Anda di halaman 1dari 24

II.

II.1.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Jembatan

Jembatan merupakan suatu bangunan yang dibuat untuk melintasi rintangan baik
yang terjadi di alam maupun buatan manusia. Jembatan dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Menurut penggunaan, yaitu: jembatan jalan raya, jembatan kereta api,
jembatan pipa, jembatan air, jembatan kanal dan jembatan militer.
b. Menurut bahan jembatan, yaitu: jembatan kayu, jembatan batu, jembatan
beton, dan jembatan baja.
c. Menurut posisi jalan, yaitu: jembatan lantai, jembatan dua lantai, jembatan
langsung, jembatan setengah langsung rangka kaku, jembatan gantung,
dan jembatan tahanan kabel.
d. Menurut bentuk dan ciricirinya, yaitu: jembatan balok, jembatan rangka
dan jembatan lengkung.
e. Menurut kedudukan bidang datar, yaitu: jembatan miring, jembatan lurus,
dan jembatan lengkung.
f. Menurut lokasi jembatan, yaitu: jembatan yang melintasi sungai, jembatan
yang melintasi viaduk, jembatan yang melintasi jalan raya, dan jembatan
yang melintasi jalan kereta api.
g. Menurut sistem strukturnya, yaitu: jembatan sistem sederhana dan
jembatan sistem menerus.
h. Menurut kelas jembatan, kelas jembatan jalan raya dibagi menjadi dua
kelas, yaitu: kelas A dan kelas B

II.2.

Jembatan Gelagar Beton Bertulang

Jembatan gelagar beton bertulang adalah suatu bangunan buatan manusia dimana
bangunan atas terbuat dari beton bertulang yang berfungsi untuk menghubungkan
jalur transportasi yang dilalui oleh beban lalu lintas.

Jembatan gelagar beton bertulang standar adalah jembatan yang dapat menerima
beban Bina Marga 100%. Adapun spesifikasi jembatan gelagar beton bertulang
standar, yaitu:

Bentang jembatan

: 5 m sampai dengan 25 m

Lebar lantai kendaraan

: 7m

Mutu beton

: K-250

Poissons ratio

: 0,2

II.2.1. Komponen Jembatan Gelagar Beton Bertulang


Secara umum, komponen jembatan dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu
bangunan atas dan bangunan bawah. Tiap-tiap komponen utama disusun oleh
beberapa komponen yang terintegrasi menjadi suatu kesatuan sistem. Tiap-tiap
komponen memiliki fungsi yang spesifik dalam mendukung fungsi jembatan
secara keseluruhan.

II.2.1.1.

Bangunan Atas

Bangunan atas merupakan komponen utama yang menerima langsung beban lalu
lintas. Bangunan atas terdiri dari semua komponen suatu jembatan yang terletak di
atas dukungan abutmen dan pilar.
Komponen-komponen bangunan atas, yaitu:

a) Plat Lantai
Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fungsi utama
untuk mendistribusikan beban sepanjang potongan melintang jembatan.
Plat lantai merupakan bagian yang menyatu dengan sistem struktur yang
lain, yang didesain untuk mendistribusikan beban-beban sepanjang
bentang jembatan.

b) Gelagar Induk
Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk
mendistribusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya didesain

untuk menahan lendutan. Gelagar induk identik dengan penamaan dari tipe
bangunan atas jembatan, misal gelagar tipe balok disebut dengan istilah
girder, gelagar tipe rangka disebut dengan istilah truss, dan sebagainya.

c) Gelagar Sekunder
Gelagar sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang. Gelagar
melintang merupakan pengikat antar gelagar induk yang didesain untuk
menahan deformasi melintang dari rangka struktur atas dan membantu
pendistribusian bagian dari beban vertikal antara gelagar induk. Gelagar
memanjang pada jembatan merupakan pengikat antara gelagar melintang
dan bantalan.

d) Perletakan
Perletakan merupakan komponen jembatan yang berfungsi untuk
mendistribusikan beban bangunan atas ke bangunan bawah. Perletakan
jembatan dibedakan atas perletakan tetap dan perletakan gerak. Perletakan
gerak berfungsi memfasilitasi gerakan rotasi dan translasi longitudinal.
Perletakan tetap berfungsi hanya memfasilitasi gerakan rotasi.

e) Sambungan Siar Muai


Sambungan siar muai merupakan komponen jembatan yang berfungsi
untuk menyambungkan bangunan atas dengan bagian ujung atas abutmen
atau pilar. Selain itu, berfungsi untuk menahan pergerakan horizontal atau
rotasi yang ditimbulkan oleh bangunan atas.

