Anda di halaman 1dari 12

KEWAJIBAN DAN TJITA-TJITA POETRI INDONESIA

Oleh: Sdr. Sitti Soendari

POETRI INDONESIA!
KAOEM IBOE TERTJINTA!
BANGSA PEREMPOEAN JANG TERMOELIA!

Sebelum kami memoelai membitjarakan ini, patoetlah rasanja kalau kami terangkan lebih dahoeloe,
mengapa kami tidak memakai bahasa Belanda atau bahasa Djawa. Boekan sekali-kali karena kami
hendak merendahkan-rendahkan bahasa ini, atau mengoerang-ngoerangkan harganja. Itoe sekali-kali
tidak. Tetapi barang siapa diantara toean jang mengoendjoengi kerapatan pemoeda di kota Jacatra
(Betawi), jang diadakan beberapa boelan jang laloe atau setelah membatja poetoesan kerapatan jang
terseboet, tentoe masih mengingat akan hasilnja, jaitu hendak berbangsa jang satoe, bangsa
Indonesia, hendak bertoemah darah jang satoe, tanah Indonesia, dan hendak mendjoendjoeng
bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Oleh karena jang terseboet inilah maka kami sebagai poetri
Indonesia jang lahir dipeolau Djawa jang indah ini, berani memakai bahasa Indonesia, ditimboelkan
oleh poetri Indonesia dan dioentoekkan bagi seloeroeh kaoem istri dan poetri Indonesia beserta
tanah toempah darah dan bangsanja.

BANGSA KAOEM IBOE INDONESIA!


Perempoean dan Indonesia Raja

Sebelum kita mempertjakapkan kewadjiban dan tjita-tjita poetri Indonesia, patoetlah kita lebih
dahoeloe memperhatikan tjita-tjita kita besama dengan soenggoeh-soenggoeh, jaitoe tjita-tjita
hendak membangoenkan Indonesia-Raja dengan sebenar-benarnja. Oleh sebab itoe kami berharap
benar soepaja kebesaran dan kemoelia’an ini toean fikirkan bedoel-betoel, sampai masoek ke dalam
djantoeng hati kita masing-masing. Djangan kemoelia’an tanah Indonesia Raja tooean biarkan djadi
mimpi atau angan-angan sahadja, karena mimpi boekan sekali-kali barang jang soedah ada; lagi
poela berlakoe atau tidaknja soeatoe tjita-tjita, itoe semoeanja bergantoeng kepada kita sendiri.

Kalau kami bertanja: Apabilakah tanah Indonesia mendjadi besar atau Raja? Djawabanja tentoelah,
apabila bangsa Indonesia sendiri mendjadi besar atau moelia. Karena tiap-tiap kebesaran bangsa
bergantoeng kepada poetera dan poeterinja, maka patoetlah kita lebih dahoeloe membangoenkan
perasa’an jang moelia dan jang tinggi-tinggi dalam hati mereka masing-masing. Oleh sebab kerapatan
ini, semata-mata oentoek bangsa isteri, maka terpaksalah kami tjoema mempertjakapkan kebesaran
dan kemoelia’an Perempoean sahadja. Kita sekalian sama tahoe, bahwa tanah Indonesia sedjak
dahoeloe sekali-kali tiada ditinggalkan oleh bangsa perempoean jang ternama; seloeroeh
doeniapoen selaloe mengetahoei nama-nama jang haroem, baik dahoeloe atau sekarang. Lagi poela
segala bangsa laki-laki jang masjhoer-masjhoer tidak boleh tidak dilahirkan oleh iboe jang moelia-
moelia djoega. Soedah patoetnja, kalau segala perempoean jang bersifat tinggi ini, kita ingat dalam
kerapatan ini, dan marilah kita meminta soepaya kemoerahan, kebaktian dan rahmatnja toeroen
melindoengi kerapatan ini, soepaja hasil baik pekerja’an kita; marilah wadjah dan moeka segala
perempoean jang moelia-moelia kita tentangi dengan pemandangan jang tetap, soepaja kita dapat
membitjarakan jang perloe-perloe atau jang benar-benar sahadja dan tidak membawa ketengah
segala perkara jang ketjil-ketjil atau jang koerang perlu.

Soerang perempoean baru moelia lahir-bathinja kalau kebaktian ada dalam hati sanoebarinja,
kebaktian dalam tiap-tiap pekerdja’an jang dilakoekannja, djadi djoega lebih-lebih tentang
kewadjibannja. Oleh sebab itoelah, maka kita datang mengoedjoengi kerapatan ini, skeali-kali
hendak menggambarkan bagaimana pemberian atau hadiah akan diberikan kepada kita; kita datang
kesini hendak mempertjakapkan bagaimana patcetnja kewadjiban kita, kewadjiban jang hendak
memberi kesempatan soepaja kemoelia’an Indonesia Raja lahir ke doenia.

Kewadjiban perempoen jang pertama-tama jaitoe bekerdja bersama-sama, soepaja teompah darah
kita ini mendjadi soeatoe tanah jang berbahagia, tanah jang beroentoeng baik. Bahagia atau senang-
sentosa baroela timboel apabila segala poelau dan bangsa Indonesia berperasa’an satoe dan
mendjadi satoe, dan kalau persatoean itoe teratoer dengan baik.

Senang-sentosa baroelah timboel, kalau anak Indonesia jang satoe mempertjajai poetera jang lain;
dengan kita berpertjah-petjah atau berhati tjoeriga dan tidak pertjaja-mempertjajai. Marilah kita
tinggal dalam persaudara’an Indonesia jang setegoeh-tegoehnja, karena ini djalan jang sebaik-baiknja
oentoek membela tanah dan bangsa kita. Boekankah sampai kemana-mana terdengar oleh kita
soeara mengatakan:
BERSATOE KITA TEGOEH
BERTJERAI KITA DJATOEH

Tanah Indonesia berselah berbahagia, kalau kita dibiarkan bekerdja soerang-orang, masing-
masing atas soekanja bagaimana hendak membela tanah kita ini; lagi poela patoetlah kita tahoe
menghargai segala apa yang dikerjakan orang lain dan djangan meroentoehkan segala apa jang
didirikanja.
Beroelang-oelang kami harapkan, soepaja kebesaran tanah air kita toean perhatikan. Sebab itoe,
marilah Toean dalam dikiran nai ke dalam oedara dan memandang kebawah melihat tanah Indonesia
sebagai toempah darah jang satoe. Dalam pemandangan kami, tergambarlah Indonesia seperti
sebidang taman boenga jang oewas sekali; ditjipta-tjiptakan; ingat polalah bahwa taman itoe tiada
akan selamat sempoerna, kalau jang toemboeh hanja kembang melati; setidak-tidaknja banjak sjoega
goenanja bagi kita boenga jang lain, seperti tjempaka dan kenanga, mawar dan daoen pandan.
‘Ibaratnja: tiada saja pulau Djawa dan Soematra bergoena bagai kita, malaha djoea poelau Boeneo
dan Selebes atau poelau jang lain; boekankah jang akan kita kehendaki hendak memboeat boenga
rampai jang haroem baoenja, dan jang akan kita sembahkan ke atas tempat persembahan Toehan
kita masing-masing. Sebabnja ialah, karena sebeloem Indonesia mendjadi satoe dan tahoe
merupakan badannja sebagai soeatoe persatoean jang koeat, patoetlah persatoean itoe lebih
dahoeloe mendjadi semasak-masaknja dalam fikiran kita. Persatoean itoe patutlah mendjadi barang
jang sebenar-benarnja, djangan sampai seperti mimpi atau angan-angan sahadja. Pandanglah taman
Indonesia penoeh dengan boenga jang indah-indah; oleh memandang keindahan ini toemboehlaj
dalam hati kita beberapa tjita-tjita kita jang bermaksoed hendak memelihara kebagoesan itoe. Doea
djalan jang terboeka, dan jang patoet kita toeroeti, baik sekarang atau nanti. Jang pertama
menambah kebagoesan Indonesia soepaja masin bertambah-tambah indah. Kedoea memboeang
segala jang roepanja, tetapi sekarang tiada sesoeai lagi dengan kemaoean zaman, sehingga semoea
sekali. Kami meminta ma’af, kalau dalam pembitjarakan ini hanja dengan pendak sadja beberapa
so’al dipertjakapkan; waktoe dan tempat tiada memberi kesempatan jang loeas, sehingga boleh djadi
ada dalam pembitjaraan ini jang koearang terang atau jang tiada tjoekoep.

