Komplikasi Lokal
Komplikasi Sistemik
Komplikasi Lokal
Jarum patah Parestesia Paralisis N. Facialis Trismus Injuri pada jaringan lunak Hematoma Nyeri pada saat injeksi Rasa terbakar saat injeksi Infeksi Edema Jaringan lunak yang mengelupas Lesi intraoral posanestesi (Malamed, 2004)
Jarum Patah
Pada tahun 1973 2003 terjadi 34 kasus patah jarum saat administrasi anestesi lokal. 33 kasus diantaranya terjadi pada saat administrasi anestesi lokal pada N. infraalveolaris inferior, satu kasus lainnya terjadi pada saat dilakukan blok N. alveolaris posterior superior. Ukuran jarum yang digunakan adalah 30 gauge. (Malamed, 2004)
Etiologi
Penyebab primer : Melemahnya jarum karena telah dibengkokan sebelumnya sebelum insersi Pernyebab lainnya : Pergerakan yang tiba-tiba Faktor Predisposisi :
Jarum dengan ukuran yang lebih kecil Jarum yang telah dibengkokan sebelumnya Terdapat defek pada jarum
Problem
Tidak menimbulkan suatu masalah signifikan Dapat diambil tanpa intervensi bedah Magill intubation forceps & hemostat Tidak diambil dengan segera jarum tidak akan bergeser, terperangkap dalam bekas luka, jarang terjadi infeksi
Pencegahan
Gunakan jarum dengan ukuran yang lebih besar dan lebih panjang
Penanganan
Ketika jarum patah
Tetap tenang, jangan panik. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak. Jangan memindahkan tangan dari mulut pasien, biarkan mulut pasien tetap terbuka. Bila perlu, tempatkan bite block pada mulut pasien. Jika ada fragmen yang terlihat, gunakan hemostat atau Magill intubation forceps untuk mengambil fragmen tersebut.
Parestesia
Pasien merasa mati rasa selama berjam-jam hingga beberapa hari setelah injeksi anestesi lokal normal Anesthesia berlangsung hingga berhari-hari merupakan suatu masalah Respon Klinis pasien : mati rasa, pembengkakan, rasa geli, gatal, dan disfungsi pengecapan
Etiologi
Truma pada saraf Injeksi anestesi lokal yang terkontaminasi alkohol atau bahan sterilisasi lainnya Insersi pada foramen Hemoragi pada atau di sekitar neural sheath Konsentrasi anestesi lokal
Problem
Dapat terjadi injuri yang disebabkan karena pasien sendiri tanpa disadari
Disfungsi pengecapan
Pencegahan
Melakukan injeksi anestesi lokal yang sesua dengan prosedur penanganan dental cartridges dapat membantu meminimalisir risiko terjadinya parestesia.
Penanganan
Tenangkan pasien. Pasien biasanya menghubungi dokter sehari setelah prosedur dilakukan dan mengeluhkan mati rasa.
Bicaralah pada pasien secara langsung. Jelaskan pada pasien bahwa parestesia merupakan hal yang sering terjadi setelah administrasi anestesi lokal. Atur jadwal untuk memeriksa pasien. Tuliskan pada rekam medis.
Periksa pasien.
Tentukan tingkat dan keluasan dari parestesia. Jelaskan pada pasien bahwa parestesia biasanya terjadi selama dua bulan dan kondisi ini bisa saja terjadi hingga waktu beberapa tahun. Gunakan obat tincture of time Catat semuanya pada rekam medis.
Periksa pasien setiap dua bulan. Jika parestesia masih berlangsung setahun setelah insiden, lebih baik lakukan konsultasi dengan ahli bedah mulut dan neurologis. Perawatan dental dapat terus dilakukan, namun hindari administrasi anestesi lokal pada regio yang sama.
Paralisis N. Facialis
Cabang temporal :
M. occipitofrontalis M. orbicularis oris M. Corrugator supercilii
Cabang zygomatic
M. orbicularis oculi
Cabang buccal
M. procerus M. Zygomaticus M. Levator labii superior M. Buccinator M. Orbicularis oris
Cabang Mandibular
M. Depresor anguli oris M. depresor labii inferior M. mentalis
Etiologi
Deposisis anestesi lokal pada kapsula kelenjar parotis
Mendeflesikan jarum ke posterior dengan tidak hati-hati saat melakukan teknik IANB Overinsersi pada teknik Vazirani-Akinosi nerve block
Problem
Hilangnya fungsi motoris dari otot-otot ekspresi wajah yang disebabkan karena deposisi anestesi lokal biasanya hanya sementara Biasanya fungsi sensoris juga sedikit terganggu Wajah pasien terlihat miring Pasien tidak dapat menutup kelopak matanya
Pencegahan
Taati prosedur anestesi yang tepat Pada IANB tinggi kemunginan untuk terdeposisinya anestetikum pada kelenjar parotid pada teknik Vazirani-Akinosi nerve block, insersi jarum lebih dari 25 mm lebih baik dihindari.
Penanganan
Tenangkan pasien jelaskan bahwa kondisi ini normal terjadi Lensa kontak harus dilepaskan hingga fungsi motorik dari otot wajah kembali. Gunakan penutup mata untuk menutupi mata pada sisi yang mengalami paralisis hingga tonus otot kembali. Catat insiden ini pada rekam medis pasien.
Trismus
Etiologi
Trauma pada otot-otot atau pembuluh darah pada fossa infratemporalis Larutan anestesi lokal yang menandung alkohol atau bahan sterilisasi lainnya Hemorraghea Multiple injection pada tempat yang sama Volume larutan anestesi lokal yang berlebihan
Problem
Pembukaan interincisal ada pasien trismus berkisar 5 23 mm dengan rata-rata 13,7 mm. Fase akut nyeri, spasme otot Fase kronis terjadi jika fase akut tidak ditanyani dengan segera. Infeksi juga dapat menyebabkan hypomobilitas disebabkan karena meningkatnya nyeri, iritasi, dan scarring.
Pencegahan
Gunakan jarum sekali pakai yang tajam dan steril. Tangani cartridges anestesi lokal dengan baik. Gunakan teknik asepsis. Gunakan teknik injeksi dan insersi yang atraumatic. Hindari injeksi berulang dan multiple insertion pada area yang sama. Jika memungkinkan, gunakan teknik regional nerve blocks dibandingkan dengan infiltrasi lokal. Gunakan volume minimun yang efektif.
Penanganan
Ringan terapi hangat, kumur-kumur dengan larutan saline, analgesik, dan bila perlu muscle relaxan Fisioterapi
Pasien biasanya merasakan trismus dalam rentang waktu 48 72 jam 48 72 jam gejala belum reda infeksi Infeksi berikan antibiotik selam 7 haru penuh nyeri yang parah dan disfungsi yang tidak mereda dalam waktu 2 3 hari tanpa antibiotik, atau 5 7 hari dengan antibiotik, kemampuan pasien untuk membuka mulut semakin terbatas rujuk ke ahli bedah mulut.
Pencegahan : Pemilihan anestesi lokal dengan durasi yang tepat ditempatkan cotton roll diantara bibir dan gigi ketika masih dibawah pengaruh obat-obatan anestesi. Ikat cotton roll dengan menggunakan dental floss. Ingatkan pendamping pasien untuk selalu memperhatikan pasien
Penanganan :
Berikan analgesik. berikan antibiotik, terutama jika terdapat kcenderungan terjadinya infeksi. Kumur-kumur dengan menggunakan larutan saline hangat untuk meredakan pembengkakan dan rasa nyeri. Berikan petroleum jelly atau lubricant lain untuk melapisi lesi pada bibir dan meminimalisir iritasi.
Hematoma
Keluarnya darah ke daerah ekstravascular dapat terjadi ketika pembuluh darah terpotong ketika dilakukannya injeksi. Hematoma yang terbentuk karena terpotongnya pembuluh darah arteri biasanya membesar dengan cepat
Problem : Utama : estetik Komplikasi : Nyeri atau trismus Pencegahan : Pengetahuan mengenai anatomi normal Modifikasi teknik sesuai dengan antomi pasien Gunakan jarum yang pendek untuk prosedur PSA nerve blocks Kurangi penetrasi jarum ke jaringan. Jangan gunakan jarum sebagai probe pada jaringan.
Penanganan : Penekanan Catat pada rekam medis Informasikan kepada pasien mengenai komplikasi yang mungkin terjadi Nyeri analgesik (aspirin) Jangan aplikasikan panas selama 4 6 jam pertama Kompres dingin
Pencegahan : Gunakan teknik injeksi yang tepat, baik secara anatomi maupun fisiologi. Gunakan jarum yang tajam. Gunakan anestesi topical sebelum dilakukan injeksi. Gunakan larutan anestesi lokal yang steril. Injeksikan larutan anestesi lokal secara perlahan. Pastikan bahwa suhu dari anestetikum tepat.
Penanganan : Tidak ada penanganan khusus yang dapat dilakukan Lakukan prosedur anestesi dengan tepat untuk menghindari terjadinya nyeri saat injeksi
Pencegahan : Injeksi dilakukan secara perlahan 1 ml/ menit atau tidak melebihi 1,8 ml/menit Cartridge harus disimpan pada suhu kamar. Jangan menggunakan alkohol atau agen sterilisasi lainnya untuk mencegah kontaminasi. Prosedur alkalinisasi larutan anestesi lokal sebelum injeksi
Infeksi
Terjadinya infeksi setelah administrasi anestesi lokal di kedokteran gigi semakin jarang terjadi sejak diperkenalkannya jarum steril sekali pakai dan glass cartridges.