II.2.1.2.

Bangunan Bawah

Bangunan bawah merupakan bagian struktur jembatan yang langsung berdiri di


atas tanah dan menyangga bangunan atas jembatan. Bangunan bawah berfungsi
untuk mendistribusikan beban dari atas ke pondasi. Bangunan bawah terletak di
antara dua kepala jembatan yang disebut pilar. Pilar digunakan jika bentang
jembatan terlalu panjang atau bentang lebih dari satu, yang berfungsi untuk

mendistribusikan beban bangunan atas. Bangunan bawah meliputi komponenkomponen yang mendukung bangunan atas.
Komponen-komponen bangunan bawah, yaitu:

a) Abutmen
Abutmen merupakan struktur penahan tanah yang mendukung bangunan
atas pada bagian ujung-ujung suatu jembatan. Abutmen berfungsi untuk
menahan gaya longitudinal dari tanah di bagian bawah ruas jalan yang
melintas. Abutmen dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk.

b) Pilar
Pilar merupakan struktur yang mendukung bangunan atas pada
pertengahan antara dua abutmen. Pilar digunakan jika bentang jembatan
terlalu panjang atau bentang lebih dari satu. Seperti halnya abutmen, pilar
juga dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk. Desain pilar perlu
memperhatikan aspek estetika karena sangat mempengaruhi keindahan
tampak jembatan.

c) Pedestals
Pedestals merupakan kolom pendek yang berada di atas abutmen atau
pilar yang secara langsung menopang gelagar utama struktur atas.

d) Backwall
Backwall merupakan komponen utama dari suatu abutmen yang berfungsi
sebagai struktur penahan (tanah) pada tiap-tiap jalan pendekat.

e) Wingwall
Wingwall merupakan suatu dinding samping pada dinding belakang
abutmen atau stem yang didesain untuk membantu atau menahan keutuhan
atau stabilitas tanah di belakang abutmen. Pada beberapa struktur,
wingwall didesain cenderung secara konservatif, yang mengakibatkan
dinding lebih besar pada beberapa jembatan.

f) Piles
Jika lapisan tanah yang berada di bawah footing tak dapat memberikan
dukungan yang cukup terhadap bangunan bawah (dalam hal bearings
capacity, stabilitas keseluruhan, atau penurunan). Maka perlunya
penggunaan piles footing, yang merupakan penambahan kedalaman dari
footing hingga kedalaman yang memadai. Piles memiliki banyak variasi
bentuk dan ukuran.
Selain bangunan atas dan bangunan bawah, jembatan juga memiliki bangunan
pelengkap, seperti:

a) Lapisan permukaan/ perkerasan


Lapisan permukaan/ perkerasan memiliki fungsi untuk menahan kontak
terhadap kendaraan yang melintasi jembatan. Lapisan permukaan/
perkerasan adalah lapisan yang terpisah dengan struktur jembatan dimana
terbuat dari material aspal dengan ketebalan 51-102 mm.

b) Perlengkapan
Perlengkapan adalah suatu bagian dari jembatan yang bukan komponen
yang penting tetapi melayani beberapa kepentingan terhadap fungsi struktur
secara menyeluruh. Adapun perlengkapan jembatan yang berpengaruh
terhadap fungsi jembatan, antara lain:

Perlindungan lereng dan timbunan


Merupakan lereng yang meruncing mulai dari abutmen sampai
timbunan yang dibungkus dengan material baik batuan kering
maupun blok perkerasan. Perlindungan lereng dan timbunan
memiliki estetika yang indah dan memiliki pengendalian erosi
yang memadai.

Underdrain
Underdrain adalah suatu sistem drainase yang terbuat dari pipa
yang diperporasi dimana mampu mengalihkan aliran air
permukaan dari struktur ke saluran-saluran drainase yang
tersedia. Underdrain memiliki fungsi untuk menyediakan
drainase yang memadai bagi komponen-komponen bangunan
bawah.

Approach
Merupakan bagian dari jalan yang mendekati dan menjauhi
abutmen. Menurut AASHTO, approach adalah penggabungan
lebar jalur jalan dengan bahu jalan. Ukuran approach sama
dengan lebar jalur jalan pada jembatan atau penyempitan dari
ruas jalan standar (disesuaikan dengan lebar jalur jalan pada
jembatan).

Traffic Barriers
Traffic barriers berfungsi untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan ketika suatu kendaraan meninggalkan jalan. Traffic
barriers terbuat dari beton bertulang berupa parapets ataupun
terbuat dari baja berupa rel pengaman.

II.3 Tipe Jembatan


Tipe jembatan berdasarkan Bridge Management System 1992 diidentifikasi
menurut tipe bangunan atas, bahan dan asal bangunan atas. Secara lebih detail
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel II.1 Identifikasi Tipe Jembatan berdasarkan Bridge Managemant System 1992
TBA
(Tipe Bangunan Atas)

ABA
(Asal Bahan Bangunan)

Bahan

Gorong-gorong pelengkung

Aspal

Australia

Gorong-gorong persegi

Baja

Belanda (baru)

Tabel II.1 (lanjutan) Identifikasi Tipe Jembatan berdasarkan Bridge Managemant System 1992
TBA
(Tipe Bangunan Atas)

ABA
(Asal Bahan Bangunan)

Bahan

Gorong-gorong pipa

Lantai baja gelombang

Karunia Berca Indonesia

Kabel

Pipa baja diisi beton

Belanda (lama)

Gantung

Beton tak bertulang

Spanyol/ Wika

Flat slab

Beton prategang

Cigading

Pile slab

Beton bertulang

Indonesia

Pelat

Neoprene/ karet

Bukaka

Voided slab

Teflon

Austria

Pelengkung

Bronjong dan sejenisnya

Transbakrie

Ferry

Alumunium

United Kigdom
(Calender Hamilton)

Gelagar

Kayu

Bailley/ Acrow

Gelagar komposit

Pasangan batu

Adhi Karya

Gelagar boks

Pasangan bata

Jepang

Gelagar tipe U

Tanah biasa/ lempung/ timbunan

PPI

Balok pelengkung

Kerikil/ pasir

Wijaya Karya

Rangka semi permanen

Bahan asli

Tidak ada struktur

Rangka

PVC

Amarta Karya

Rangka sementara

Geotextile

Lain-lain

Lintasan kereta api

Macadam

Lintasan basah

Pasangan batu kosong

Lain-lain

Lain-lain

II.4.

Usia Jembatan

Pada jembatan, usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia fungsional dan usia
struktural.

II.4.1. Usia Fungsional


Usia fungsional jembatan berhubungan dengan volume lalu lintas pada kecepatan
rata-rata yang melalui jembatan. Hal ini berhubungan dengan jumlah lajur atau

10

lebar lantai jembatan. Jembatan sudah mendekati usia fungsionalnya jika volume
lalu lintas yang melalui jembatan mulai dibatasi.

Jika besar volume lalu lintas yang melewati jembatan pada selang waktu yang
sempit, maka kecepatan kendaraan akan berkurang, akhirnya akan mencapai titik
jenuh (macet). Hal ini dapat mengakibatkan waktu tempuh dan biaya yang akan
diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dengan melewati jembatan menjadi lebih
besar daripada melewati rute alternatif. Oleh karena itu, biaya operasional dan
pemeliharaan jembatan lebih besar dari keuntungan ekonomis yang diperoleh.
Maka jembatan telah mencapai kondisi habis usia fungsionalnya.

II.4.2. Usia Struktural


Usia struktural jembatan berhubungan dengan kondisi keamanan dan pelayanan.
Hal tersebut berhubungan juga dengan retak, deformasi dan sejenisnya. Kondisi
ini bergantung terutama pada berbagai kegiatan dan bahan yang digunakan pada
jembatan.
Perubahan pada bahan pembentuk ada dua macam, yaitu yang berhubungan
dengan kekuatan; yang berhubungan dengan dimensi dan geometri.
Kejadian-kejadian yang dapat ditemui, antara lain:

Pelapisan permukaan yang berulang yang dapat menambah beban mati

Meningkatnya beban gandar akibat berubahnya karakteristik kendaraan

Penurunan pondasi akibat perubahan pada kondisi geologis

II.5.

Pembebanan Jembatan

Pembebanan untuk jembatan sangat mempengaruhi kekuatan jembatan tersebut.


