Anda di halaman 1dari 16

PENUGASAN BLOK HUMANIORA ESAI ILMIAH

DIBALIK TOPENG, TOPENG MONYET

Disusun oleh : LEILIA FIBRIANASARI 07711033 KELOMPOK TUTORIAL 7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA 2007

DAFTAR ISI

Daftar Isi. i Foto. 1 Esai Ilmiah.. 3 Lampiran 1. Identitas responden.. 8 2. hasil wawancara... 9

FOTO
Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang yang sesat (QS. Al-Hijr: 56) Sesungguhnya, tiada berputus dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir (QS. Al-Hijr: 55)

Dari sinilah aku menafkahi keluargaku


Bapak Dorin sedang mempersiapkan segala macam properti yang akan di gunakan oleh Cipluk dalam pertunjukannya. Diambil di Perumahan Griya Perwita Wisata di Jakal KM 13,4

FOTO

Inilah Sang Pemeran Utama


Cipluk sang pemeran utama yang kali ini jadi sorotan sedang mempersiapkan diri sebelum menghadapi pertunjukkan. Diambil di Perumahan Griya Perwita Wisata Jakal KM 13,4

DIBALIK TOPENG, TOPENG MONYET


Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepad orang-orang sabar. (QS. 2:155) (yaitu) orang-orang yang apabiladitimpa musibah, mereka mengucapkan:Innaa lillahi wa innaa ilaihi raajiuun. (QS. 2:156) Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulsh orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 2:157)

Sekarang modernitas sudah mulai merajalela di Indonesia bahkan di dunia. Anakanak sekarang lebih senang nongkrong di depan pesawat televise atau komputer untuk bermain game atau play station. Yang dulunya anak-anak masih bemain mobil-mobilan dari kulit jeruk sekarang sudah menggunakan mobil-mobilan yang bermesin dan bahkan menggunakan remote control. Tapi masih ingatkah kita dengan sebuah tontonan yang sangat digemari dimasa lalu? Ya, topeng monyet. Sebuah pertunjukan yang tidak lekang oleh zaman yang modern saat ini. Walaupun sekarang sudah sangat jarang ditemui, tapi pertunjukkan ini tetap mempertahankan eksistensinya di masyarakat. Topeng monyet, yang dalam kultur Jawa disebut tandak bedes ini, memang berasal dari Jawa. Monyet yang dilatih untuk komidi biasanya adalah spesies Cebus capucinus, bertubuh sedang dengan ekor panjang. Di Jawa Timur bahkan ada sebuah desa, namanya Desa Wates, di Kabupaten Blitar, yang terkenal sebagai desa tempat monyet-monyet dilatih untuk ditanggap dalam atraksi topeng monyet. Hampir setiap warga memelihara monyet untuk dilatih beratraksi. Sedang enak-enaknya ngobrol dengan teman, tiba-tiba terdengar suara yyang gak jelas. Lalu berapa saat kemudian muncullah seorang pria dengan mengendarai sepeda motor dengan membawa keranjang di jok belakang motor yang gak jelas juga apa isinya. Ternyata usut punya usut, pria itu bernama Pak Dorin yang menyediakan sebuah pertunjukkan tradisionsal yaitu topeng monyet. Karena terpengaruh dengan masa-masa saat masih kecil, rasanya ingin sekali melihat pertunjukkan itu sekali lagi untuk 5

