PTKS merupakan pemimpin pasar di Indonesia dan produsen baja terbesar di Asia Tenggara
Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Global Steelmaking Capacity Outlook-Core Report C-World Steel Dynamics (2008) dan Laporan CRU Strategies Ltd. Industry Overview September 2010, PTKS merupakan salah satu produsen baja terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Sebagai produsen baja lembaran canai panas (HRC) dan baja lembaran canai dingin (CRC) terbesar dengan pangsa pasar sebesar 65% (HRC) dan 33% (CRC), serta produsen batang kawat baja (WR) terbesar kedua di Indonesia, dengan pangsa pasar sebesar 32%.
Penawaran Umum
PT. Krakatau Steel Tbk. berencana melakukan Penawaran Umum sebanyak-banyaknya 3.155.000.000 (tiga miliar seratus lima puluh lima juta) saham biasa atas nama seri B baru (saham baru) dengan nilai nominal Rp 500 (lima ratus Rupiah) yang ditawarkan dengan kisaran harga penawaran Rp 800 1.150 per saham yang mewakili sebesar-besarnya 20% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh pada saat mengajukan FPPS. Sektor : Industri Dasar & Kimia Subsektor : Logam dan sejenisnya Harga IPO : Rp 800 1.150 Penjamin Pelaksana Emisi : - PT. Bahana Securities
Peningkatan kinerja PTKS ditopang tingginya volume penjualan dan pengurangan hutang
Hingga 1H10, PTKS mampu meningkatkan pendapatan hingga 14,98% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan volume penjualan sebesar 31,9%. Sementara total kewajiban menunjukkan penurunan. Hingga perode 1H10, PTKS mampu menurunkan total kewajiban sebanyak 9,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan adanya pengurangan pada beberapa akun kewajiban seperti, hutang bank jangka pendek, hutang usaha, serta bagian pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Adanya penggunaan dana IPO yang lebih banyak diperuntukkan untuk menambah modal kerja, ekspansi, dan penyertaan modal pada anak perusahaan dipekirakan akan meningkatkan kinerja PTKS di masa mendatang.
Sekilas Perseroan
Perseroan, berkedudukan di Kota Cilegon menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No.34, tanggal 27 Oktober 1971, sebagaimana diubah dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar No.25, tanggal 29 Desember 1971. Melakukan usaha dibidang industri besi dan baja serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.
Produk Baja
Kegiatan usaha produksi baja meliputi produksi baja mentah, produksi dan penjualan produk baja setengah jadi, dan produk baja jadi termasuk billet baja, HRC dan CRC, batang kawat baja (WR), baja tulangan, baja profil dan pipa baja. Kegiatan usaha produksi baja didukung oleh kegiatan enjinering, pengadaan, konstruksi, pembangkit tenaga listrik, jasa kepelabuhanan, fasilitas pengolahan air bersih dan layanan teknologi informasi. PTKS mengimpor bijih besi dalam bentuk pellet dari negara-negara di kawasan AS dan Timur Tengah. Sebagian besar produk baja yang dihasilkan, dijual dan didistribusikan di dalam negeri. Sementara sebagian kecil lainnya dijual ke pasar internasional. Di bawah ini volume produksi baja perseroan.
Keterangan HRC CRC WR Baja Profil Baja Tulangan Pipa Baja Jumlah (MT) 2005 1,371,322 512,904 297,059 67,383 127,431 43,219 2,419,318 2006 1,634,657 552,659 184,519 41,173 64,369 31,012 2,508,389 2007 1,731,016 613,639 340,909 87,085 103,734 20,307 2,896,690 2008 1,596,389 520,888 256,267 71,372 94,377 45,814 2,585,107 2009 1,602,295 475,990 251,479 46,551 79,307 51,100 1H09 676,693 191,145 138,128 22,129 29,447 30,937 1H10
HRC CRC 10%
19% 64%
WR
Baja Profil
Baja Tulangan
Pipa Baja
2,506,722 1,088,479
Untuk periode yang berakhir pada akhir tahun 2009 dan periode 1H10, telah diproduksi HRC sebanyak 1.602.295 metrik ton (MT) dan 971.372 MT, CRC sebanyak 475.990 MT dan 257.029 MT, serta produk batang kawat baja (WR) sebanyak 251.479 MT dan 139.519 MT, baja profil (steel section) sebanyak 46.551 MT dan 40.299 MT, baja tulangan (steel bars) sebanyak 79.307 MT dan 44.754 MT, dan pipa baja (steel pipes) sebanyak 51.100 MT dan 30.029 MT. Saat ini, PTKS mengimpor bahan baku termasuk bijih besi dari negara-negara di AS dan Timur Tengah. Perseroan menggunakan HRC yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan CRC dan pipa baja dalam jumlah besar. Untuk periode yang berakhir pada akhir tahun 2009 dan periode 1H10, PTKS menggunakan 575.049 MT dan 317.118 MT HRC untuk bahan baku pembuatan CRC dan pipa baja. Perseroan menjual sebagian besar produknya di Indonesia terutama pada pelanggan di Jakarta dan sekitarnya, dan juga di daerah Surabaya, Jawa Timur. Tabel di bawah menampilkan pendapatan bersih perseroan berdasarkan jenis produk baja jadi (termasuk persentase jumlah penjualan segmen baja) untuk periode-periode sebagai berikut:
