Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang
Kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker yang paling banyak diderita wanita diatas usia 18 tahun. Kanker leher rahim ini menduduki urutan nomor dua penyakit kanker didunia bahkan sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa menderita kanker leher rahim dan rata-rata 270.000 meninggal tiap tahun (Depkes RI, 2008). Diperkirakan pada tahun 2010 kanker leher rahim menjadi penyebab utama mortalitas diseluruh dunia dan pada tahun 2030 diperkirakan terjadi kasus kanker baru sebanyak 20 hingga 26 juta jiwa dan 13 hingga 17 juta jiwa meninggal akibat kanker leher rahim. Peningkatan angka kejadian kanker diperkirakan sebesar 1% per tahun. Pada tahun 2008 disampaikan dalam world cancer report bahwa terjadi 12 juta jiwa pasien yang baru didiagnosis kanker leher rahim. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar sepertiga kanker dapat disembuhkan jika didiagnosis dan ditangani pada stadium dini, untuk itu perlunya skrining kanker seperti melakukan papsmear untuk mendeteksi kelainan sel-sel pada leher rahim (Nofa, 2003). Kini pap smear telah dikenal sebagai suatu pemeriksaan yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel

leher rahim. Semakin dini sel-sel abnormal terdeteksi semakin rendah resiko seseorang menderita kanker leher rahim (Wim De Jong, 2004). Sekitar 80% kasus kanker leher rahim terjadi pada wanita yang hidup berkembang. Di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Kanker leher rahim adalah kematian nomor satu yang sering terjadi pada wanita Indonesia. Setiap wanita tanpa memandang usia dan latar belakang beresiko terkena kanker leher rahim. Tingginya kasus di negara berkembang ini disebabkan terbatasnya akses screening dan pengobatan. Masih banyak wanita dinegara

berkembang, termasuk Indonesia kurang mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker leher rahim. Ini disebabkan karena tingkat ekonomi rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang papsmear (Meutia, 2008). Kanker leher rahim disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Menurut Bambang (2008) mengatakan kaum lelaki berperan sangat bersar dalam penularan HPV. Laki-laki yang suka berganti-ganti pasangan beresiko besar menularkan virus Papiloma dari pasangannya yang menderita kanker leher rahim ke pasangannya yang baru (Andreas, 2008). Pada umumnya penderita Ca serviks adalah umur 30-60 tahun tapi sangat rentan terjadi pada wanita usia 35-55 tahun. Saat ini usia remaja juga beresiko terkena kanker leher rahim, ini disebabkan karena remaja mulai berhubungan seksual pada usia dibawah 18 tahun serta sering berganti 2

pasangan, ini akan beresiko tinggi teerkena infeksi virus HPV. Semua wanita yang berusia 18 tahun atau lebih dan telah aktif secara seksual harus melakukan papanicolaou (papsmear). Semakin dini sel-sel abnormal dideteksi semakin rendah resiko wanita menderita kanker leher rahim (Bobak, 2004). Berdasarkan data rekam medik yang dilakukan oleh penulis, diperoleh jumlah Wanita Usia Subur (WUS) pada bulan Januari sampai Desember 2008 di Kelurahan Aek Muara Pinang 108 orang, yang melakukan pap smear sebanyak 47 orang, sedangkan yang tidak melakukan papsmear 61 orang. Dari uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang pap semar di Kelurahan Aek Muara Pinang Tahun 2009.

B.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang

menjadi permasalahan pada penelitian adalah Bagaimanakah gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang papsmear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2009.

C.

Tujuan Penelitian

C.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang pap smear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2009. C.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang pap smear berdasarkan umur. b. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan tingkat pendidikan. c. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan pekerjaan. d. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan sumber informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Untuk menambah Bagi Peneliti. wawasan dan pengetahuan peneliti dalam

penerapan ilmu yang didapat selama masa pendidikan di Akademi Kebidanan Nauli Husada Sibolga khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi wanita khususnya tentang papsmear.

