Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI Acara Hari/ Tgl : Sphericity : Jumat/ 11 April 2013 BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang Tujuh puluh

persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi, konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi. Banyak batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan pengendapannya dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada saat ini. Proses proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat dengan kompaksi, sementasi, rekristalisasi. II Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikuan mampu memisahkan ukuran butir sedimen dan mengetahui proses- proses yang mempengaruhi adanya perbedaan ukuran butir Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mengetahui sebaran ukuran butir sedimen pada suatu cekungan sedimentasi 2. Menghitung dan mengukur ukuran butir material sedimen 3. Membuat suatu pengelolahan data secara statistik ataupun data semilog dari data sebaran sedimen tersebut 4. Mengklasifikasikan nilai ukuran butir berdasarkan ukurannya Nama : Hamrin Ilhami NIM : D611 11 266

III Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Mesin pengayak dan ayakan satu set 2. Tempat penampung sampel yang telah diayak (kantong obat) 3. Kuas 4. Timbangan digital 5. Sampel splitter atau quartering 6. Grafik semilog 7. Kalkulator 8. Kertas hvs 9. Koran bekas 10. Alat tulis menulis 11. Wadah kecil seperti gelas kecil untuk mengambil sampel 12. Sampel V Teori Ringkas Batuan sedimen klastik terdiri dari berbagai ukuran. Cara yang terbaik untuk melakukan pemisahan dari setiap ukuran adalah dengan metode pengayakan. Metode pengukuran secara langsung hanya berfungsi pada batuan kerikil atau kerakal dikarenakan ukuran mereka yang cukup besar. Dari ribuan butir, setiap butir memiliki ukuran sendiri sendiri. Oleh karena itu skala interval besar butir dibuat oleh banyak penulis seperti Hopkins, Attenberg, Udden, Wenworth Cayeux, U.S Bureau Soils. Namun yang paling sering digunakan dan sekaligus digunakan dalam praktikum ini adalah skala dari Wenworth. Pembagian berdasarkan ukuran butir digunakan sebagai awal untuk mengklasifikasikan dan menamakan sedimen dan batuan sedimen klastik terrigenous . Kerikil dan konglomerat tersusun oleh klastik berdiameter lebih dari 2 mm, butir berukuran pasir antara 2 mm sampai 1/16 mm (63 m) , lumpur (termasuk lempung dan lanau) terdiri dari partikel berdiameter kurang dari 63 m. Ada beberapa jenis skema dan pembagian kategori, tetapi sedimentologist

cenderung menggunakan Skala Wentworth untuk menentukan dan menamakan endapan klastik terrigenous. Dikenal umum dengan nama Skala Wentworth, skema ini digunakan untuk klasifikasi materi partikel aggregate ( Udden 1914, Wentworth 1922). Pembagian skala dibuat berdasarkan faktor 2 ; contoh butiran pasir sedang berdiameter 0,25 mm 0,5 mm, pasir sangat kasar 1 mm 2 mm, dan seterusnya. Skala ini dipilih karena pembagian menampilkan pencerminan distribusi alami partikel sedimen ; sederhananya, blok besar hancur menjadi dua bagian, dan seterusnya. Sedimen dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran butir dan / atau komposisi.

Ukuran sedimen diukur pada log basis 2 skala, yang disebut Phi skala, yang mengklasifikasikan partikel berdasarkan ukuran dari koloid ke batu. Skala phi adalah angka perwakilan pada skala Wentworth. Huruf Yunani (phi) sering digunakan sebagai satuan skala ini Skala ini mempunyai rumus sebagai berikut: log2 d dimana adalah ukuran phi dan d merupakan ukuran butir dalam millimeter

Analisa ukuran butir adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk mengetahui ukuran tiap butiran sedimen.. Dalam analisa ini tercakup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis. Masing-masing pengukuran tersebut mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan mempunyai batasan-batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau dianalisa. Batasan-batasan tersebut biasa disebut dengan verbal limit. Analisa ukuran butir dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan metode statistik, dimana metode grafis memuat berbagai macam grafik yang mencerminkan penyebaran besar butir, hubungan dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik, sedangkan metode statistik menghasilkan nilai ratarata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan kurva.