2006
WR
2007
2008
Baja Profil
2009
1H09
1H10
Pipa Baja
Baja Tulangan
Pemasaran
Sebagian besar pelanggan berlokasi di Indonesia. PTKS bergerak pada kegiatan penjualan produk baja di pasar domestik. Sebanyak 76,2% dari total volume penjualan HRC, CRC, batang kawat baja, baja profil, baja tulangan, dan pipa baja domestik hingga akhir 2009 diperuntukkan bagi pelanggan yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Perseroan juga mengekspor produk baja tergantung pada kondisi pasar baja secara umum. Perseroan menerapkan strategi pemasaran yang bersifat fleksibel yang dirancang khusus sesuai permintaan konsumen dan pasar produk baja. Strategi pemasaran dikembangkan untuk jangka panjang dengan lebih berupaya untuk menjual dan menjalin Fasilitas produksi PTKS terletak di Cilegon, Banten, 94 km hubungan yang erat dengan konsumen produk baja Perseroan tanpa mengurangi peran sebelah barat Jakarta. dari perantara seperti pedagang umum, stokis dan pusat perdagangan baja dan koil. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan one-time delivery untuk pengiriman produk dan mengembangkan tenaga penjualan. Perseroan juga menyediakan pusat pelayanan terpadu (one-stop service) untuk penyelesaian permasalahan teknis bagi pelanggan.
b.
c.
d.
e.
Keterangan Modal dasar Modal ditempatkan dan disetor penuh Negara Republik Indonesia - Saham Seri A Dwiwarna - Saham Biasa Atas Nama Seri B Karyawan dan Manajemen Jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh Jumlah saham dalam portepel
Sumber: prospektus perseroan
Nilai Nominal Rp 500 per saham Jumlah Saham Nilai Nominal (Rp) 40,000,000,000 20,000,000,000,000
Sesuai dengan Keputusan Pemegang Saham Perseroan tanggal 7 Oktober 2010, yang dituangkan dalam Akta No. 75/2010, telah disetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan oleh Negara Republik Indonesia sebesar Rp 1.310.000.000.000, dimana sebesar Rp 1.303.465.272.478 merupakan Penyertaan Modal Negara dan Rp 6.534.727.522 merupakan kapitalisasi Laba Ditahan (retained earning) per 30 Juni 2010. Berdasarkan akta perseroan maka di bawah ini tersaji struktur permodalan dari perseroan sekaligus struktur permodalan perseroan setelah dilakukannya penawaran umum. Sebelum IPO Sesudah IPO Keterangan Nilai Nominal Rp 500 per saham Jumlah Saham Nilai Nominal (Rp) % Jumlah Saham Nilai Nominal (Rp) Modal dasar 40,000,000,000 20,000,000,000,000 40,000,000,000 20,000,000,000,000 Modal ditempatkan dan disetor penuh Negara Republik Indonesia - Saham Seri A Dwiwarna 1 500 0.00 1 500 - Saham Biasa Atas Nama Seri B 12,619,999,999 6,309,999,999,500 100.00 12,619,999,999 6,309,999,999,500 Karyawan dan Manajemen Masyarakat - Saham Biasa Atas Nama Seri B 3,155,000,000 1,577,500,000,000 Jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh 12,620,000,000 6,310,000,000,000 15,775,000,000 7,887,500,000,000 Jumlah saham dalam portepel 27,380,000,000 13,690,000,000,000 24,225,000,000 12,112,500,000,000
Sumber: prospektus perseroan
0.00 80.00
20.00 100.00
Bersamaan dengan pencatatan sebanyak-banyaknya 3.155.000.000 (tiga miliar seratus lima puluh lima juta) saham biasa atas nama (saham baru) yang ditawarkan dalam Penawaran Umum ini, PTKS atas nama pemegang saham sebelum Penawaran Umum akan mencatatkan 12.619.999.999 (dua belas miliar enam ratus sembilan belas juta sembilan ratus sembilan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan) saham biasa atas nama dan 1 ( satu) saham Seri A Dwiwarna sehingga jumlah seluruh saham yang akan dicatatkan pada BEI sebanyak-banyaknya berjumlah 15.775.000.000 (lima belas miliar tujuh ratus tujuh puluh lima juta) saham atau 100,0% (seratus persen) dari seluruh jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh setelah Penawaran Umum. Dari jumlah saham baru yang akan ditawarkan, sebanyak-banyaknya 5% (lima persen) dari jumlah saham yang akan ditawarkan akan dijatahkan secara khusus untuk program MESA Perseroan. Selain itu, Perseroan merencanakan untuk memberikan opsi kepada Peserta Program MESOP dengan mengeluarkan hak opsi sebanyak-banyaknya 2% (dua persen) dari jumlah saham yang disetor penuh setelah Penawaran Umum dalam periode 3 (tiga) tahap tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) kepada pemegang saham lama. Negara Republik Indonesia tidak akan menjual atau mengalihkan saham yang dimilikinya di Perseroan setelah Penawaran Umum dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal pencatatan. Selain Program MESOP tersebut, Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan saham baru dan/atau efek lainnya yang dapat dikonversikan menjadi saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pencatatan.
