Anda di halaman 1dari 5

SIMTOM Beberapa tanda-tanda pada gangguan kepribadian paranoid, antara lain : Kecurigaan yang berulang tanpa dasar atau

u bukti yang kuat, terhadap orang lain bahwa orang itu akan mengeksploitasi, bersikap jahat atau menipu dirinya. Sulit mempercayai orang lain dan tidak dapat bersikap loyal terhadap orang atau kerjasama tim Enggan berbagi pelbagai informasi kepada orang lain disebabkan rasa takut yang tidak beralasan bahwa sewaktu-waktu orang lain akan bersikap jahat kepadanya Mengartikan kata-kata atau teguran yang ramah sebagai ancaman atau merendahkan dirinya Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, meskipun pada masalah-masalah kecil. Sulit untuk memaafkan orang lain yang pernah menganggu, melukai, menyakiti atau mengabaikan dirinya. Ketika bersinggungan dengan karakter atau reputasinya oleh orang lain, ia akan segera bereaksi dengan amarah atau menyerang balik orang itu (dengan kekerasaan fisik) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari pasangannya.

FAKTOR

PENYEBAB

Penyebab utama munculnya gangguan kepribadian paranoid tidak diketahu secara pasti, namun diperkirakan faktor genetika mempunyai peran terhadap kemunculannya gangguan tersebut, misalnya anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia. Gangguan kepribadian paranoid dapat juga muncul dari pengalaman masa kanak-kanak yang tumbuh dari keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan ancaman. Perilaku orangtua dengan kesehariannya yang kasar, berantakan, merendahkan diri anak-anaknya, juga mempengaruhi pembentukan karakteristik gangguan ini pada anak dikemudian hari.

TREATMENT Medikasi Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada obat medis yang dapat menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan diberikan bila individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan waktu tetentu saja), penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti psikotik) diberikan bila individu PPD untuk mengurangi agitasi dan delusi pada pasien.

Psikoterapi Kesulitan yang dihadapi oleh terapist pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan dari terapist. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa individu PDD sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya membuat terapi sulit dilakukan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah bagaimana terapis menjaga sikap, perilaku, dan pembicaraanya, individu PDD akan meninggalkan terapi bila ia curiga, tidak menyukai terapisnya. Terapis juga harus menjaga dirinya untuk tidak melucu didepan individu PPD yang tidak memiliki sense of humor. Menjaga tidaknya konfrontasi ide-ide atau pemikiran secara langsung dengan pasien. Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Namun demikian, individu dengan PPD kronis terapi kelompok dan keluarga tidak akan efektif dijalankan karena pada individu PPD kronis tingkat kepercayaan terhadap orang lain samasekali tidak ada

Gangguan Kepribadian Paranoid Gangguan Kepribadian Paranoid lebih banyak atau lebih nyata dialami oleh pria daripada wanita. Diperkirakan sekitar 0,5 - 2,5% populasi mengalami ganguan kepribadian ini. Beberapa ahli beranggapan bahwa gangguan kepribadian paranoid merupakan lanjutan dari gangguan kepribadian skizoid atau skizotipal yang lebih parah. Ciri-ciri Sensitif terhadap kegagalan dan penolakan Suka menyimpan dendam meskipun pada masalah kecil Suka menyalah-artikan tindakan orang lain dengan kecurigaan yang tidak mendasar Konfrontatif bila bersinggungan dengan hak-hak pribadinya Suka menyalahkan orang lain

Tidak percaya pada orang lain Menjaga jarak hubungan emosional dengan orang lain, tidak ingin akrab. Waspada berlebihan Merasa dirinya sendirian Fanatik Suka mengeluh atau membantah orang lain Mempunyai fantasi tinggi.

1) Medikasi

Antidepressants Doktor menganjurkan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine (Prozac, Sarafem), sertraline (Zoloft), citalopram (Celexa), paroxetine (Paxil), nefazodone, dan escitalopram (Lexapro), atau jenis antidepressant lainnya venlafaxine (Effexor) untuk gangguan kepribadian yang disertai dengan kecemasan dan depresi. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) Jenis phenelzine (Nardil) dan tranylcypromine (Parnate). Anticonvulsants Jenis obat ini untuk mengurangi tingkat agresifitas dan perilaku impulsif. Jenis yang dianjurkan adalah carbamazepine (Carbatrol, Tegretol) atau asam valproik (Depakote). Selain itu juga topiramate (Topamax), jenis anticonvulsant ini dianggap lebih efektif dalam menangani permasalahan perilaku impuls yang tidak terkontrol. Antipsychotics Individu dengan gangguan kepribadian ambang dan schizotypal beresiko kehilangan dunia nyata, obat antipsychotic seperti risperidone (Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) dapat membantu menghentikan pikiran-pikiran yang menyimpang. Untuk gangguan perilaku kadang juga diberikan haloperidol (Haldol).

Obat-obat ini haruslah dibawah kontrol dokter secara ketat, pemakaian berlebihan akan memberikan beberapa efek samping seperti; - Sedasi dan inhibisi psikomotorik - Gangguan otonom (hipotensi, Hidung tersumbat, gangguan irama jantung) - Gangguan ekstrapiramidal (tremor, sindrom parkinson, akatisia)

- Gangguan endoktrin - Tardive dyskinesia - Sindrom neuroleptik maligna Mood stabilizers Jenis lithium (Eskalith, Lithobid). Obat ini memberikan ketenangan bila terjadi perubahan mood pada penderita gangguan kepribadian. Jenis-jenis medikasi lainnya yang mungkin diberikan oleh dokter adalah alprazolam (Xanax) dan clonazepam (Klonopin)

(2) Psikoterapi

Penghalang utama dalam pemberian treatment pada individu dengan gangguan kepribadian disebabkan individu tersebut tidak terbuka bahkan kadang disertai permusuhan (marah) kepada terapis ketika pemberian terapi. Kadang juga disertai dengan penolakan atau berhenti total dalam masa pengobatan. Keberhasilan dari terapi sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kepatuhan pasien dalam pemberian treatment yang memang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyembuhannya.

Psikodinamika Pada pendekatan ini terapis akan membicarakan kondisi pasien dan beberapa hal mengenai isu-isu mengenai kesehatan mental secara profesional, Dalam psikoterapi diharapkan pasien dapat menangani pelbagai permasalahan yang dihadapi pasien, belajar hidup secara sehat, dan bagaimana bereaksi secara tepat terhadap pelbagai problem dalam kehidupan sosial. Metode pelaksanaan dapat dilakukan secara individu, kelompok atau keluarga Cognitive-behavior therapy (CBT) Bentuk terapi dalam CBT melibatkan pelatihan ulang terhadap pemikiran dan cara pandang terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul, termasuk di dalamanya kontrol terhadap muatan-muatan emosi dan perilaku. Dialectical behavior therapy Dialectical behavior therapy merupakan salah satu type dari CBT berfokus pada coping skill, dalam terapi ini individu belajar mengontrol perilaku dan emosi dengan teknik

kesadaran penuh, pasien dibantu untuk mengenal pelbagai muatan emosinya tanpa perlu bereaksi (mengontrol perilakunya) Terapi ini efektif untuk penyembuhan gangguan kepribadian ambang.

http://www.psychologytoday.com/conditions/paranoid-personality-disorder Kaplan & Sadok. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara medlineplus dan mayoclinic Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal jilid 1. Jakarata : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai