Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KORELASI STRATIGRAFI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Dari hasil pengukuran penampang stratigrafi pada beberapa lintasan sungai, diperoleh data kolom stratigrafi terukur seperti di bawah ini, cobalah Anda: 1. Tentukan lingkungan pengendapan batuan dari masing-masing lintasan. 2. Korelasikanlah antara kolom stratigrafi yang satu dengan yang lainnya berdasarkan korelasi lithostratigrafi dari karakteristik litologi. 3. Kemudian jelaskan proses sedimentasi batuan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Jawaban Nomor 1 : 1.1. Lintasan 1 Pada lintasan 1 dapat dilihat susunan stratigrafi batuan sepanjang sekitar 29 meter. Pada ketebalan 0 8 meter dapat dilihat batuan berukuran lanau sebagai bottom lintasan 1 dengan struktur sedimen nodul yaitu struktur sedimen yang terbentuk oleh adanya material berukuran halus yang belum terkompaksi lalu terkena longsoran oleh material yang lebih kasar, sehingga ketika kedua material tersebut mengalami lithifikasi material yang lebih halus tersebut terlihat seperti menyusup kedalam material yang lebih kasar. Pada ketebalan tersebut batulanau terlihat dengan ketebalan rata-rata 1 1,5 meter saling berselang-seling dengan batupasir berukuran pasir sangat halus yang tidak memiliki struktur sedimen dengan ketebalan yang sangat tipis sekitar 0,1 meter atau sama dengan 10 cm. Pada ketebalan ke-8 9 meter ditemukan batuan berukuran lanau dengan struktur laminasi yang sering dikatakan sebagai shale. Pada ketebalan ke-9 12 meter kembali terendapkan perselingan batulanau dengan batupasir dimana batupasir tersebut semakin mengalami penebalan dan bergradasi dari berukuran pasir sangat halus hingga pasir halus. Pada ketebalan 13 meter lapisan batulanau terlihat terdapat kontak erosional yang merupakan suatu akibat jeda pengendapan yang cukup lama dan terjadinya erosi oleh proses-proses eksogen maupun terjadinya tektonik yang biasa disebut juga sebagai ketidakselarasan. Pada ketebalan ke13 sampai 17,5 meter masih diperoleh perselingan batulanau dan batupasir namun terlihat adanya pola penipisan (thinning) pada batupasir dan bergradasi ukurannya dari pasir sedang hingga pasir sangat halus yang biasa disebut sebagai struktur sedimen normal graded bedding. Kemudian terdapat kontak erosional lagi pada ketebalan ke 17,5 meter dengan litologi batulanau berlaminasi (shale). Pada ketebalan ke 18 m hingga 23,8 m, terlihat kembali perselingan batulanau dengan batupasir dengan karakter ada yang menebal dan ada yang menipis. Pada batulanau ketebalan ke-23 meter ini memiliki struktur laminasi dengan struktur batupasir dibawahnya berupa crosslaminasi. Pada batulanau tersebut kembali dijumpai adanya bidang erosional

yang menandakan adanya jeda pengendapan yang cukup lama dan terjadi sejumlah proses endogen maupun eksogen. Berdasarkan karakteristik litologi yang cukup sama dari ketebalan 0 meter hingga 24 meter, maka diinterpretasikan lingkungan pengendapan pada ketebalan tersebut berada pada continental slope. Hal ini didukung juga oleh dominasi ukuran butir litologi yang berupa perselingan batulanau dengan batupasir. Dari segi struktur sedimen juga mendukung yaitu cenderung memiliki struktur graded bedding dan pada ketebalan awal-awal dijumpai banyak nodul atau konkresi yang dihasilkan oleh arus gravity flow yang menuruni sebuah slope (arus turbidit). Pada ketebalan ke-24 meter ini dijumpai batupasir yang tebalnya kirakira 1 meter, dan memiliki struktur normal graded bedding, komposisi fosil berupa koral dan moluska, diatasnya beselang seling dengan batulanau, lalu pada ketebalan ke-27 meter didapat adanya batugamping dengan komposisi fosil bivalve, moluska, koral, dan gastropoda hingga ketebalan ke-29 meter. Berdasarkan karakteristik litologi pada ketebalan ke-24, diinterpretasikan lingkungan pengendapannya berupa continental shelf, dimana pada daerah tersebut cenderung terendapkan material kasar seperti batupasir sedang yang kaya akan komposisi fosil. Sedangkan litologi diatasnya yang berupa batulanau dan batugamping diinterpretasikan terendapkan pada laut litoral, yaitu daerah yang mendapat suplai karbonatan dan terdapat suplai material yang halus seperti lanau.

1.2. Lintasan 2 Pada lintasan 2 dapat dilihat susunan stratigrafi batuan sepanjang sekitar 28,3 meter. Pada ketebalan 0 4 meter dapat dilihat batuan berukuran lanau sebagai bottom lintasan 2 dengan struktur sedimen nodul yaitu struktur sedimen yang terbentuk oleh adanya material berukuran halus yang belum terkompaksi lalu terkena longsoran oleh material yang lebih kasar, sehingga ketika kedua material tersebut mengalami lithifikasi material yang lebih halus tersebut terlihat seperti menyusup kedalam material yang lebih kasar. Pada

ketebalan tersebut batulanau terlihat dengan ketebalan rata-rata 1 1,5 meter saling berselang-seling dengan batupasir berukuran pasir sangat halus yang tidak memiliki struktur sedimen dengan ketebalan yang sangat tipis sekitar 0,1 meter atau sama dengan 10 cm. Pada ketebalan ke-8 meter ditemukan batuan berukuran lanau dengan struktur laminasi yang sering dikatakan sebagai shale. Pada ketebalan ke-8 - 10 meter kembali terendapkan perselingan batulanau dengan batupasir dimana batupasir tersebut semakin mengalami penebalan dan bergradasi dari berukuran pasir sangat halus hingga pasir halus. Pada ketebalan 10 meter lapisan batulanau terlihat terdapat kontak erosional yang merupakan suatu akibat jeda pengendapan yang cukup lama dan terjadinya erosi oleh proses-proses eksogen maupun terjadinya tektonik yang biasa disebut juga sebagai ketidakselarasan. Pada ketebalan ke12 sampai 18,5 meter masih diperoleh perselingan batulanau dan batupasir namun terlihat adanya pola penipisan (thinning) pada batupasir dan bergradasi ukurannya dari pasir sedang hingga pasir sangat halus yang biasa disebut sebagai struktur sedimen normal graded bedding. Kemudian terdapat kontak erosional lagi pada ketebalan ke 18,5 meter dengan litologi batulanau berlaminasi (shale). Pada ketebalan ke 18,5 m hingga 26,5 m, terlihat kembali perselingan batulanau dengan batupasir dengan karakter ada yang menebal dan ada yang menipis. Pada batulanau tersebut kembali dijumpai adanya bidang erosional yang menandakan adanya jeda pengendapan yang cukup lama dan terjadi sejumlah proses endogen maupun eksogen. Berdasarkan karakteristik litologi yang cukup sama dari ketebalan 0 meter hingga 26,5 meter, maka diinterpretasikan lingkungan pengendapan pada ketebalan tersebut berada pada continental slope. Hal ini didukung juga oleh dominasi ukuran butir litologi yang berupa perselingan batulanau dengan batupasir. Dari segi struktur sedimen juga mendukung yaitu cenderung memiliki struktur graded bedding dan pada ketebalan awal-awal dijumpai banyak nodul atau konkresi yang dihasilkan oleh arus gravity flow yang menuruni sebuah slope (arus turbidit).

Pada ketebalan ke-26,5 - 27 meter ini dijumpai batupasir yang tebalnya kira-kira 1 meter, dan memiliki struktur normal graded bedding, komposisi fosil berupa koral dan moluska. Berdasarkan karakteristik litologi tersebut, diinterpretasikan lingkungan pengendapannya berupa continental shelf, dimana pada daerah tersebut cenderung terendapkan material kasar seperti batupasir sedang yang kaya akan komposisi fosil.

1.3. Lintasan3 Pada lintasan 3 dapat dilihat susunan stratigrafi batuan sepanjang sekitar 27 meter. Pada ketebalan 0 1 meter dapat dilihat batuan berukuran lanau sebagai bottom lintasan 1 dengan struktur sedimen nodul yaitu struktur sedimen yang terbentuk oleh adanya material berukuran halus yang belum terkompaksi lalu terkena longsoran oleh material yang lebih kasar, sehingga ketika kedua material tersebut mengalami lithifikasi material yang lebih halus tersebut terlihat seperti menyusup kedalam material yang lebih kasar. Diatasnya terdapat batupasir lalubatulanau lagi (berselang-seling) dengan karakter batupasir yang semakin menebal dan mengkasar. Pada ketebalan ke6 meter lapisan batulanau terlihat terdapat kontak erosional yang merupakan suatu akibat jeda pengendapan yang cukup lama dan terjadinya erosi oleh proses-proses eksogen maupun terjadinya tektonik yang biasa disebut juga sebagai ketidakselarasan. Pada ketebalan ke-6 sampai 12 meter masih diperoleh perselingan batulanau dan batupasir namun terlihat adanya pola penipisan (thinning) pada batupasir dan bergradasi ukurannya dari pasir sedang hingga pasir sangat halus yang biasa disebut sebagai struktur sedimen normal graded bedding, dan terdapat struktur cross laminasi pada batupasir diatasnya lagi. Kemudian terdapat kontak erosional lagi pada ketebalan ke 12 meter dengan litologi batulanau berlaminasi (shale). Pada ketebalan ke 12 m hingga 17,7 m, terlihat kembali perselingan batulanau dengan batupasir dengan karakter ada yang menebal dan ada yang menipis. Pada batulanau memiliki struktur laminasi dengan struktur batupasir dibawahnya berupa cross-laminasi. Pada batulanau tersebut kembali dijumpai adanya bidang

erosional yang menandakan adanya jeda pengendapan yang cukup lama dan terjadi sejumlah proses endogen maupun eksogen. Berdasarkan karakteristik litologi yang cukup sama dari ketebalan 0 meter hingga 17,7 meter, maka diinterpretasikan lingkungan pengendapan pada ketebalan tersebut berada pada continental slope. Hal ini didukung juga oleh dominasi ukuran butir litologi yang berupa perselingan batulanau dengan batupasir. Dari segi struktur sedimen juga mendukung yaitu cenderung memiliki struktur graded bedding dan pada ketebalan awal-awal dijumpai banyak nodul atau konkresi yang dihasilkan oleh arus gravity flow yang menuruni sebuah slope (arus turbidit). Pada ketebalan ke-18 meter ini dijumpai batupasir yang tebalnya kirakira 1 meter, dan memiliki struktur normal graded bedding, komposisi fosil berupa koral dan moluska, diatasnya beselang seling dengan batulanau, lalu pada ketebalan ke-20 m hingga 27 meter didapat adanya batulanau berselingan dengan batugamping dengan komposisi fosil bivalve, moluska, koral, dan gastropoda. Berdasarkan karakteristik litologi tersebut,

diinterpretasikan lingkungan pengendapannya pada ketebalan ke-18 berupa continental shelf, dimana pada daerah tersebut cenderung terendapkan material kasar seperti batupasir sedang yang kaya akan komposisi fosil. Sedangkan litologi diatasnya yang berupa batulanau dan batugamping diinterpretasikan terendapkan pada laut litoral, yaitu daerah yang mendapat suplai karbonatan dan terdapat suplai material yang halus seperti lanau.

1.3. Lintasan3 Pada lintasan 3 dapat dilihat susunan stratigrafi batuan sepanjang sekitar 29 meter. Pada ketebalan 0 4 meter dapat dilihat batuan berukuran lanau sebagai bottom dan batupasir . Batulanau dengan struktur sedimen nodul yaitu struktur sedimen yang terbentuk oleh adanya material berukuran halus yang belum terkompaksi lalu terkena longsoran oleh material yang lebih kasar, sehingga ketika kedua material tersebut mengalami lithifikasi material yang lebih halus tersebut terlihat seperti menyusup kedalam material yang

lebih kasar. Pada ketebalan tersebut batulanau terlihat dengan ketebalan ratarata 1 1,5 meter saling berselang-seling dengan batupasir berukuran pasir sangat halus yang tidak memiliki struktur sedimen dengan ketebalan yang sangat tipis sekitar 0,1 meter atau sama dengan 10 cm. Pada ketebalan ke-4 sampai 10 meter ditemukan kembali perselingan batulanau dan batupasir dengan pola mengkasar dan menebal. Pada ketebalan 10 meter lapisan batulanau terlihat terdapat kontak erosional yang merupakan suatu akibat jeda pengendapan yang cukup lama dan terjadinya erosi oleh proses-proses eksogen maupun terjadinya tektonik yang biasa disebut juga sebagai ketidakselarasan. Pada ketebalan ke-10 sampai 16 meter masih diperoleh perselingan batulanau dan batupasir namun terlihat adanya pola penipisan (thinning) pada batupasir dan bergradasi ukurannya dari pasir sedang hingga pasir sangat halus. Kemudian terdapat kontak erosional lagi pada ketebalan ke 16 meter dengan litologi batulanau berlaminasi (shale). Pada ketebalan ke 16 m hingga 20 m, terlihat kembali perselingan batulanau dengan batupasir dengan karakter ada yang menebal dan ada yang menipis. Pada batulanau ketebalan ke-20 meter tersebut terlihat berlaminasi dan kembali dijumpai adanya bidang erosional yang menandakan adanya jeda pengendapan yang cukup lama dan terjadi sejumlah proses endogen maupun eksogen. Berdasarkan karakteristik litologi yang cukup sama dari ketebalan 0 meter hingga 20 meter, maka diinterpretasikan lingkungan pengendapan pada ketebalan tersebut berada pada continental slope. Hal ini didukung juga oleh dominasi ukuran butir litologi yang berupa perselingan batulanau dengan batupasir. Dari segi struktur sedimen juga mendukung yaitu cenderung memiliki struktur graded bedding dan pada ketebalan awal-awal dijumpai banyak nodul atau konkresi yang dihasilkan oleh arus gravity flow yang menuruni sebuah slope (arus turbidit). Pada ketebalan ke-21 meter ini dijumpai batupasir yang tebalnya kirakira 1 meter, dan memiliki struktur normal graded bedding, komposisi fosil berupa koral dan moluska, diatasnya beselang seling dengan batulanau, lalu pada ketebalan ke-25 meter didapat adanya batugamping dengan komposisi