99,99%
99,99%
98,50%
99,99%
99,99
99,99%
99,99%
28,17%
99,98%
66,00%
KWT
KDL
KHIP
KIEC
KE
KBS
KTI
KM
KI Tech
MJIS
Dalam penelitiannya, CRU berpendapat bahwa pendorong pertumbuhan konsumsi baja dan produksi yang paling penting selama ini adalah Cina, dimana produksi baja mentah tumbuh rata-rata 22,0% per tahun dari tahun 2000 hingga tahun 2006, yang diakibatkan oleh meningkatnya permintaan di sektor end user baja seperti konstruksi, mobil, dan peralatan-peralatan rumah. Peningkatan ini terutama didorong oleh ekspansi perekonomian Cina yang cepat dimana telah membawa pertumbuhan infrastruktur yang luas. Cina berkontribusi sebesar 15% dari produksi baja mentah dari seluruh produksi baja mentah dunia pada tahun 2000 dan 46,45% pada tahun 2009. Hingga pertengahan tahun 2010, kontribusi konsumsi Cina terhadap baja mentah telah mencapai 45,77%. Kami perkirakan hingga akhir tahun, persentase kontribusi ini akan terus meningkat. CRU berpendapat bahwa peningkatan produksi baja Cina di pasar baja Asia memiliki dampak signifikan terhadap industri baja Indonesia karena Indonesia adalah negara pengimpor. Sementara harga baja tersebut dipengaruhi oleh harga regional, yang sampai pada batasan tertentu menjadi fungsi dari permintaan dan penawaran di Cina. Negara-negara yang telah menunjukkan pertumbuhan yang kuat dalam produksi baja mentah selama dekade terakhir ini adalah India dan Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa atau MENA). Data tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat konsumsi baja mentah yang paling rendah dibanding negara-negara lainnya. Hal ini diharapkan dapat membuka peluang bagi industri baja untuk penyediaan produk-produk baja yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan konsumsi baja mentah di Indonesia.
Dalam penelitiannnya, CRU menilai bahwa perlambatan ekonomi global telah berdampak pada pembangunan ekonomi Indonesia di tahun 2009. Pertumbuhan yang cepat diharapkan akan berlanjut pada tahun 2010 dan terus mempercepat sedikit demi sedikit sampai pertengahan dekade ini. Dalam laporannya, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi riil kuartal II-2010 sebesar 6,5%. Pada kuartal I-2010 pertumbuhan ekonomi riil mencapai 5,5% sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi selama semester I2010 mencapai 5,9%. Hal ini menandakan selama semester I-2010 telah berlangsung akselerasi menuju tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Dengan akselerasi ini, kami menilai, pertumbuhan ekonomi riil sepanjang 2010 dimungkinkan akan mencapai sekitar 6,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan target Pemerintah sebelumnya. Berdasarkan data di atas maka peling tidak tingkat pertumbuhan Indonesia hingga akhir 2010 bisa menyamai tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2007. CRU melihat bahwa Indonesia akan memasuki fase pertumbuhan yang banyak menggunakan baja. Hal ini didasarkan pada perkembangan industri, konstruksi, dan infrastruktur. Sektor energi diharapkan tumbuh karena adanya proses pengembangan gas dan minyak yang banyak mempergunakan baja dalam pembuatan tabung dan pipa untuk pengiriman. Sektor energi Indonesia akan menjadi pendorong penting dalam permintaan baja. Mengingat pertumbuhan GDP per kapita dan daerah-daerah perkotaan berpenduduk padat di Indonesia, konstruksi perumahan juga diharapkan meningkat selama beberapa tahun ke depan. Selain itu, infrastruktur juga akan mendorong permintaan baja pada dekade berikutnya. Skema-skema rencana Pemerintah seperti Inisiatif Infrastruktur Indonesia telah dibentuk untuk meningkatkan penyaluran air dan kondisi sanitasi di seluruh negeri, serta untuk meningkatkan jaringan transportasi melalui jalan darat, kereta api, dan laut. CRU beranggapan, peningkatan jaringan transportasi yang dikombinasikan dengan kenaikan bertahap dalam kekayaan pribadi diharapkan daapt membawa permintaan yang lebih besar untuk mobil. Pada akhirnya, memicu peningkatan konsumsi HRC dan CRC. Di lain pihak, permintaan untuk pelat baja yang dibutuhkan oleh pembuat kapal di Indonesia diharapkan dapat membawa peningkatan transportasi di laut, dalam bentuk baik perjalanan maupun perdagangan.