bernostalgia dengan maas lalu. Maka kupanggillah Bapak itu dan sang monyet yang bernama Cipluk ini pun mulai beraksi. Masih sama dengan pertunjukkan yang dulu. Cipluk beraksi mempertontonkan kebolehannya. Dari meniru ibu-ibu pergi ke pasar, bercermin, naik sepeda motor, tentara yang maju perang, pura-pura mati, hormat, and atraksi kocak lainnya. Diiringi dengan permainan gendang yang dimainkan oleh Pak Dorin suasana pun jadi ramai biarpun saat itu hanya dua orang saja yang nonton. Sayang tidak adanya pemeran tambahan seperti dulu misalnya anjing ataupun ular. Untuk kehadiran pemeran tambahan itu sendiri ternyata dari pengakuan Pak Dorin sendiri kurang begitu diminati dan justru lebih banyak merepotkan. Untuk anjing akan lebih susah membawanya. Kalau ular (cobra) yang dibelinya seharga Rp 25.000,00, hanya kadang-kadang saja dibawa tergantung permintaan. lagi pula dengan membawa ular ternyata resiko yang didapat juga besar. pak Dorin sendiri pernah digigit 2 kali oleh si ular hingga pingsan. Untung nyawanya masih bisa tertolong. Kalau monyetnya sendiri selama ini belum pernah menggigit karena sudah jinak. Cipluk yang ternyata berjenis kelamin jantan ini baru berumur 2,5 tahun. Umur segini masih terbilang muda. Pak Dorin mendapatkannya di Ngawi, Jawa Tengah. Cipluk mengalami masa pelatihan selama 7 bulan dengan bimbingan dari Pak Dorin sendiri. Untuk makannya cukup dengan roti, pisang atau nasi putih. Pak Dorin sering memberi Cipluk vitamin untuk menjaga kesehatannya. Kan gak lucu jika saat sedang tampil ternyata Cipluk gak mau main karena sakit atau ngambek. Biarpun tidak pernah dibawa ke dokter hewan, tapi dari pengakuan Pak Dorin sendiri si Cipluk ini dalam keadaan sehat. Jangankan ke dokter hewan, kadang kala untuk memeriksakan diri sendiri ke dokter saja sudah sulit. Pak Dorin yang sekarang berumur 35 tahun dan notabenenya cuma lulusan SD ini harus bekerja keras menghidupi istri dan seorang anak perempuannya yang sekarang menginjak umur 9 tahun. Pak Dorin harus bekerja keras agar keluarganya bisa tetap makan dan anaknya tetap sekolah. Pekerjaan ini sudah dilakoninya sejak umur 14 tahun. Dengan penghasilan yang tidak menentu antara Rp 50.000,00 sampai Rp 100.000,00 per hari harus dapat mencukupi kebutuhannya setiap hari. Ditambah lagi bila ada kendala lain, semisal hujan yang dapat membuatnya tidak mendapatkan uang

sepeserpun. Uang pemberian penonton yang berkisar antara Rp 8.000,00 sampai Rp 10.000,00 Pak Dorin terima dengan ikhlas. Tapi kadang kala Pak Dorin bisa mendapatkan lebih dari Rp 100.000,00 bila ada panggilan acara, misal ulang tahun. Pak Dorin untuk saat ini menetap di daerah Baturan, Solo bersama keluarga. Tapi wilayah kerjanya di Jogja. Jadi Pak Dorin harus bolak-balik Jogja Solo setiap harinya untuk mencari nafkah. Berangkat dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore kembali lagi ke Solo. Sebenarnya Pak Dorin memiliki sebuah rumah kost di daerah Janti, Yogjakarta. Tapi jarang di tempati karena tidak ingin jauh dari keluarga. Tempat kost itu hanya digunakan saat beristirahat di siang hari ataupun saat kemalaman untuk pulang ke Solo. Perjalanan ini harus dilalui Pak Dorin setiap hari demi melaksanakan tugasnya sebagai kepala rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Saat ditanya mengapa dinamakan topeng monyet? Pak Dorin terlihat bingung menjawab, dia hanya bilang mungkin agar mudah diingat dan kalau saat bermain kadang monyetnya memakai topeng. Memang kalau saat main monyet kadang mengenakan topeng, helm atau reog kecil untuk bermain. Bagi Pak Dorin sendiri sudah tidak terpikirkan untuk mencari pekerjaan lain. Mugkin karena pekerjaan ini sudah dilakoninya sejak 21 tahun yang lalu. Meskipun untuk saat ini mungkin kesenian ini sudah tidak lagi diminati. Sebenarnya topeng monyet juga merupakan salah satu kesenian yang dimiliki oleh Indonesia. Topeng monyet, yang dalam kultur Jawa disebut tandak bedes ini, memang berasal dari Jawa. Monyet yang dilatih untuk komidi biasanya adalah spesies Cebus capucinus, bertubuh sedang dengan ekor panjang. Di Jawa Timur bahkan ada sebuah desa, namanya Desa Wates, di Kabupaten Blitar, yang terkenal sebagai desa tempat monyet-monyet dilatih untuk ditanggap dalam atraksi topeng monyet. Hampir setiap warga memelihara monyet untuk dilatih beratraksi. Namun lagi-lagi karena kemajuan zaman dan tekhnologi, kesenian ini pun juga semakin terpuruk. Hanya segelintir orang yang masih mau bekerja sebagai seorang tukang topeng monyet. Bahkan untuk saat inipun hanya sedikit orang yang masih mau untuk menonton pertunjukkan ini. Setiap ada topeng monyet lewat hanya beberapa anak yang berteriak ingin menonton tapi beberapa yang lainnya malah mengejek. Sementara para orang dewasa yang melihat hanya bisa menjanjikan pada anaknya akan dibawa ke

