Anda di halaman 1dari 20

BAB I STATUS PASIEN

A.

DATA DASAR 1. KARAKTERISTIK PENDERITA a. Data Pasien 1) Nama 2) Umur 3) Alamat 4) Agama 5) Pendidikan 6) Pekerjaan b. Data Suami Pasien 1) Nama 2) Umur 3) Alamat 4) Agama 5) Pendidikan 6) Pekerjaan c. Status Perkawinan d. Jumlah Perkawinan e. Umur Pertama Kawin f. No. RM : Tn. S.R : 47 tahun : Badegan : Islam : SD : Petani : Kawin : 1 kali (13 tahun) : 22 tahun : 2528xx : 17 februari 2013 : Melati : Ny. S : 35 tahun : Badegan : Islam : SD : Petani

g. Tanggal masuk RS h. Bangsal

2. KELUHAN UTAMA Hamil 2 bulan disertai pengeluaran darah dari jalan lahir dan nyeri perut 3. RIWAYAT a. Riwayat Obstetri 1) G2P1001Ao ( Anak I = Perempuan, BBL : 2600 gr, Lahir spontan, Ditolong bidan (baru punya anak setelah 8 tahun), tahun ; Anak ke-2 : Hamil ini) 2) Partus terakhir 3) Abortus terakhir 4) Riwayat KB 5) ANC b. Riwayat Haid 1) Menarche 2) Siklus 3) Lama Haid 4) Jumlah Haid 5) Nyeri Haid 6) HPMT c. Riwayat Nyeri Perut 1) Sifat 2) Lama d. Riwayat Keputihan : nyeri seperti ditusuk-tusuk : sejak 2 hari sebelum MRS :: 12 tahun : Teratur (28 hari) : 4 hari : Biasa (Sedang) :: 12 desember 2012 : tahun 2009 :::-

e. Riwayat Keadaan Umum (Riwayat Penyakit Sekarang) Pasien datang dengan keluhan hamil 2 bulan dengan pendarahan pervaginam, sejak tanggal 17 desember 2013 (pagi hari), darah berwarna merah segar, encer tanpa gumpalan, pasien juga merasakan nyeri perut 2 hari sebelum keluar darah. Nyeri perut seperti ditusuk tusuk dirasakan pertama kali dibagian bawah yang menjalar keatas (pasien mengaku hingga merasa sesek) tembus ke punggung. Pasien juga mengaku tidak tahu jika hamil, ketika mulai pendarahan dibawa ke dukun dan baru tahu kalau hamil, kemudian langsung dibawa ke bidan (jam 17.00) dan dari bidan dibawa kerumah sakit (tiba jam 20.00). gangguan kesadaran (-), mual (-), muntah (-), makan/minum baik, , BAB/BAK normal.

f.

Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi (-), Asma (-), DM (-), Alergi (-), dll (-)

g. Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi (-), Asma (-), DM (-), Alergi (-), dll (-) B. PEMERIKSAAN FISIK ( Tanggal 17 februari 2013) 1. STATUS GENERALIS a. Keadaan Umum b. Kesadaran c. Vital Sign 1) TD 2) N 3) R 4) S d. Kepala e. Leher : 110/60 mmHg (waktu anamnesis) : 82 x/menit : 18 x/menit : 36.5 C : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) : Peningkatan Jugular Vena Pressure (-/-) Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-) Pembesaran Kelenjar Tyroid (-/-) f. Thorax 1) Pulmo Inspeksi Palpasi : simetris, permukaan rata : retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), fremitus (N/N) Perkusi Auskultasi : sonor (+/+) : suara dasar vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-/-) 2) Cor Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : ictus cordis tidak tampak : ictus cordis kuat angkat : DBN : bunyi jantung 1-2 reg, bising (-) : baik : compos mentis

3) Abdomen bising usus (+) 4) Ekstremitas 2. STATUS GINEKOLOGI a. Pemeriksaan Luar b. Pemeriksaan Dalam

: nyeri tekan regioiliaca dekstra et sinistra dan supra pubic,

: akral hangat, oedema (-)

: uterus tidak teraba, masa (-), v/v: terdapat darah : dinding mukosa licin, portio seujung jari, nyeri goyang portio (+), fluksus (+)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. PLANO TES 2. PEMERIKSAAN USG Tanggal 18 02 2013 USG Kandungan Uterus adneksa dekstra Kesimpulan : suspek KET : besar normal, gestation sac (GS) (-), tampak masa pada : Positif

D. DIA/GNOSIS KET (kehamilan ektopik terganggu) E. TERAPI 1. Infus RL 2. Oksigen 2 liter /menit 3. Cefotaxim 2 x 1 gr 4. Pro laparotomi F. OBSERVASI 1. Operasi laparotomi pada tanggal 18 desember 2013, ditemukan ruptur tuba pars ampula dekstra, dilakukan shalpingoektomi dekstra. 2. Post Op (di ruang RR) HB: 9,1. Dilakukan tranfusi PRC 2 kolf 3. 19 desember pindah ke bangsal Melati, HB: 11,0

G. FOLLOW-UP 1. (19-02-2013) a. (S) nyeri pada bekas operasi b. (O) 1. Tanda Vital: TD nadi RR : 120/70 mmHg : 92x : 20x

2. Status internis : DBN 3. Genitalia : lokia rubra

c. (A) post salphioektomi dekstra A.I KET H+1 2. (20-02-2013) a. (S) nyeri pada bekas operasi b. (O) 1. Tanda Vital: TD nadi RR : 120/70 mmHg : 88x : 24x

2. Status internis : DBN 3. Genitalia : lokia rubra

c. (A) post salphioektomi dekstra A.I KET H+2 3. (21-02-2013) a. (S) tidak ada keluhan b. (O) 1. Tanda Vital: TD nadi RR : 120/70 mmHg : 77x : 20x

2. Status internis : DBN 3. Genitalia : lokia rubra

c. (A) post salphioektomi dekstra A.I KET H+3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi (saluran tuba) menuju ke uterus (rahim). Telur tersebut akan berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai tumbuh menjadi janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Sering disebut juga kehamilan ekstrauterin. Kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik (Cakul, 2000). Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar ronnga uterus (Syarifudin, 2001). Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang ditandai dengan terjadinya implantasi di luar endometrium kavum uteri setelah fertilisasi (syafrudin, 2001). Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan berkembang di luar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus) maka disebut kehamilan ektopik terganggu (Achadiat, 2004). Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut (Yulaikhah, 2009). B. Lokasi Kehamilan Ektopik Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), a. Ujung fimbriae tuba falopii (17%) b. Ampula tubae ( 55%) c. Isthmus tuba falopii (25%) d. Pars interstitsialis tuba falopii (2%) ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut), serviks (leher rahim).

Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik C. Etiologi Etiologi pasti tak diketahui. D. Faktor Resiko Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah : 1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua. 2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.

3. Kerusakan dari saluran tuba Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah :
Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali dibandingkan

wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh
Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba,

gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea
Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul,

pengobatan infertilitas seperti bayi tabung --> menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. E. Tanda dan Gejala Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara. a. Gejala 1. Nyeri .
o Nyeri panggul atau abdomen hampir selalu terdapat o Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ; terlokalisir atau menyebar. o Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan

intra-abdominal. 2. Perdarahan Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada 75% kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua. 3. Amenorea Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan

adanya spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak ada. 4. Sinkope Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai kasus KET. 5. Desidual cast 5 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan desidual cast yang sangat menyerupai hasil konsepsi. b. Tanda 1. Ketegangan abdomen
o Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80%

kasus kehamilan ektopik terganggu


o Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus

kehamilan ektopik. 2. Masa adneksa Massa unilateral pada adneksa dapat diraba pada sampai kasus KE. Kadangkadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele) 3. Perubahan pada uterus Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada kehamilan normal seperti ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Apabila anda merasa hamil dan mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini sangat penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam. F. Patofisiologi Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :

a.

Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.

b.

Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.

c.

Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

Abortus Tuba

Perjalanan lebih lanjut dari abortus tuba Terjadi pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah fimbriae dan ampula. Berulangnya perdarahan kecil pada tuba menyebabkan lepasnya dan yang diikuti dengan kematian ovum. Perjalanan selanjutnya adalah : 1. Absorbsi lengkap secara spontan. 2. Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum peritoneum.

3. Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan darah yang menyebabkan distensi tuba. 4. Pembentukan tubal blood mole. Ruptura Tuba

Perjalanan lebih lanjut dari ruptura tuba Terjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan ektopik dengan implantasi didaerah isthmus. Ruptura pars ampularis umumnya terjadi pada kehamilan 6 10 minggu , namun ruptura pada pars isthmica dapat berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal. Pada keadaan ini trofoblast menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan serosa tuba, ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual. Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba maka dapat terjadi hematoma ligamentum latum. Pada kehamilan ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan yang lebih tua dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak. G. Patologi Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresobsi. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen

tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. 1. 2. 3. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Abortus ke dalam lumen tuba Ruptur dinding tuba (www.medforum.nl)

Gambar 2. Komplikasi Kehamilan Ektopik (perdarahan)

H. Diagnosa Kehamilan Ektopik Terganggu a. Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. b. Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk, ada tanda akut abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan vaginal touch, ada nyeri bila porsio digerakkan (nyeri goyang porsio). c. Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum Douglasi), USG. d. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

I. Diagnosis Banding Kehamilan Ektopik Terganggu Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia kehamilan muda : mungkin ada tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda akut abdomen - sebaliknya kehamilan ektopik terganggu belum tentu pula disertai gejala perdarahan. Diagnosa diferensial dari kehamilan ektopik yaitu: 1) abortus biasa 2) salpingitis akut 3) appendicitis akut 4) rupture korpus luteum 5) torsi kista ovarium 6) mioma submukosa yang terpelintir 7) retrofleksi uteri gravida inkarserata 8) rupture pembuluh darah mesenterium Di bawah ini dikemukakan perbedaan gejala dan tanda : GEJALA Amenore Perdarahan pervaginam Perdarahan abdominal Pireksia Massa pelvis <38 C Di bawah Tidak Tidak Tidak Ada >38 C Ada bilateral Banyak Tidak Tidak Tidak KET Ada (75%) Sedikit Abortus Semua Banyak Kista ovarium Tidak Tidak Infeksi pelvis Ada (25%) Bisa ada

Uterus Nyeri Anemia Lekositosis Reaksi kehamilan Shiffting dullness

Sedikit membesar Membesar Hebat Ada Bisa ada (+)75% Ada Tidak Bisa ada Tidak (+) Tidak

Tidak Hebat Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak besar Nyeri Tidak Ada Tidak Tidak

J. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan: Laboratorium Hematokrit dan HB Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi. Sel darah putih Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Tes kehamilan Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik. Pemeriksaan Penunjang/Khusus Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain Laparoskopi peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG

D & C Dilakukan untuk konfirmasi diagnosa pada kasus dimana pasien tak menghendaki kehamilan. Bila hasil kuretase hanya menunjukkan desidua, maka kemungkinan adanya kehamilan ektopik harus ditegakkan. Laparotomi Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif). Kuldosintesis Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain. K. Tatalaksana Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui: 1. Obat-obatan Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker). 2. Operasi Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi. Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan : 1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingoektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali. 2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi

Operasi Salpingostomi Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler. Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik: 1. Ukuran kantung gestasi < 4 cm 2. Hasil konsepsi dan tuba belum pecah. 3. Tanda vital baik dan stabil 4. Perdarahan rongga perut < 100 ml Kontraindikasi pemberian Methrotexate : 1. Laktasi 2. Status Imunodefisiensi 3. Alkoholisme 4. Penyakit ginjal dan hepar 5. Diskrasia darah 6. Penyakit paru aktif

7. Ulkus peptikum Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negative. L. Pencegahan Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik. M. Prognosis kehamilan di masa depan Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah mengalami kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan untuk mengalami kehamilan ektopik lagi di masa depan. Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi, seorang wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya namun kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba terganggu (contoh karena perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami gangguan juga. Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik selanjutnya. Pada kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan risiko kehamilan ektopik apabila spiral diangkat.

BAB III PEMBAHASAN

Pada kasus nyonya S, kehamilan ektopik terjadi pada pars ampula tuba ovarii sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa 98 % KET (55% pada pars ampularis). Namun pasien tidak mengetahui jika dirinya hamil, baru mengetahui setelah terjadinya perdarahan pervaginam yang menandakan telah terjadi rupture/ kematian hasil konsepsi. Tanda dan gejala yang ditunjukan nyonya S sesuai dengan penjabaran diatas Gejala 1. Nyeri (nyeri perut bagian bawah menjalar hingga atas dan tembus belakang) 2. Perdarahan (perdarahan pervaginam warna merah segar tidak ada gumpalan) 3. Amenorea (HPMT 12-12-12) 4. Sinkope (tidak didapatkan sinkope pada pasien) 5. Desidual cast (tidak didapatkan desidual cast) Tanda 1. Ketegangan abdomen (nyeri tekan namun belum sampai defense muscular) 2. Masa adneksa (tidak ditemukan pada palpasi, namun terlihat pada hasil USG) 3. Perubahan pada uterus (nyeri goyang porsio +)

Tidak ada factor resiko yang didapat dari anamnesis, namun pasien mengaku kandungan kurang subur baru memiliki satu anak setelah 8 tahun menikah.

Diagnosis KET ditegakkan melalui hasil USG sesuai dengan alur Dugaan Klinis kehamilan Ektopik (Llewellyn-jones, 2001)
Pengukuran HCG

(-) (+)

Bukan KET USG GS dalam uterus GS dalam tuba/ masa laparoskopi meragukan laparotomi

DAFTAR PUSTAKA

1. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001. 2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271. 3. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334. 4. ____________, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255. 5. Karsono, B. Ultrasonografi dalam Obstetri, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. FKUI. Jakarta 2002 6. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri ed 2. EGC. Jakarta. 1998 7. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 8. Rachimhadhi, T. Kehamilan Ektopik, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. FKUI. Jakarta. 2002 9. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.226-235. 10. Taber Ben-Zoin. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta 11. Wijayanegara, H. Ultrasonografi Dalam Bidang Obstetri, dalam : Dasar-dasar Ultrasonografi dan Peranannya pada Keadaan Gawat Darurat. Penerbit ALUMNI. 1985 12. Yulaikhah Lily. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. EGC. Jakarta. 13. http://hidayat2.wordpress.com/category/materi-kuliah/page/4/ 14. http: //www.khairmidwifery07.blogspot.com/2009_06_01_arch... 15. http://www.indianradiologist.com/cme2.htm 16. http://radiology.creighton.edu/pregnancy.htm

Anda mungkin juga menyukai