Dari data di atas menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan keempat populasi penduduk terbesar dunia. Selama kurun waktu 2000 hingga 2009, tercatat penduduk Indonesia bertumbuh 12,19%. Angka ini masih di bawah pertumbuhan India selama periode tersebut yang bertumbuh 14,86%. Meskipun demikian, tingginya pertumbuhan ini diharapkan mampu meningkatkan konsumsi baja per pnduduknya.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi baja jadi per kapita Indonesia masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Bahkan terhadap negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura. Akan tetapi, tingkat konsumsi ini masih lebih baik sedikit bila dibandingkan dengan Filipina. Selain itu, kami melihat hal yang menarik pada data di atas ialah adanya pergerakan yang berlawanan antara GDP per kapita suatu negara dengan konsumsi baja jadi per kapita. Artinya, tingkat GDP per kapita yang tinggi belum tentu mengakibatkan tingkat konsumsi baja jadi per kapitanya juga ikut naik. Kita bisa coba bandingkan antara Jepang, Amerika Utara, dan Singapura. Amerika Utara memiliki GDP per kapita lebih tinggi dari dua negara tersebut. Bahkan tertinggi di antara negara-negara lainnya namun, tingkat konsumsi baja jadi per kapitanya masih lebih rendah dibandingkan Jepang dan Singapura. Tingkat konsumsi baja jadi per kapita Amerika Utara tidak jauh beda dengan Thailand yang memiliki GDP per kapita 14 kali lebih rendah dibandingkan Amerika Utara.
7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 2000 HRC 2001 CRC 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1H10 Lain-lain
Coil Plate
Batang kawat
Keterangan HRC CRC Coil Plate Reversing mill plate Batang kawat Lain-lain Jumlah
Konsumsi Baja Jadi di Indonesia (ribuan Metrik Ton) 2003 2004 2005 2006 2007 711.00 1,234.00 1,130.00 929.00 1,429.00 271.00 408.00 752.00 503.00 757.00 60.00 83.00 280.00 80.00 283.00 552.00 478.00 544.00 443.00 277.00 518.00 530.00 607.00 790.00 895.00 2,468.00 2,837.00 3,551.00 3,068.00 3,360.00 4,580.00 5,570.00 6,864.00 5,813.00 7,001.00
Produksi Baja jadi di Indonesia Tahun 2009 (Jutaan MT/tahun) HRC (Gross) CRC (Gross) WR 2.00 0.85 0.45 0.70 0.00 0.00 0.00 0.40 0.00 0.00 0.00 0.06 0.00 0.00 0.10 0.00 0.00 0.70 0.35 0.00 0.00 0.10 0.00 0.00 0.10 0.15 0.00 0.06 0.23 0.00 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 0.25 0.00 0.00 0.10 0.00 0.00 0.05 3.31 1.69 1.71
Saat ini, fasilitas produksi Perseroan terletak di Cilegon, propinsi Banten atau 94 KM sebelah barat Jakarta yang merupakan pasar utama produk Perseroan. Fasilitas produksi PTKS hanya berjarak 5 KM dari pelabuhan Cigading yang terletak dekat dengan Selat Sunda dimana fasilitas pelabuhan tersebut memberikan kemudahan akses kepada pelanggan domestik Perseroan serta pasokan bahan baku impor yang dikirimkan oleh 1.13% pemasok yang dibutuhkan oleh Perseroan. Kegiatan operasional PTKS juga didukung oleh berbagai infrastruktur yang diberikan oleh anak-anak perusahaan di Cilegon, yang termasuk di dalamnya pembangkit listrik, jasa kepelabuhanan, dan fasilitas pengolahan air bersih. Hingga akhir semester I tahun 2010, PTKS memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp 9 triliun, naik 14,98% dibandingan periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 7,83 triliun. Kenaikan nilai penjualan ini ditopang oleh meningkatnya volume produksi pada hampir seluruh produksi PTKS. Hingga pertengahan tahun 2010, PTKS telah memproduksi sebanyak 1,48 juta metrik ton baja, naik 36,25% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar 1,09 juta metrik ton. Di tengah peningkatan volume produksi ini, tercatat volume produksi pipa baja mencatatkan penurunan produksi dari sejumlah 30.937 metrik ton pada periode 1H09 menjadi sejumlah 30.029 metrik ton pada 1H10, atau mengalami penurunan 2,93%. Kontribusi kenaikan volume produksi masih dipegang oleh produk HRC atau lembaran canai panas yang mengalami kenaikan volume produksi sebesar 43,55% dari 676.693 metrik ton pada 1H09 menjadi 971.372 metrik ton pada 1H10. Pendapatan PTKS hingga akhir 2010 mengalami penurunan menjadi Rp 16,91 triliun, lebih rendah 18,02% dibandingkan perolehan 2008 