Secara umum, pada jembatan terdapat tiga jenis beban ( soekirno, 2000), yaitu :

a) Beban Primer, yang terdiri dari :

Beban mati (muatan tetap)


Penentuan besarnya beban mati menggunakan nilai berat jenis
untuk bahan jembatan, seperti beton, baja dan lain-lain.

11

Beban hidup (muatan gerak)


Penentuan besarnya beban hidup harus meninjau dua macam
beban, yaitu :
o Beban T yang merupakan beban terpusat untuk desain
lantai kendaraan. Beban T adalah beban yang berupa
kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda sebesar
10 ton.
o Beban D yang merupakan beban jalur untuk gelagar. Beban
D digunakan untuk perhitungan gelagar-gelagar dimana
terdiri dari beban garis P dan beban terbagi rata q.
- Besarnya beban q ditentukan sebagai berikut :
q = 2,2 t/m, untuk panjang bentang < 30 m
q = 2,2 1,1/ 60 x ( L 30 ) t/m, untuk 30 m<L<60 m
q = 1,1 x ( 1 + 30 / L ) t/m, untuk L > 60 m
dimana:
L = panjang bentang, satuan meter.
- Besarnya beban P adalah 12 ton

Gaya akibat tekanan tanah


Bagian bangunan jembatan yang direncanakan untuk menahan
tanah (misal dinding penahan tanah, pilar, dan lain-lain).

b) Beban Sekunder, yang terdiri dari :


a. Tekanan angin
b. Gaya rem
c. Gaya gempa
d. Gaya akibat rangkak
e. Gaya akibat perubahan suhu
f. Gaya gesekan pada tumpuan bergerak

12

c) Beban Khusus, yang terdiri dari :


a. Gaya-gaya yang menjauhi titik pusat (sentrifugal)
b. Gaya aliran air

II.5.1. Beban Lalu Lintas


Beban lalu lintas yang digunakan untuk perencanaan suatu jembatan terdiri dari
beban lajur T dan beban truk D. Beban truk T merupakan satu kendaraan
berat yang terdiri dari 3 as dimana ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur
lalu lintas rencana. Setiap as terdiri atas dua bidang kontak pembebanan yang
merupakan simulasi pengaruh roda kendaraan berat, dimana hanya satu truk T
yang dapat diterapkan per lajur lalu lintas rencana.

Beban lajur D yang bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan
kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur D yang bekerja tergantung
pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.

Secara umum, beban D akan menjadi beban penentu dalam perhitungan


jembatan yang memiliki bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban T
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.

II.5.1.1

Beban Lalu Lintas yang Dikurangi

Pada kondisi khusus dan atas persetujuan instansi yang berwenang maka
pembebanan D yang senilai 70% dapat digunakan. Nilai pembebanan D
tersebut dapat digunakan pada jembatan semi permanen atau darurat.

13

II.5.1.2

Beban Lalu Lintas yang Berlebih

Pada kondisi khusus dan atas persetujuan instansi yang berwenang maka
pembebanan D dapat dinaikkan melebihi 100%. Nilai pembebanan D tersebut
digunakan pada jaringan jalan yang dilalui oleh kendaraan berat.

II.5.2. Gaya Rem


Gaya rem mengakibatkan bekerjanya gaya-gaya pada arah memanjang jembatan.
Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari
beban D tanpa dikalikan dengan faktor kejut yang memenuhi semua jalur lalu
lintas yang ada dan dalam satu jurusan.

II.6.

Pemeriksaan Jembatan

Pemeriksaan jembatan adalah suatu proses pengumpulan data fisik dan kondisi
dari struktur jembatan. Data dari hasil pemeriksaan digunakan untuk menentukan
jenis penanganan yang akan dilakukan.
Pemeriksaan yang akan dilakukan diharapkan menggunakan prosedur yang
standar. Tujuan dari penggunaan prosedur yang standar untuk memastikan:

Data administrasi lengkap dan akurat

Semua komponen dan elemen jembatan telah diperiksa dan kondisinya telah
dinilai

Semua kerusakan sudah diselidiki dan mencatat tindakan yang perlu dilakukan

Adapun tujuan dari pemeriksaan jembatan, yaitu:

