Anda di halaman 1dari 0

Penerapan Pendekatan Savi Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa
Nur Hannah, Moch. SyaichudinKurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu
PendidikanUniversitas Negeri Surabaya
Abstrak : Gaya belajar seorang siswa dikaitkan dengan persepsi dan indranya. Cara melihat,
mendengarkan, memperhatikan, menyimak, melakukan dan meniru gerakan tubuh selama belajar
berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi. Indra siswa yang terlatih dengan baik akan
mempercepat daya tangkap dan mengaktifkan memori jangka panjang. Pendekatan SAVI adalah
salah satu pendekatan yang mengintegrasikan unsur somatis, auditori, visual dan intelektual
dalam pembelajaran. Pendekatan SAVI ini dapat diterapkan dalam pembelajaran faroidh.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian terhadap penerapan pendekatan SAVI
pada mata pelajaran faroidh. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui proses penerapan
pendekatan SAVI dalam kegiatan pembelajaran dan mengetahuhi seberapa besar pengaruhnya
terhadap peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya pendekatan SAVI tersebut.
Penelitian yang dilakukan di kelas VIII MTs. Nurul Amanah Madura semester genap tahun
ajaran 2008/2009 dengan jumlah 33 siswa ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimen yang menggunakan desain One-Group Pretest-Posttest. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan pengadaan tes yang dianalisis dengan
menggunakan prosentase dan t-test. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan data
observasi, diketahui bahwa prosentase proses penerapan pendekatan SAVI memperoleh hasil
93,06%. Jika hasil tersebut dikonsultasikan dengan kriteria maka tergolong sangat baik.
Sedangkan untuk uji hasil tes diperoleh nilai t hitung = 10,69 yang dikonsultasikan db = 32,
dengan menggunakan uji signifikan 5% sehingga diperoleh t tabel 2,04 dan diketahui bahwa t
hitung lebih besar dari t tabel yaitu 10,69 > 2,04. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata
pelajaran faroidh di MTs. Nurul Amanah Madura.Kata Kunci : Somatis, Auditori, Visual,
Intelektual dan Hasil Belajar.1. PENDAHULUANBelajar merupakan proses yang aktif yaitu
proses mereaksi terhadap semua situasi di sekitar siswa. Mengajar merupakan suatu aktivitas
mengatur dan mengorganisasi lingkungan sehingga mendorong siswa untuk belajar. Dua istilah
belajar-mengajar menurut Dewey tidak dapat dipisahkan. Dewey dalam Sanjaya (2007:102)
mengistilahkannya sebagai Teaching is to Learning as Selling is to Buying.Belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi ke kepala seorang siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri (Silberman, 2002:XXI).
Pengembangan potensi-potensi siswa dalam proses belajar, harus dilakukan secara menyeluruh
dan terpadu (Aunurrohman, 4:2009). Pengembangan potensi siswa secara tidak seimbang dapat
menjadikan pendidikan cenderung lebih peduli pada pengembangan satu aspek kepribadian
tertentu, bersifat partikular dan parsial.Persoalan yang sering muncul dalam pembelajaran adalah
bagaimana cara seorang guru mengembangkan, menciptakan serta mengatur situasi yang
memungkinkan siswa melakukan proses belajar. Hasil observasi awal yang yang peneliti lakukan
di MTs. Nurul Amanah Kelas VIII menunjukkan adanya ketidakseimbangan peran antara guru
dan siswa di saat proses pembelajaran faroidh berlangsung. Guru lebih fokus berceramah yang
tujuannya untuk menyampaikan bahan ajar faroidh yang berbahasa arab sedangkan siswa sibuk
menulis, menangkap penjelasan dari guru, padahal Faroidh merupakan ilmu yang sangat spesifik
dalam hukum Islam yang memuat kaidah-kaidah fikih dan penghitungan untuk mengetahui
bagian masing-masing ahli waris dari harta peninggalan mayit, sehingga mempelajari faroidh
membutuhkan keterampilan-keterampilan yang cermat dan teliti dalam menghitung waris.Hadist
Nabi meramalkan bahwa di antara ilmu agama Islam yang akan dilupakan oleh masyarakat
adalah faroidh. Dalam redaksi hadist Nabi yang lain dijelaskan bahwa faroidh ini merupakan
salah satu disiplin ilmu dalam Islam yang sangat utama dan dianjurkan untuk dipelajari (Az-
Zuhaili, 2005:7700) karena tidak jarang, dalam masyarakat timbul kesenjangan sosial yang dapat
mengarah pada permusuhan antar keluarga disebabkan oleh sengketa waris.Sengketa waris
terkadang juga dipicu oleh sikap ahli waris yang cenderung serakah sehingga mengabaikan
kaidah-kaidah yang tertera dalam hukum waris. Oleh karenanya, sangat diperlukan sosok
masyarakat yang betul-betul memahami tentang kaidah hukum waris menurut Islam dan
mengetahui bagaimana cara mengimplementasikannya secara benar sehingga tidak mudah
terombang-ambingkan oleh kemungkinan adanya benturan kepentingan antar ahli waris.Bagi
mereka yang belajar faroidh diperlukan untuk menguasai seluk-beluk tentang faroidh secara
mendalam. Mempelajari faroidh tidak cukup hanya dengan menghafal kaidah-kaidah hukum
waris tetapi juga harus memahami ilmu hitung oleh karenanya menghafal saja tidaklah cukup
untuk dapat mengimplementasikan ilmu faroidh ini.Karateristik ilmu faroidh yang tidak hanya
memuat konsep fikih waris dan dalil-dalil naqli yang digali dalam Al-Quran namun juga
membutuhkan keterampilan menghitung membuat siswa merasa jenuh dan kesulitan untuk
berlama-lama dalam mempelajarinya. Indikasinya terlihat dari banyaknya siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru. Sebagian siswa ada yang berbicara dengan temannya, bergurau,
mengantuk, menulis baik sekedar mencorat-coret buku atau menggambar sesuatu yang tidak
berkaitan dengan pelajaran dan perilaku lainnya yang perilaku tersebut mencerminkan kejenuhan
mereka dalam mengikuti pembelajaran.Uraian tersebut menunjukkan bahwa siswa cenderung
pasif dalam pembelajaran. Menurut analisa Dimyati dan Mujiono (2002:17), kemungkinan siswa
pasif diakibatkan oleh dominannya peran guru di dalam kelas. Oleh karena itu perlu upaya untuk
menyeimbangkan peran antara guru dan siswa dengan cara menerapkan pendekatan
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dan memberikan peluang kepada siswa untuk
aktif dalam pembelajaran.Killen (1998) dalam Sanjaya (2007:125) mencatat ada dua pendekatan
dalam pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered
approaches) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered
approaches). Juliantara (2009) menjelaskan bahwa jika ditinjau dari segi penyampaian materi,
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru dalam pelaksanaanya lebih sering
menggunakan pemberian informasi (telling), sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa di samping menggunakan pemberian informasi (telling) juga menggunakan peragaan
(demonstrating) dan memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung
(doing direct performance). Pendekatan pembelajaran inilah yang nantinya mengantarkan guru
untuk memilih strategi, metode dan teknik yang akan diterapkan dalam pembelajaran dengan
tanpa mengenyampingkan kesesuaian karakteristik materi dan gaya belajar siswa.Gaya belajar
merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, mengatur serta mengolah informasi
yang ia dapatkan (Deporter dan Hernacki, 2009:112). Masing-masing siswa memiliki tipe gaya
belajar yang berbeda-beda, di antaranya tipe pebelajar visual, auditori dan somatis atau yang
biasa dikenal dengan kinestetik. Gaya belajar visual atau sering dikenal dengan pengamatan ini
merupakan gaya belajar melalui melihat sesuatu, baik melihat tulisan gambar atau diagram,
petunjuk serta film dan video. Tipe gaya belajar ini lebih mengedepankan pada penglihatan
secara langsung. Gaya belajar auditori adalah belajar dengan lebih mengedepankan indra
pendengaran. Pada gaya ini, belajar bisa dilakukan dengan mendengarkan kaset, ceramah,
diskusi, debat dan instruksi verbal. Gaya belajar somatis atau kinestetik merupakan gaya belajar
yang lebih mengedepankan pada keterlibatan siswa secara langsung dengan melibatkan aktivitas
fisik dan gerakan tubuh seperti suka menari, bergerak, menyentuh, merasakan, dan melakukan
sendiri.Aunurrahman (2009:9) berpendapat bahwa penempatan guru sebagai satu-satunya
sumber informasi, menempatkan siswa tidak sebagai individu yang dinamis akan tetapi lebih
sebagai obyek yang pasif, sehingga potensi keindividualannya tidak dapat berkembang secara
optimal. Padahal, tujuan pembelajaran adalah untuk mencerdaskan dan memberdayakan siswa.
Menurut Tilaar (2000:21) siswa yang berdaya adalah siswa yang dapat berpikir kreatif, mandiri,
dapat membangun dirinya dan masyarakatnya kelak.Menurut Dimyati dan Mujiono (2002:17)
Dominan guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa terlibat secara pasif. Mereka
lebih banyak menunggu sajian dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan dalam
pembelajaran yang lebih mengarahkan pada kegiatan siswa supaya siswa tidak lagi dipandang
sebagai obyek pegajaran melainkan dipandang sebagai subyek yang aktif.Joyce dkk (2009:7),
mendefinisikan bahwa guru yang sukses merupakan guru yang dapat melibatkan para siswanya
dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial serta mengajarkan mereka bagaimana
cara mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif. Sederhananya, guru yang sukses bukan
sekedar penyaji yang kharismatik dan persuasif, akan tetapi senantiasa mengajari siswanya
bagaimana menyerap dan menguasai informasi yang berasal dari penjelasannya, sedangkan
pelajar efektif mampu menggambarkan informasi dan gagasan dari guru mereka.Uraian di atas
menggambarkan bahwa di antara kedua pendekatan pembelajaran tersebut, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa inilah (student-centered approaches) yang lebih
memberdayakan siswa dan memberikan peluang kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Suyatno (2008) mengemukakan bahwa menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua indra dapat melibatkan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran
sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.Joyce dkk, (2009:4) mengemukakan
bahwa cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa
dalam mendidik diri mereka sendiri. Kesesuain perlakuan yang didapat dalam sebuah
pembelajaran dengan gaya belajar siswa akan lebih meningkatkan minat dan hasil belajar dalam
pembelajaran tersebut.Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan juga dapat
mengakomodir semua tipe gaya belajar adalah pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI ini memiliki
empat unsur, di antaranya somatis, auditori, visual dan intelektual. Meier (2002:100)
menegaskan bahwa belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa
pembelajaran. Misalnya, seorang siswa dapat belajar sedikit dengan menyaksiskan presentasi
(V), tetapi ia dapat belajar jauh lebih banyak jika dapat melakukan sesuatu ketika presentasi
sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara
menerapkan informasi dalam presentasi tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
ada (I).Pembelajaran faroidh dengan menerapkan pendekatan SAVI nantinya akan didesain
dengan menampakkan unsur somatis ketika siswa menyelesaikan dan memperagakan kasus
tertentu dalam pembagian warisan serta mencari bagian warisan dengan mengoprasikan aplikasi
faroidh. Mereka juga diminta untuk merangkum beberapa materi tentang warisan dan mencari
sumber pokok dari Al-Qur`an secara mandiri mengenai bagian-bagian ahli waris untuk
didiskusikan. Sehingga secara fisik mereka dapat begerak dan tentu saja keterampilan seperti
berbicara dan berdiskusi mengenai pembagian warisan, membaca, menyimak, dan menulis
materi faroidh dapat dilakukan dalam serangkaian kegiatan tersebut. Unsur auditori terlihat
ketika siswa mendengarkan penjelasan baik dari guru maupun teman sebaya tentang hal-hal yang
terkait dengan faroidh. Unsur visual terlihat ketika siswa melihat temannya yang sedang
menyelesaikan masalah pembagian warisan dan mengamati guru atau temannya yang sedang
menjelaskan materi. Unsur Intelektual terlihat ketika siswa menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan faroidh dan problematika dalam perebutan hak waris.Berdasarkan uraian di
atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan pendekatan SAVI
untuk meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul
Amanah Bangkalan Madura, dengan harapan bahwa pendekatan SAVI ini akan mengantarkan
siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, tanpa mengabaikan gaya belajar dari masing-
masing siswa (Sidjabat, 2008).2. KAJIAN PUSTAKA Teori yang mendasari Meier dalam
mencetuskan pendekatan SAVI adalah teori belajar aktif yang diistilahkan Meier (2002:90)
dengan Belajar Berdasarkan Aktivitas (BBA). Teori ini dilatarbelakangi oleh pendidikan di New
England pada abad ke-19 yang cenderung memandang manusia hanya sebagai tubuh dan pikiran
(Meier, 2002:56). Aktivitas tubuh dan pikiran dipisahkan dalam kegiatan belajar sehingga
pembelajaran berlangsung kaku dan tidak menyenangkan. Selain itu, pendidikan di New England
pada saat itu menekankan pada pembelajaran individual. Hal ini ditentang oleh Meier dan
mendorongnya untuk melakukan penelitian.Menurut Meier, belajar bukanlah peristiwa kognitif
yang terpisah melainkan sesuatu yang melibatkan diri seseorang secara utuh (tubuh, pikiran dan
jiwa) serta kecerdasan yang utuh (Meier, 2002:42). Pendapat tersebut mengantarkan Meier pada
sebuah kesimpulan penelitiannya yang menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi somatis,
auditori, visual dan intelektual. Berdasarkan pandangan tersebut Meier mengajukan pendekatan
pembelajaran aktif yang diberi nama Pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI ini menekan
pembelajaran dengan memanfaatkan semua alat indra siswa (Rosadi, 2009).Istilah SAVI
merupakan kependekan dari: Somatis (S) yaitu gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) yang
menuntut belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditori (A), menekankan proses belajar
melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi dan menanggapi. Visual
