Asam B Basa
[H3O+][In-] Ka = ---------------[HIn]
Warna TAT tergantung konsentrasi yang dominan : Mis. jika HIn merah dan In- kuning, maka pada pH rendah [HIn] dominan, ratio 10/1 (merah) pada pH tinggi [In-] dominan, dominan ratio 1/10 (kuning) pada pH sedang [HIn] = [In-], ratio 1 (jingga)
FENOLFTALEIN
H2In
HIn-
In-2
The first useful theory of indicator action was suggested by W W. 0stwald based upon the concept that indicators in general use are very weak organic acids or bases. The simple Ostwald theory of the colour change of indicators has been revised, and the colour changes are believed to be due to structural changes, including the production of quinonoid and resonance forms; these may be illustrated by reference to phenolphthalein phenolphthalein, the changes of which are characteristic of all phthalein indicators. In the presence of dilute alkali the lactone ring in (I) opens to yield (II), and the triphenylcarbinol structure (II) undergoes loss of water to produce the resonating ion (III) which is red. If phenolphthalein is treated with excess of concentrated alcoholic alkali the red colour first produced disappears owing to the formation of (IV). (IV)
MERAH FENOL
H2In+
(merah)
HIn
(kuning)
In(merah)
In(merah)
In
(kuning)
HIn( i k) (pink)
Indikator Campur p
Jika perubahan warna pada TAT tidak tajam, dapat digunakan campuran dua indikator atau gunakan campuran indikator + zat warna background, sehingga menghasilkan perubahan warna yang tajam pada pH tertentu INDIKATOR Jingga metil 1 gram Indigo karmin 2,5 gram dilar tkan dalam 1 liter air dilarutkan Hijau bromkresol Merah metil Fenolftalein Hijau metilen Merah kresol Biru timol Merah kresol Merah metil Biru metilen 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 01% 0,1 % 0,1 % 0 0,1 1% 0,2 % 3 bagian 2 bagian 1 bagian 2 bagian 1 bagian 3 bagian 16 ml 20 ml 4 ml WARNA Ungu Abuabu Hijau (asam) pH=4 (basa) Merah Hijau (asam) pH=5,1 (basa) Hijau Biru pucat Ungu (asam) pH=8,8 (basa,pH>9) Kuning Pink Ungu (asam) pH=8,2 (basa,pH>8,4) Hijau Abu hijau Ungu hijau Ungu pH=8 85 pH=8,35 pH=8,85 pH=8 35 pH=8 pH=8,6 6 pH=8 pH=8,8 8
Titrasi Karbonat
CO32- + H3O+ HCO3- + H3O+ HCO3- + H2O H2CO3 + H2O pKa2 = 6,34 6 34 pKa1 = 10,36
Dilihat dari perbedaan pKa 4,02 unit mestinya TE tajam, tapi karena Ka1 terlalu kecil maka TE-1 tidak tajam Karbonat dititrasi dengan asam kuat menggunakan indikator Fenolftalein (pH = 8,0-9,6) pada TE-1 karena pHNaHCO3 = [pKa1 + pKa2] = 8,35 8 35 Jingga metil (pH = 3 3,1-4,4) 1 4 4) pada TE TE-2 2 di mana larutan jenuh CO2 mempunyai pH =3,9. Gas CO2 dihilangkan dengan cara : p menggunakan gg indikator j jingga gg metil Netralisasi sampel Dididihkan hingga gas CO2 hilang
Fenolftalein pH
Jingga metil
ml HCl
pH
V2
50
100
ml HCl
pH
ml NaOH
KESALAHAN TITRASI
Titrasi layak (feasible) jika pd TE terjadi reaksi sempurna, shg garis vertikal kurva l bih t lebih tajam. j Reaksi sempurna jika K (tetapan kesetimbangan) sangat besar besar, perubahan pH dekat TE makin besar shg TE lebih mudah d h di dicapai id dg presisi i i yang ti tinggi. i
Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat didapat harga K yang sangat besar : H3O+ + OHH2O K = 1/Kw = 1014 pH yang besar terjadi pd TE = 5,40 unit pH untuk V = 0,10 ml. Pd perubahan pH yang y g besar ini indikator apapun p p y yang g digunakan pada titrasi akan tercapai presisi tinggi (beberapa ppm) ppm).
Dikatakan bahwa titrasi tsb sangat feasible. Berapa besar K agar titrasi layak dilakukan dilakukan, sulit dipastikan, karena konsentrasi analit dan titran akan ikut p g p pH. Dalam keadaan tertentu, , dapat p saja j mempengaruhi titrasi dilakukan tanpa mencapai presisi tinggi.
Diperkirakan 99,9% dan 99,99% zat yang dititrasi akan diubah menjadi produk reaksi menjelang TE. TE Pd keadaan tsb dpt dihitung harga K. Mata dapat mengamati perubahan warna pd jika saat ditambahkan beberapa p tetes TE j titran akan mengubah pH sebesar 1-2 unit.
Contoh : 50 ml HA 0,10 M dititrasi dg basa kuat 0,1 M. Hitung harga K minimum p pada saat p penambahan 49,95 , ml titran y yang g menimbulkan reaksi sempurna, di mana setelah titik ekivalen terjadi perubahan pH sebesar 2,00 unit setelah penambahan 2 tetes (0,10 ml) titran. Lalu hitung juga berapa harga K tsb jika pH hanya berubah 1 unit ?
Pengaruh konsentrasi analit & titran : pH t turun jika jik [analit] [ lit] dan d [titrasi [tit i tit titran] ]t turun.