sebesar Rp 20,63 triliun. Penurunan ini seiring dengan berkurangnya volume produksi di tahun 2009. Pendapatan PTKS dikontribusi tidak hanya dari penjualan produk baja saja namun, juga berasal dari lini bisnis usaha perseroan yang dijalankan oleh para anak usaha meskipun penjualan baja masih menjadi kontributor terbesar pendapatan PTKS. Perseroan dan anak perusahaan mengklasifikasikan usahanya menjadi 3 segmen usaha yaitu, produk baja, real estate, dan perhotelan. Hingga periode 1H10, kontribusi dari masing-masing usaha terhadap pendapatan bersih perseroan ialah produk baja 92,41%; real estate 1,13%; rancang bangun (konstruksi), teknologi informasi (TI), dan jasa lainnya 16,14%. Sementara di akhir 2009, kontribusi masing-masing segmen ialah 92,84%, 0,82%, dan 11,55%. Dari segmen penjualan produk baja, kontribusi penjualan kepada lokal periode 1H10 sebanyak 89,76% dan 2,49% dijual ke luar negeri. Sementara di akhir 2009, penjualan kepada pihak lokal sebesar 90,60% dan kepada pihak luar negeri sebesar 2,24%. Meskipun volume produksi pada 1H10 mengalami kenaikan, perseroan mampu menurunkan beban pokok penjualan. Hingga 1H10, beban pokok penjualan PTKS mencapai Rp 7,10 triliun, turun 15,51% dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 8,4 triliun. Sementara pada akhir 2009, beban pokok penjualan mencapai Rp 15,73 triliun, turun 12,21% dibandingkan periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp 17,92 triliun. Penurunan pendapatan dan beban pokok penjualan pada tahun 2009 memberi dampak pada perolehan laba kotor perseroan. Laba kotor PTKS pada akhir tahun 2009 sebesar Rp 1,18, turun 56,36% dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 2,72 triliun. Meskipun hingga 1H09 perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 585,67 miliar, perseroan mampu menghasilkan peningkatan laba kotor pada 1H10 menjadi Rp 1,89 triliun atau naik 225,71%.
92.41%
89.76%
Pada akhirnya, meskipun PTKS mencatatkan penurunan pendapatan di akhir 2009 namun, masih mampu menghasilkan peningkatan laba bersih. Di akhir 2009, laba bersih PTKS mencapai Rp 494,67 milyar, naik 7,64% dibandingkan akhir 2008 sebesar Rp 14,000,000 459,57 milyar. Peningkatan ini tertolong oleh penghasilan lain-lain yang naik 28,54% dari 12,000,000 yang tadinya merugi Rp 619,56 milyar menjadi Rp 442,72 milyar. Salah satu penopang kenaikan ini ialah keuntungan penjualan kepemilikan saham perseroan pada PT Latinusa 10,000,000 dan keuntungan valas. Sementara pada periode 1H10, PTKS kembali mencatatkan 8,000,000 kenaikan laba bersih sebesar 9,38% dari rugi senilai Rp 1,10 triliun pada 1H09 menjadi Rp 997,75 milyar. Kenaikan ini kembali ditopang oleh kenaikan penghasilan lain-lain yang 6,000,000 meningkat signifikan sebesar 54,81% dari rugi Rp 281,74 milyar pada 1H09 menjadi Rp 4,000,000 127,31 milyar pada 1H10. Kenaikan pada penghasilan lain-lain disebabkan oleh kenaikan 2,000,000 keuntungan valas dan penurunan beban bunga yang cukup signifikan. Hingga 1H10, PTKS memiliki total aset sebesar Rp 13,34 triliun dengan posisi kas dan setara kas mencapai Rp 1,52 triliun. Posisi ini mengalami kenaikan sebesar 5,40% untuk total aset dan sebesar 38,06% bila dibandingkan periode 1H09 sebesar Rp 10,64 triliun untuk total aset dan Rp 1,10 triliun untuk kas dan setara kas. Kenaikan kas dan setara kas pada periode tersebut diiringi oleh penurunan, baik piutang usaha maupun piutang lainlain dan pembayaran uang muka kepada perseroan. Sementara itu, selama periode tersebut terdapat kenaikan aset tetap dimana mengalami kenaikan sebesar 26,02%. Kenaikan pada aset tetap terutama ditopang oleh peningkatan aset dalam penyelesaian yang meningkat sebesar 269,06% dari Rp 361,16 milyar pada 1H09 menjadi Rp 1,33 triliun pada 1H10. Sementara itu pada akhir 2009 total aset meningkat sebesar 0,18% dan kas setara kas meningkat 59,93% bila dibandingkan dengan perolehan akhir 2008. Aset tetap perseroan pun juga mengalami peningkatan sebesar 6,85% selama periode tersebut. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan alat pengangkutan (5,35%), peralatan rumah dan kantor (116,72%), dan aset dalam penyelesaian (123,27%) selama periode 2008-2009.
