Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN A.

Pengertian Mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas, abnormal, menetap, ekspansif, atau iritabel. Afek yang abnormal ini membuat fungsi harian pasien menjadi terganggu karena gangguan pada daya pertimbangan lingkungan. Tugas utama bagi dokter adalah menemukan gangguan episode mania ini. Pasien mania yang tidak dirawat sering kali minum alcohol secara berlebihan, pasien sukar dicegah untuk menggunakan telepon secara berlebihan (interiokal di pagi hari). Mereka juga suka berjudi secara patologik, buka baju di tempat umum, mengenakan baju atau perhiasan yang warnanya sangart mencolok, juga suka mengabaikan hal-hal kecil seperti tidak meletakkan ganggang telepon secarab benat di tempatnya. Pasien suka terlibat secara berlebihan dengan masalah keagamaan, politik, keuangan, seksual dan ide pengejaran yang berkembang dalam system waham yang kompleks. Terkadang mereka juga bisa regresi seperti bermain dengan urine dan feses sendiri. B. EPIDEMIOLOGI Laporan The World Health Report 2001, antara lain mengatakan, 25 persen penduduk di dunia pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu masa dalam hidupnya, 40 persen diantaranya didiagnosis secara tidak tepat.

Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia di Jawa Barat (2002) menemukan 36 persen pasien yang berobat ke puskesmas mengalami gangguan kesehatan jiwa. Hal ini bisa mewakili kondisi masyarakat secara umum. Gangguan yang umum terjadi adalah gangguan afektif atau gangguan mood, yaitu kecemasan, depresi dan mania. Mania merupakan suatu gangguan afektif dengan persentasi 12 % dari seluruh gangguan afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah 55

tahun dengan perbandingan jumlah pria dan wanita 2 : 1. Prevalensi timbulnya mania sekitar 0,1% pertahun. (Shulman, 2008)

C. ETIOLOGI Kelainan fisik yang bisa menyebabkan mania : (Anonim, 2008) 1. Efek samping obat-obatan Amfetamin Obat anti-depresi Bromokriptin Kokain Kortikosteroid Levodopa Metilfenidat

2. Infeksi AIDS Ensefalitis Influenza Sifilis (stadium lanjut)

3. Kelainan hormonal Hipertiroidisme

4. Penyakit jaringan ikat Lupus eritematosus sistemik

5. Kelainan neurologis Tumor otak Cedera kepala

Korea Huntington Sklerosis multiple Stroke Korea Sydenham Epilepsi lobus temporalis

D. KLASIFIKASI 1. Episode Manik (F30) Ada tiga derajat keparahan yan ditemukan disini, dengan kesamaan cirri khas dalam suasana perasaan yang meningkat, dan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan ental. Semua subdivisi dari kategori ini seharusnya digunakan hanya untuk satu episode manic tunggal. Jika ada episode afektif (depresif, manic, atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, maka gangguannya harus diberi kode menurut gangguan afektif bipolar . Termasuk : gangguan bipolar, episode manic tunggal 2. Hipomania (F30.0) Hipomania adalah derajat yang lebih ringan daripada mania, yang kelainan suasana perasaan (mood) dan perilakunya terlalu menetap dan menonjol , namun tidak disertai halusinasi atau waham. Yang ada ialah peningkatan ringan dari suasana perasaan (mood) yang menetap (sekurang-kurangnya selama beberapa hari berturut-turut), peningkatan energy dan aktivitas, dan biasanya perasaan sejahtera yang mencolok dan efisiensi baik fisik maupun mental. Sering ada peningkatan kemampuan untuk bergaul, bercakap, keakraban yang berlebihan, peningkatan energy seksual dan pengurangan kebutuhan tidur; namun tidak sampai menjurus kepada kecanduan berat dalam pekerjaan atau penolakan oleh masyarakat. Lebih sering ini bersifat pergaulan social euforik, meskipun kadang-

kadang marah, sombong, dan perilaku yang tidak sopan dan mengesalkan (bualan dan lawakan murah yang berlebihan). Konsentrasi dan perhatiannya dapat mengalami hendaya sehingga kurang bias duduk dengan tenang untuk bekerja, atau bersantai dan menikmati hiburan; tetapi ini tidak dapat mencegah timbulnya minat dalam usaha dan aktivitas baru, atau sifat agak suka menghamburkan uang.

Pedoman diagnostic Beberapa diantara sifat-sifat tersebut diatas, sesuai dengan suasana perasaan (mood) yang meninggi atau berubah dan peningkatan aktivitas, seharusnya ada selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi apabila kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan. Diagnosis Banding Hipomania meliputi jenjang gangguan suasana perasaan (mood) dan tingkat aktivitas antara siklotimia dan mania. Aktivitas yang meningkat dan kegelisahan (dan sering kali juga penurunan berat badan) harus dibedakan dari gejala sama yang dapat timbul pada hipertiroidi dan anoreksia nervosa; masa dini dari depresi agiatif, khususnya pada usia pertengahan , dapat sekedar menyerupai hipomania jenis iritabel. Pasien dengan gejala obsesif berat mungkin aktif pada sebagian waktu malamnya untuk melaksanakan ritual pembersihan rumah, akan tetapi afeknya biasanya berlawanan dengan apa yang dikemukakan disini.

Apabila suatu periode singkat hipomania muncul sebagai fase pendahulu atau fase sesudah keadaan mania, biasanya tiada artinya untuk menetapkan hipomania itu secara terpisah.

3. Mania Tanpa Gejala Psikotik (F30.1) Suasana perasaan (mood) meninggi tidak sepadan dengan keadaan individu, dan dapat bervariasi antara keriangan (seolah-olah bebas dari masalah apapun) sampai keadaan eksitasi yang hampir tak terkendali. Eliasi (suasana perasaan yang meningkat) itu disertai dengan enersi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, dan berkurangnya kebutuhan tidur. Pengendalian yang normal dalam kelakuan sosial terlepas, perhatian yang terpusat tak dapat dipertahankan, dan seringkali perhatian sangat mudah dialihkan. Harga diri membumbung, dan pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis dinyatakan dengan bebas. Mungkin terjadi gangguan persepsi, seperti apresiasi warna terutama yang menyala atau amat cerah (dan biasanya indah), keasyikan (mengikat perhatian) pada perincian sehalus-halusnya mengenai permukaan dan penampilan barang, dan hiperakusis subjektif. Individu itu mungkin mulai dengan pelbagai rencana yang tidak praktis dan boros, membelanjakan uang secara serampangan, atau menjadi agresif, bersifat cinta kasih, atau berkelakar dalam situasi yang tidak tepat. Suasana perasaan (mood) yang tampil pada beberapa episode manic lebih banyak mudah tersingggung dan curiga, dripada elasi. Serangan pertama paling banyak muncul pada usia antara 15-30 tahun, namun dapat terjadi pada setiap usia antara akhir masa kanak sampai dasawarsa ketujuh atau kedelapan.

Pedoman diagnostic Episode seharusnya berlansung sekurang-kurangnya satu minggu dan cukup berat sehingga mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan biasa dan aktivitas sosial. Perubahan suasana perasaan (mood) seharusnya disertai dengan enersi yang meninggi dan beberapa gejala yang disebut di atas (khusus percepatan berbicara, kebutuhan tidur berkurang, randiositas, dan terlalu optimistis)

4. Mania dengan Gejala Psikotik (F30.2) Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat daripada keadaan yang digambarkan. Harga diri yang membumbun dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham dan iritabilitas serta kecuriaan menjadi waham kejar. Pada kasus berat, waham kebesaran atau reliius tentang identitas atau peranan mungkin mencolok, dan gagasan yang takabur dan percepatan berbicaranya mengakibatkan individu tidak dapat dipahami lagi. Aktivitas dan eksitasi fisik yang hebat dan terus menerus dapat menjurus kepada agresi dan kekerasan; pengabaian makan,minum, dan kesehatan pribadi dapat berakibat keadaan dehidrasi dan kelalaian diri yang berbahaya. Jika diperlukan, waham dan halusinasi dapat diperbedakan sebagai yang serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood). Tidak serasi hendaknya diartikan meliputi waham dan halusinasi yang afektif netral. Misalnya waham rujukan tanpa makna bersalah atau menuduh, atau suara-suara yang berbicara dengan individu tentang peristiwa yang tidak mengandung arti emosional khusus. 5. Mania Lainnya (F30.8) 6. Episode Mania yang tidak terklasifikasi (F30.9)

E. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSA Gejala psikotik mungkin ada. Bila demikian, waham pasien biasanya besar (grandiose) atau paranoid dan mungkin juga tak serasi afek.kriteria

diagnostic mania: Catatan: sindrom mania diberi batasan sebagai tersebut pada criteria A, B, dan C di bawah ini. Sindrom hipomania diberi batasan sebagai tersebut pada A dan B, tetapi tidak C (jadi tak ada gangguan nyata). A. Suatu masa yang berbatas jelas dengan afek yang abnormal, menetap, ekspansif dan iritabel. B. Saat terjadinya gangguan afek, sedikitnya ada 3 dari gejala di bawah ini (4 bila afeknya hanya iritabel) dan cukup dirasakan oleh lingkungannya. 1) Harga diri yang dibesarkan atau grandiositas 2) Kebutuhan tidur berkurang (contoh, cukup rasa istirahat hanya dengan tidur 3 jam) 3) Suka bicara lebih dari biasanya dan ada dorongan untuk bicara terus 4) Loncat piker atau ia merasa alur pikirannya seperti berpacu 5) Mudah teralihkan perhatiannya (contoh, perhatian mudah teralihkan terhadap rangsangan eksternal yang sebenarnya tidak berarti) 6) Bertambahnya kegiatan yang bertujuan ( baik social, pekerjaan, sekolah, maupun seksual ) atau agitasi psikomotor 7) Ikut serta secara berlebih pada kegiatan yang menggembirakan yang berisiko tinggi untuk mengakibatkan penderitaan (contoh, orang itu terlibat dalam nafsu untuk membeli banyak barang, kegiatan seksual yang sembarangan atau investasi dagang yang tanpaperhitungan atau bodoh)

C. Gangguan afek yang cukup gawat menyebabkan gangguan yang nyata dalam fungsi kerja, kegiatan social atau hubungan dengan orang lain atau membutuhkan perawatan inap demi mencegah mencederai diri atau orang lain. D. Pada saat tiada gangguan afek yang menonjol , tak ada halusinasi atau waham selama dua minggu (jadi, sebelum gangguan afektif timbul atau setelah remisi). E. Tidak bertumpang tindih pada skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tak ditentukan F. Tak dapat dibuktikan bahwa factor organic menyebabkan atau

mempertahankan gangguan itu. Perhatian: terapi antidepresiva somatic (seperti obat, terapi kejang listrik) yang menyebabkan cetusan gangguan afektif tidak dianggap sebagai factor organic dan etiologic. Sumber: dari DSM III-R, diagnostic and statistic manual of mental disorders, edisi 3 yang direvisi. Copyright American psychiatric Association, Washington, 1987. Digunakan dengan izin. Mania biasanya terjadi dalam kaitan dengan gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, dan gangguan bipolar. Mania dapat dicetuskan oleh terapi kejang listrik, medikasi antidepresiva dan medikasi lain. Pada satu kali pemeriksaan klinis dari pasien psikotik, mania mungkin tak mudah dibegadakn dengan skizofrenia, dan diagnose yang tepat harus didasarkan pada riwayat pasien.

Prevalensi seumur hidup hangguan bipolar sekitar 1%, dan gangguannya ditemukan sama banyak pada pria maupun wanita. Tanpa pengobatan, satu episode mania berlangsung antara 3-6 bulan.

F. DIAGNOSIS BANDING 1. Skizofrenia (F20.-) Skizofrenia dapat diawali dengan gangguan emosi dan afek sehingga memberikan gambaran yang hamper mirip dengan episode mania. Kepribadian seorang dengan gangguan mania hangat dan mudah bersahabat, sedangkan pada seorang dengan skizofrenia biasanya pendiam, jauh dari pergaulan, dan menutup diri. 2. Skizofrenia tipe manic (F25.0) Pada skizofrenia tipe mania terjadi ketidaksesuaian gejala afek dengan waham dan halusinasi (mood incongruent) sangat menonjol.

G. PEDOMAN WAWANCARA DAN PSIKOTERAPI Pasien mania pertamanya mungkin cukup menyenangkan dan lucu, tetapi lama-lama menjadi mengganggu, menjengkelkan dan sukar dihindari. Perilakunya mungkin tak dapat diduga dan tindak kekerasan dapat terjadi. Beri nasihat yang tegas terhadap pasien mania sejak semula dan jangan perkenankan pasien untuk mengekploitasi atau mengambil keuntungan dari sikap pemeriksa yang baik. Pasien mania amat mudah teralihkan perhatiannya; maka berikan lingkungan yang tidak merangsang untuk wawancara.

H. PERJALANAN PENYAKIT Biasanya berlangsung menahun, afek hiperthym, banyak bicara (logorhoe), gerak-gerik motorik yang aktif, flight of ideas, kurang tidur, agressif, dan boros. I. EVALUASI DAN PENGELOLAAN

1. Aturlah agar lingkungan cukup aman yang dapat mencegah larinya pasien, siapkan sejumlah staf yang cukup untuk menghadapi segala kemungkinan dan bila pasien perlu dokekang. 2. Periksalah tanda fital pasien. Agitasi oleh sebab lain (seperti gangguan ogranik) dapat disalahtafsirkan sebagai mania. Pasien mania juga mungkin mengidap gangguan m,edik lain sebagai akibat daya pertimbangan yang buruk. Intoksikasi obat atau abstinensi alcohol mungkin berada bersama. 3. Amati pasien untuk tanda adanya gangguan organic, intoksikasi obat atau efek sampingan dari medikasi dokter. Akatisia akibat antipsikotika dapat menyebabkan gelisah atau agitasi. 4. Harus diinstruksikan pemeriksaan laboratorium termasuk darah lengkap, fungsi tiroid, skrining toksikologi urin, pemeriksaan kimia darah, fungsi hati dan ginjal (ureum darah, nitrogen ureum darag (BUN) dan kreatinin), dan elektrokardiografi. 5. Laksanakan pemeriksaan status mental dan peroleh riwayat psikiatrik. Perhatikan khususnya pada riwayat dari episode manic dan depresi sebelumnya untuk menentukan adanya gangguan bipolar. Bila gejala psikotik ternyata ada untuk 2 minggu atau lebih tanpa gangguan afek, pertimbangkan pengubahan diagnosis menjadi gangguan skizoafektif. 6. Perbaiki gangguan tiroid dan fisik bila ada. Pemeriksaan fisik pasien yang teliti dan lengkap harus dilaksanakan begitu pasien sudah dalam keadaan kooperatif. J. PENATALAKSANAAN 1. Secara umum Penderita perlu dirawat di rumah sakit karena biasanya tidak mempunyai pandangan dan kesadaran terhadap dirinya, sehingga dapat membahayakan kesehatan fisiknya seperti kurang memperhatikan kebersihan diri, tidak mau

makan, tidak tidur berhari-hari,membuang banyak uang atau menghabiskan miliknya yang sudah secara rutin secara tidak bertanggungjawab. 2. Terapi kimiawi Obat yang dapat diberikan ada beberapa senyawa : a. Senyawa phenothiazine Promazine (prazine/verophen) 100 - 600 mg/hari Chlorpromazine(Largaktil / Megaphen / Propaphenin , Thorazine) 75 - 500 mg/hari Levomepromazine(Nozinan/Neurocil) 75 - 300 mg/hari Thioridazine (Melleril) 75 - 500 mg/hari Trifluoperazine (Stelazine) 3 - 30 mg/hari

b. Senyawa alkaloid Rauwolfla c. Reserpine (Serpasil) 3 - 9 mg/hari Senyawa butyrophenone Haloperidol (Haldol/Serenace/ Vesalium) 3 - 5 mg/hari

Terapi elektrolit Lithium Carbonat dapat diberikan dalam jumlah 1 gr/hari, umumnya dalam bentuk tablet.

d. Psikososial terapi keluarga terapi interpersonal terapi tingkah laku therapeutic community kurangi jumlah dan berat stressor

K. PROGNOSIS Rata-rata durasi episode mania adalah sekitar 2 bulan. Dengan 95% sembuh sempurna. Dhingra & Rabins (1991) mengamati pasien usia lanjur dengan mania selama 5 - 7 tahun dan menemukan 34% pasien meninggal. Selama pengamatan, 32% pasien mengalami penurunan fungsi kognitif yang diukur dengan Mini Mental State Examination dengan skor kurang dari 24. 72% pasien mengalami bebas dari gejala dan 80% dapat hidup independent.

DAFTAR PUSTAKA Kaplan,Harold I., Benjamin J.Sadock. alih bahasa Wicaksana M Roan. 2000. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta Anonim. Mania. Available on http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.

php?id=&iddtl=263&idktg=5&idobat=&UID=20080207100615125.162.244.122. Diakses tanggal 6 Februari 2008. Shulman, Ken. Mania. Available on http://www.rcpsych.ac.uk/ pdf/semOAP_ch8.pdf. Diakses tanggal 6 Februari 2008. Widya, Surya. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Afektif. 27 Oktober 2007. Diakses 6 Februari 2008 Sadock, Benjamin James, Virgina Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York : Lippincott Williams & Wilkins Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh Jaya. p61 Roan,Wicaksana Martin. 1979. Ilmu Kedokteran Jiwa Psychiatry. Jakarta Gelder,Michael, Dennis Gath, Richard Mayou. Oxford Textbook of Psychiatry 2nd edition. Oxford : Oxford University Press Kumar & Clark. Clinical Medicine 5th ed. New York. Elsevier Press Ingram, I.M., G.C. Timbury, R.M. Mowbray. Editor Peter Anugrah. 2002. Catatan Kuliah Psikiatri edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai