Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aspek Sosial Budaya Tentang Perkawinan Adat Suku Dayak yang merupakan pemenuhan tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar semester ganjil tingkat I. Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan dorongan sehingga kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis yang telah banyak memberi dukungan baik secara moril mapun materil. 2. Bapak Soleman Jufri, S.KM, M.Sc selaku dosen pembimbing makalah ISBD ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan isi makalah ini, karena tak seorangpun yang sempurna dimuka bumi ini. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang tentunya tidak bisa penulis ucapkan satu persatu lagi. Mudah-mudahan makalah ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Padangsidimpuan, Januari 2009 Penulis

Siti Nurlindasari Siregar Nim. 200802074

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berdasarkan perkawinan adat-adat suku Dayak ini, ditemukan banyaknya pergeseran-pergeseran budaya yang sudah tidak sesuai lagi dikarenakan banyaknya pengaruh dan perobahan adat yang pastinya tidak lagi sesuai dengan budaya terdahulu. Suku Dayak sangat unik sehingga enak dan menarik untuk dibahas karena di Kalimantan masih banyak lagi daerah-daerah yang dipedalaman yang masih kurang menerima perkembangan zaman ini.

1.2 Tujuan Tujuan penulis menyusun makalah ini yang membahas tentang adat perkawinan suku Dayak ini, bertujuan untuk membahas dan mengetahui sistem kekerabatan dan tata cara berlangsungnya pernikahan di Kalimantan ini dan karena seringnya kita dengar bahwa suku Dayak ini masih dibilang unik.

BAB II ASPEK SOSIAL BUDAYA PERKAWINAN ADAT SUKU DAYAK

A. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan orang Dayak Kalimantan Tengah didasarkan pada prinsip keturunan Ambitineal, yang diperhitungkan hubungan kekerabatan melalui laki-laki maupun wanita. Perkawinan yang dianggap ideal dan diingini oleh suku Dayak adalah perkawinan antara dua orang bersaudara sepupu yang kakek-kakeknya masih saudara kandung, yaitu disebut hajengan, dan perkawinan antara dua orang saudara sepupu yang ibu-ibunya masih saudara sekandung serta antara ras cousin.

B. Hukum Adat Mengenai hukum adat pada masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah terkenal sebagai perdamaian tumbang anol yaitu garis-garis besar hukum adat yang menjadi pedoman bagi seluruh orang Dayak di Kalimantan hasil musyawarah kepala-kepala adat dan demang-demang. Sanksi dari hukum adat yang tidak tertulis tersebut kebanyakan berupa pemberian ganti rugi dengan maksud untuk mengembalikan keseimbangan ketenangan masyarakat yang dikacaukan.

C. Upacara Pernikahan Adat Dayak Kalis, Potensi Wisata Budaya Kalbar. Upacara pernikahan secara adat suku Dayak urang kalis berlangsung secara kidmat dan sederhana. Upacara adat ini menjunjung tinggi orang-orang yang sudah

meninggal, bukan orang yang masih hidup dikatakan keluarga, akan tetapi orang yang sudah meninggalpun masih merupakan keluarga makanya kami mengundang kehadiran arwah-arwah yang sudah meninggal untuk tetap dapat hadir dalam upacara adat ini. Makanya, saat prosesi berlangsung undangan yang hadir mesti diharuskan melakukan polejuaen/mencelupkan jari pada rendaman air bunga dan mengusap kening masing-masing. Menurut mereka tujuan dilaksanakan upacara adat pernikahan ini adalah merupakan sebuah seni budaya leluhur yang harus ditumbuh kembangkan, sekalipun secara sederhana karena sebagai salah satu suku di Kalimantan Barat. Dan dengan kita memahami sebuah budaya leluhur merupakan sebuah penghargaan bagi bangsa dan dari sinilah akan diketahui sejauh mana keberadaan bangsa. Adat istiadat budaya dan tatanan kehidupan dalam bermasyarakat yang mesti harus diturunkan atau diwariskan kepada anak-anaknya untuk dilestarikan, karena budaya dan seni yang harus mereka hargai merupakan warisan orang tua. Menurut penasehat DAD provinsi, perkembangan budaya Dayak saat ini kelihatannya orang lebih mudah berusaha mengangkatnya sebagai sebuah budaya Dayak, namun dalam mengangkat budaya Dayak harus diketahui filosofinya untuk apa dan didukung dengan semangat yang tinggi agar budaya Dayak dapat dilestarikan sebagai sebuah budaya leluhur yang sudah mereka dapatkan. Semangat ada harus dibarengi dengan kemampuan yang ingin kita tumbuh kembangkan. Upacara adat pernikahan sub suku Dayak kalis mengatakan prosesi upacara adat ini sangat bagus untuk dipertahankan dan dilestarikan karena masing-masing suku

Dayak pasti memiliki adatnya sendiri, dan mereka sangat mendukung apa yang sudah dilakukan keluarga mempelai wanita yang masih eksis dalam menjalankan adat budaya yang diwariskan. Dalam mempertahankan budaya, menurut mantan Bupati kabupaten Sintang harus selalu dijalankan dan pemangku adat memiliki peran strategis dalam melestarikan sebuah budaya yang sudah diwariskan agar dapat tumbuh dan berkembang sebagai sebuah budaya lokal. Upacara adat pernikahan tidak harus dilaksanakan dirumah adat saja, upacara ini juga dapat dilakukan dirumah ataupun dihotel-hotel. Proesesi adat pernikahan kalau dilaksanakan di hotel-hotel akan dapat menambah PAD kota itu sendiri, seperti yang terjadi di Provinsi Bali dalam setiap prosesi upacara adat pernikahan selalu menambah pendapatan asli daerah itu sendiri. Pada umumnya pernikahan secara adat ialah sebuah prosesi pengesahan perkawinan dari salah satu suku Dayak itu sendiri, walaupun kedua mempelai sudah melangsungkan pernikahan di gereja namun tanpa melalui prosesi adat Dayak pernikahan kedua mempelai belum sah menurut adat. Pernikahan secara adat yang dimiliki masyarakat adat untuk saat ini mulai luntur, oleh karena itu generasi muda sekarang harus menggali kembali budayabudaya adat ini agar tidak hilang ditelan zaman, dan upacara adat perkawinan yang dilaksanakan adalah untuk ritual adat untuk menyucikan kedua mempelai dapat hidup rukun sepanjang masa.

BAB III

A. Strata Sosial Dayak Mali Suku Dayak Mali sangat menghormati kepala adat (demang) yang merupakan kekuasaan tertinggi dalam adat. Kepala adat menjadi pengayom atas seluruh aspek kehidupan bermasyarakat. Adat istiadat juga ditegakkan dengan sangat adil bagi masyarakat yang ada. Sementara itu, ada pemuka adat lain yang disebut panglima perang yang hanya berkuasa pada saat genting saja dan juga sebagai peredam/pendamai dalam amyarakat adat.

B. Adat Istiadat Dan Budaya Dayak Mali 1. Adat Istiadat a. Perkawinan Dalam budaya Dayak Mali, adat selalu ditetapkan berdasarkan hukum adat yang berlaku adat sekaligus hukum adat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam adat perkawinan tersebut. Hubungan keluarga mempelai. Kedua mempelai akan diberi sanksi apabila ada ikatan darah sampai keturunan ke 4. boleh saja menikah asalkan membayar adat terlebih dahulu. Adanya hubungan saudara sekandung (adik-kakak/abang) = adat pelangkah. Apabila adik terlebuh dahulu menikah maka adik tersebut harus membayar adat kepada kakak/abang.

Hubungan antar suku (Tionghoa dan Melayu). Suku Dayak Mali telah membuat perjanjian kepada suku Melayu dan Tionghoa dari zaman nenek moyang. Apabila orang Dayak menikah dengan orang Melayu dan masuk Melayu (Islam) maka pihak Melayu harus membayar adat sebagai sanksi. Adatnya cukup besar dalam adat Dayak Mali. Demikian pula sebaliknya dengan suku Tionghoa juga terjadi hal yang sama. Tetapi dengan suku lain selain kedua suku tersebut tidak ada sanksi/hukum adat yang berlaku. Suku yang lainnya bebas dari hukum bila menikah dengan suku Dayak Mali. Tetapi bukan berarti bebas dari hukum yang lain yang berlaku bagi seluruhnya.

Penetapan hukum adat pada saat mulai pelaksanaan perkawinan. Pada saat persiapan pernikahan akan ada perjanjian antara kedua mempelai tersebut. Dan jika dilanggar maka sangsinya akan lebih berat dari biaya pernikahan.

b. Kelahiran c. Cerita Dongeng Cerita si bungsu Cerita buta Cerita pak alui/indong alui

d. Bercocok Tanam Berladang dalam suku Dayak Mali merupakan suatu tradisi yang sudah ada pada masa nenk moyang hidup. Ladang berpindah-pindah

merupakan hal yang harus dilakukan, bagi suku Dayak sebab ladang berpindah-pindah selalu berkaitan dengan alam dan kesuburan tanah. Kalau tanah yang sama dibuka setiap tahun akan mengurangi kesuburan tanahnya. Maka membuka ladang yang sama bisa sampai tiga sampai empat tahun lamanya. Waktu membuka ladang harus diadakan perjanjian dengan alam semesta terutama penunggu tanah (sisil) ladang tersebut. Suku Dayak Mali percaya bahwa manusia harus memberi makan dan membuat perjanjian agar penunggu tanah (sisil) ladang tersebut mau pindah ke tempat yang lain. Kalau tidak maka penunggu tanah tersebut bisa marah dan mengutuk manusia yang membuka ladang itu. 2. Budaya (Ngayau) Ngayau (potong kepala manusia) merupakan budaya kanibal nenek moyang yang pernah ada dalam suku Dayak. Sekalipun budaya itu telah punah dan seharusnya tidak ada lagi pada masa sekarang namun hal itu masih dapat kita saksikan pada era orde baru misalnya peristiwa sanggau ledo (Kalbar) tahun 1997 dan peristiwa sampit (Kalteng) tahun 2001. Ngayau merupakan budaya untuk mencari kepala manusia. Ketika kepala itu didapati maka keberanian, keperkasaan, kekuatan dan kehormatan akan diperoleh dengan seketika itu juga. Setiap orang Dayak yangmampu memperoleh kepala panglima suku atau orang yang terkuat dalam suku maka kekuatannya akan dapat diperoleh. Orang Dayak tersebut akan dikagumi sebagai panglima. Kepala panglima suku yang dipotong tadi akan dimakan dan tenggorokannya akan diawetkan. Kepala tersebut sampai

sekarang masih digunakan untuk tarian Notogh. Yaitu menghormati /menghadirkan kepala manusia itu didepan umum pada saat selesai panen. Masih ada daerah-daerah tertentu yang sampai sekarang masih melaksanakan budaya notogh tersebut. a. Ganjor (gawai) b. Notongh c. Baliengh (balian) d. Ngangkong e. Bapemang f. Bebayer (mulang niat) g. Berancak h. Para burungh (para buah dan lepas panen)

C. Seni Dan Tarian Dayak Mali 1. Tuak Tuak merupakan minuman khas Dayak. Setiap ada acara adat pasti pula ada arak atau tuak. Budaya membuat tuak merupakan budaya yang turun temurun. Orang Dayak sangat pandai membuat tuak dari ketan. Hasil dari permentasi tersebut akan berubah menjadi minuman yang berasal dari tetesan minuman yang cukup membuat mabuk tersebut. Dalam tradisi Dayak yang disebut besompok (bertarung untuk minum arak) merupakan tradisi yang masih terpelihara sampai saat ini. Bukan sebagai kebanggaan tetapi karena tradisi

zaman nenek moyang. Rasa minuman ini agak terasa manis tapi bila terlalu banyak minum tuak ini maka sangat sulit untuk cepat pulih. 2. Seni 3. Tarian ganjor (gawai) 4. Tarian notongh 5. Tarian ngangkong 6. Tarian berase 7. Tarian beliengh 8. Tarian para burungh 9. Nkayut amot 10. Berancak 11. Bebayer

D. Hukum Adat Dayak Mali Hukum adat adalah sanksi atau denda berupa barang-barang sebagai bukti adat itu sendiri. Sekalipun adatnya sederhana tetap akan menjadi bukti-bukti adat yang sah. Bagi orang Dayak adat merupakan hukuman yang sangat memalukan. Karena itu setiap orang Dayak harus tahu diri bahwa setiap orang yang bersalah sebenarnya ketika di adat maka sama harga dirinya telah hilang baginya sama dengan ditolak dalam masyarakat Dayak Mali. Struktur pemegang hukum adat 1. Dua real di pegang/dipimpin oleh pak RT/RW.