kebun binatang yang lebih banyak lagi binatangnya. Sementara untuk anak mudanya sendiri jika ingin menonton kadang kala merasa malu ataupun takut diejek oleh temannya yang lain. Nasib seorang tukang topeng monyet sebenarnya perlu diperhatikan. Dengan semakin terpuruknya kesenian ini maka akan makin sedikit orang yang akan memanfaatkan jasa mereka sebagai penghibur. Maka akan semakin banyak orang yang akan melepas pekerjaan ini karena dirasa tidak dapat mencukupi kebutuhannya. Sehinnga jumlah para pengangguaran akan meningkat dan jumlah kemiskinan pun ikut-ikutan naik. Menurut United Nations Development Program ( UNDP ), masalah kemiskinan di Indonesia ditandai dengan rendahnya mutu kehidupan masyarakat. Hal ini dapat ditunjukan oleh Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,692, dimana diantara beberapa negara ASEAN masih lebih rendah dari Malaysia dan Thailand. Sementara itu, Indeks Kemiskinan Manusia ( IKM ) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,178 masih lebih tinggi dari Philpina dan Thailand. Disamping itu, kesenjangan gender di Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya. Dalam salah satu pidatonya, Prof. Dr. H.M. Amien Rais, MA pernah menyampaikan bahwa hungry make angry. Beliau berpendapat bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah pertama yang harus ditanggulangi karena kemiskinan dapat menyebabkan terjadinya berbagai dampak negatif bagi rakyat dan pemerintah. Seandainya dari pemerintah lebih memperhatikan nasib para tukang topeng monyet ini mungkin hal-hal tersebut bisa dihindari dan bahkan juga melestarikan kebudayaan nenek moyang. Apakah kita harus menunggu dulu kesenian topeng monyet ini diakui oleh negara lain baru kita memperhatikannya? Orang-orang seperti Pak Dorin lah yang patut diacungi jempol. Karena biarpun mereka tahu resiko yang mereka hadapi tidak sedikit, baik itu dari si monyet itu sendiri ataupun dari mulai sedikitnya peminat pertunjukkan mereka, hal itu tidak menyurutkan semangat mereka, khususnya Pak Dorin untuk terus bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Mungkin bagi Pak Dorin sendiri sangat meras berteimakasih terhadap pekerjaan ini karena telah menghidupi keluarganya selama ini. Bahkan Pak Dorin sendiri sekarang sudah mampu membeli sebuah sepeda motor, biarpun itu kredit

yang dapat membantunya berkeliling daerah Jogja. Sekarang Pak Dorin tidak perlu lagi berjalan ataupun menggunakan sepeda untuk bekerja. Mungkin dari pemerintah bisa juga membantu dengan pemberian vaksi kepada monyet itu sendiri agar terhindar dari penyakit-panyakit tertentu yang berbahaya, misalnya saja rabies. Hal ini bisa menolong para pawang bahkan mungkin penonton agar tidak tertular rabies bila tergigit atau tercakar. Karena untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja bagi mereka itu sudah sulit, apalagi harus ke dokter hewan memeriksakan monyet mereka. Semoga saja nasib para tukang topeng monyet ini lebih baik lagi untuk mendatangnya. Dengan harapan yang tidak begitu muluk yaitu keluarga tercukupi kebutuhannya serta anak anak tetap sekolah, mungkin disini Pak Dorin mewakili para tukang topeng monyet yang lain agar nasib mereka lebih diperhatikan lagi. Saat gendang dimainkan oleh sang pawang, maka monyet itu akan keluar dari kandangnya dan memulai aksinya.Bunyi gendang itu mungkin semakin lama akan semakin sulit untuk didengar lagi. Tapi topeng monyet masih menjanjikan tawa bagi merekka yang ingin dihibur ataupun sekeda ingin bernostalgia dengan masa lalu. Sisasisa dari kebudayaan masa lalu yang wajib untuk kita lestarikan.