Persama’an Laki-laki dan Perempoean


Diseloeroeh doenia bangsa perempoean beroesaha, soepaja mendapat persama’an bangsa laki-laki.
Keadaa ini disebabkan sebagian besar oleh karena kita soedah tahu akan harga badan dan tenaga
kita. Djoega di tanah Indonesia orang menghargai persama’an ini dengan sedalam-dalamnja dan
selebar-lebarnja. Tanah kita tiada akan selamat, kalau hanja seperdoea bangsa Indonesia jang
mendapat kemadjoean dan mendapat perhatian, sedangkan jang seperdoea lagi ditinggalkan dalam
djoerang kebodohan. Berbahagia sekali kalau pikiran ini tiada masoek dalam hati tiap-tiap anak
Indonesia, karena oleh sebab jang demikian banjaklah keboeroekan jang timboel lagi bangsa
sekarang dan lebih-lebih lagi bagi bangsa jang akan datang. Tiada sadja perkara kemadjoean bagi
kedoea belah pihak mesti diperhatikan dengan soenggoeh-soenggoeh, tetapi lebih lagi perkara
kewadjiban masing-masing dalam perkara jang lain. Sesoenggoehnja perasa’an laki-laki dengan
perempoean boekan sadja pekerdjaan atau oesaha jang hendakmeminta hak, tetapi sebagian karena
hendak melakoekan kewadjiban kita. Kalau kita bangsa perempoean tahoe akan kewadjiban kita,
kalau kaoem isteri tiada loepa akan kewadjiban isteri, kalau poetri kenal akan kewadjiban poeteri,
baroelah toemboeh hak kaoem ibu jang sebenar-benarnja; oleh karena hak ini bertoepang kepada
pengakoean bangsa isteri sendiri, dan bersendi kepada kewajiban jang terang bagi laki-laki dan
perempoean, barulah ada artinja apa jang hendak kita tjapai dengan perkataan persamaan tadi.
Sesoenggoehnja kewajiban ini tiada membimbing atau mengingat kita sadja, melainkan djoega
memperhatikan kewadjiban bangsa laki-laki dengan kerasnja. Kalau kita berkata, bangsa
perempoean mesti memeliharakan kesehatan badannja, maka djoega artinja, soepaja bangsa laki-laki
djangan tinggal memperhatikan. Apakah hasilnja, kalau perempoean sajda jang soetji dan bersih
kalau si laki-laki tiada mengetahoei apa jang dimanai perkataan ini? pekerdjaan kita tentoe akan sia-
sia sadja, djadi kalau kita hendak menjehatkan seloeroeh bangsa Indonesia, haroeslah bekerdja
bersama-sama, dan bersama-sama memperhatikan atau menolak segala bahagi dan bertanja, jang
meroesakkan kita kalau kita bangsa perempoean tahu akan kewadjiban kita, berharaplah kita
sesoeka-soeka hati. Soedah lama kamoe bangsa laki-laki mendjdi radja dalam pergaoelan hidoep dan
kadang-kadang djoega dalam roemah tangga kita; tetapi semendjak ini tahoelah kamoe akan batas
kewadjiban kita masing-masing. Tiada pantas sekali-kali kalau laki-laki Indonesia dalam jaman
persamaan ini masih hendak melihatkan koewasanja sadja; tiada pantas kalau bangsa laki-laki
hendak melihatkan gagahnja dan koekoehnja sadja. Djoega kami bangga, perempoean telah sadar
akan bangsa dan kewadjiban kami; selainja kamoe patoet mengetahoei di mana letak batasnja
kewadjiban kita, soedah pada tempatnja kalau kami meminta soepaja kami menolong menjampaikan
tjita-tjita kami. Kalau kami berkata bagi kesehatan badan tiada baik merokok, memadat tjandoe,
bermain, dll. Haroeslah nasihat ini dipandang seperti datang dari moeloet iboe, dan djangan
dilanggar atau dimoengkiri. Nasihat perempoean inilah nasihat jang penoeh perasaan dan
dikeloerkan karena sajang seperti kepada anak. Pendeknja kalau segala bunga yang tumbuh dalam
taman Indonesia hendak haroem kemana-mana, haroem dengan haloesnja waktoe hari terang
poernama raja, hendaklah kita dalam persamaan kita dengan bangsa laki-laki dihargai seperti bangsa
iboe jang tahoe akan kewadjiban, dan patoet ditolong seperti iboe ditolong oleh poetera dan
poeterinja jang kasih dan penjajang akan jang melahirkanja.