Tabel Standar Deviasi <0,35 very well sorted 0,35-0,50 well sorted 0,50-0,71 moderately well sorted 0,71-1,00 moderately sorted 1,00-2,00 poorly sorted 2,00-4,00 very poorly sorted >4,00 extremely poorly sorted

Keseragaman atau Sortasi dapat menunjukkan batas ukuran butir atau keanekaragaman ukuran butir, tipe dan karakteristik serta lamanya waktu sedimentasi dari suatu populasi sedimen (Folk, 1968). Menurut Friedman dan Sanders (1978), sortasi atau pemilahan adalah penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata. Sortasi dikatakan baik jika batuan sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap ukuran butir rata-rata pendek. Sebaliknya apabila sedimen mempunyai penyebaran ukuran butir terhadap rata-rata ukuran butir panjang disebut sortasi jelek. Sortasi secara matematika dapat dinyatakan dalam standar deviasi. Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen. Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran pasir sangat halus. Kepencengan (Skewness) adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatu distribusi ukuran butir dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butir berlebihan partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negatif, begitupun sebaliknya (Folk, 1974).

Skewness (Boogs, 1995) >+0,30 Strongly fine skewed 0,3-0,1 Fine skewed +0,1 to -0,1 Near symmetrical -0,1 to -0,3 Coarse skewed <-0,3 Strongly coarse skewed Hasil dari perhitungan ukuran butir dapat ditampilkan dalam bentuk grafik atau kurva. Kurva yang digunakan adalah kurva histogram dan kurva frekuensi. Kurva ini diperoleh dari membandingkan antara ukuran butir dengan berat kumulatif. Kurva frekuensi ukuran butir tidak selamanya normal. Bisa saja melengkung atau tajam. Derajat dari kelengkungan puncak kurva ini disebut kurtosis. Nilai kurtosis berhubungan antara penyebaran dan normalitas distribusi. Perhitungan dari kurtosis merupakan perbandingan antara ekor kurva dengan puncak kelengkungannya. Kurtosis <0,67 0,67-0,9 0,9-1,11 1,11-1,5 1,5-3 >3 very platykurtic Platycurtic Mesokurtic Leptokurtic very leptokurtic extremely leptokurtic

Kurva frekuensi ukuran butir dapat menunjukkan variasi dari puncak-puncak yang bebeda. Derajat puncak-puncak kurva frekuensi disebut kurtosis. Meskipun

kurtosis dapat dihitung, tapi secara signifikan tidak dapat diketahui serta menampakkan jumlah yang sedikit dari interpretasi ukuran butir. Grafik mean Modus Standar deviasi Grafik skewness : Mz = : Md = 50 : = : SKi =

Kurtosis

: Kg = Selama melakukan pengayakan ada beberapa factor yang perlu

diperhatikan: 1. Berat sampel 2. Lamanya waktu pengayakan 3. Kondisi kawat mesh selama pengayakan 4. Interval ukuran antara ayakan dalam setiap stack. bila terlalu sedikit ayakan yang digunakan akan menyebabkan banyaknya akumulasi pasir diatas ayakan yang merupakan ukuran midalnya 5. Kehadiran aggregate 6. Kehadiran lempung dalam sample 7. Kesalahan dalam menggunakan sample spliter terutama untuk sample yang akan di ayak 8. Kehati-hatian dalam memindahkan sample dari ayakan kedalam timbangan 9. Kesalahan selama proses penimbangan Selain beberapa faktor yang disebut di atas,dalam melakukan analisa ukuran butir dengan metode pengayakan, factor lain yang juga berpengaruh pada hasil analisa adalah interval ukuran mesh yang digunakan dalam mempresentasekan dari klasifikasi ukuran butir udden wentworth, misalnya kita gunakan mesh dengan urutan bukaan dari atas kebawah 2, 1, 0.5, 0.25, 0.125, 0.063 dan < 0.0063 mm angka angka tersebut mewakili klasifikasi dari udden wentworth. Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu : 1. Sampel yang diperoleh dari lapangan dicuci dan dikeringkan

2. Splitting, dengan cara mengambil sampel yang mewakili sampel yang ada. Splitting dapat dilakukan dengan splitter atau dengan kuartering. Kuartering dilakukan sampai diperoleh berat sampel yang diinginkan 3. Menimbang sampel untuk dianalisa. Mengusahakan berat sampel merupakan bilangan bulat untuk memudahkan perhitungan 4. Pengayakan, digunakan satu set ayakan yang diinginkan dan mesin pengayak. Sampel yang telah ditimbang dari setiap lapisan kemudian diayak untuk melihat ukuran butir dari halus sampai kasar 5. Ayakan tersebut disusun dengan nomor mesh yang diletakkan paling besar ukuran meshnya. Pengayakan dilakukan dengan mesin pengayakan selama 10 menit 6. Setelah 10 menit, sampel diangkat dari tempat pengayakann. Tiap-tiap sampel yang tertampung dalam mesh kemudian dikeluarkan tanpa mencampurkan dengan mesh yang lain 7. Sampel yang diperoleh tadi kemudian dilakukan penimbangan 8. Data timbangan tersebut kemudian dilakukan pengolahan data 9. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik seperti grafik semilog.

VI Pengolahan Data

Anda mungkin juga menyukai