LAMPIRAN IDENTITAS RESPONDEN


Nama Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Umur Agama Status Jumlah Anak Gol. Darah : Dorin : Laki-laki : Baturan, Solo : Tukang Topeng Monyet : 35 tahun : Islam : Sudah Menikah : 1 : -

Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 12 September 1972

10

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA


Tanya : Boleh tahu siapa namanya, Pak? Jawab : Oya.. Dorin, mbak. Tanya : Umurnya sekarang berapa, pak? Jawab : Kira-kira sekitar 35 tahun, mbak. Tanya : Alamat Pak Dorin dimana ya? Jawab : Rumah saya ada di Baturan, Solo. Tapi saya ini asli Sragen. Trus dijogja saya ngekost di Janti. Cuma saya gak sering nginep disitu lebih sering pulang ke Solo. Tanya : Ooo..jadi Bapak ini sering pulang pergi Jogja-Solo tiap hari ya? Jawab : Iya. Tanya : Memangnya gak capek ya Pak pulang pergi Jogja-Solo tiap hari? Jawab : Ya, kalau ditanya capek gak capek ya mesti capek mbak. Tapi keluarga ada di Solo, gak mungkin ditinggal. Trus di Solo itu ada perkumpulan para tukang topeng monyet juga.jadi lebih enak disana aja. Tanya : Oooada to perkumpulannya. Itu tiap kumpul ngapain aja, Pak? Jawab : Biasanya ngobrol kalau pas lagi kumpul. Ada juga arisannya. Tanya : Kalau kumpul waktunya kapan? Jawab : Biasanya sebulan sekali. Tanya : Itu jumlahnya berapa orang? Jawab : Dulu sih banyak, sekarang tinggal 20 atau 30 orang. Tanya : Itu yang ikut perkumpulan, ada anak mudanya gak Pak? Jawab : Gak ada. Semuanya seumuran saya. Tanya : Kenapa kelilingnya tidak di Solo, Pak? Jawab : Dulu memang di Solo, tapi saya coba-coba aja cari peruntungan di Jogja. Tanya : Tadi bapak bilang sudah punya istri ya? Jadi bapak sudah berkeluarga? Jawab : Sudah, istri saya satu trus anak juga baru satu. Tanya : Trus anak bapak sekarang umurnya berapa? Jawab : Kalau kelas 3 SD berarti itu umur berapa ya ?Mmmm.berarti sekitar umur 9 11

tahun lah Mbak. Tanya : Anak bapak sekolah? Jawab : Iya, Mbak. Kan tadi sudah saya kasih tahu kalau anak saya kelas 3 SD. Tanya : Oya bener. Maaf ya Pak. Anak Bapak cewek atau cowok? Jawab : Cewek. Tanya : Kalau istri Bapak sendiri kerja? Jawab : Wah, kalau istri saya nganggur di rumah ngurusin anak. Biar saya saja yang kerja nanti malah kalau dua-duanya kerja anaknya siapa yang ngerawat. Tanya : Ooo..gitu ya Pak. Memangnya disana gak ada saudara dekat yang biasa membantu? Jawab : Kalau saudara disana ada tapi gak enak aja kalau mau minta tolong buat ngurusin anak. Soalnya mereka sendiri juga sama sibuknya. Tanya : gini Pak, saya tu penasaran kenapa kok namanya topeng monyet ya? Jawab : Waduh bingung juga ya, mungkin biar gampang diinget. Trus biasanya pas main kadang pake topeng. Tanya : Atraksinya itu apa aja, Pak? Jawab : Banyak, Mbak. Ada yang pergi ke pasar, pake payung, naik motor, bercermin, gaya hormat, perang-perangan, mati, banyaklah pokoknya. Tanya : Bapak ini kerjanya tiap hari ya? Jawab : Iya. Tanya : Gak ada hari liburnya, Pak? Jawab : Ya gak ada mbak. Kalo gak kerja ya gak makan ntar. Tanya : Kalau sehari kerja berapa jam, pak? Jawab : Kalau saya kerjanya itu dari jam 9 pagi sampe jam 6 sore. Tanya : Itu kalau dari Solo berangkat jam berapa ? Jawab : Biasanya berangkat jam 6 pagi dari rumah naik motor ini, Mbak. Tanya : Ini motor yang bapak pake motor punya sendiri? Jawab : Iya. Tanya : Dari dulu keliling memang pake motor ya, Pak? Jawab : Ya enggak lah Mbak. Dulu naik sepeda malah jalan juga pernah. Tanya : Udah berapa lama kerja begini sich, Pak?