Djadji dengan kata persamaan kita perempoean berdjanji seboleh-bolehnja hendak bekerja dengan
sekeras-kerasnja soepaja kita mengetahoei kewajiban kita dalam doenia jang patoet kita tempoehi.
Pertama jaitoe doenia jang dinamai roemah tangga; disana kita bekerdja tegak disebelah laki-laki
seperti radja dengan permaisoerinja, seperti orang jang harga mengahargai; berhinibingan tangan
mereka dengan sebaik-baiknja; dalam pertemoean jang seperti itoe, patoetlah masing-masing tahoe
akan kewadjiban dan djangan satoe satoe hendak memegang koeasa, sehingga jang lain tiada dapat
melakoekan kewadjibannja. Selainnja memelihara roemah tangga dengan sebaik-baiknja, terserah
kepada kita mendidik anak dengan sepatoet-patoetnja, jaitoe dengan sengadja dan dnengan matjam
pendidikan jang patoet bagi si anak dan bagi pergaoelan hidoep jang akan ditempoehnja.

Selainnja dari pada kewadjiban dalam roemah tangga, ada poelalah kewadjiban kita sebagai
perempoean dalam doenia jang kedoea, jaitoe doenia pergaoelan hidoep, diloear roemah tangga.

Semendjak bangsa perempoean Indonesia soedah melihatkan ketjakapannja, djoega mengerdjakan


pekerdja’an seperti laki-laki dengan senonohnja, soedah bertambah banjak kelihatan perempoean
bekerdja atau tegak seorang seperti bangsa Barat. Oleh sebab itoe dan oleh sebab kemadjoean
bangsa kita dalam perkara hal jang lain, maka toemboehlah adat istiadat baroe, adat bagaimana
patoetnja kelakoean laki-laki kepada perempoean atau sebaliknja.

Sebeloemnja kita meninggalkan roemah tangga kita, patoetlah toemboeh dalam hati kita perasaan
mendjaga diri, dan dengan perkakas ini dapatlah kita menolak bahaja ini sadja, kita tiada dapat
berbalik lagi kepada jaman perempoean berpingit atau terkoeroeng, tiada dapat lagi kita semasa
moeda menti diikat diantara bilik kamar jang tiada dimasoeki tjahaja. Memang roemah tangga
doenia perempoean jang teroetama sekali; tetapi doenia pergaoelan hidoep jangan tertoetoep,
karena djoega pergaoelan hidoep ini mesti ditempoeh kaoem isteri. Kemaoean doenia soedah
begitoe, djadi Indonesia djangan tertinggal, kalau dia terpaksa atau wadjib dan perempoean
memboeka beberapa pintoe baroe, jang dahoeloe terteoetoep; tetapo kita perempoean mesti
berbesar hati kalau kita dapat bekerdja dan memboeang tenaga seperti bangsa perempoan, karena
kalau tiada demikian, doenia tentoe mendjadi timpang. Djadi dalam persamaan kita, haroeslah kita
tahoe akan kewadjiban kita; kewadjiban dalam roemah tangga jang menimboelkan hal dalam
roemah tangga; kewadjiban dalam pergaoelan hidoep jang menimboelkan hal dalam pergaoelan
hidoep. Itoelah kemaoean perempoean Indonesia dalam oesahanja hendak mentjapai persamaan.

