Definisi
Batuk darah= hemoptoe = hemoptisis hemoptisis berasal dari kata (haemoptysis) dari bahasa Yunani
haima dan physis
Pemberi nutrisi pada paru dan saluran pernapasan. Tekanan sesuai Sistem dengan tekanan sirkulasi darah sistemik. bronkial Variasi sirkulasi bronkial sangat beragam. Cabang dari aorta desenden
Penyakit infeksi Neoplasma Benda asing Trauma Gangguan vaskuler Penyakit autoimun dll
PENYAKIT SALURAN NAPAS Adenoma bronkus Aspirasi benda asing Bronkiektasis Bronkogenik karsinoma Bronkiolitiasis Bronchitis kronik Kistik fibrosis Metastasis endobronkial TB endobronkial Trakeobronkitis akut Trauma trakeobronkial
Patogenesis batuk darah pada berbagai penyebab batuk darah hampir sama
Terjadi penyakit pada parenkim paru, Sistem sirkulasi bronkial dan pulmoner Kelainan pada pleura
Sumber
TUBERKULOSIS PARU
Pada penderita TB terjadi rusaknya susunan parenkim paru dan pembuluh darah paru
Terjadi
bronkiektasis
dengan
hipervaskularisasi
Pecahnya aneurisma Rasmussen penyebab batuk darah masif pada penderita TB paru ataupun pada bekas penderita TB.
BRONKIEKTASIS
Destruksi tulang rawan bronkus akibat infeksi / fibrosis alveolar. Perdarahan
pecahnya pembuluh darah arteri bronkial karena proses infeksi atau peradangan.
NEOPLASMA
Terjadi proses nekrosis dan peradangan pembuluh darah pada jaringan tumor.
INFEKSI JAMUR
Fungus ball--- Aspergilloma. Batuk darah pada Fungus ball berkisar 50-90 % dari penderita Fungus ball Fungus ball sering terbentuk pada penderita penyakit paru berkavitas seperti TB paru, Terjadinya batuk darah adalah
Batuk darah juga dapat terjadi akibat angioinvasi menyebabkan infark paru dan perdarahan,
ABSES PARU
Nekrosis pada parenkim paru dan pembuluh darah paru. Kejadian sekitar 11-15 % dari penderita abses paru,
Fibrosis Kistik
Perdarahan yang terjadi berasal dari percabangan arteri bronkial. Sistem arteri bronkial mengalami hipervaskularisasi dan anastomosis bronkopulmoner, Adanya hipertensi pulmonal
Diagnosis
Memastikan Hemoptisis Bedakan dengan epistaksis atau hematemesis Menentukan derajat hemoptisis -- masif ? Memastikan etiologi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama untuk menentukan sumber perdarahan :
saluran napas atas saluran napas bawah hemoptisis saluran cerna. hematemesis -- epistaksis ---
Onset Penampilan darah Warna Isi Reaksi Riwayat Penyakit Dahulu Anemi Tinja Kadang- ()Guaiac test (-) kadangSelalu
Pemeriksaan fisik
Stridor dapat memberikan petunjuk tumor/benda asing di daerah trakeolaring. perforasi septum dapat menunjukkan granulomatosis Wegener. Jari tabuh (clubbing fiber) memberikan petunjuk kemungkinan keganasan intratorakal Supurasi intratorakal (abses paru, bronkiektasis)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sputum TB paru BTA + Jamur kultur jamur + Pneumonia pertumbuhan kuman + Ca Paru Sitologi sputum Pemeriksaan lab Menentukan Hb Waktu perdarahan dan pembekuan CT / BT
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan toraks
Baik untuk bronkiektasis atau karsinoma bronkus berukuran kecil Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sebelum bronkoskopi, kecuali dalam keadaan kegawat daruratan
Bronkoskopi
Bronkoskopi bisa di lakukan atas indikasi terapeutik atau diagnostik Terapeutik untuk menghentikan perdarahan Diagnostik untuk;
Menentukan sumber/lokasi perdarahan untuk rencana tindakan bedah Mengambil bahan bilasan atau sikatan bronkus untuk pemeriksaan lab
Angiografi
Pemeriksaan angiografi dilakukan apabila dengan pemeriksaan lain tidak bisa menentukan penyebab atau asal dari perdarahan. Angiografi
Diagnostik terapeutik -- terapi embolisasi.
PENATATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan hemoptisis : Menjaga jalan napas tetap terbuka dan stabilisasi penderita Menentukan lokasi perdarahan Memberikan terapi sesuai etiolog Mencegah risiko berulangnya hemoptisis Penderita dengan hemoptisis masif harus dimonitor dengan ketat di instalasi perawatan intensif
dan
mengistirahatkan penderita Suplementasi oksigen Instruksi cara membatukkan darah dengan benar sehingga pasien tidak takut untuk membatukkannya Resusitasi cairan dan bila perlu transfusi
Penderita dengan keadaan umum berat dan refleks batuk kurang adekuat, maka posisi penderita Tredelenberg mencegah aspirasi darah ke sisi yang sehat Laxansia mencegah mengedan Bronkoskopi serat optik lentur untuk evaluasi, melokalisir perdarahan dan tindakan pengisapan (suctioning).
Intubasi dilakukan jika dengan terapi konvensional perdarahan tidak berhenti dilakukan intubasi untuk live saving dampak dari intubasi paru yang mengalami perdarahan akan terjadi atelektasis total
Pemeriksaan radiologi (foto toraks, CT Scan, USG, angiografi) Bronkoskopi (BSOL maupun bronkoskop kaku)
Bronkoskopi terapeutik
Bilas bronkus dengan larutan garam fisiologis dingin (iced saline lavage) Pemberian obat topikal ( Adrenalin dengan konsentrasi 1 : 20 .000) Tamponade endobronkial
2.
Fotokoagulasi laser (Nd-YAG Laser) Neodymium-yttrium - alumunium-garnet untuk terpi paliatif perdaran endobronkial.
2.
Terapi non-bronkoskopik
1. Pemberian terapi medikamentosa Vasopresin intravena Asam traneksamat (antifibrinolitik) Vitamin k Vitamin c Kortikosteroid sistemik pd autoimun Gonadotropin releasing hormon agonist (GnRH) atau danazol hemoptisis katamenial Antitusif kontra indikasi Antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik 2. Radioterapi
Terutama yang disebabkan oleh proses Tumor Paru
3.
3.
Bedah
Terapi definitif Tindakan bedah dilakukan apabila tindakan terapi diatas tidak berhasil dan fungsi paru adekuat, tidak ada konta indikasi bedah,