(V), bermakna belajar dengan menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intelektual (I), bermakna
bahwa belajar dengan menekankan pada kemampuan berpikir (minds-on). Belajar harus dengan
konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan nalar, mengidentifikasi, menyelidiki, menemukan,
mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan (Suhermawan, 2008).Selain
itu Meier (2002:54) juga mengemukakan prinsip-prinsip pokok belajar yang meliputi:
1. Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3. Kerjasama membantu proses belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan kegiatan
yang menekankan pada penyatuan aktivitas fisik dan pikiran, penggunaan indera, kreativitas, dan
kemandirian. Selain itu, prinsip pokok belajar tersebut juga menekankan adanya kerja sama
dalam belajar sehingga pembelajaran kooperatif yang ditekankan dan bukan pembelajaran
individual.Teori belajar aktif Meier menekankan pada keterlibatan siswa sepenuhnya dalam
pembelajaran. Teori ini juga memandang bahwa gerakan fisik dapat meningkatkan proses
mental. Teori tersebut berdasarkan atas letak otak manusia yang mengatur gerakan tubuh
(korteks motor) terletak di sebelah otak yang berfungsi untuk berpikir.Bagian manusia yang
berfungsi mengatur gerakan tubuh (korteks motor) terletak di bagian otak. Bagian ini berfungsi
berpikir dan memecahkan masalah (Meier, 2002:90). Artinya, menghalangi gerakan tubuh
berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal. Sebaliknya melibatkan tubuh
dalam belajar cenderung mengembangkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya.Pendapat
Meier di atas, dapat dikatakan bahwa tubuh dan pikiran merupakan dua hal yang tidak dapat
terpisahkan dalam belajar. Belajar akan terhambat jika tubuh dan pikiran terpisah dan sebaliknya
belajar akan meningkat jika tubuh dan pikiran menyatu, dengan kata lain, aktivitas fisik dan
pikiran merupakan dua esensi yang harus ada dalam belajar. Dari uraian di atas, teori belajar
aktif Meier merupakan teori belajar yang menekankan adanya penyatuan aktivitas fisik dan
pikiran dalam belajar.Pendekatan SAVI juga dapat mengatasi gaya belajar siswa yang beragam
dalam satu kelas. Artinya dengan pendekatan SAVI, siswa yang gaya belajarnya cenderung
somatis, auditori, maupun visual dapat sama-sama menyerap pengetahuan atau materi yang
disampaikan oleh guru. Di samping itu, pendekatan SAVI juga menekankan pada intelektual
yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah.Faroidh
adalah mata pelajaran sebagaimana mata pelajaran lainnya. Seperti halnya mata pelajaran
ekonomi, matematika, fikih dan lain sebagainya yang mempunyai ruang untuk diterapkannya
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI, bahkan penerapan pendekatan SAVI
dalam pelajaran faroidh lebih esensial. Hal ini dikarenakan dalam pelajaran faroidh terdapat
keempat unsur pendekatan SAVI.Faroidh dalam pendekatan SAVI sederhananya dapat
diterapkan oleh siswa pada saat memperagakan keadaan dalam sebuah keluarga. Plotnya, dalam
sebuah keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia dan siswa dituntut
untuk berperan sebagai anggota keluarga, menjadi wali atau hakim dan pihak-pihak yang terkait
serta siswa dituntut untuk menyelesaikan persoalan waris.Unsur somatis terlihat mulai dari
peragaan meninggalnya mayit, penyelesaian biaya mayit oleh keluarga, penyelesaian hutang
piutang mayit dan pembagian wasiat sebagai pra pembagian harta warisan. Penerapan unsur
somatis ini sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran faroidh, karena pelajaran faroidh
kurang efektif jika hanya diterapkan melalui pendekatan auditori saja seperti halnya ceramah
yang menekankan pada penjelasan guru dengan tanpa adanya peragaan. Pelajaran faroidh juga
tidak bisa diterapkan dengan pendekatan visual saja, dikarenakan tanpa didukung oleh personal
ahli waris maka pelajaran faroidh tidak akan tergambar secara gamblang dalam pemahaman
siswa. Penggabungan tiga pendekatan tersebut (somatis, auditori dan visual) membentuk
intelektualitas lebih kritis serta lebih melekat dalam ingatan dan daya nalar siswa.Penjelasan di
atas menunjukkan bahwa pendekatan SAVI di samping dapat mengakomodir semua tipe gaya
belajar siswa, baik gaya belajar visual, auditori dan kinestetik, juga dapat membantu siswa untuk
lebih terlibat aktif dalam sebuah pembelajaran faroidh, khususnya dalam penyelesaian masalah
waris.Faroidh merupakan ilmu yang memuat dalil-dalil naqli tentang pembagian waris, sehingga
di dalamnya terdapat unsur matematik, yang dalam taksonomi bloom digolongkan dalam ranah
kognitif, sedangkan pendekatan SAVI sendiri memiliki unsur somatis (s) yang lebih mengarah
pada ranah psikomotor. Kendati demikian hal ini bukanlah penghambat tidak terlaksananya
penelitian karena menurut temuan Lozanov belajar bukan semata-mata aktivitas verbal dan
kognitif. Lozanov juga mengemukakan bahwa belajar paling baik melibatkan emosi, seluruh
tubuh, semua indra dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi (Azmi, 2008). Hal senada juga
dikemukakan oleh Suyatno (2008) bahwa menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua indra dapat melibatkan siswa sepenuhnya dalam pembelajaran
sehingga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti menerapkan
pendekatan SAVI ini pada pembelajaran faroidh sekalipun menghitung merupakan aktivitas
ranah kognitif.Tujuan pengajaran faroidh di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura secara garis
besar adalah untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam
dalam aspek hukum waris. Alasan lebih spesifiknya yaitu mengindahkan perintah Rasulullah
s.a.w. untuk belajar dan mengajarkan ilmu faroidh yang bertujuan agar tidak terjadi perselisihan-
perselisihan dalam membagikan harta pusaka lantaran ketiadaan ulama ahli faraidh.Penelitian
yang berjudul Penerapan Pendekatan SAVI untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Madura, hanya sebatas pada perhitungan dan
pembagian warisan pada bab yang sederhana. Berikut sekelumit penjelasan materi faroidh yang
berhubungan dengan penelitian adalah kewajiban sebelum membagi warisan, langkah-langkah
yang dilakukan dalam membagi warisan dan ketentuan-ketentuan anggota keluarga yang berhak
mendapatkan warisan (ahli waris).Harapan dari penerapan pendekatan SAVI pada mata pelajaran
faroidh ini nantinya, akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kenyataan banyaknya ahli
waris yang tidak paham tentang pelajaran faroidh menjadikan mereka tidak mengerti akan bagian
waris yang harus diterimanya. Bermula dari ketidak pahaman ahli waris akan ilmu faroidh
tersebut menimbulkan terjadinya konflik keluarga yang dipicu oleh sengketa waris.Proses belajar
siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal siswa itu sendiri dan faktor eksternal yaitu
pengaturan kondisi belajar. Prawiradilaga (2007:24) menjelaskan bahwa proses belajar terjadi
karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor
eksternal yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar.Masing-masing siswa dalam satu kelas
memiliki prestasi yang sangat kontras. Ada siswa yang sangat pintar, sedang atau bahkan jauh
dari kriteria pintar. Menurut Joyce, dkk (2009:88) hal yang demikian sering kali disebabkan oleh
gaya belajar yang diterapkan oleh guru. Untuk itu, guru perlu menyesuaikan pendekatan belajar
yang diterapkan dengan kondisi siswa agar mendapatkan hasil belajar yang terbaik.Guru juga
bertugas mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat
berlangsung lancar. Menurut Rose dan Nicoll (2006:72), kekuatan memori bergantung pada
kekuatan informasi yang didaftarkan untuk pertama kalinya pada otak. McGaugh seorang
peneliti dari Universitas California di Irvine meyakini bahwa otak memanfaatkan bahan-bahan
(zat-zat) kimia yang dilepaskan selama stres dan emosi-emosi yang kuat untuk mengatur
kekuatan penyimpanan memori. Studi penting yang diyakini McGaugh menunjukkan dengan
jelas bahwa emosi sangat berkaitan erat dengan peningkatan dan penguatan memori dan
kemampuan belajar (Rose dan Nicoll, 2006:75).Magnesan (dalam DePorter dkk, 2010:94)
menyebutkan bahwa prosentase keberhasilan penyerapan semua yang dipelajari oleh siswa
dengan masing-masing gaya belajar dapat dilihat sebagai berikut:
1. 10% kita belajar dari apa yang kita baca.
2. 20% kita belajar dari apa yang kita dengar.
3. 30% kita belajar dari apa yang kita lihat.
4. 50% kita belajar dari apa yang kita lihat dan kita dengar.
5. 70% kita belajar dari apa yang kita katakan.
6. 90% kita belajar dari apa yang kita katakan dan kita lakukan.
Prosentase keberhasilan daya serap temuan Magnesan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan yang optimal dari seluruh indra siswa dalam belajar dapat mengahasilkan
kesuksesan bagi diri siswa tersebut. Terlebih lagi siswa yang belajar dan terlibat langsung dalam
suatu kegiatan atau mengerjakan sesuatu maka dianggap sebagai cara terbaik dan tahan
lama.Itulah sebabnya belajar menggunakan pendekatan SAVI sangatlah penting. Alasannya,
pendekatan SAVI memiliki unsur somatis, auditori, visual dan intelektual. Jika dioptimalkan
secara sinergi dapat mendukung terciptanya belajar aktif. Belajar dengan menerapkan
pendekatan SAVI dapat menuntut siswa belajar dengan melibatkan semua indra, baik indra
pendengaran dan penglihatan, dapat berbicara, bekerja serta dapat melibatkan emosi positif
seperti di saat belajar kelompok.Sylwester, dalam bukunya A Celebration of Neurons yang
dikutip oleh DePorter, dkk (2010:54) mengatakan bahwa memisahkan emosi dari logika dan
pemikiran dalam kelas akan mengakibatkan kehilangan sesuatu yang sangat penting karena
emosi tidak bisa dipisahkan dari kegiatan lain dalam kehidupan. 3. METODE PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian Jenis pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti ada tidaknya
pengaruh penerapan pendekatan SAVI terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran faroidh
kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura ini adalah penelitian dengan pendekatan
kuantitatif karena penelitian di sini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan analisis
statistik (menggunakan angka-angka untuk memperoleh kebenaran hipotesis).Rancangan
penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama, penentuan masalah
penelitian. Pada tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluan yaitu membaca buku-buku
yang relevan dengan permasalahan penelitian dan melakukan observasi awal atau pemahaman
lapangan terlebih dahulu. Tahap kedua, pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti mulai
menentukan sumber data yaitu buku-buku dan data-data lapangan. Tahap ketiga, analisa dan
pengkajian data, yaitu menganalisis data yang masuk dan akhirnya ditarik suatu
kesimpulan.Penelitian yang berjudul Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Faroidh Kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan
Madura, ini termasuk jenis penelitian quasi experiment dengan desain penelitian One Group
Pretest-Posttest. 3.2 Variabel PenelitianVariabel yang diperoleh dari judul Penerapan Pendekatan
SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Faroidh Kelas VIII di MTs.
