asing. Pemerintah mengaku sengaja mematok harga saham perdana PTKS di Rp 850/lembar untuk menguntungkan konsumen. Harga saham PTKS diambil lebih rendah dari batas atas bukan karena tawaran investor asing yang sangat rendah. Hal ini dilakukan untuk memberi ruang kepada investor agar dapat meraih capital gain sehingga lebih menarik. Diharapkan dengan Rp 850/lembar akan banyak investor jangka panjang yang masuk dan terhindar dari permainan spekulasi dimana beberapa kali terjadi pada harga saham emiten yang melaksanakan IPO. Pemerintah juga sudah menetapkan porsi asing sebesar 35% dan lokal sebanyak 65%. Berikut kami sajikan perbandingan beberapa kinerja PTKS dengan sampel perusahaan baja dunia lainnya.
Perusahaan China Steel Steel Authority of India Tata Steel POSCO Arcelor Mittal Hyundai Steel Co. Krakatau Steel (800) Krakatau Steel (1.150) Krakatau Steel (850) PER 21.23 13.64 n.a 12.65 11.82 8.64 8.02 11.53 8.52 PBV 1.72 2.77 2.49 1.32 0.94 1.50 1.99 2.86 2.11 ROE 8.15% 22.02% -9.12% 10.99% 0.20% 20.15% 15.04% 15.04% 15.04% ROA 4.21% 10.83% -1.78% 6.62% 0.09% 8.15% 8.02% 8.02% 8.02% OPM 7.21% 21.00% 3.47% 10.50% -2.58% 7.11% 13.51% 13.51% 13.51%

Sumber: Research Development of IM-AIS

Melihat data di atas maka PTKS bisa masuk dalam penilaian kami. Dengan asumsi PER yang masih rendah menandakan PTKS memiliki peluang untuk dapat mengembangkan kinerja, baik perseroan maupun sahamnya.

13 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan
Balance Sheet In Million
CURRENT ASSETS

2007 636,600 44,938 2,401,108 4,258,611 5,024 81,691 7,427,972 6,801,738 3,617,891 3,183,847 34,027 57,410 413,768 505,205 3,689,052 4,017,126

2008 1,100,493 5,341 2,059,319 8,159,937 22,668 209,944 11,557,702 7,095,581 3,933,308 3,162,273 34,154 50,417 569,881 654,452 3,816,725 10,205,716

2009 1,759,964 142,550 1,699,728 4,871,981 15,116 141,823 8,631,162 7,523,091 4,144,163 3,378,928 136,753 52,246 596,714 785,713 4,164,641 10,223,893

Q2-09 1,100,156 6,067 2,001,784 4,306,219 28,706 141,465 7,584,397 7,198,699 4,069,351 3,129,348 44,662 52,542 727,250 824,454 3,953,802 10,639,389

Q2-10 1,518,889 261,950 1,799,896 5,163,754 49,097 148,842 8,942,428 8,249,829 4,306,289 3,943,540 142,102 51,256 264,375 457,733 4,401,273 11,213,441

Cash Deposits and Marketable Securities Account Receivable Inventory Prepaid Taxes Other Current Assets Sub Total Current Assets
FIXED ASSETS

Building, Plant & Machine Accumulated Depreciation Sub Total Fixed Assets
OTHER ASSETS

Long-term Investment Real Estate Asset Others Sub Total Other Assets
Sub Total Non-Current Assets TOTAL ASSETS CURRENT LIABILITES

Short Term Bank Loan & Overdrafts Account Payable Tax payable Accrued Expense Pro Forma Liabilities Current Maturities of Long-term debt-Bank Other Current Liabilities Sub Total Current Liabilities
LONG TERM LIABILITES

2,789,100 865,138 93,493 216,362 0 268,955 218,820 4,451,868

6,701,510 867,652 181,769 285,153 0 252,405 303,835 8,592,324

4,209,254 1,013,005 101,031 271,879 0 225,280 309,904 6,130,353

4,345,616 823,113 71,984 280,635 0 239,347 308,854 6,069,549

3,439,438 1,396,798 85,727 336,144 0 205,585 221,475 5,685,167

Long-term borrowings, net of current maturities Other Long Term Liabilities Sub Total Long Term Liabilities
MINORITY SHAREHOLDER TOTAL LIABILITES TOTAL DEBT EQUITY

