Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Kita semua merasa sedih bila ada kejadian yang menyedihkan, dan biasanya perasaan tersebut teratasi dengan sendirinya. Hal demikian adalah wajar.Lain halnya dengan "gangguan depresi", yang sudah merupakan gangguan sakit yang menyangkut keluhan badaniah, perasaan dan pikiran.Bila tidak diobati, depresi dapat menetap berbulan-bulan atau bahkan menahun. Depresi dapat memperberat atau meningkatkan risiko penyakit fisik dan meningkatkan risiko bunuh diri.Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain. Banyak gangguan medis dan neurologis serta agen farmakologis dapat menghasilkan gejala depresi. Biasanya pasien datang dengan gangguan depresi pertama kali pergi ke dokter umum dengan keluhan somatik, mereka mengeluh gangguan sistem endokrin, gangguan infeksi dan peradangan, serta penyakit medis lain seperti kanker dan penyakit kardiopulmonal. Baik depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain harus diobati dengan sungguh-sungguh, karena depresi dapat mempengaruhi dan memperburuk penyakit organik yang sudah ada. Pemilihan obat anti depresan yang tepat sangat diperlukan agar mendapatkan efek terapi yang optimal dan menghindari efek samping yang mungkin timbul.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Depresi Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.

2.2 Epidemologi Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15 % dan kemungkinan sekitar 25 % terjadi pada wanita. Terlepas dari kultur atau negara, prevalensi gangguan depresi berat dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat kira-kira 40 tahun, 50 % dari semua pasien mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun. Beberapa data epidemiologi baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat-zat lain pada kelompok usia tersebut. Pada umumnya gangguan depresi berat terjadi paling sering pada orang tua yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau berpisah.

2.3 Etiologi Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor-faktor dibawah ini berperan : a) Faktor Biologis Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi berat adalah berhubungan dengan disregulasi pada amin biogenik (norepineprin dan serotonin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit.

Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol dan regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Kelainan pada neuroendokrin utama yang menarik perhatian dalam adalah sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan. Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan kadar dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan penurunan kadar testoteron pada laki-laki. b) Faktor Genetika Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan. terhadap anak kembar menunjukkan angka kesesuaian pada kembar monozigotik adalah kira-kira 50 %, sedangkan pada kembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 %. c) Faktor psikososial Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat. Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode depresi adalah kehilangan pasangan. Beberapa artikel teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan fungsi keluarga dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan, kembalinya gejala dan penyesuaian pasca pemulihan. Penelitian

2.4 Patofisiologi Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik. Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps system saraf pusat. Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan. Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan

neurotransmisi serotogenik). Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah neurotransmiter lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamin. Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu teori biokimia depresi dapat diterangkan sebagai berikut : 1. Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik. 2. Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik. 3. Menurunnya aktivitas dopamine 4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin. Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi akibat kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung oleh bukti-bukti klinis yang menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari neurotransmiter atau pemberian obat MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.

Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki gejala-gejala depresi. Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan pengembangan obat-obat anti depresan. 2.5 Gambaran klinis Suatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi. Gejala lainnya dapat berupa : 1. Konsentrasi dan perhatian berkurang 2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang 3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis 5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri 6. Tidur terganggu 7. Nafsu makan berkurang. Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien. 2.6 Gejala Depresi : Episode depresif berat yang memenuhi kriteria diatas. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.

Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham atau halusinasi yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).

2.7 Kriteria Depresi Menurut PPDGJ III :: Gejala utama Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri Tidur terganggu Nafsu makan berkurang

Klasifikasi :: F32.0 Episode Depresif Ringan

o Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas o Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya o Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya o Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang kurangnya sekitar 2 minggu. o Hanya sedikit kesulitan pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.

o Karakter ke lima : F32.00 = Tanpa gejala somatik dan F32.01 dengan gejala somatik

F32.1 Episode Depresif Sedang

o Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama o Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lainnya o Lama seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu o Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Karakter ke lima : F32.10 = Tanpa gejala somatik dan F32.11 dengan gejala somatik.