0
2007
2008
2009
Q2-09
Q2-10
0 Hingga 1H10, PTKS memiliki total kewajiban senilai Rp 6,64 triliun, turun 9,23% dibandingkan periode 1H09 sebesar Rp 7,31 triliun. Penurunan pada periode tersebut diiringi oleh penurunan antara lain hutang bank jangka pendek (-20,85%), bagian pinjaman dan kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun (14,11%), serta kewajiban kesejahteraan karyawan (-60,91%). Dengan demikian jumlah 12,000,000 hutang perseroan selama periode tersebut mengalami penurunan sebesar 10,07% dari Rp 9,33 triliun pada 1H09 menjadi Rp 8,39 triliun pada 1H10. Sementara itu pada akhir 10,000,000 2009 total kewajiban menurun sebesar 29,79% dibandingkan dengan perolehan akhir 2008 sebesar Rp 9,897 triliun. Penurunan kewajiban pada tahun 2009 disebabkan oleh 8,000,000 adanya penurunan cukup signifikan pada antara lain, hutang bank jangka pendek (37,19%), hutang pajak (-44,42%), serta bagian pinjaman dan kewajiban jangka panjang 6,000,000 yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun (-10,75%). Dengan demikian jumlah hutang 4,000,000 perseroan selama periode tersebut mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 35,17% dari Rp 7,79 triliun pada 2009 menjadi Rp 5,05 triliun pada 2010. 2,000,000
2007
2008
2009
Q2-09
Q2-10
Hal yang menarik yang kami temukan ialah selama beberapa periode, perseroan mampu menurunkan jumlah kewajiban maupun hutangnya dengan kondisi keuangan yang ada. Bahkan di tahun 2009 di masa kondisi keuangan yang cukup sulit, PTKS tetap mampu menurunkan jumlah kewajiban dan hutangnya. Selain itu, tidak adanya dana hasil IPO yang digunakan untuk membayar hutang meskipun perseroan masih memiliki hutang kepada beberapa bank, antara lain BMRI, BBRI, Deutsche Bank, BNGA, serta HSBC. Hal ini menandakan masih kuatnya posisi keuangan perseroan.
KS 65%
Gunawan Dianjaya
0.35
0.7
PT KS
0.2
0.4
0.6
0.8
MT/Y
1.2
1.4
1.6
1.8
Jayapari Steel
0.15
Gunawan Dianjaya
0.23
0.4
0.85
0.9
Dari data tersebut terlihat bahwa kinerja saham perusahaan logam dan sejenisnya tidak begitu bagus. Hal ini terlihat daro perolehan initial return pada saat hari pertama IPO. Akan tetapi, penilaian kami berbeda pada pelepasan saham perdana (IPO) PTKS. Kami melihat bahwa kinerja saham PTKS bisa melebihi kinerja perusahaan logam lain yang terlebih dahulu IPO. Apalagi PTKS merupakan BUMN dan pemain utama yang menguasai pangsa pasar produk baja domestik. Selain itu, melihat animo asing untuk berpartisipasi pada saham PTKS membuat saham ini sangat menarik. Dengan demikian, kami optimis PTKS akan mengalami oversubscribed. Menurut estimasi kami, bisa lebih dari 7 kali permintaan. Berikut kami berikan perkiraan perolehan dan penggunaan dana IPO, sebagai berikut.