12

Jawab : Udah sejak saya umur 14 tahun. Tanya : Waduh, udah lama juga ya, Pak. Terus dulu itu sekolah Bapak gimana? Jawab : Saya Cuma lulusan SD. Jadi saya mulai kerja ini sudah gak sekolah. Tanya : Tadi Bapak bilang balik dari Jogja jam 6 sore ya? Jawab : Iya. Tanya : Trus sampe disana nanti jam berapa, Pak? Jawab : Ng.. sekitar jam 8 atau lebih lah. Tanya : Bapak ini kalau keliling di Jogja di daerah mana aja? Jawab : Jogja itu udah semua tak kelilingi, Mbak? Tanya : OooTapi kalau tiap harinya gitu biasanya kemana aja? Jawab : Di Janti, Kaliurang, Malioboro, wah pokoknya banyaklah, Mbak. Tanya : Kalau untuk pendapatannya sendiri itu kira-kira berapa? Jawab : Ya, kalau itu gak mesti tiap harinya berapa. Tanya : Ya maksud saya dikira-kira aja per harinya itu berapa. Jawab : Kalau dikira-kira ya bisa 50.000 sampe 100.000 kadang bisa lebih tapi kadang malah gak dapat sama sekali. Tanya : Oooitu kok sampe gak dapat penghasilan gimana itu, Pak? Jawab : Waduh, ya gak tau Mbak.belum rejeki mungkin. Tapi kadang pernah juga dapat undangan buat main di pesta ulang tahun. Tanya : Kalau undangan itu biasanya dapat berapa, Pak? Jawab : Bisa 100.000 buat sekali main. Tanya : Kalau pas keliling itu biasanya dari orang-orang dapat berapa? Jawab : Antara 8.000 sampe 10.000. Tanya : Menurut Bapak sendiri, dengan penghasilan seperti itu udah mencukupi kebutuhan keluarga belum? Jawab : Kalau ditanya cukup gak cukup ya dicukup-cukupin aja, Mbak.Alhamdullilah Allah masih ngasih rejeki dari pada gak da sama sekali. Pa lagi sekarang udah bisa kredit beli motor walaupun Cuma kerja begini. Tanya : Kalau dibandingkan dulu sama sekarang enak mana kerjanya, Pak? Jawab : Ya lebih enak dulu. Soalnya dulu biarpun ngasihnya dikit tapi yang manggil banyak, kalau sekarang yang minat udah dikit. Trus ditambah lagi sekarang saya

13

pake motor jadi harus tambah uang bensin juga. Tanya : Kenapa sekarang Bapak lebih milih pake motor? Jawab : Soalnya kalau jalan atau pake sepeda daerahnya Cuma yang deket-deket aja trus capek juga mbak kalau naik sepeda. Tapi kalau naik motor bisa lebih jauh lagi trus bisa sekalian buat kendaran pulang pergi Jogja-Solo. Tanya : Selain pekerjaan ini, bapak ada pekerjaan lain gak buat sampingan? Jawab : Gak ada mbak Cuma kerja ini aja. Tanya : Atau mungkin dari Bapak ada keinginan untuk cari kerja lain? Jawab : Gak ada. Dulu saya pernah ke Palembang itu pun juga kerja jadi tukang topeng monyet. Tanya : Ooo..gitu ya Pak. Waktu ke Palembang itu umur berapa, Pak? Jawab : berapa ya? Udah lama kok mbak. Kira-kira umur 27 atau 28-nan. Tanya : Trus kenapa gak diterusin, Pak? Jawab : Sama aja mbak. Mending disini soalnya lebih deket ma saudara. Tanya : Oya. Pak untuk monyetnya ini namanya tadi siapa, Pak? Jawab : Cipluk. Tanya : Jenis kelaminnya apa, Pak? Jawab : Jantan. Tanya : Umurnya berapa, Pak? Jawab : 2,5 tahun. Tanya : Kalau umur segitu biasanya masih muda atau sudah tua? Jawab : Masih muda. Tanya : Biasanya kalau monyet itu rata-rata umurnya berapa tahun ya? Jawab : Bisa sampai 15 tahun. Tanya : Kalau buat topeng monyet itu sendiri biasanya pake yang umur berapa tahun? Jawab : Gak da patokan yang penting masih kuat main. Tanya : Buat kesehatan monyetnya sendiri ngrawatnya giman? Jawab : Kalau dari saya ya cuma dikasih vitamin aja trus sama makan. Tanya : Pernah dibawa ke dokter hewan gak, Pak? Jawab : Ya gak lah Mbak. Gak ada biaya. Trus waktu beli dari sananya memang udah sehat.

