Anda di halaman 1dari 3

Rumusan Masalah Ariani (2012) telah mengadakan penelitian tentang pemanfaatan pati dari limbah biji durian (durio

zibethinus) sebagai alternatif bahan kemasan bioplastik. Metode yang digunakan


adalah dengan mencampurkan pati biji durian, kitosan dan gliserol dengan variasi kitosan-pati 3:10, 4:10 dan 5:10 (gram/gram), serta 3 ml gliserol/4 gram pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen yang diperoleh pati biji durian sebesar 14%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati biji durian dapat dibuat menjadi bioplastik.Bioplastik yang dihasilkan belum homogen dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Agustri (2012) telah melakukan penelitian preparasi dan karakterisasi bioplastik dari air

cucian beras dengan penambahan kitosan. Penelitian diawali dengan membuat nata dari air cucian beras yang difermentasikan oleh bakteri Acetobacter xylinum selama 4 hari dengan konsentrasi penambahan kitosan 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%; dan 0,5%. Bioplastik dari nata merupakan lembaran agak transparan dengan warna putih kekuningan. Hasil uji mekanik menunjukkan bahwa bioplastik dengan konsentrasi kitosan 0,1% merupakan bioplastik dengan sifat mekanik optimum. Penelitian pengaruh penambahan khitosan dan plasticizer gliserol pada karakteristik plastik biodegradable dari pati limbah kulit singkong telah dilakukan oleh Sanjaya (2011). Dalam penelitian ini dilakukan studi mengenai pembuatan bioplastik campuran pati dan khitosan, serta gliserol sebagai plasticizer dengan melakukan variasi terhadap khitosan dan gliserol. Hasil yang diperoleh berupa lembaran tipis plastik (film plastik) yang telah diuji sifat mekaniknya sehingga didapatkan variabel data optimum yaitu komposisi khitosan 2% dan penambahan gliserol 3 ml. Masykuri,M (2007) telah melakukan penelitian rekayasa bioplastik berbahan dasar limbah jagung dengan plasticizer asam lemak inti sawit dan aplikasinya sebagai pengemas biodegradable untuk bahan pangan dan farmasi. Penelitian ini mengkaji sintesis bioplastik zein dengan variasi 3 jenis plasticizer, yaitu: gliserol, asam oleat dan tanpa plasticizer sebagai pembanding. Variasi konsentrasi plasticizer/zein (v/w) yang diteliti terdiri dari 0,1/1; 0,2/1; 0,4/1; 0,8/1 dan 1/1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya

konsentrasi plasticizer, semakin lentur bioplastik yang dihasilkan. Dimana plasticizer yang memberikan hasil optimum yaitu asam oleat. Penelitian pemanfaatan fotosensitizer dan coupling agent dalam rekayasa bioplastik fotobiodegradabel polypropylene zein jagung (ppz) sebagai bahan pengemas ramah lingkungan dengan kuat mekanik tinggi telah dilakukan oleh Masykuri,M (2009). Bioplastik yang dikembangkan memiliki keunggulan dibanding plastik konvensional berbahan minyak