Penggunaan Dana Pendanaan investasi barang modal Modal Kerja Pembelian bahan baku Proyek KS-POSCO Penyertaan modal pada anak usahan
Sumber: Research Development of IM-AIS
Penggunaan Dana pada Kisaran Harga IPO (Rp M) 800 1150 850 903.59 1,299.33 960.68 610.81 878.31 649.39 631.00 907.35 670.86 378.60 544.41 402.52
Harga IPO
Jumlah Lembar Perolehan Saham IPO (Juta Lbr.) Dana (Rp M) 800 3,155 2,524 1,150 3,156 3,629 850 3,157 2,683
Hasil analisis PTKS, kami revisi kembali menyusul keluarnya penetapan harga perdana PTKS sebesar Rp 850. Sebelumnya, kami memperkirakan saham perdana PTKS akan dilepas pada kisaran harga Rp 1.000-1.100 dengan potensial kenaikan 14%-25%. Hal ini didasarkan perhitungan sederhana nilai intrinsik saham PTKS senilai Rp 1.250-1.500, berdasarkan laporan keuangan 2009. Artinya, bila diasumsikan kinerja pada akhir 2010 lebih tinggi dari kinerja 2009 maka nilai intrinsik tersebut akan bernilai lebih besar lagi. Dari informasi yang kami peroleh, adanya bantahan dari Pemerintah bahwa harga murah saham PTKS itu demi untuk menarik lebih banyak investor asing. Pemerintah mengaku sengaja mematok harga saham perdana PTKS di Rp 850/lembar untuk menguntungkan konsumen. Harga saham PTKS diambil lebih rendah dari batas atas bukan karena tawaran investor asing yang sangat rendah. Hal ini dilakukan untuk memberi ruang kepada investor agar dapat meraih capital gain sehingga lebih menarik. Diharapkan dengan Rp 850/lembar akan banyak investor jangka panjang yang masuk dan terhindar dari permainan spekulasi dimana beberapa kali terjadi pada harga saham emiten yang melaksanakan IPO. Pemerintah juga sudah menetapkan porsi asing sebesar 35% dan lokal sebanyak 65%. Berikut kami sajikan perbandingan beberapa kinerja PTKS dengan sampel perusahaan baja dunia lainnya.
Perusahaan China Steel Steel Authority of India Tata Steel POSCO Arcelor Mittal Hyundai Steel Co. Krakatau Steel (800) Krakatau Steel (1.150) Krakatau Steel (850) PER 21.23 13.64 n.a 12.65 11.82 8.64 8.02 11.53 8.52 PBV 1.72 2.77 2.49 1.32 0.94 1.50 1.99 2.86 2.11 ROE 8.15% 22.02% -9.12% 10.99% 0.20% 20.15% 15.04% 15.04% 15.04% ROA 4.21% 10.83% -1.78% 6.62% 0.09% 8.15% 8.02% 8.02% 8.02% OPM 7.21% 21.00% 3.47% 10.50% -2.58% 7.11% 13.51% 13.51% 13.51%
Melihat data di atas maka PTKS bisa masuk dalam penilaian kami. Dengan asumsi PER yang masih rendah menandakan PTKS memiliki peluang untuk dapat mengembangkan kinerja, baik perseroan maupun sahamnya.
2007 636,600 44,938 2,401,108 4,258,611 5,024 81,691 7,427,972 6,801,738 3,617,891 3,183,847 34,027 57,410 413,768 505,205 3,689,052 4,017,126
2008 1,100,493 5,341 2,059,319 8,159,937 22,668 209,944 11,557,702 7,095,581 3,933,308 3,162,273 34,154 50,417 569,881 654,452 3,816,725 10,205,716
2009 1,759,964 142,550 1,699,728 4,871,981 15,116 141,823 8,631,162 7,523,091 4,144,163 3,378,928 136,753 52,246 596,714 785,713 4,164,641 10,223,893
Q2-09 1,100,156 6,067 2,001,784 4,306,219 28,706 141,465 7,584,397 7,198,699 4,069,351 3,129,348 44,662 52,542 727,250 824,454 3,953,802 10,639,389
Q2-10 1,518,889 261,950 1,799,896 5,163,754 49,097 148,842 8,942,428 8,249,829 4,306,289 3,943,540 142,102 51,256 264,375 457,733 4,401,273 11,213,441
Cash Deposits and Marketable Securities Account Receivable Inventory Prepaid Taxes Other Current Assets Sub Total Current Assets
FIXED ASSETS
Building, Plant & Machine Accumulated Depreciation Sub Total Fixed Assets
OTHER ASSETS
Long-term Investment Real Estate Asset Others Sub Total Other Assets
Sub Total Non-Current Assets TOTAL ASSETS CURRENT LIABILITES
Short Term Bank Loan & Overdrafts Account Payable Tax payable Accrued Expense Pro Forma Liabilities Current Maturities of Long-term debt-Bank Other Current Liabilities Sub Total Current Liabilities