Nurul Amanah Bangkalan Madura, di antaranya:
1. Variabel bebas (kondisi yang mempengaruhi munculnya suatu gejala), yaitu: Pendekatan
SAVI yang diterapkan dalam pembelajaran faroidh dengan pembahasan perhitungan dan
pembagian warisan pada siswa kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura.
2. Variabel terikat (segala bentuk peristiwa atau gejala yang muncul sehubungan dengan
pelaksanaan variable bebas), yaitu: hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari
pengalaman dan proses belajar.
3.3 Subjek PenelitianSubyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Program Keagamaan
di MTs. Nurul Amanah Bangkalan Madura yang terdiri atas satu ruang kelas dengan jumlah 33
siswa dan seorang guru mata pelajaran faroidh.3.4 Metode Pengumpulan DataUntuk
mendapatkan data yang berkualitas dan valid dalam suatu penelitian memerlukan adanya metode
pengumpulan data. Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data (Arikunto, 1995:134). Adapun metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode ObservasiMetode observasi adalah kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh indera (Arikunto, 2006:
156). Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi secara langsung, yaitu pengamatan dan
pencatatan secara langsung terhadap gejala-gejala yang diselidiki dalam situasi yang
sebenarnya.Metode observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran selama penelitian, yaitu pengamatan terhadap penerapan
pendekatan SAVI pada mata pelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Bangkalan
Madura. Berikut uraian data dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini:
1. Data yang dibutuhkan adalah Data tentang proses Implementasi Pendekatan SAVI
sebagai pendekatan belajar.
2. Sumber datanya adalah Guru dan siswa kelas VIII di MTs. Nurul Amanah Madura.
b. Metode Tes Metode Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Sudjana (2005:35) menjelaskan
bahwa tes sebagai alat penilaian merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa
untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tindakan atau
perbuatan (tes perbuatan).Metode tes jika ditinjau dari bentuk soal, terbagi atas tiga macam,
yaitu: (1) soal uraian atau essay, (2) soal obyektif dan (3) soal-soal berstruktur atau structured
questions (Sudjana dan Ibrahim, 2004:261). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk
soal objektif tipe pilihan ganda atau yang biasa disebut dengan multiple choice.Menurut
Sudijono (2005:188), multiple choice yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas
pertanyaan atau pernyataaan yang sifatnya belum selesai dan untuk menyelesaikan harus dipilih
salah satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal.
Tes ini diberikan pada siswa kelas VIII PK dengan durasi 1 x 40 menit, dengan jumlah 20 soal
pretest dan 20 soal posttest.Tes yang biasa digunakan di sekolah dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) tes buatan guru yang disususun oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi belum mengalami
uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya., (2) tes standart
(standardized test), yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing dan sudah terjamin
keampuhannya. Tes terstandar sudah mengalami proses standarisasi, yakni proses validitas dan
keandalan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan
bagi kelompok tertentu (Purwanto, 2006: 33).Berdasarkan kedua jenis tes di atas, tes yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tes standar. Tes ini
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa mengenai mata pelajaran faroidh pokok bahasan
pembagian warisan.3.5 Teknik Analisis DataBerdasarkan atas rumusan masalah yang telah
diajukan maka sumber datanya diperoleh dari guru dan siswa, untuk itu peneliti menggunakan
metode observasi (pengamatan terhadap implementasi pendekatan SAVI), yang penyajian
datanya menggunakan tabel distribusi frekuensi relatif atau biasa disebut tabel persentase
(Hariyadi, 2009:24), sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh implementasi
pendekatan SAVI terhadap hasil belajar siswa menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan
menggunakan rumus uji t (t-test).4. HASIL PENELITIANBerdasarkan pada hasil data di atas,
diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menerapkan pendekatan
SAVI dikatakan berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil analisis data observasi
yang mencapai hasil 93,06. Jika hasil tersebut dikonsultasikan dengan kriteria penilaian maka
tergolong sangat baik begitu pula dengan hasil tes yang menunjukkan adanya peningkatan.Pada
pembelajaran sebelum menerapkan pendekatan SAVI diperoleh hasil (pretest) sebesar 2075.
Setelah diberikan perlakuan dengan menerapkan pendekatan SAVI terhadap mata pelajaran
faroidh maka diperoleh hasil (posttest) sebesar 2520. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa telah mengalami peningkatan setelah menerapkan pendekatan SAVI dalam
pembelajaran.Begitulah yang ditunjukkan oleh hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t
dengan taraf signifikan 5%, df=33-1=32, sehingga diperoleh t tabel 2,04 dan t hitung 10,69. Dari
angka tersebut dapat dilihat bahwa perolehan t hitung lebih besar dari t tabel dengan
perbandingan angka 10,69>2,04.Berdasarkan hasil t hitung yang diperoleh mengindikasikan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi pendekatan SAVI dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran faroidh siswa kelas VIII di MTs Nurul
Amanah Bangkalan Madura.Dari perolehan perhitungan data di atas, maka hipotesis alternatif
(Ha) yang berbunyi Ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pendekatan SAVI
dalam mata pelajaran faroidh diterima, sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi Tidak ada
peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pendekatan SAVI dalam mata pelajaran
faroidh ditolak.5. KESIMPULAN DAN SARANSebagai akhir dari penelitian ini, peneliti akan
membahas mengenai simpulan dari hasil penelitian dan saran yang diperlukan untuk perbaikan
dalam peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran faroidh. Maka dapat diambil kesimpulan
dan saran sebagai berikut:5.1 Kesimpulan
1. Proses pembelajaran faroidh kelas VIII di MTs. Nurul Amanah ini disesuaikan dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru dengan menitik beratkan
pada penerapan pendekatan SAVI. Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah
dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pendekatan
SAVI oleh guru pengampu mata pelajaran faroidh berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil observasi atas
kemampuan guru pengampu mata pelajaran faroidh dalam menerapkan pendekatan SAVI
di kelas VIII MTs. Nurul Amanah yang memperoleh hasil dengan prosentase 93,06. jika
hasil tersebut dikonsultasikan dengan kriteria maka tergolong sangat baik.
