Anda di halaman 1dari 6
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: Pp. 12/Menhut-11/2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN MENTERI KEHUTSNAN NOMOR P.20/MENHUT- 11/2007 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI Menimbang Mengingat ie MELALUI PERMOHONAN ta, bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut- 11/2007 jo. Nomor P.61/Menhut-II/20°7 telah ditetapkan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan ‘lam Pada Hutan Produksi Melalul Permohonan; bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintsh Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan, perlu disesuaikan; bahwa sehubungan dengan butir a, ter butir b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Men‘iut-II/2007 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan ‘tasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Melalui Fermohonan dengan Peraturan Menteri Kehutanan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang Konservasi Sumber Daya ‘Alam Hayati dan Ekosistemnya; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaen Lingkungan Hidup; Undang-Undang Nomor 41 Tahun i599 tentang Kehutanai jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ientang Pemerintahan Daerah; Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahuri 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutzn Serta Pemanfaatan Hutan jo. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008; Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu yang telah Leberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 3:/F Tahun 2007; Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Teta Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 94 Tahun 2006; 9. Peraturan... 2a 9. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 17 Tahun 2007; 10.Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 4795/Kpts-II/2002_ tentang Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari pada Unit Pengelolaan; 11.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005_ tentang Struktur Orgasisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor P.17/Menhut-II/2007; 12,Peraturan Menteri Kehutanan Nomor .61/Menhut-II/2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan P.20/Menhut-I/2007 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Melalui Permuhonan. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.20/MENHUT- 11/2007 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI MELALUI PERMOHONAN PASALI Mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut- 11/2007 jo. Nomor P.61/Menhut-II/2007 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Melalui Permohonan, menjadi sebagai berikut : 1. Di antara Pasal 3 dan Pasal 4 disisipkan 1 (satu) Pasal baru, yaitu Pasal 3A yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 3A (1) Pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi, dapat diberikan ‘a. Perluasan areal kerja pada lokasi yang berada di sekitarnya, sepanjang tidak dibebani izin usaha pemanfaatan hutan dengan luasan tidak melebihi izin yang telah diberikan. b. TUPK atau IUPIL di areal kerjanya. (2) Dalam hal Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi sudah terbentuk, maka perluasan @) areal kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diutamakan berada dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Perluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak diberikan kepada pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi yang berkinerja buruk sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Ketentuan... so 2. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 5 berbunyi sebagai berikut : Pasal 5 (1) Persyaratan permohonan IUPHHK-Hutan Alam terdiri dari a. Persyaratan administrasi; dan b. Persyaratan teknis. (2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: ‘a. Copy KTP untuk perorangan atau Akte pendirian Koperasi/Badan Usaha yang berbentuk PT, CV atau Firma beserta perubahan-perubahannya diutamakan bergerak di bidang usaha kehutanan/pertanian/perkebunan; b. Surat Izin Usaha dari Instansi yang berwenang; c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); . Referensi Bank yang menyatakan bahwa pemohon adalah nasabah yang bertanggungjawab; fe. Peryataan bersedia membuka kantor cabang di Provinsi dan atau Kabupaten/Kota; f. Rencana lokasi yang dimohon yang dibuat oleh Pemohon dilampiri citra satelit resolusi minimal 30 (tiga puluh) meter, dengan sumber yang jelas, dilengkap| peta skala minimal 1 : 100.000; g. Rekomendasi Gubernur yang telah mendapatkan pertimbangan Bupati/Walikota yang didasarkan pada pertimbangan teknis Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, areal yang dimaksud tidak dibebani hak-hak lain dan dilampiri peta lokasi sekurang-kurangnya skala 1: 100.000. (3) Rekomendasi Gubernur sebagaimana pada ayat (2) butir g, didasarkan analisis fungsi kawasan hutan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan. (4) Analisis kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berisi fungsi hutan sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi dan data lain yang tersedia antara lain tata batas, uraian penutupan vegetasi, penggunaan, pemanfaatan, perubahan peruntukan dan fungsi kawasan yang dituangkan dalam data numerik dan spasial.. (5) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dalam bentuk Proposal teknis yang berisi antara lain: a. Kondisi umum areal yang dimaksud dan kondisi perusahaan. b. Usulan teknis yang terdiri dari maksud dan tujuan, perencanaan pemanfaatan, sistem silvikultur yang diusahakan, organisasi/tata laksana, pembiayaan/cashfiow dan perlindungan hutan. 3. Ketentuan Pasal 7 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 7 berbunyi sebagai berikut : Pasal 7 (1) Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan melakukan pemeriksaan atas kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan. (2) Dalam...

Anda mungkin juga menyukai