Memeriksa keamanan jembatan pada waktu jembatan masih berfungsi

Mencegah terjadinya penutupan lalu lintas pada jembatan

Mendata kondisi jembatan

Menyiapkan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan

14

Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan jumlah kendaraan

Memantau keadaan jembatan dalam jangka waktu yang lama

Pemeriksaan jembatan dilakukan dimulai sejak jembatan tersebut masih baru dan
selama umur jembatan. Macam-macam jenis pemeriksaan jembatan, yaitu:

1. Pemeriksaan inventarisasi
Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mendaftar semua data fisik dan
administratif jembatan yang relevan termasuk lokasi, jumlah bentang, tipe
konstruksi, bahan dan lain-lain. Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan hanya
sekali pada tiap jembatan pada saat awal pekerjaan, sesudah jembatan diganti
atau sehabis pekerjaan besar dilaksanakan.

2. Pemeriksaan detail
Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk membuat pengecekan rinci terhadap
semua elemen jembatan. Elemen jembatan diberi nilai kondisi oleh pemeriksa.
Nilai kondisi digunakan untuk menetapkan peringkat dan membuat program
pekerjaan untuk mempertahankan fungsi jembatan secara efektif. Pemeriksaan
dilakukan dalam tenggang waktu dua sampai lima tahun.

3. Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan rutin dilaksanakan setiap tahun untuk menjamin tidak adanya
sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada tahun sebelumnya dan untuk
memeriksa bahwa pemeliharaan rutin dilaksanakan secara efektif.

15

4. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan jika selama pemeriksaan detail kekurangan
sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai dengan yakin kondisi
jembatan.

5. Pemeriksaan sewaktu-waktu
Pemeriksaan sewaktu-waktu merupakan pemeriksaan visual singkat terhadap
jembatan.

II.7.

Jenis Penanganan

Setiap jembatan akan mengalami penurunan kondisi baik kekuatan maupun


fungsinya, maka diperlukan adanya tindakan untuk mengembalikan kondisinya.
Adapun tindakan-tindakan untuk mengembalikan kondisi jembatan, yaitu :

a) Perbaikan
Perbaikan

merupakan

tindakan

untuk

membuat

jadi

baik

atau

mengembalikan ke kondisi kerja yang baik. Tindakan perbaikan lebih


menekankan pada kerusakan-kerusakan setempat pada elemen struktur
daripada kerusakan jembatan secara menyeluruh.

b) Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan, termasuk
memperbaharui baik kondisi maupun fungsi. Tindakan rehabilitasi
menekankan pada struktur jembatan secara menyeluruh, termasuk
komponen-komponen utama jembatan.

c) Penggantian
Penggantian merupakan tindakan mengganti atau mengubah beberapa
komponen pada jembatan. Komponen utama pada jembatan yang biasanya
diganti, yaitu lantai jembatan, gelagar, siar muai, perletakan, dan

16

sebagainya. Mengganti jembatan secara keseluruhan merupakan usaha


paling akhir karena merupakan tindakan yang drastis dan membutuhkan
biaya yang besar.

d) Perkuatan
Perkuatan merupakan tindakan meningkatkan atau menambah kapasitas
daya dukung jembatan dengan penambahan material dan komponen
seperti prategang eksternal dan sebagainya.

e) Modernisasi
Modernisasi

merupakan

salah

satu

bentuk

up

grading

dengan

menambahkan kelengkapan baru pada jembatan. Sebagai contoh pengatur


arus lalu lintas, rambu, marka, pagar dan lain-lain. Selain itu, modernisasi
juga dapat diartikan sebagai tindakan yang melibatkan beberapa pekerjaan
yang dilakukan sekaligus.

II.8.

Lembaga Pembina Jalan dan Jembatan

Instansi yang bertanggung jawab untuk menangani jalan dan jembatan di


Indonesia, yaitu Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Dalam Negeri.
Jembatan yang terletak pada ruas jalan nasional berada di bawah tanggung jawab
Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan jembatan yang berada pada ruas jalan
provinsi, kabupaten dan desa berada di bawah tanggung jawab Departemen Dalam
Negeri.