2. Dari hasil analisis data pada bab IV, diketahui terdapat kenaikan yang signifikan antara
hasil pretest dan posttest. Hal ini dibuktikan melalui uji-t yang memperoleh nilai 10,69
dengan db 32 dan taraf signitif 5% sehingga diperoleh t tabel 2,04. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pretest dan hasil posttest. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa telah
mengalami peningkatan setelah menerapkan pendekatan SAVI dalam pembelajaran
faroid. Dengan demikian maka hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini dinyatakan
dapat diterima.
Dari pembelajaran di atas diketahui bahwa penerapan pendekatan SAVI ini efektif digunakan
dalam proses pembelajaran faroidh kelas VIII tingkat Tsanawiyah atau sederajad karena dapat
mempermudah siswa menyerap bahan pelajaran, serta menerapkan pengetahuan danketerampilan
yang dipelajarinya.5.2 Saran
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa setelah diterapkannya pendekatan
SAVI dalam kegiatan pembelajaran faroid, maka hasil belajar siswa dapat meningkat.
Oleh karenanya, maka hendaknya pendekatan SAVI ini dapat diterapkan pada materi
pelajaran dengan pokok bahasan yang lain, yang mempunyai karakteristik sama dengan
pokok bahasan Maw?ri?.
2. Guru hendaknya memaksimalkan pendekatan SAVI sesuai dengan karakteristik materi
dalam kegiatan belajar mengajar untuk memberikan kebermaknaan dalam pembelajaran.
3. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi merupakan fasilitator dan motivator yang
berpengaruh pada siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Agar pembelajaran tidak
membosankan, maka guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan mendorong siswa lebih termotivasi dan aktif, salah satunya dengan
memanfaatkan pendekatan SAVI di dalampembelajaran.
4. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan SAVI dapat memberikan pengetahuan
yang kongkrit dan jelas, sehingga dengan pengetahuan tersebut siswa lebih aktif dalam
mengeksplorasikan hasil temuan belajarnya ke dalam kelompoknya supaya pengetahuan
yang diperoleh tersebut menjadi pengetahuan baru yang memacu siswa untuk dapat
berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam mata
pelajaran faroidh ataupun mata pelajaran yang lainnya.
5. Untuk menerapkan pendekatan SAVI, sebaiknya disediakan sebuah media pembelajaran
sehingga konsep SAVI sebagai pembelajaran yang menyenangkan dan menarik dapat
tercapai.
6. Pendekatan SAVI merupakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas siswa, oleh
karenanya, guru sebaiknya lebih mengarahkan dan mengontrol aktivitas siswa supaya
aktivitas siswa yang tidak sesuai dalam pembelajaran dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Husni. Pengertian Belajar dari Berbagai Sumber. (Online),
(http://husniabdillah.multiply.com/jounal/item/9, diakses 9 Juli 2010).
AECT, 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Al-Ghozy, Muhammad bin Qasim. 2005. Fath al-Qariib al-Majiid. Surabaya: Alhidayah.
Al-Hadromy, Said bin Said Nabhan. 2005 Nadzmu Iddatul Faaridh fii Ilmil Faraaidh,
Surabaya: Alhidayah.
Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
_______, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
As-Syarbiny. 1958. Mughnil Mukhtaj. Juz 3. Cairo: Mushthafa al-Babil Halaby.
Aunurrohman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azmi, Shofiyatul. 2008. Accelerated Learning dan Implementasinya di Indonesia.
(Online),
(http://fkip.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=26,
diakses pada 27 Oktober 2010).
Az-Za`balawi, Muhammad Sayyid Muhammad. Tanpa Tahun. Pendidikan Remaja:
Antara Islam dan Ilmu jiwa. Terjemahan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani. Jakarta: Gema
Islam.
Az-Zuhaili, Wahbah, 2005. Al-Fiqhul Islam wa Adillatuh. Juz 10 Damaskus: Darul Fikr.
Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
DePorter, Bobbi and Hernacki, Mike. 1992. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan oleh Alawiyah Abdurrahman. 2009. Bandung:
Kaifa.