fosil bivalve, moluska, koral, dan gastropoda hingga ketebalan ke-29 meter. Berdasarkan karakteristik litologi pada ketebalan ke-21 meter,

diinterpretasikan lingkungan pengendapannya berupa continental shelf, dimana pada daerah tersebut cenderung terendapkan material kasar seperti batupasir sedang yang kaya akan komposisi fosil. Sedangkan litologi diatasnya yang berupa batulanau dan batugamping diinterpretasikan terendapkan pada laut litoral, yaitu daerah yang mendapat suplai karbonatan dan terdapat suplai material yang halus seperti lanau.

Jawaban Nomor 2 : (pada halaman kolom korelasi)

Jawaban Nomor 3 : Proses Sedimentasi dan Faktornya : Pada kolom korelasi dapat dilihat kolom tersebut memiliki tiga buah segmen garis yang menghubungkan antara lintasan 1 hingga lintasan 4. Pada segmen yang berada dibawah garis putus-putus berwarna biru, diduga diendapkan pada 1 time pengendapan dengan batas pengendapan berupa batas erosional. Karakteristik dari batuan tersebut adalah perselingan batulanau dengan batupasir, dimana pada batulanau terdapat struktur sedimen berupa nodul dan pada batupasir memiliki pola penebalan dan mengkasar ukuran butirnya. Berdasarkan hal tersebut, proses sedimentasi yang dominan pada segmen ini adalah berupa adalah terjadinya arus turbidit menuruni slope membentuk nodulnodul oleh material lanau yang belum terkompaksi, tersisipkan material pasir yang juga belum terkompaksi (material lepas). Faktor yang mempengaruhi adalah adanya suatu kelerengan, adanya suplai sedimen yang berasal dari darat dan laut, accommodation space, tektonik yang menyebabkan adanya batas erosional maupun oleh proses eksogen, dan eustasi sehingga hasil pengendapan material sedimen memiliki pola tertentu. Pada segmen yang berada diatas garis putus-putus berwarna biru, memiliki kesamaan karakteristik dan sama-sama terendapkan pada 1 time pengendapan. Karakteristik pada segmen ini berupa perselingan batupasir dengan

batulanau, dimana batupasir memiliki struktur sedimen berupa normal graded bedding. Berdasarkan hal tersebut, proses sedimentasi yang dominan pada segmen ini adalah berupa adalah terjadinya arus turbidit menuruni slope membentuk struktur graded bedding. Faktor yang mempengaruhi adalah adanya suatu kelerengan, adanya suplai sedimen yang berasal dari darat dan laut, accommodation space, tektonik yang menyebabkan adanya batas erosional maupun oleh proses eksogen, dan eustasi sehingga hasil pengendapan material sedimen memiliki pola tertentu. Pada segmen diatas garis putus-putus berwarna ungu, memiliki kesamaan karakteristik litologi berupa perselingan batupasir dengan batulanau dimana pada batupasir memiliki struktur cross-lamination dan batulanau memiliki struktur laminasi (shale). Berdasarkan hal tersebut, proses sedimentasi yang dominan pada segmen ini adalah berupa adalah terjadinya arus yang relatif traksi (lower flow regime). Faktor yang mempengaruhi adalah adanya suplai sedimen yang berasal dari darat dan laut, accommodation space, tektonik yang menyebabkan adanya batas erosional maupun oleh proses eksogen, dan eustasi maupun tidal yang menyebabkan pasang-surut air laut sehingga hasil pengendapan material sedimen memiliki pola tertentu. Pada segmen diatas garis putus-putus berwarna hijau memiliki persamaan karakteristik batuan berupa adanya perselingan batupasir yang kaya akan fosil dengan batulanau, dan batulanau dengan batugamping yang juga kaya akan fosil. Berdasarkan hal tersebut, proses sedimentasi yang dominan pada segmen ini adalah berupa adalah terjadinya arus yang kuat hingga tenang. Faktor yang mempengaruhi adalah adanya suatu suplai cangkang/karbonatan, adanya suplai sedimen yang berasal dari darat dan laut, accommodation space, tektonik yang menyebabkan adanya batas erosional maupun oleh proses eksogen, dan eustasi.

Anda mungkin juga menyukai