Departemen Pekerjaan Umum memiliki empat Direktorat Jenderal, yaitu:

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Direktorat Jenderal Bina Marga

Direktorat Cipta Karya

17

Direktorat Jenderal Bina Marga membawahi lima direktorat,yaitu:

Direktorat Bina Program

Direktorat Bina Teknik

Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota

Direktorat Jalan dan Jembatan Wilayah Barat

Direktorat Jalan dan Jembatan Wilayah Timur

Direktorat Jenderal Bina Marga merupakan pengelola jalan dan jembatan yang
berada pada ruas jalan nasional.
Secara umum tanggung jawab Direktorat Jenderal Bina Marga, antara lain:

Sebagai pengumpul administrasi dan pelaksana jalan dan jembatan

Sebagai pemelihara jalan dan jembatan

Direktorat Jenderal Bina Marga bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan


Umum. Sedangkan yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan provinsi
adalah Dinas Bina Marga Provinsi dimana Dinas Bina Marga Provinsi berada di
bawah wewenang Gubernur yang bertanggung jawab kepada Menteri Dalam
Negeri.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas
jalan kabupaten dan desa. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten berada di bawah
wewenang Bupati. Sedangkan yang mengelola jalan dan jembatan pada ruas jalan
kota adalah Dinas Pekerjaan Umum Kotamadya yang berada di bawah wewenang
Walikota.

Secara detail pembagian penanggung jawab jalan dan jembatan dapat dilihat pada
tabel II.2.

18

Tabel II.2 Penanggung Jawab Jalan dan Jembatan


Status Jalan

Penanggung Jawab
Nasional
Ditjen Bina Marga

Provinsi

Kabupaten

Jalan Kota

Dinas Bina Marga


Provinsi

Dinas PU

Kabupaten
Dinas PU

Kotamadya

II.9.

Jalan Desa

Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan

Dinas Bina Marga dikepalai oleh Kepala Dinas dan dibantu oleh Wakil Kepala
Dinas. Kepala Dinas bertanggung jawab kepada kepala daerah (Gubernur) atas
semua pekerjaan yang telah dilakukan selama masa jabatannya.
Kepala Dinas membawahi lima Sub Dinas, yaitu:

Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Teknik

Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik

Sub Dinas Pelaksana Wilayah I

Sub Dinas Pelaksana Wilayah II

Sub Dinas Peralatan dan Perbekalan

Selain membawahi lima Sub Dinas, Kepala Dinas juga membawahi tujuh Unit
Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Jaringan Jalan dan Jembatan (UPTD PJ3),
yaitu:

UPTD PJ3 Kota Palembang

UPTD PJ3 Kabupaten Ogan Komering Ilir

UPTD PJ3 Kabupaten Musi Rawas

UPTD PJ3 Kabupaten Muara Enim

UPTD PJ3 Kabupaten Lahat

UPTD PJ3 Kabupaten Ogan Komering Ulu

UPTD PJ3 Kabupaten Musi Banyuasin

19

II.9.1. Tugas dan Fungsi Masing-Masing Sub Dinas


a)

Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Teknik

Tugas Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Teknik yaitu melaksanakan
sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dalam bidang program dan
perencanaan teknik.

Fungsi Sub Dinas Bina Program dan Perencanaan Teknik:

Penyusunan program, penganalisaan, pengevaluasian pengembangan


dan penanganan jaringan jalan.

Perencanaan teknis jalan dan jembatan.

Pelaksanaan survei, penelitian, analisa mengenai dampak lingkungan


dan studi kelayakan di bidang pengembangan jalan.

Penghimpunan, pemrosesan, pemutakhiran, penyimpanan data dan


melaksanakan kegiatan tata teknis.

Sub Dinas Program dan Perencanaan Teknik mempunyai empat seksi, yaitu:

b)

Seksi Perencanaan Umum

Seksi Perencanaan Teknik Jalan

Seksi Survey dan Penelitian

Seksi Leger Jalan dan Tata Teknik

Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik

Tugas Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik antara lain melaksanakan
kegiatan pengawasan dan pengujian di bidang teknik jalan, konstruksi bangunan
pelengkap jalan, geoteknik jalan, konstruksi jalan dan jembatan serta bahan
konstruksi.

Sedangkan fungsi Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik sebagai berikut:
o Pelaksanaan pembinaan, pengawasan pengujian teknik di bidang
jalan dan jembatan.
o Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pemanfaatan jalan milik
daerah berkaitan dengan teknik.

20

o Pelaksanaan kegiatan administrasi Sub Dinas Pembinaan dan


Pengawasan Teknik.

Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan Teknik membawahi:

Seksi Pengujian Teknik


Tugas dari Seksi Pengujian Teknik adalah melaksanakan kegiatan
pengujian bahan mutu konstruksi material jalan dan jembatan yang
digunakan serta mutu konstruksi.

Seksi Pembinaan Teknik


Tugas dari Seksi Pembinaan Teknik antara lain melaksanakan
kegiatan memberikan pedoman dan pengkajian dokumen teknik,
bimbingan terhadap pembinaan jalan dan jembatan serta
memberikan petunjuk pelaksanaan.

Seksi Pengawasan Teknik


Sedangkan

tugas

dari

Seksi

Pengawasan

Teknik

adalah

melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian teknik


sesuai pedoman standar teknik maupun peraturan perundangundangan yang berlaku dan pemberian rekomendasi pemanfaatan
jalan dan jembatan.

c)

Sub Dinas Pelaksana Wilayah

Sub Dinas Pelaksana Wilayah dibagi menjadi dua, yaitu:

Sub Dinas Pelaksana Wilayah I memiliki wilayah kerja meliputi


kabupaten Lahat, kabupaten Musi Rawas dan kabupaten Muara
Enim.

Sub Dinas Pelaksana Wilayah II memiliki wilayah kerja meliputi


kota Palembang, kabupaten Ogan Komering Ulu, kabupaten Ogan
Komering Ilir dan kabupaten Musi Banyuasin.

Tugas Sub Dinas Pelaksana Wilayah adalah melaksanakan

sebagian tugas Dinas

Bina Marga di bidang pembangunan, peningkatan serta pemeliharaan jalan dan


jembatan berdasarkan wilayah kerjanya.

21

d)

Sub Dinas Peralatan dan Perbekalan

Sub Dinas Peralatan dan Perbekalan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan


pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penyewaan, pemeliharaan, perawatan
peralatan dan perbekalan dinas, melaksanakan inventarisasi kekayaan milik
negara/ daerah serta mengurus administrasi penghapusan peralatan dan
perbekalan.

II.9.2. Tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Jaringan Jalan dan
Jembatan (UPTD J3)
Tugas UPTD PJ3 adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga di bidang jaringan jalan dan jembatan di wilayah kerjanya. Selain
tugas, UPTD PJ3 juga memiliki fungsi sebagai berikut:

Pelaksanaan rencana kebutuhan jaringan jalan dan jembatan,


bahan-bahan bangunan dan komponen konstruksi pekerjaan umum
di bidang kebinamargaan, pemeliharaan, peningkatan,
pembangunan, inventarisasi jalan dan jembatan serta peralatan dan
perbekalan.

Pelaksanaan pelayanan teknis administratif ketatausahaan yang


meliputi urusan keuangan, kepegawaian, umum dan perlengkapan.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Jaringan Jalan dan Jembatan membawahi
sub bagian tata usaha dan dua seksi, yaitu:

Seksi Jalan dan Jembatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan


program perkiraan biaya pelaksanaan pengendalian kegiatan jalan dan
jembatan, penanganan kerusakan jalan dan jembatan serta penanganan
jalan dan jembatan akibat bencana alam

Selain tugas, Seksi Jalan dan Jembatan juga memiliki fungsi antara lain:
o Pelaksanaan penyelenggaraan penyusunan program dan
prakiraan biaya jalan dan jembatan
o Pelaksanaan pengendalian kegiatan jalan dan jembatan
o Penanganan kerusakan jalan dan jembatan

22

o Penanganan kerusakan jalan dan jembatan akibat


bencana alam

Seksi Peralatan dan Perbekalan mempunyai tugas merencanakan


kebutuhan alat-alat besar, bahan-bahan bangunan dan komponen
konstruksi

pekerjaan

umum,

melaksanakan

pengoperasian

dan

pemeliharaan alat-alat besar serta pengadaan bahan-bahan bangunan dan


komponen konstruksi

Disamping memiliki tugas, Seksi Peralatan dan Perbekalan juga memiliki fungsi
sebagai berikut:
o Pelaksanaan penyelenggaraan kebutuhan alat-alat berat
o Pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat berat
o Pengadaan bahan bangunan jalan dan jembatan serta
komponen konstruksi
Struktur organisasi Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan secara terperinci
dapat dilihat pada gambar II.1.