Rapat jang moelia


Kaoem iboe jang tertjinta

Apa bila kita pandang tanah Indonesia ini sekali lagi, tampaklah taman penoeh dengan beonga jang
berwarna-warna. Dalam taman saring jang indah ini, tampaklah poetri dan kaoem iboe Indonesia
bermain-main, tetapi memperhatikan dengan sebenar-benarnja bagaimana sakit dan senangnja
bangsa Indonesia. Tahoe kita bagaimana nasib dan peroentoengan bangsa jang hendak dibelanja.
Perantaraan kita dengan bangsa dan tanah air Indonesia, djanganlah koerang dari pada bangsa laki-
laki; sebaliknja soedah lebih dari pada patoet kalau pertjintaan kita bangsa perempoean djauh lebih
aman, lebih loeas dan lebih moelia dari pada tjinta bangsa laki-laki. Lebih dalam, karena pertama-
tama pertjintaan kita dalam dingkoengan roemah tanggaterhadap kepada kaoem keloearga dan
soeami kita masing-masing. Pertjintaan ini ialah barang jang sangat berharga sekali dan tiada dapat
digambarkan dengan perkataan, hati sanoebari kita dan bagaimana patoet pertjintaan itoe
terkandoeng dalam hati sanoebari kita dan bagaimana patoetnja mengeloearkan kepada jang kita
tjintai. Sekiranja roemah tangga anak Indonesia hendak selamat dengan baiknja, dan soepaja
perkawinan mendjadi roekoen dan damai, patoetlah tjahaja tjintanja jang soenggoeh-soenggoehnja
masoek ke dalam roemah kita; iboe roemahlah jang mendjadi poesatnja dan dialah ajang
mengeloearkan seri hening dan djernih, sehingga jang lelah berasa segar, dan jang haroes tiada
merasa dahaga lagi. Tiap-tiap perkataan si isteri, dan segala perboeatannja patoetlah mentjahajkan
tjinta, karena kalau lampoe jang berseri-seri tiada menerbitkan terangnja lagi, maka mendjadi
gelaplah sekelilingnja. Roemah tangga atau perkawinan jang tiada bersandar kepada kasih dan tjinta
adalah seperti malam tiada berboelan, djadi gelap goelita tiada terkira; tjahaja bintang jang sedikit-
sedikit kelihatan ialah harapan si iboe jang hampir poetoes asa, sehingga hatinja ta senang dan
achirnja meroesakkan roemah tangga dan perkawinan. Memang banjak berlakoe jang seperti itoe, di
tanah Indonesia kita ini. beberapa roemah jang tinggal tertoetoep selama kita hidoep; tertoetoep
karena tjahaja tjinta tiada akan masoek kedalamnja, sehingga malamlah oentoengnja. Berapa
perkawinan di tanah Indonesia yang tiada bersendi tjinta dan kasih sehingga pertalian jang indah itoe
mendjadi senang sentosa dan kekal, ada jang mengatakan bidja pertjintaan tiada dapat toemboeh
dengan soeboernja, karena kemiskinan, kebodohan atau lain-alinnja, sehingga pertjintaan jang
dikandoeng dalam djantoeng mendjadi hati, keloear lahir. Tetapi ta koerang poela kita perempoean
merasakan tjinta kita tiada dihargai oleh bangsa laki-laki atau dipermainkan seperti permainan anak-
anak. Kamoe bangsa laki-laki berharap kepada kami, soepaja pertjintaan kami mentjapai roemah
tangga dan soepaja pertjintaan kita mendjadi ikatan perkawinan. Tetapi pengharapan itoe sjangan
ditoedjoekan kepada bangsa perempoean sadja; soedah lama kami melihat dengan mata sendiri, dan
merasa dengan perasaan isteri, bahwa bangsa laki-laki meloepakan kewadjibannja dalam perkara
pertjintaan. Roesaknja roemah tangga dan roentoehnja perkawinan atjap kali dan ta koerang
disebabkan oleh bangsa laki-laki; oleh sebab itoe djikalau sekiranja kita hendak mendirikan roemah
tangga jang baik dan perkawinan jang moelia, patoetlah segala barang jang koerang adil diboenag
dan diganti dengan jang tinggi. Ingatlah benar-benar, bahwa bangsa Indonesia tiada akan pernah
menjadi moelia dan besar, kalau roemah tangga kita tjoema roemah sadja dan perkawinan hanja
pertemoean doea orang manoesia sadja. Kalau bangsa Indonesia hendak mendjaji bangsa jang
bertempat moelia diatas doenia ini patoetlah perkawinan diikat oleh pertjintaan masing-masing, dan
djangan bersendi kepada kedengkian (jelouzie), kebodohan, atau jang lain lain. Polygamie, kawin
anak-anak, kawin paksa, atau talak dan pisah jang tiada berdjangka, soekar benar waktoe sekarang
mempertahankannja, kalau perkawinan hendak kita gambarkan dengan setinggi-tingginja. Pendeknja
makin tegoeh roemah tangga kita makin koeat bangsa Indonesia, makin senang sentaosa bangsa
Indonesia. Djadi boekan ketjil arti roemah tangga jang penoeh dengan oedara tjinta, dan boekan
sedikit harga perkawinan jang beralasan pertjintaan bagi bangsa kita.