898,133 678,040 1,576,173 14,651 6,028,041 3,956,188

728,859 576,140 1,304,999 37,343 9,897,323 7,790,674

589,257 229,403 818,660 40,952 6,949,013 5,051,017

621,620 619,738 1,241,358 35,673 7,310,907 9,326,502

622,554 328,642 951,196 71,367 6,636,363 8,386,958

Paid Capital (Common Stock) Paid Capital (Preferred Stock) Pro Forma Equities Other Equity Retained Earnings Sub Total Equities
TOTAL LIABILITIES & SHAREHOLDERS EQUITY

2,000,000 0 1,303,465 381 1,770,486 5,074,332 11,117,024

2,000,000 0 1,303,465 0 2,136,296 5,439,761 15,374,427

2,000,000 0 1,303,465 18,468 2,483,905 5,805,838 12,795,803

2,000,000 0 1,303,465 0 888,154 4,191,619 11,538,199

2,000,000 0 1,303,465 18,468 3,314,038 6,635,971 13,343,701

Sumber: Prospektus Perseroan

14 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan
Statement of Income In Million Rupiah
REVENUE

2007 14,836,019 0 14,836,019

2008 20,631,431 0 20,631,431

2009 16,913,535 0 16,913,535

Q2-09 7,827,913 0 7,827,913

Q2-10 9,000,210 0 9,000,210

Sales Other Revenue Total Revenue


COST OF GOOD SOLD

Sub Total C O G S
GROSS PROFIT GENERAL & ADMINISTRATION COST

13,063,417 1,772,602

17,915,367 2,716,064

15,728,146 1,185,389

8,409,586 (581,673)

7,105,629 1,894,581

Selling cost General and Adminitration Sub Total Gen & Adm Cost
PROFIT BEFORE INTEREST & TAX

241,586 738,283 979,869 792,733 26,772 (285,720) (120,578) 84,156 (295,370) 497,363 (180,843) (3,079) 313,441 31.34

340,931 1,014,745 1,355,676 1,360,388 45,987 (366,989) (474,778) 176,215 (619,565) 740,823 (277,214) (4,038) 459,571 45.96

267,408 892,041 1,159,449 25,940 41,348 (458,339) 71,568 788,142 442,719 468,659 27,545 (1,532) 494,672 49.47

132,225 428,834 561,059 (1,142,732) 21,747 (328,351) (119,000) 143,863 (281,741) (1,424,473) 323,683 (289) (1,101,079) (110.11)

148,703 530,034 678,737 1,215,844 22,816 (112,191) 118,855 97,829 127,309 1,343,153 (346,290) 890 997,753 99.78

Interest Income Interest Expense Gain/Loss on forex Others Sub Total Others Income
PROFIT BEFORE TAXES TAX MINORITY SHAREHOLDER PROFIT AFTER TAXES

EARNINGS PER SHARE (EPS)

Sumber: Prospektus Perseroan


RATIO ANALYSIS Liquidity Acid-Test Ratio Current Ratio Leverage Ratio Total Assets to Equities Time Interest Earned Average Collection Period Long Term Debt to Equity Debt (interest) to Equity Activity Ratio Sales Turnover (Total Assets Turnover) Inventory Turnover Day to Sell Inventory Operating Cycle Profitability Gross Margin Operating Margin Tax Ratio Net Profit Margin Return on Equity Return on Assets 2007 69.24% 166.85% 219.08% -277.45% 58.264 31.06% 77.96% 133.45% 306.75% 117.358 175.622 11.95% 5.34% -36.36% 2.11% 6.18% 2.82% 2008 36.84% 134.51% 243.50% -370.69% 38.915 23.99% 143.22% 155.76% 288.53% 124.772 163.687 13.16% 6.59% -37.42% 2.23% 8.45% 3.47% 2009 58.76% 140.79% 242.60% -5.66% 40.005 14.10% 87.00% 120.08% 241.38% 149.143 189.148 7.01% 0.15% 5.88% 2.92% 8.52% 3.51% Q2-09 51.21% 124.96% 290.27% 348.02% 85.115 29.62% 222.50% 64.34% 183.25% 196.452 281.566 -7.43% -14.60% -22.72% -14.07% -26.27% -9.05% Q2-10 62.98% 157.29% 187.48% -1083.73% 76.032 14.33% 126.39% 72.34% 150.07% 239.894 315.925 21.05% 13.51% -25.78% 11.09% 15.04% 8.02%