LONG TERM LIABILITES
Long-term borrowings, net of current maturities Other Long Term Liabilities Sub Total Long Term Liabilities
MINORITY SHAREHOLDER TOTAL LIABILITES TOTAL DEBT EQUITY
Paid Capital (Common Stock) Paid Capital (Preferred Stock) Pro Forma Equities Other Equity Retained Earnings Sub Total Equities
TOTAL LIABILITIES & SHAREHOLDERS EQUITY
Sub Total C O G S
GROSS PROFIT GENERAL & ADMINISTRATION COST
13,063,417 1,772,602
17,915,367 2,716,064
15,728,146 1,185,389
8,409,586 (581,673)
7,105,629 1,894,581
Selling cost General and Adminitration Sub Total Gen & Adm Cost
PROFIT BEFORE INTEREST & TAX
241,586 738,283 979,869 792,733 26,772 (285,720) (120,578) 84,156 (295,370) 497,363 (180,843) (3,079) 313,441 31.34
340,931 1,014,745 1,355,676 1,360,388 45,987 (366,989) (474,778) 176,215 (619,565) 740,823 (277,214) (4,038) 459,571 45.96
267,408 892,041 1,159,449 25,940 41,348 (458,339) 71,568 788,142 442,719 468,659 27,545 (1,532) 494,672 49.47
132,225 428,834 561,059 (1,142,732) 21,747 (328,351) (119,000) 143,863 (281,741) (1,424,473) 323,683 (289) (1,101,079) (110.11)
148,703 530,034 678,737 1,215,844 22,816 (112,191) 118,855 97,829 127,309 1,343,153 (346,290) 890 997,753 99.78
Interest Income Interest Expense Gain/Loss on forex Others Sub Total Others Income
PROFIT BEFORE TAXES TAX MINORITY SHAREHOLDER PROFIT AFTER TAXES
Others Info
Working Capital Capital Expenditures NET TANGIBLE ASSETS (NTA) BOOK VALUE PER SHARE CASHFLOW PER SHARE Enterprise Value/EBITDA PER MIN (Rp 800) PER MAX (Rp 1.150) PBV MIN (Rp 800) PBV MAX (Rp 1.150)
2007 2,976,104 3,183,847 508.898 402.087 62.892 2.920 25.523 36.690 1.990 2.860
2008 2,965,378 3,162,273 434.002 402.087 84.306 4.566 17.408 25.023 1.990 2.860
2009 2,500,809 3,378,928 463.296 402.087 22.329 2.565 16.172 23.248 1.990 2.860
Q2-09 1,514,848 3,129,348 334.968 402.087 (9.946) (9.015) (7.266) (10.444) 1.990 2.860
Q2-10 3,257,261 3,943,540 531.485 402.087 55.028 9.163 8.018 11.526 1.990 2.860
Jakarta Branch : Grha Kencana Lt. 2 Jl. Perjuangan No. 88 Kebon Jeruk. Jakarta Barat Telp : 021 5365 0385 Fax : 021 5366 0695 Ruko Mega Grosir Cempaka Mas Blok J No. 5 Jl. Letjend. Suprapto. Jakarta Pusat 10640 Telp : 021 - 4288 3322 Fax : 021 - 4288 0268 Palembang Branch : Jl. Letkol. Iskandar No. 762. Palembang Telp : 0711 373 666 Fax : 0711 - 367 149 Surabaya Branch : Indosurya Tower Lt. 2 Jl. Basuki Rahmat 75, Surabaya Telp : 031 535 3333
Medan Branch : West Plaza Lt. 5 Jl. Diponegoro No. 16 Medan 20152 Telp : 061 455 8545 Fax : 061 457 5548 Padang Branch : Jl. Belakang Olo No. 35A, Padang Telp : 0751 841 845 Fax : 0751 841 894 Solo Branch : Jl. Slamet Riyadi No. 401 Surakarta 57139 Telp : 0271 711 958 Fax : 0271 - 737 477
Disclaimer: This document was not intended as an offer, or solicitation of an offer, a request to buy or sell securities and all matters relating to securities (such as securities mentioned herein, or from the same publisher, of the warrant or preemptive rights advance or other interests of such securities). All the information and opinions contained in this document have been collected by one of or derived from sources considered reliable and trustworthy. No pengatasnamaan or warranties, either directly or indirectly from the PT. Asjaya Indosurya Securities or any other party from PT. Asjaya Indosurya Securities, including the other side of the PT. Asjaya Indosurya Securities of documents can be obtained, as to the accuracy or completeness of the information contained in this document all opinions and estimates in this report represents our consideration on the date indicated and may change at any time without notice. PT Asjaya Indosurya Securities in 2010. 17 Your Investment Partner