D.2. Bagian Instansi Pendidikan Menambah bahan bacaan perpustakaan AKBID/AKPER Nuli Husada Sibolga yang dapat dijadikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan panduan bagi mahasiswa/mahasiswi yang akan melanjutkan penelitian. D.3. Bagi Wanita. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan wanita dibidang

kesehatan reproduksi khususnya tentang manfaat pemeriksaan pap smear.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
A.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). A.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tinkatan, yakni : a. Tahu (Know) Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Yang termasuk

mengingat kembali tahap suatu yang

spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan. Jadi tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh : menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) d. Analisa (Analysis) Analisa adalah Kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek didalam struktur organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan-kemampuan analisis dapat dikaitkan dari penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (Shintesis) Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada. 7

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari suatu objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Usia Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). Wanita yang sudah menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 18 tahun) mendekati resiko terkena kanker leher rahim (Notoatmodjo, 2003). b. Pendidikan Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan terhadap motivasi untuk melakukan papsmear, karena semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran pada orang tersebut dalam menerima informasi. Tingkat pendidikan tinggi akan berbeda cara penilaian seseorang, sehingga timbul keinginan atau motivasi seseorang itu berbeda terhadap kematian akibat penyakit pada organ

reproduksinya karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran wanita untuk melakukan pap smear (Notoatmodjo, 2003). c. Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Media informasi untuk

komunikasi massa terdiri dari : Media cetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku. Media elektronik, yaitu radio, tv, internet.

B. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Papsmear


B.1. Pengertian Papsmear adalah pemeriksaan yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel dimulut rahim (Andreas, 2008). Papsmear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel leher rahim (Yohanner, 1999) Kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan dapat diobati pada stadium dini dengan angka kesembuhan

100% dari semua kasus kanker. Umur penderita biasanya 35-55 tahun tetapi dapat terjadi di usia dini yaitu 18 tahun (Bobak, 2004). Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling menakutkan bagi semua wanita.kanker ini dapat mengakibatkan kematian. Jenis kanker ini paling sering ditemukan diantara penyakit kanker ginekologi (Dhanny, 2008). Beberapa faktor predisposisi keganasan kanker serviks adalah : a. Berhubungan seks diusia dini. b. Gonta-ganti pasangan c. Merokok d. Mencuci vagina e. Kekurangan vitamin f. Penggunaan estrogen Alasan utama mengapa kanker leher rahim memiliki mortalitas yang besar adalah karena wanita datang memeriksakan dirinya sudah stadium lanjut. Ini terjadi karena 90% dari kasus kanker leher rahim pada stadium dini tidak memiliki gejala khas sehingga penderita tidak mengetahui adanya kanker di tubuhnya. Kanker leher rahim ditandai dengan timbulnya sel-sel pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum sel-sel kanker terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut selama bertahun-tahun. Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak terdeteksi dan tidak ada keluhan yang 10

dirasakan. Gejala klinis stadium lanjut ditandai dengan wanita yang sering mengalami perdarahan pada vagina yang tidak normal, keputihan, seperti nanah dan berbau, perdarahan setelah berhubungan sesksual, ini sudah merupakan stadium lanjut (Purnamasari, 2008). Papsmear dapat dilakukan pada wanita yang sudah mulai aktif berhubungan seks. Test papsmear merupakan pemeriksaan serologi dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Terbukti tes ini cukup efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan kanker mulut rahim. Test ini dapat dilakukan setelah bersih haid dan tidak melakukan hubungan seksual paling sedikit 24 jam sebelum dilakukan test papsmear (Dhanny, 2008). B.2. Manfaat Penggunaan Papsmear Manfaat papsmear adalah untuk mendeteksi secara dini adanya kondisi tidak normal dari sel-sel dinding rahim yang dapat berkembang menjadi sel kanker sehingga dapat dilakukan terapi secepatnya dan diharapkan dapat mengurangi angka kematian akibat kanker leher rahim (evennett, 2003). B.3. Alat Persiapan Papsmear a. Spekulum cocor bebek b. Spatula ayre c. Cytabrush d. Kaca objek 11