bumi (PP, PE, PS dan PVC) karena bersifat kompatibel, kuat mekanik tinggi dan ramah lingkungan yakni mudah terdegradasi sekaligus oleh bakteri dalam tanah maupun sinar matahari (fotobiodegradabel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk bioplastik polypropylene/zein jagung (PP/Z) telah berhasil diproduksi dengan komposisi (PP/Z (w/w): 100/0; 98/2, 96/4, 94/6, 92/8, dan 90/10), dengan aditif fotosensitizer benzophenon dan asetophenon, serta coupling agent maleat anhidrat, karakter mekanik bioplastik PP/Z dengan variasi komposisi memiliki kuat luluh dan kuat putus cenderung menurun dengan semakin bertambahnya kadar zein. Resalina (2012) telah melakukan penelitian tentang pengaruh penambahan serbuk gelatin terhadap sifat mekanik dan biodegradabilitas plastik campuran polietilen tereftalat bekas dan pati sagu. Pada penelitian ini dibuat sampel dengan 4 macam variasi penambahan serbuk gelatin yaitu 0 g, 5 g, 10 g dan 15 g. Hasil menunjukkan bahwa serbuk gelatin kurang mempengaruhi kekuatan lentur sampel, nilai kuat lentur tertinggi dimiliki sampel tanpa penambahan serbuk gelatin. Penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi bioplastik dari komposit kitosan-pati singkong-selulosa diasetat dari serat batang pisang kepok (musa paradisiaca normalis) dengan plasticizer asam stearat telah dilakukan oleh Hillan (20..). Bioplastik dibuat dari kitosan-pati dengan variasi selulosa diasetat 2%, 3%, 4%, dan 5% dan dilakukan uji sifat mekanik. Bioplastik dengan sifat mekanik maksimal ditambahkan dengan variasi asam stearat 2%, 3%, 4%, dan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bioplastik optimum dari kitosan 3%, pati 2%, selulosa diasetat 3%, dan asam stearat 4%. Hasil uji degradasi mikrobial bioplastik menunjukkan bahwa bioplastik dapat terdegradasi dalam waktu 3 hari, sedangkan plastik komersial tidak dapat terdegradasi dalam kurun waktu yang sama. Ningsih (2010) telah melakukan penelitian tentang optimasi pembuatan bioplastik polihidroksialkanoat dengan menggunakan bakteri mesofilik dan media limbah cair pabrik kelapa sawit. Optimasi dilakukan menggunakan metode tanggap permukaan dengan central composite design 3 variabel. Parameter yang dioptimasi adalah konsentrasi glukosa (g/L), temperatur (0C) dan waktu inkubasi (hari). Hasil optimum yang diperoleh dalam penelitian ini untuk berat sel kering (CDW) dan produksi PHA pada kondisi 5 g/L glukosa, 30oC temperatur inkubasi dan 5 hari waktu inkubasi dengan level kepercayaan (p < 0,05). Penelitian pengaruh sumber karbon terhadap produksi bioplastik polihidroksialkanoat (PHA) dengan ralstonia eutropha telah dilakukan oleh Aznury (2010). Kondisi operasional fermentasi menggunakan bioreaktor 7 L adalah pada temperatur 30 oC dan pH 7. Konsentrasi sumber karbon glukosa atau fruktosa yang digunakan adalah 40 gr/L, dan setelah 20 jam

fermentasi ditambahkan asam lemak volatil yang berfungsi sebagai stimulator dalam produksi P(3HB-co-3HV). Hasil penelitian menunjukkan fermentasi Ralstonia eutropha

dengan substrat fruktosa dan asam lemak volatil sebagai stimulator mempunyai kandungan PHA sebesar 32,78%, dengan kadar HV 11,78%. Jadi fermentasi Ralstonia eutropha dengan menggunakan substrat fruktosa memberikan yield yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan substrat glukosa. Yanti, NA (2013) telah mengadakan penelitian tentang produksi bioplastik poli-hidroksibutirat oleh bakteri amilolitik yang diisolasi dari tepung sagu basah menggunakan berbagai macam substrat pati. Dua isolat bakteri amilolitik yang diisolasi dari tepung sagu basah diuji kemampuannya memproduksi bahan baku bioplastik Poli--hidroksibutirat (PHB) menggunakan berbagai macam substrat pati yaitu pati sagu, pati singkong, pati garut dan pati ganyong sebagai sumber karbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri amilolitik diidentifikasi sebagai anggota genus Bacillus yaitu Bacillus sp. PSA10 dan Bacillus sp. PPK5 Produksi PHB tertinggi oleh kedua isolat bakteri amilolitik diperoleh dari substrat pati sagu yaitu Bacillus sp. PSA10 sebanyak 56,49 % sedangkan Bacillus sp. PPK5 sebanyak 24,07 %. Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah pembuatan bioplastik dengan menggunakan pati dari biji durian dengan penambahan aditif plastisizer gliserol dan kitosan.

Anda mungkin juga menyukai