F32.2 Episode Depresif berat tanpa gejala psikotik

o Semua 3 gejala utama depresi harus ada o Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa gejala diantaranya harus berintensitas berat. o Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan. o Paling sedikit telah berlangsung dua minggu atau gejala amat berat dan onset sangat cepat. o Sangat tidak mungkin melakukan pekerjaan atau urusan rumah tangga dan kegiatan sosial kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif berat dengan gejala psikotik

o Episode depresif berat memenuhi kriteria episode depresi berat tanpa gejala psikotik. o Waham, halusinasi atau stupor depresif

F32.8 Episode Depresif lainnya F32.9 Episode Depresif YTT

2.8 Penatalaksanaan Bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya gejala depresi dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan bijkasana dan penderita sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada orang yang memahami masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan. Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi berat. Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam beberapa golongan yaitu : 1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol. 2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine. 3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine OxsidaseA), seperti : moclobemide. 4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline, paroxetine,

fluvoxamine, fluxetine dan citalopram. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu paruh sekitar 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari). Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu : 1. Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I. Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan VI. 2. Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.

3. Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis pemeliharaan. 4. Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari. 5. Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari 75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari 25 mg/hari selama 1 minggu. Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya. Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan.

2.9 Prognisis Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini cenderung merupakan gangguan yang kronis dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif memiliki kemungkinan 50 % untuk pulih di dalam tahun pertama. Rekurensi episode depresi berat juga sering, kira-kira 30 sampai 50 % dalam dua tahun pertama dan kira-kira 50 sampai 70 % dalam 5 tahun. Insidensi relaps adalah jauh lebih rendah dari pada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua episode depresi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Absensi Kehadiran Chapter 1
    Absensi Kehadiran Chapter 1
    Dokumen1 halaman
    Absensi Kehadiran Chapter 1
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • SK Kebijakan Rekam Medis
    SK Kebijakan Rekam Medis
    Dokumen4 halaman
    SK Kebijakan Rekam Medis
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Case Repor1
    Case Repor1
    Dokumen9 halaman
    Case Repor1
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen47 halaman
    Bab Ii
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Case Report Kulit
    Case Report Kulit
    Dokumen8 halaman
    Case Report Kulit
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Referat Cover
    Referat Cover
    Dokumen1 halaman
    Referat Cover
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • CR Kulit
    CR Kulit
    Dokumen11 halaman
    CR Kulit
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Gigitan Ular
    Gigitan Ular
    Dokumen21 halaman
    Gigitan Ular
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Case Report Kulit
    Case Report Kulit
    Dokumen8 halaman
    Case Report Kulit
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Presentation 2
    Presentation 2
    Dokumen12 halaman
    Presentation 2
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • KT Pengantar-Daftar Isi
    KT Pengantar-Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    KT Pengantar-Daftar Isi
    Ama Ahyar
    Belum ada peringkat
  • Case Repor1
    Case Repor1
    Dokumen9 halaman
    Case Repor1
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • VRET Jiw
    VRET Jiw
    Dokumen12 halaman
    VRET Jiw
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Patofis Efusi Pluera
    Patofis Efusi Pluera
    Dokumen16 halaman
    Patofis Efusi Pluera
    Rizkhy Wahyu
    Belum ada peringkat
  • Autoanamnesis Jiwa
    Autoanamnesis Jiwa
    Dokumen5 halaman
    Autoanamnesis Jiwa
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Daftar
    Daftar
    Dokumen2 halaman
    Daftar
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • VRET Jiwa
    VRET Jiwa
    Dokumen4 halaman
    VRET Jiwa
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Stukas Echa
    Stukas Echa
    Dokumen28 halaman
    Stukas Echa
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • CR Rehab
    CR Rehab
    Dokumen29 halaman
    CR Rehab
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • CR Dermatitis
    CR Dermatitis
    Dokumen22 halaman
    CR Dermatitis
    john_elfs
    Belum ada peringkat
  • CR Rehab
    CR Rehab
    Dokumen29 halaman
    CR Rehab
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Visum Luka
    Visum Luka
    Dokumen2 halaman
    Visum Luka
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Isi SN
    Isi SN
    Dokumen32 halaman
    Isi SN
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • Kasus Sindrom Miere
    Kasus Sindrom Miere
    Dokumen4 halaman
    Kasus Sindrom Miere
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • PF Sistem Neurologi
    PF Sistem Neurologi
    Dokumen15 halaman
    PF Sistem Neurologi
    sellitaseplana
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Scabies Indera
    Lapsus Scabies Indera
    Dokumen17 halaman
    Lapsus Scabies Indera
    putra_sudewa77
    Belum ada peringkat
  • Visum Luka
    Visum Luka
    Dokumen2 halaman
    Visum Luka
    raisalia
    Belum ada peringkat
  • OTAKDANTRAUMACRANII
    OTAKDANTRAUMACRANII
    Dokumen24 halaman
    OTAKDANTRAUMACRANII
    Okvianto Santoso
    50% (2)