e. Alkohol 95% (See, 2007). B.4. Cara Pengambilan Sediaan Papsmear 1. Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada lembar permintaan konsultasi. 2. Pasang spekulum cocor bebek untuk menampilkan serviks. 3. Spatula dengan ujung yang di usap 360 pada permukaan serviks. 4. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pensil pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel. 5. Spatula ayre yang telah dimotiviasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap 360 pada permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah bagian sisinya. 6. Masukkan segera dalam larutan fiksasi, biasanya alkohol 95%, biarkan larutan fiksasi minimal selama 30 menit. 7. Keringkan di udara bila tempat pencernaan jauh dari tempat praktek, masukkan sediaan dalam amplop/pembungkus agar tidak pecah (Ramli, 2000). B.5. Syarat Utama Pengambilan Cairan Pemeriksaan Papsmear Syarat utama cairan yang akan diambil adalah tidak boleh bercampur cairan-cairan lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaannya, oleh karena itu dapat dirinci sebagai berikut : 12

1. Cairan yang akan diambil dibagian luar genetalia, biarkan sebagaimana adanya jangan dicuci sekali pun berbau. 2. Cairan senggama jangan dicuci menjelang pengambilan bahannya jangan melakukan hubungan seks sedikitnya 24 jam. Terlihat di sini bahwa pengambilan papsmear tidak menimbulkan rasa sakit tetapi metode ini mempunyai keuntungan yang sangat besar (Manuaba, 1999). B.6. Indikasi Pemeriksaan Pap Smear 1. Leukorea (keputihan) Yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Leukorea bukan penyakit, tetapi gejala penyakit sehingga sebab yang pasti belum ditetapkan. Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina.leukorea sebagai gejala penyakit dari vagina dapat ditentukan melalui berbagai pertanyaan yang mencakup : Sejak kapan terjadinya ? Apakah disertai rasa gatal ? Apakah berbau ? Apakah bercampur darah ? Apakah sedang hamil ? Adakah rasa nyeri di daerah kemaluan ?

Untuk memeriksanya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup : pemeriksaan umum dan khusus, 13 pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan

terhadap

leukorea.

Pemeriksaan

terhadap

leukorea

(keputihan) mencakup pewarnaan gram (infeksi jamur), pembiakan (menentukan bakteri penyebab) dan pap semar untuk menentukan adanya sel ganas (Manuaba, 2000). 2. Kelarnya darah sewaktu senggama (kontak berdarah) Kontak berdarah merupakan keadaan yang abnormal dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan dan menegakkan apa penyebabnya, sehingga dapat dilakukan pengobatan yang tepat. Penyebab kontak berdarah seperti : adanya benda asing dalam liang senggama atau rahim, infeksi leher rahim, permukaan mulkut rahim, tumor jinak sekitar mulut rahim (Poliendometrium, poli mulut rahim, tumor mulut rahim terlahir atau pembuluh darah yang pecah), tumor ganas yaitu keganasan pada liang senggama, mulut rahim, dan saluran telur (Prawirohadjo, 2002). Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : enfeksil pemeriksaan dengan alatalat cocor bebek atau speculum dan pemeriksaan dalam, sednagkan pengobatan lanjut yaitu pengambilan pap smear yaitu mengambil cairan untuk menentukan sel ganas (Mansjoer, 2000). B.7. Hasil Pemeriksaan Papsmear Hasil papsmear merupakan hasil yang sesuai diadakan oleh usaha dari pemeriksaan laboratorium sitologi. Hasil papsmear dari pemeriksaan laboratoium Sitologi dengan mendeteksi perubahan kecil pada sel-sel di leher 14

rahim yang mengarah pada keganasan dimana dalam stadium dini pengobatan mudah dilakukan dan perlu untuk sembuh pun lebih besar. Dalam diagnostik tumor ganas dari tumor ganas dari laboratorium diperoleh hasil papsmear, menurut klasifikasi Papanicolou : Kala I : Negatif ditemukan (tidak ditemukan sel-sel ganas) Kala II : Ada sel-sel apitik, akan tetapi tidak mencurigakan Kala III : Ada sel-sel apitik, dicurigai keganasan. Kala IV : Jelas tumor ganas (Sarwono, 2002). Interpretasi dan dokumentasi dari jawaban Sitologi : : Tidak ditemukan sel ganas, ulangi pemeriksaan Sitologi

- Negatif

dengan satu tahun lagi. - positif : Terdapat sel-sel ganas. Periode pengamatan mikroskopik harus dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosis penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang ahli Onkologi. - Inkonkulsif : Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik/tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel, ulangi pemeriksaan Sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya. - Displamsia : Terdapat sel-sel diskarotik pada pemeriksaan

mikroskopik. Derajat ringan sedang, sampai karsinoma, diperlukan konfirmasi dengan kalposkopi atau biopsi. Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.

15

- HPV

: Pada infeksi virus ditemukan sediaan negatif atau displasia kalposkopi dan ulang papsmear (Mansjoer, 1999).

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

16

Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut : Variabel Independen Karakteristik WUS - Umur - Tingkat Pendidikan - Sumber Informasi Variabel Dependen Pengetahuan WUS Tentang Pap Smear

BAGAN III A Kerangka Konsep Penelitian

B. Defenisi operasional
B.1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui wanita usia subur (WUS) tentang pap smear dengan kategori : a. b. c. Baik Cukup Kurang : Apabila skor 76% -100% jawaban benar (16-20, soal benar) : Apabila skor 56% - 75% jawaban benar (12-15, soal benar) : Apabila skor <56% jawaban benar (<11, soal benar) (Arikunto, 2002). : Ordional

Skala ukur B.2.

Alat ukur Kuesioner Umur adalah usia wanita subur (WUS) saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dengan tahun dengan kategori: a. 18 21 b. 22 26

17

c. 27 31 d. 32 35 Alat ukur Skala ukur B.3. : Kuesioner : Interval

Tingkat pendidikan adalah pendidikan Format terakhir yang pernah diselesaikan wanita usia subur (WUS) dengan kategori: a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Perguruan Tinggi Alat ukur Skala ukur : Kuesioner : Ordinal

B.4.

Sumber informasi adalah media yang digunakan wanita usia subur (WUS) untuk memperoleh informasi tentang Pap Smear dengan kategori: b. Media massa c. Tenaga kesehatan d. Keluarga / masyarakat e. Media elektronik Skala : Nominal Alat ukur : Kuesioner 18

C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah bersifat deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pap Smear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009.

D. Lokasi dan waktu Penelitian


D.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009 dengan alasan karena tersedianya jumlah WUS yang memadai dan berdasrkan pengalaman banyak yang melakukan papsmear kemudian lokasi penelitian dekat dengan tmepat tinggal peneliti sehingga mempermudah dan menghemat waktu penelitian, dan trersedia alat fasilitas pemeriksaan papsmear dan tenaga kesehatan yang ahli D.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2009.

E. Populasi dan Sampel


E.1. Populasi

19

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Wanita Usia Subur (WUS) yang mengikuti papsmear periode 2008 berjumlah 47 orang dilakukan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga. E.2. Sampel Dalam pengambilan sampel peneliti mengunakan total sampling yaitu dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian yang berjumlah 47 orang

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


F.1. Jenis Data 1. Data primer Data yang diperoleh dari hasil survey di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009 dengan membagikan kuesioner kepada responden.

2. Data sekunder Data yang diperoleh peneliti dari dokumentasi dan arsip di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008. F.2. Metode Pengumpulan Data

20

Dengan membagikan kuesioner kepada responden dan mengumpulkan data dengan datang ke kelurahan juga mendatangi ke rumah responden sehingga terkumpullah semua hasil kuesioner yang dibagikan.

G. Pengolahan Data dan Analisa Data


G.1. Pengolahan Data 1. Editing Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengaturan. 2. Coding Memberikan kode pada setiap jawaban yang diberikan responden selanjutnya menghitung skor jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan selanjutnya diberi kode.

3. Tabulating Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi G.2. Analisa Data

21

Analisa data dapat dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat presentase data yang terkumpul dan disajikan tabel distribusi frekuensi kemudian dicari besarnya persentase jawaban masing-masing responden dan selanjutnya dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori

kepustakaan yang ada.

22

Anda mungkin juga menyukai