2. Empat real dipimpin oleh demang (kepala adat kampung). 3. Enam real dipimpin kepala adat dusun. 4. Delapan (migh) real dipimpin kepala adat desa dengan kepala desa. 5. Sepuluh real dipimpin kepala adat desa. 6. Duabelas real dipimpin kepala adat (pemangku adat) kecamatan. 7. Enam belas real dipimpin kepala adat (pemangku adat) kecamatan.

E. Hubungan Dayak Mali Dengan Alam Semesta 1. Batu a. Ukiran batu b. Batu keramat c. Batu besar (tempat bunyi, penunggu batu) 2. Kayu Besar Pedagi (tempat penyembahan apet kuyangh, jobata, jubata) pedagi merupakan tempay untuk menaruh persembahan dalam upacara adat Dayak Mali. Mereka yakin bahwa pedagi merupakan rumah sementar jubata didalam dunia ini. Di pedagi itu orang datang membawa niat, syukur dan silih atas segala apa yang direncanakan selama hidupnya didunia. Pedagi adalah tempat kedua setelah puncak gunung yang juga ada pedaginya yang merupakan memiliki penunggu yang berbeda. Biasanya pedagi selalu dekat dengan rumah penduduk. Mereka percaya bahwa yang menunggu pedagi tersebut adalah apet kuyangh selalu diidentikkan dengan orang tua yang sudah beruban, berjenggot putih dan

bersorban. Apet kuyangh dianggap peduli dengan keamanan kampung dan selalu memberi rizki pada kehidupan mereka. 3. Tanah a. Sisil penunggu tanah (penunggu tanah) adalah penunggu lembah atau tanah berawa. Setiap orang yang akan membuka ladang baru atau tanah baru diwajibkan untuk meberi persembahan dan memohon kepada sisil untuk meninggalkan tempat tersebut. Masyarakat menyebutnya sebagai balas budi b. Mawingh 4. Hutan Rimba a. Amot turun (hantu hutan rimba) b. Amot uru ara 5. Gunung/bukit a. Kamang (Pembawa kejahatan dan penyakit) adalah dewa pedagi yang ada dipuncak gunung dianggap sebagai pusat segala-galanya. Pedagi tersebut hanya bila ada hajatan kampung secara besar-besaran misalnya pada saat syukuran setelah panen padi, ketika ada perang, pedagi tersebut dijaga oleh kamang yang merupakan sosok seorang manusia yang raksasa berlumuran darah dan sebagai dewa pencabut nyawa. Itu bila manusia melanggar aturan atau kaidah yang ada dalam kampung. Kamang merupakan dewa yang paling keramat. b. Kayu ara (pohon beringin) penunggunya jin dan buta.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Sistem kekerabatan orang Dayak Kalimantan Tengah didasarkan pada prinsip keturunan Ambitineal, yang diperhitungkan hubungan kekerabatan melalui laki-laki maupun wanita. Perkawinan yang dianggap ideal dan diingini oleh suku Dayak adalah perkawinan antara dua orang bersaudara sepupu yang kakek-kakeknya masih saudara kandung, yaitu disebut hajengan, dan perkawinan antara dua orang saudara sepupu yang ibu-ibunya masih saudara sekandung serta antara ras cousin.

B. Kritik Demikian isi makalah ini yang mengenai perkawinan adat Dayak apabila ada kesalahan dan kekurangan serta kejanggalan makalah ini penulis berharap dimaklumi, serta kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan penyempurnaan makalah ini yang sifatnya membangun Demi kelengkapan dari makalah ini, semoga isi dari makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

C. Saran Perlunya kita ketahui bahwa budaya di Indonesia sangat banyak dan beragam-ragam ras, suku, dan budaya. Untuk itu kita harus bisa menyaring dan menjaga budaya kita.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Master, 2003: Kewarganegaraan, PT Macanan Jaya Cemerlang, Klaten Ginting P dkk, 2003: Geografi, PT Glora Aksara Pratama, Jakarta. www.google.co.id.perkawinanDayak www.yahoo.co.id.aspeksosialbudayaDayak www.google.co.id.adatbudayaDayak.

Anda mungkin juga menyukai