Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang

Kota merupakan tempat pemukiman yang relatif besar, berpenduduk padat dan permanen dari individu-individu yang secara sosial heterogen. Semakin besar, semakin padat dan heterogen penduduknya. Dengan begitu kota merupakan pusat dari kegiatan suatu masyarakat. Dari hal itu, kota sering dijadikan tempat untuk mencari mata pencaharian. Banyak dari orang desa pindah ke kota. Namun, dalam beberapa hal, permasalahan itu menyebabkan perubahan kebiasaan mereka. Kebanyakan warga perkotaan menjadi bersifat individualis dan interaksianya bersifat impersonal, dan menciptakan orientasi masyarakat hanya sebatas pada mendapatkan keuntungan ekonomi bagi dirinya sendiri. Hal ini tentu membuat semakin lemah ikatan kelompok kekerabatan antar warga. Ini akan menimbulkan serentetan masalah bagi masyarakat bersangkutan. Salah satu bentuk sektor perekonomian masyarakat perkotaan adalah Pedagang Kali Lima (PKL). Tidak hanya masyarakat kota asli saja yang bergelut dibidang ini, namun banyak pula orang desa yang sengaja pindah ke kota untuk menggeluti bidang ini. Fenomena Pedagang Kaki Lima (PKL) telah banyak menyita perhatian pemerintah. Karena PKL sering kali dianggap mengganggu ketertiban lalu lintas, jalanan menjadi tercemar, menimbulkan kerawanan sosial dan tata ruang kota yang kacau. Dimata pemerintah citra negatif tersebut telah mendogma. Sebagai pembuat kebijakan pemerintah harus besikap arif dalam menentukan kebijakan. Namun, tidak hanya dari pemerintah kota saja, akan tetapi terbentuk dari partisipasi aktif dari elemen masyarakat kota, salah satunya pedagang kaki lima. I.2 Rumusan Masalah 1. Apa retribusi pemerintah terhadap pedagang kaki lima? 2. Dimana tempat yang sering digunakan untuk berdagang? 3. Bagaimana sikap petugas penertib terhadap pedagang kaki lima? I.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui retribusi pemerintah untuk menangani masalah PKL 2. Untuk mengetahui sikap petugas penertib terhadap PKL

BAB III METODE PENELITIAN

III.1

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dengan teknik observasi dan wawancara. Dimana Observasi berdasarkan pengamatan yang dilakukan, yaitu mengenai pandangan dan pendapat PKL tentang ketertiban akan kota Semarang. Batasan penelitian ini adalah tentang bagaimana peran yang pedagang kaki lima dan pemerintah dalam menciptakan mentertiban kota Semarang. III.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, kami mengambil lokasi di daerah Simpang Lima Semarang, dimana banyak terdapat berbagai model pedagang kaki lima yang berjualan serta dapat dijadikan parameter pedagang kaki lima di kota Semarang. III.3 Sumber Data 1. Pengamatan (observasi) pada saat pedagang kaki lima melakukan kegiatannya dan mewawancarainya. III.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi (pengamatan) Pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. 2. Wawancara Mewawancarai pedagang kaki lima dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang di teliti. III.5 Teknik Pengambilan Sampel Sampel yang kami gunakan untuk penelitian ini yaitu : 1. Beberapa model pedagang kaki lima di kota Semarang 2. Petugas penertib pedagang kaki lima di kota Semarang. III.6 Validitas Data

Untuk mengecek keabsahan data yang kami peroleh, kami membandingkan informasi yang kami peroleh dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

III.7

Teknik Analisa Data Dalam hal ini kami melakukan analisis dengan 3 komponen pokok : 1. Reduksi Data Kami menyeleksi data-data yang kami peroleh dengan pemfokuskan dan penyederhanaan, sehingga data-data tersebut fokus pada tema penelitian ini. 2. Penyajian Data Rangkaian informasi yang merujuk pada kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dan telah melewati tahap reduksi data. 3. Penarikan Kesimpulan Menarik kesimpulan dari hal yang kami teliti, yaitu dengan cara pencatatan, pola pola, pernyataan yang jelas dan arahan sebab akibat.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/24616293/Proposal-Kualitatif-PedagangKaki-Lima

Anda mungkin juga menyukai