Sedangkan sumber pembiayaan untuk penanganan jembatan sama dengan sumber


pembiayaan untuk penanganan jalan. Sumber pembiayaan penanganan jembatan
berdasarkan status jalan yang dilalui oleh jembatan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sumber pembiayaan untuk penanganan
jembatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No
1.

Status Jalan
Nasional

2.

Provinsi

3.

Kabupaten

4.

Desa

Tabel II.3 Sumber Pembiayaan Jalan dan Jembatan


Sumber Pembiayaan
Penyelenggara
DAK Departemen PU
Dinas Bina Marga Provinsi
APBN
Sumatera Selatan
Bantuan Luar Negeri (BLN)
DAK Departemen PU
Dinas Bina Marga Provinsi
DAU Provinsi
Sumatera Selatan
APBD Provinsi
DAK Departemen PU
Dinas Bina Marga Kabupaten
DAU Kabupaten
APBD Kabupaten
DAU Kabupaten
Dinas Bina Marga Kabupaten
APBD Kabupaten

23

Gambar II.1 Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan

24

II.10. Nilai Kondisi Jembatan


Nilai kondisi merupakan suatu nilai tertentu pada setiap pemeriksaan jembatan.
Nilai kondisi suatu jembatan ditentukan oleh beberapa hal yang ditinjau dari segi
struktur, kerusakan, perkembangan kerusakan, apakah elemen tersebut masih
berfungsi atau tidak dan apakah terdapat pengaruh kerusakan elemen yang
bersangkutan terhadap elemen yang lain.

Nilai kondisi bangunan atas diperoleh dengan cara menjumlahkan beberapa


penilaian, yaitu:
NK = S + R + K + F + P
dimana:
S

= ditinjau dari segi struktur

= ditinjau dari tingkat kerusakan

= ditinjau dari segi kuantitas perkembangannya (area/ volume/


panjang)

= kemampuan elemen menjalankan fungsinya

= pengaruh kerusakan elemen pada elemen lain atau pada pengguna jalan

Keterangan:
Nilai kerusakan

=S+R+K

Nilai fungsi

=F

Nilai pengaruh

=P

Nilai kondisi dari 0 sampai dengan 5, dimana:


0

= baik sekali

= baik

= rusak ringan

= rusak berat

= kritis

= runtuh/ tidak berfungsi

25

II.10.1 Evaluasi Kerusakan Elemen


Karakteristik kerusakan dapat dinilai secara visual pada waktu pemeriksaan dan
sesudah pemeriksaan dimana dilakukan penilaian kondisi pada setiap elemen yang
mengalami kerusakan dengan cara, yaitu:

1) Ditinjau dari segi struktur (S)

Jika tidak berbahaya = 0

Jika berbahaya

=1

(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan)

2) Ditinjau dari tingkat kerusakan (R)

Jika tingkat kerusakan tidak parah

=0

Jika tingkat kerusakan parah

=1

(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan)

3) Ditinjau dari segi perkembangan (K)

Jika < 50% elemen yang ditinjau mengalami kerusakan

=0

Jika > 50% elemen yang ditinjau mengalami kerusakan

=1

(sesuai kriteria dalam panduan pemeriksaan jembatan)

Nilai kerusakan dari 0 sampai dengan 3, dimana:


0

= tidak ada atau hanya sedikit sekali kerusakan

= hanya terdapat sedikit kerusakan

= mengalami kerusakan yang sudah meluas tetapi belum


membahayakan

= secara umum sudah mengalami kerusakan dan fungsinya akan segera


terganggu

26

II.10.2 Evaluasi Fungsi Elemen


Penilaian terhadap elemen mengenai kemampuan elemen menjalankan fungsinya.
Nilai fungsinya, yaitu:
0

= jika elemen masih berfungsi sesuai dengan persyaratan yang ada

= jika salah satu dari persyaratan mengenai fungsi elemen tidak


dipenuhi

II.10.3 Evaluasi Pengaruh Kerusakan Elemen pada Elemen Lain atau


Pengguna Jalan
Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah kerusakan pada elemen harus
dipertimbangkan atau sudah tidak berfungsi yang menyebabkan adanya pengaruh
pada elemen lain atau pengguna jalan.

Nilai pengaruhnya, yaitu:


0

= tidak ada pengaruh pada elemen lain

= ada pengaruh pada elemen lain

27

Anda mungkin juga menyukai