Etiologi
terkontaminasinya jarum sebelum administrasi anestetikum Teknik yang tidak tepat dalam menangani peralatan anetesi lokal Injeksi pada daerah yang mengalami infeksi
Penanganan
Pasien biasanya melaporkan sehari setelah dilakukannya injeksi Terapi awal analgesik, terapi hangat, muscle relaxants, fisioterapi Trismus bukan karena infeksi pulih dalam waktu 3 hari 3 hari belum pulih infeksi berikan antibiotik ; Penicillin V dosis awal 500 mg dilanjutkan 250 mg qid, 7 10 hari Alergi gol. Penicillin erythromycin
Edema
Etiologi : Trauma saat dilakukannya injeksi. Infeksi. Alergi Hemorraghe Larutan anestesi lokal yang mengiritasi Hereditary angioedema
Problem : Nyeri Obstruksi jalan nafas Pencegahan : Penanganan armamentarium anestesi lokal dengan baik Gunakan teknik anestesi lokal ang atraumatik Evaluasi medis yang menyeluruh terhadap pasien sebelum administrasi obat
Penanganan : Prinsip utama : meredakan pembengkakan dengan menghilangkan kausa Terapi analgeik untuk meredakan nyeri Edema karena trauma pada jaringan mereda dengan spontan Edema karena hemoragi tangani sama dengan kasus hematoma Edema karena infeksi berikan atibiotik Edema karena alergi antihistamin; ada obstruksi jalan nafas BLS, antihistamin ((0,3 mg untuk dewasa dan 0,15 mg untuk anak-anak)IV atau IM, kortikosteroid IV atau IM, bila perlu lakukan cricothyrotomi.
Abses Steril :
Terjadi karena iskemia yang berkepanjangan akibat administasi anestesi lokal yang mengandung vasokonsriktor Biasanya terjadi pada palatum keras.
Deskuamasi epitel mereda dalam waktu beberapa hari, sedangkan abses steril 7 10 hari
Herpes Simplex
Trauma pada jaringan lunak yang disebabkan karena administrasi anestesi lokal dapat mengaktivasi bentuk laten dari penyakit ini. Predileksi : Jar. lunak yang berlekatan dengan tulang
Penanganan : Penanganan utama bersifat simptomatik Tenangkan pasien, informasikan mengenai keadaan yang terjadi Berikan larutan anestesi topikal (viscous lidocaine) secukupnya pada area yang terasa nyeri Campuran yang seimbang antara dipenhydramine (Benadryl) dan milk of magnesia kumur-kumur untuk menutupi area ulserasi dan meredakan nyeri
Komplikasi Sistemik
Reasi Psikis
Pingsan Vasovagal
Reaksi Toksik
Jarang terjadi, hanya terjadi bila melakukan penyuntikan tanpa aspirasi yang menyebakan overdosis. Tanda-tanda: konvulsi, gangguan pernafasan, yang paling berat adalah syok
Reaksi Alergi
Sering atau mungkin terjadi jika tidak dilakukan evaluasi pra anestesi Tanyakan riwayat alergi Jika ragu lakukan skin test
Interaksi Obat
Dapat terjadi pada pasien yang menerima obat-obatan sistemik anestesi lokal yang mengandung nonadrenalin dapat merangsang respon tekanan darah pasien yang mendapat obat antidrepesi trisiklik (misal Mitriptilin). Penting dilakukan evaluasi preanestesi
Akinosi
Fischer
Modifikasi Fischer
Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut. Daerah sasaran: daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.
Bayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke sudut mulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jaringan. Tentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkan sudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik
Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan, dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila. Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic notch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah sehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula dari telingan ke sisi wajah.
Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus, sampai kedalamam kirakira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang, maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang. Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,8-2ml secara perlahan-lahan. Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 2 menit . Setelah 3 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan
Prosedur
Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapan dengan pasien. Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringan pada bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksi dan mengurangi trauma selama injeksi jarum. Gambaran anatomi :
Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila Tuberositas maksila
Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi. Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks. Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikan posterior dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketiga maksila. Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekati ramus dan jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior. Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila. Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 1,8 ml secara perlahan-lahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali. Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus mulai meningkat kemampuannya untuk membuka mulut.
Teknik Fischer
Saraf yang dituju : N. Alveolaris inferior dan N. Lingualis Daerah yang teranestesi :
gigi gigi mandibula setengah quadran corpus mandibula dan ramus bagian bawah mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula.
Prosedur
Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar. Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah.
Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar. Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis. Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior. Setelah selesai spuit ditarik kembali.
Jaringan harus menembus pada batas medial ramus mandibular di puncak coronoid notch di pterygomandibular raphe. Titik suntikan harus sekitar 1,5 cm diatas garis occlusal mandibula dengan bersudut kearah tulang-tulang. Barrel jarum harus sejajar dengan bidang oklusal molar mandibula, dan tiba di premolar kuadran yang berlawanan
Jarum harus maju pelan-pelan, menaruh beberapa tetes anestesi dan aspirating sampai tulang Pemberian anestesi akan tepat dikirimkan di atas foramen mandibular.