14

Tanya : Ooo.. gitu ya Pak. Makanannya biasanya apa? Jawab : Kalau pas lagi main biasanya dikasih pisang atau gak roti. Tapi kalau pas dirumah makannnya nasi putih. Tanya : Cuma nasi putih aja Pak gak pake lauk? Jawab : Cuma nasi putih tok. Tanya : Itu berapa kali sehari? Jawab : Empat kali sehari. Tanya : Monyet ini punya Bapak sendiri atau gimana, Pak? Jawab : Punya sendiri. Tanya : Kalau boleh tahu dapatnya dimana? Jawab : Kalau saya beli di Ngawi. Tanya : Trus mereka dapat dari mana monyetnya itu? Jawab : Wah, saya kurang tahu ya mbak. Tanya : Yang nglatih siapa, Pak? Jawab : Saya. Tanya : Nglatihnya itu berapa lama? Jawab : Tergantung bisa 7 bulan sampe 1 tahun. Tanya : Kalau buat si Cipluk, butuh waktu berapa lama? Jawab : Mmmm 7 bulanan lah. Tanya : Bapak ini cuma bawa monyet saja ya? Kan kalau dulu biasanya ada anjing atau ular? Jawab : Dulu sich ada anjing tapi malah kurang disenengi trus ngrepotin juga. Tanya : Maksudnya ngrepotin gimana? Jawab : Kan saya kalau lagi istirahat biasanya di masjid atau mushola, jadi kalau kesana bawa anjing ya gak enak aja. Tanya : Kalau ular? Jawab : Ular sebenarnya ada, tapi gak selalu di bawa. Saya bawanya kalau ada permintaan aja. Tanya : Kalau ularnya apa? Jawab : Saya pakenya ular Cobra. Tanya : Itu ularnya juga beli?

15

Jawab : Beli.harganya 25.000. Tanya : Oya Pak, kalau yang kerja seperti bapak ini masih banyak gak sekarang? Jawab : Sekarang dah mulai jarang palagi di Jogja. Tanya : Kira-kira kenapa ya, Pak? Jawab : mungkin lebih suka cari pekerjaan lain yang lebih gampang. Tanya : Ada anak mudanya gak yang jerja begini? Jawab : Dak ada, kebanyakan tu seumuran saya. Tanya : Suka dukanya dalam menjalani pekerjaan ini apa ? Jawab : Ya kalau sukanya ini memang pekerjaan yang saya senangi. Trus dukanya paling pas lagi ujan, soalnya biasanya jarang ada yang manggil atau malah gak ada sama sekali. Trus saya juga pernah digigit ular 2 kali ditangan. Tanya : Itu digigitnya pas kapan, Pak? Jawab : Ya pas lagi main. Tanya : Trus gimana, Pak? Jawab : Ya langsung pingsan disitu.trus ditolongin ma orang-orang yang nonton. Tanya : Waktu itu yang gigit juga ular cobranya ya, Pak? Jawab : Iya. Mungkin itu juga termasuk dukanya juga. Tanya : Resikonya gede juga ya, Pak? Jawab : Iya, padahal hasilnya juga gak seberapa dibanding resikonya. Tanya : Kalau monyetnya sendiri pernah gigit gak, Pak? Jawab : Kalau cipluk belum pernah gigit. Tanya : pernah gak pas lagi main tiba-tiba si cipluk ngambek gak mau main? Jawab : Pernah. Tapi pas itu memang si cipluk lagi sakit. Tanya : Trus gimana itu, Pak? Jawab : Ya gak jadi main. Tanya : Trus harapan Bapak selanjutnya gimana? Jawab : Waduh kalau ditanya harapan susah juga mbak jawabnya. Yang penting buat saya cuma istri ma anak tetep bisa makan. Trus anak bisa terus sekolah. Tanya : Gak ada harapan lainnya ya, Pak? Jawab : ya mudah-mudahan nasib orang kayak saya lebih diperhatikan lagi.

16

Anda mungkin juga menyukai