Adopsi IE Dalam ARS
Adopsi IE Dalam ARS
Adopsi IE Dalam ARS
Endah Widya Purnamasari, SKM, M.Kes FKM UNSRI & STIK BINA HUSADA
Ekonomi kesejahteraan
Ekonomi mikro: cabang ilmu ekonomi yang mempelajari proses alokasi SD oleh unit keputusan individu atau pasar serta efisiensi alokasi tersebut Unit keputusan individu antara lain: rumah tangga, perusahaan, lembaga usaha, produsen, konsumen
Ekonomi makro: cabang ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku ekonomi secara agregat, misal: krisis moneter Economy is the art of making the most out of lifeGeorge Bernard Shaw
Ekonomi: bagaimana alokasi SD tepat untuk pemuasan keinginan manusia akibat kelangkaan SD 3 kegiatan pokok ekonomi: produksi, konsumsi, distribusi 3 hal penting terkait masalah kelangkaan SD yang dialami RS:
Fakta:
Analisis positif: terkait fakta, keadaan aktual, dan sebab akibat yang menggambarkan perilaku manusia dalam perekonomian
Analisis normatif: terkait dengan nilai-nilai dan pertimbangan etika sehingga banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Contoh analisis positif: 1. Jika pemerintah menaikkan harga obat maka konsumsi obat oleh rakyat miskin akan berkurang 2. Bagaimana pengaruh kenaikan tarif terhadap utilitas pada bangsal VIP RS X? Contoh analisis normatif:
Sampai saat ini, sektor kesehatan di Indonesia (RS, Puskesmas, dsb) masih didominasi oleh pernyataan normatif
Pelayanan bagi rakyat miskin harus bermutu tinggi dan pasien miskin tersebut mendapatkan pelayanan secara gratis Padahal, secara fakta muncul pernyataan positif: Jika masyarakat miskin berobat secara gratis dan subsidi dari pemerintah tidak memadai maka pelayanan RS akan bermutu rendah Adopsi ilmu ekonomi di RS dapat dipahami melalui 2 model ekonomi berikut: 1. Model circular flow 2. Model demand and supply
Penerimaan
Firma/LU
Input bagi LU Biaya Produksi yg dikeluarkan oleh LU
Pada saat tertentu, akan terjadi keseimbangan (equilibrium) dari supply and demand sehingga terjadilah keseimbangan tarif/harga pelayanan di RS
Contoh:
Tarif VIP RS X per kamar per hari adalah Rp 750.000,-. Kurva penawaran akan menunjukkan gambaran bahwa total kamar yang disediakan oleh RS X adalah 120 kamar per hari di tahun 2006, sementara kurva permintaan menunjukkan ratarata hanya 65 kamar VIP per hari terpakai di tahun 2006. Sehingga terdapat 55 kamar VIP yang tidak terpakai (BOR rendah). Pada keadaan seperti ini, RS dapat menurunkan tarif di bawah Rp 750.000,- per kamar per hari agar BOR meningkat
PERILAKU KONSUMEN RS
Diasumsikan bahwa pasien adalah konsumen di RS Ada 3 hal yang pokok dalam memahami perilaku pasien untuk meminta pelayanan RS 1. Preferensi/Keinginan pasien 2. Apa yang dapat dilakukan pasien dengan keterbatasan anggaran yang dimilikinya
3. Bagaimana pihak RS dapat memuaskan keinginan pasien serta memberikan value added dengan keterbatasan anggaran yang ada Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk pemuasan keinginan pasien dan memberikan value added: dengan memahami 3 asumsi dasar pada selera pasien (completeness, transitivity, dan non satiation) dan keterbatasan anggaran pasien
Completeness
Pasien dapat memilih satu atau beberapa dari berbagai pelayanan RS atau tidak memilih sama sekali Transitivity
Pilihan pasien adalah transitif. Jika pasien sakit batuk dan menginginkan sembuh dari batuk. Dokter menawarkan resep obat yang paten atau generik untuk pengobatan. Pasien lebih menginginkan obat paten dengan alasan biasanya dia menggunakan obat paten dan cepat sembuh lagipula si pasien adalah orang kaya yang punya anggaran cukup untuk kesehatannya. Sehingga pilihan pasien jatuh pada obat paten Non Satiation
Pasien cenderung memilih pelayanan lebih banyak daripada kurang??? (asumsi ini sulit diterapkan di RS)
Pemahaman terhadap keterbatasan anggaran kesehatan pasien erat kaitannya dengan pasien sebagai price taker Price taker: pihak yang tidak punya kendali atau pengaruh kuat terhadap tarif atau harga pelayanan RS Price maker: pihak yang punya kendali atau pengaruh kuat terhadap tarif atau harga pelayanan RS Dilema: di satu sisi, pasien memiliki anggaran kesehatan terbatas karena pendapatannya terbatas. Di sisi lain, pasien adalah price taker di RS. Ada 2 hal yang perlu dipahami terkait hal tersebut 1. Perubahan pada harga dan pendapatan 2. Elastisitas harga
Perubahan Harga
Jika harga suatu pelayanan RS meningkat maka kemungkinan akan mempengaruhi konsumsi jenis pelayanan lainnya Barang substitusi: memiliki ciri yang sama untuk pemenuhan keinginan pasien sehingga dapat saling menggantikan (misalnya: pasien abscess pada telapak tangan setelah didiagnosis oleh dokter ternyata penyakit tersebut dapat disembuhkan dengan konsumsi obat atau operasi kecil dengan berbagai keuntungan dan kelemahannya) Barang komplementer: memiliki ciri harus digunakan secara bersamaan untuk pemenuhan keinginan pasien sehingga pelayanan adalah satu paket (misalnya: pada pasien kanker stadium akhir membutuhkan pelayanan check up, operasi, dan terapi obat)
Perubahan Pendapatan
Ketika pendapatan seseorang menurun akan diimbangi dengan menurunnya permintaan terhadap suatu barang. Hal tersebut berlaku di RS kecuali untuk kasus emergency dan prestise Contoh: 1. Pasien kecelakaan lalu lintas yang harus ditangani segera walaupun belum adanya jaminan pembayaran biaya pelayanan
Elastisitas
Ukuran derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya
2. Elastisitas tergantung berapa besar bagian barang terasebut pada anggaran pasien
3. Elastisitas harga akan makin berkurang jika pasien sudah terbiasa dengan harga pelayanan yang baru Elastisitas pendapatan: persentase perubahan permintaan terhadap pelayanan RS dalam hubungannya dengan pendapatan real pasien
Ekonomi Kesejahteraan
Adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari keinginan, efisiensi, dan pemilihan berbagai SD oleh masyarakat Kriteria Pareto oleh Vilfredo Pareto bahwa kesejahteraan masyarakat akan meningkat jika alokasi SD memberikan keuntungan paling sedikit pada satu orang dan tidak ada orang yang dirugikan Digunakan sebagai pedoman untuk menilai apakah ada konsumen yang tidak puas dalam memperoleh pelayanan di RS Contoh: kebijakan kenaikan tarif VIP memberikan kepuasan bagi RS, klinisi, pasien walaupun tidak berpengaruh pada kepuasan pegawai RS
Kriteria efisiensi lainnya: Benthamite dan Rawlsian Benthamite: efisiensi adalah adanya pertumbuhan LU atau RS tanpa melihat pihak-pihak mana yang diuntungkan/dirugikan Rawlsian (egalitarian): efisiensi adalah memperbaiki kesejahteraan pihak yang paling sengsara Pareto: win-win solution or win-not lose solution
TERIMA KASIH