Anda di halaman 1dari 3

BI/Makro 01/05 Ana Noviani

BISNIS.COM, JAKARTA--Pemerintah berencana memperpanjang moratorium pemberian izi n pembukaan lahan hutan alam primer dan lahan gambut selama 2 tahun ke depan pas ka berakhirnya moratorium yang diamanatkan dalam Inpres No.10/2011 pada 20 Mei 2 013. Ketua Satuan Tugas Kelembagaan REDD+ Kuntoro Mangkusubroto menuturkan sepanjang pemberlakuan moratorium hutan banyak hal yang sudah dicapai. Capaian tersebut a. l. koordinasi antarkementerian, sinkronisasi peraturan perundangan, dan penyusun an peta moratorium. "Selama ini sudah banyak yang dicapai. Tidak berarti cukup, masih kurang dan per lu diteruskan," ujar Kuntoro dalam seminar nasional Indonesia's Moratorium on Pr imary Forest and Peatlands: Opportunities and Challanges, Rabu (01/05). Belum optimalnya hasil dan dampak moratorium hutan, lanjut Kuntoro, membuat piha knya hendak mengusulkan untuk memperpajang masa moratorium pemberian izin pembuk aan lahanhutan alam primer dan lahan gambut selama 2 tahun ke depan. "Kita mengusulkan seperti itu. Periodenya dua tahun juga. Mudah-mudahan semua be rjalan dengan baik," tuturnya. Dalam periode perpanjangan masa moratorium tersebut, imbuhnya, pemerintah tidak akan menentukan target-target spesifik. Namun, memperdalam tujuan-tujuan yang in gin dicapai. Kuntoro menuturkan salah satu hasil moratorium yang ingin dihasilkan adalah peta indikatif penundaan pemberian izin baru (PIPIB) pemanfaatan hutan (indicative m oratorium map/IMM). Peta tersebut dipublikasi setiap 6 bulan dan merupakan hasil kajian bersama antara Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Informasi Geospasial, da n UKP4. "Itu jalan terus, bukan suatu yang akan berhenti. Capai 100% itu susah, sekarang sudah katakanlah 95%. Dari 95% ke 100% akan sangat lambat karena semakin detail skalanya," kata Kuntoro. Moratorium hutan yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.10/2011 a kan segera berakhir pada 20 Mei 2013. Inpres ini merupakan payung hukum atas upa ya menurunkan emisi gas rumah kaca yang berasal dari deforestasi dan degradasi h utan. Kuntoro menambahkan dalam pelaksanaannya, moratorium hutan mengalami sejumlah ke ndala, a.l. basis data yang tidak kuat, pengajuan lesensi lahan yang mengantri, peta yang belum lengkap, kewenangan yang tumpang tindih, dan hampir 80% area hut an di Indonesia tidak memiliki batas legal. Tony Simons, Director General International Centre for Research on Agroforestry (ICRAF), mengatakan moratorium merupakan momen yang tepat bagi Indonesia untuk m erekonsiliasi ide, gagasan, dan bukti untuk mencegah penggundulan hutan. Kebijak an ini, imbuhnya, harus dilanjutkan. Sementara itu, Programme Manager World Reseources Institute Fred Stolle mengungk apkan tiga kunci untuk membuat moratorium hutan berhasil. Kunci tersebut yakni p eran pemerintah, peta wilayah yang mumpuni, dan tidak berdampak negatif terhadap

kegiatan ekonomi. "Peran pemerintah daerah juga sangat penting, karena ada tumpang tindih kewenang an," ujarnya. Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indonesia Sustainable Palm Oil (IS PO) Rosediana Suharto mempertanyakan apa tujuan dan hasil yang ingin dicapai pem erintah dari kebijakan moratorium hutan. "Sebenarnya apa objektif dan goal dari moratorium ini? Bahkan sampai saat ini ti dak jelas, justru menimbulkan interpretasi dan kampanye hitam yang menyudutkan i ndustri sawit," tegasnya.

=== pavan sukhdev--UNEp Goodwill Ambassador and workshop moderator Emilia Harahap--Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Kementerian Pertanian, Yusni Emilia Harahap Petrus Gunarso, prorgam director Tropenbos international. dampak dan hasil ke ekonomi dan ekologi dari moratorium itu apa? apa yang dilindungi? ==== mp3ei harus disinergikan, landscape approach rather than isolating forest from the rest ISPO Roesdiana Suharto, Direktur eksekutif Luas area 9,23 juta, 2011 9,10 juta, 2010 8,54 juta hektar. produksi CPO: 2012 2 4,37 juta, 2011 22,89 juta, 22,49 juta 2010. 2006 16,59 juta ton. ====== BI/Makro 01/05 Ana Noviani

BISNIS.COM, JAKARTA--Kenaikan nilai tukar petani (NTP) subsektor hortikultura da n peternakan membuat NTP April naik tipis menjadi 104,55. Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menuturkan NTP April 2013 mengalami pening katan 0,01% dibandingkan NTP Maret 2013 yang tercatat 104,53. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan NTP pada subsektor hortikultura sebes ar 0,30%, peternakan 0,33%, dan tanaman perkebunan rakyat 0,10%. "Seblaiknya, NTP subsektor tanaman pangan dan perikanan justru mengalami penurun an sebesar masing-masing 0,16% dan 0,09%," ujar Suryamin dalam siaran pers, Rabu (01/05).

Secara rinci, Suryamin memaparkan pada April 2013, indeks harga terima petani te rcatat sebesar 150,86. Adapun indeks harga bayar petani tercatat 144,30. Adapun NTP subsektor tanaman pangan terekam mencapai 103,84, NTP subsektor horti kultura 108,27, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat 105,17, NTP subsektor pe ternakan 101,15, dan NTP nelayan 105,10. Suryamin menuturkan kenaikan NTP subsektor hortikultura sebesar 0,30% disebabkan oleh naiknya harga berbagai komoditas buah. "Harga buah-buahan rata-rata naik 0,71%, sementara harga sayuran rata-rata turun 0,29%," tuturnya. Sementara itu, kenaikan NTP subsektor peternakan didorong oleh kenaikan harga ko moditi sapi dan kambing. Sepanjang April 2013, harga kelompok ternak besar terca tat naik 0,45%, ternak kecil naik 0,38%, unggas naik 0,09%, dan hasil ternak na ik 0,24%.

Anda mungkin juga menyukai