_______, Bobbi. dkk. 1999. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan oleh Ary Nilandari. 2010. Bandung: Kaifa.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful B. dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hariyadi, Moh. 2009. Statistik Pendidikan: Panduan Lengkap dari Design sampai
Analisis Statistik Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Harun, Badriyah. 2009. Panduan Praktis Pembagian Waris. Yogyakarta: Pustaka Yustita.
Joyce, Bruce. dkk. 2009. Models of Teaching. Edisi 8. Terjemahan oleh Ahmad Fawaid
dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Juliantara, Ketut. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensional. (Online),
(http://kompasiana.com/post/4cd6acec8ead0eb112ed0200, diakses pada 12 Oktober
2010)
Jumaely, Achmad. 2007. S.A.V.I Membaca ala Dave Meier (Online),
(http://anakrinjani.blogspot.com/2007/01/savi-membaca-ala-dave-meier.html, diakses 13
juli 2010).
Meier, Dave. 1999. The Accelerated Learning Handbook. Terjemahan oleh Rahmani
Astuti. 2002. Bandung: Kaifa.
Monks, F.J., dkk. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nasution, S. 2000. Disdaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Olivia, Femi. 2002. Teknik Mencatat: Menciptakan Kebiasaan Mencatat yang Efektif
dengan Metode STPU (Simak, Tulis, Paham, Ulang). Jakarta: Elex Media Komputindo.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Disain Pembelajaran: Intructional Design
Principles. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Bandung:
Remaja Rosdakarya.
, 1991. Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rosadi, Yadi. 2009. Macam-Macam Metode Pembelajaran. (Online),
(http//:yadirosadi.co.cc/macam-macam-metode-pembelajaran, diakses 22 Maret 2009).
Rose, Colin dan Nicholl, J. Malcolm. 1997. Accelerated Learning: for The 21st Century.
Terjemahan oleh Dedy Ahimsa. 2006. Bandung: Nuansa.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sardiman, A. M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo
Persada.
Sarimanah, Eri. 2009. Kasus Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. (Online),
(http://eri-s-unpak.blogspot.com, diakses pada 12 April 2009).
Seels, Barbara. B. dan Richey, Rita C. Tanpa Tahun. Teknologi Pembelajaran: Definisi
dan Kawasannya. Terjemahan oleh Dewi S. Prawiradilaga, dkk. 1994. Jakarta: Unit
Percetakan Universitas Negeri Jakarta.
Shalahuddin, Mahfudz. 1991. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
Sidjabat, B. S., 2008. Teori Pembelajaran Aktif dalam PAK. (Online), (http://tiranus.net/,
diakses pada 8 Maret 2009).
Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Terjemahan oleh Adzfar Ammar, dkk. 2002. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. 2005a. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
_______, Anas. 2005b. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru.
_______, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
_______, Nana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
_______, Nana. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sufyan. 2005. Panduan dan Referensi Belajar Ilmu Faroid Berdasarkan Syariat Islam.
Faroid Web. (Online), (http://opi.110mb.com/, diakses pada 22 Maret 2009).
Suhermawan, Erman. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya (Online), Vol. 5, No. 2 (http//:educare.e-
fkipunla.net/index2.php, diakses 9 Juli 2010).
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suyatno. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru. (Online),
(http//:garduguru.blogspot.com/2008/08/model-pembelajaran-inovatif-untuk html,diakses
9 Juli 2010)
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada.
Tilaar, H.A.R. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Redaksin KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai
Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Widjaja, Rahman. 1992. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel. 1991. Psikologi pengajaran. Jakarta:Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai

  • Panca Sila
    Panca Sila
    Dokumen8 halaman
    Panca Sila
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat
  • GH
    GH
    Dokumen49 halaman
    GH
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat
  • Simpul/ Tali Temali
    Simpul/ Tali Temali
    Dokumen6 halaman
    Simpul/ Tali Temali
    Robert
    70% (10)
  • Kartu Anggota Perpustakaan
    Kartu Anggota Perpustakaan
    Dokumen6 halaman
    Kartu Anggota Perpustakaan
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat
  • Cemilan Kapur Sirih PDF
    Cemilan Kapur Sirih PDF
    Dokumen16 halaman
    Cemilan Kapur Sirih PDF
    Sopyan Irawan
    Belum ada peringkat
  • Aneka Ria Perkawinan
    Aneka Ria Perkawinan
    Dokumen15 halaman
    Aneka Ria Perkawinan
    Prabu Joedhistira
    Belum ada peringkat
  • Hijau
    Hijau
    Dokumen1 halaman
    Hijau
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman PBPD
    Rangkuman PBPD
    Dokumen3 halaman
    Rangkuman PBPD
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat
  • Sebuah Kehidupan
    Sebuah Kehidupan
    Dokumen18 halaman
    Sebuah Kehidupan
    Inod Dodon
    Belum ada peringkat
  • B
    B
    Dokumen1 halaman
    B
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat
  • KEBERANIAN
    KEBERANIAN
    Dokumen2 halaman
    KEBERANIAN
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat
  • B
    B
    Dokumen1 halaman
    B
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat
  • KANCIL
    KANCIL
    Dokumen1 halaman
    KANCIL
    Weldy Nugroho Detagory
    Belum ada peringkat