Sumber: Research Development of IM-AIS

15 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010
Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan

Others Info
Working Capital Capital Expenditures NET TANGIBLE ASSETS (NTA) BOOK VALUE PER SHARE CASHFLOW PER SHARE Enterprise Value/EBITDA PER MIN (Rp 800) PER MAX (Rp 1.150) PBV MIN (Rp 800) PBV MAX (Rp 1.150)

2007 2,976,104 3,183,847 508.898 402.087 62.892 2.920 25.523 36.690 1.990 2.860

2008 2,965,378 3,162,273 434.002 402.087 84.306 4.566 17.408 25.023 1.990 2.860

2009 2,500,809 3,378,928 463.296 402.087 22.329 2.565 16.172 23.248 1.990 2.860

Q2-09 1,514,848 3,129,348 334.968 402.087 (9.946) (9.015) (7.266) (10.444) 1.990 2.860

Q2-10 3,257,261 3,943,540 531.485 402.087 55.028 9.163 8.018 11.526 1.990 2.860

Sumber: Research Development of IM-AIS

16 Your Investment Partner

Indosurya Equity (IPO) Research


PT. Krakatau Steel, Tbk.| October, 22nd 2010 Head Office :
Graha Surya Komp. Taman Perkantoran Kuningan Jl. Setiabudi Selatan I Kav. 9 Jakarta 12920, Indonesia Telp : 021 5790 5068 Fax : 021 5790 4859 E-mail : manajerinvestasi@indosurya.net indosurya_securities@yahoo.com Website : www.indosurya.net

Jakarta Branch : Grha Kencana Lt. 2 Jl. Perjuangan No. 88 Kebon Jeruk. Jakarta Barat Telp : 021 5365 0385 Fax : 021 5366 0695 Ruko Mega Grosir Cempaka Mas Blok J No. 5 Jl. Letjend. Suprapto. Jakarta Pusat 10640 Telp : 021 - 4288 3322 Fax : 021 - 4288 0268 Palembang Branch : Jl. Letkol. Iskandar No. 762. Palembang Telp : 0711 373 666 Fax : 0711 - 367 149 Surabaya Branch : Indosurya Tower Lt. 2 Jl. Basuki Rahmat 75, Surabaya Telp : 031 535 3333

Medan Branch : West Plaza Lt. 5 Jl. Diponegoro No. 16 Medan 20152 Telp : 061 455 8545 Fax : 061 457 5548 Padang Branch : Jl. Belakang Olo No. 35A, Padang Telp : 0751 841 845 Fax : 0751 841 894 Solo Branch : Jl. Slamet Riyadi No. 401 Surakarta 57139 Telp : 0271 711 958 Fax : 0271 - 737 477

Disclaimer: This document was not intended as an offer, or solicitation of an offer, a request to buy or sell securities and all matters relating to securities (such as securities mentioned herein, or from the same publisher, of the warrant or preemptive rights advance or other interests of such securities). All the information and opinions contained in this document have been collected by one of or derived from sources considered reliable and trustworthy. No pengatasnamaan or warranties, either directly or indirectly from the PT. Asjaya Indosurya Securities or any other party from PT. Asjaya Indosurya Securities, including the other side of the PT. Asjaya Indosurya Securities of documents can be obtained, as to the accuracy or completeness of the information contained in this document all opinions and estimates in this report represents our consideration on the date indicated and may change at any time without notice. PT Asjaya Indosurya Securities in 2010. 17 Your Investment Partner

Anda mungkin juga menyukai