Contoh : Pada titrasi asam lemah : Ka kecil, pH pd TE besar, pH kecil. p Jika [HA] pd analit naik maka pH turun. Kenaikan volume titran akan menambah kesalahan pada TAT (lebih kecil dari seharusnya). Jika [HA] dititrasi pada volume awal yang lebih kecil kecil, maka pH naik, disebabkan oleh kelebihan titran pada volume yang kecil kecil. Jika [titran] naik akan menyebabkan pH naik, menurunkan k volume l tit titran, sehingga hi t terjadi j di kesalahan TAT (lebih besar dari seharusnya).
Secara umum : Presisi (ketelitian) beberapa ppm dapat di dicapai i pada d tit titrasi il larutan t asam/basa /b lemah 0,05 M yang mempunyai tetapan disosiasi 1x10-6 M, jika titrasi dengan titran 0,10 M. Harga K = 1x108. Garam yang berasal dari asam lemah (basa Bronsted) ) dpt p dititrasi layak y dengan g asam kuat jika asam konyugasinya terlalu lemah. lemah
Contoh : Suatu asam HA dengan Ka = 1x10-9 terlalu lemah untuk dititrasi dg suatu basa yg memiliki tetapan disosiasi basa A5, sebab Ka x Kb = (konyugat) = 1x10-5 p dititrasi dengan g 1x10-14. Maka A- dapat asam kuat. Hal yang sama untuk suatu basa lemah dan garamnya.
Kesalahan Titrasi adalah perbedaan jumlah pereaksi yg digunakan antara TAT dan TE, TE dinyatakan dlm % atau o/oo dari jumlah ekivalen zat yg bereaksi. Pada titrasi asam kuat 0,01 N dg basa kuat akan terjadi kesalahan + 0,1 , % pd p p pH 5 atau 9; ; kesalahan + 0,01% , pd p pH 6 atau 8. Kesalahan titrasi juga kecil pd titrasi asam karboksilat (Ka > 10-5) dg basa kuat. Jika Ca = kons. analitik asam dan Cb = kons analitik basa baku, maka pd TE terdpt Ca = Cb, sdgkan pd titik lainnya Ca Cb = + atau sebagai kesalahan titrasi. Selama titrasi : Ca = [HA] + [A-] dan Cb = [A-] + [OH-] [H+] Jika larutan basa lemah (dekat TE) dan [H+] dpt diabaikan, maka Ca = Cb = [A-] + [HA] = [A-] + [OH-] [HA] = [OH-]
Pada TE terdpt senyawa murni NaA yg terdisosiasi sbb A + H2O AHA + OH5) tanpa perubahan Jika titrasi asam asetat (Ka = 1 1,8 8 x 10-5 volume yg berarti di mana kesalahan TA + 1 dari TE maka Pada TE terdpt [HA] = [OH [OH-] ] = 7,5 7 5 x 10-6 M pH = 8,8
Jika TE terjadi pd pH = 9,88 (dibulatkan menjadi pH = 9,9) Maka [ [HA] ] = 7 x 10-7 M atau [ [OH-] ] = 76 x 10-5 Kesalahan Titrasi = Cb Ca = {[OH-] [HA]}/Ca x 100% = 0,07%. Jika perubahan warna pd TE sangat jelas dan indikator yg digunakan sangat baik, maka kesalahan titrasi tsb dapat diabaikan.
Titrasi Boraks
Boraks dalam air membentuk asam borat yang separuhnya Ternetralkan Na2B4O7 + 5 H2O 2 H2BO3- + 2 H+ 2 H3BO3 + 2 H2BO3- + 2 Na+ 2 H3BO3
TAT tajam sehingga boraks cocok digunakan sebagai baku primer i untuk t k membakukan b k k HCl HCl.
Titrasi balik dg larutan baku asam dapat menggunakan fenolftalein atau biru timol tanpa perlu menyaring endapan BaCO3.
NaHCO3 H2CO3 + NaHCO N HCO3 Na2CO3
pH
NaHCO3 + Na2CO3
50
100
ml NaOH 0,1 N
Summary
Choice of indicator
Polyprotic yp acids (or ( mixtures of acids, , with dissociation constants K1, K2, and K3) and strong bases.
The first stoichiometric end point is given pp y by y approximately pH = (pK1 + pK2) The second stoichiometric end point is given approximately by pH = (pK2 + pK3)
Anion of a weak acid titrated with a strong acid. The pH at the equivalence point is given by pH = pKw pKa pC Cation of a weak base titrated with a strong base. The pH at the stoichiometric end point is given by pH H = pKw K pKb Kb pC C
As a general rule, rule wherever an indicator does not give a sharp end point, it is advisable to prepare an equal volume of a comparison solution containing the same quantity of indicator and of the final products d and d other h components of f the h titration i i as in i the h solution l i under test, and to titrate to the colour shade thus obtained. In cases where it proves impossible to find a suitable indicator (and this will occur when dealing with strongly coloured solutions) then titration may y be p possible by y an electrometric method such as conductimetric, potentiometric or amperometric titration. In some instances instances, spectrophotometric titration may be feasible. feasible It should also be noted that if it is possible to work in a non-aqueous solution rather than in water water, then acidic and basic properties may be altered according to the solvent chosen, and titrations which are difficult in aqueous solution may then become easy to perform. Thi procedure This d is i widely id l used d for f the th analysis l i of f organic i materials t i l but is of very limited application with inorganic substances.
Selesai