Kewajiban ibu
Sengaja kami kemukakan hal ini karena ada hubunganya dengan kewajiban yang lebih mulia, yaitu
kewajiban ibu sebagai pendidik anak dan pendidik bangsa kita. Kalau kita pikirkan benar-benar, tak
ada dalam kehidupan manusia tugas yang paling berat selain dari pada tugas ini dan itu pulalah tugas
yang kita anggap dan kita rasakan yang paling mulia.

Sejak anak akan lahir ke dunia sampai besar dan pandai berjalan, anak menjadi perhatian ibu. Lagi
pula, sifat dan tingkah lakunya nanti sebgaian menjadi tanggungan ibu sehingga pendidikan ibu
berarti pendidikan bagi anak seumur hidup. Sudah lama sebagian besar anak Indonesia tidak dididik
dengan sengaja atau kurang mendapat didikan, tetapi sejak sekarang ini, patutlah kita
memperhatikannya. Kita kaum ibu memang berhadapan dengan suatu masalah yang sulit sekali; sulit
karena pendidikan sekarang berlandaskan pada pengetahuan yang dalam dan perasaan yang sangat
halus. Akan tetapi, dalam hal pendidikan, walaupun belum terjawab dan kurang semourna, kita kaum
perempuan tidak dapat berkata, “saya tidak tahu bagaimana mendidik anak saya.” Kewajiban kitalah
untuk mendidik anak kita dengan cata yang sebaik-baiknya dan menggunakan cinta yang sedalam-
dalamnya. Seorang ibu baru berjasa hidup di dunia dan hati kita baru senang jika telah melihat
seorang anak yang baik pendidikan sehingga tabiat baik dan berkelakuan serta tahu membawa diri
dalam kehidupan bermasyarakat. Ibu yang seperti itulah yang beruntung sekali dan bangsa yang
beribu demikianlah bangsa yang berbahagia dan patut berkedudukan mulia.

Selanjutnya adalah kewajiban ketiga yang berkaitan juga dengan rasa cinta kasih, yaitu menolong
anak dan suami kita dalam tugas mereka, baik untuk tugas sehari-hari maupun dalam hal tugas bagi
bangsa dan tanah air.

Bukanlah Dewi Kunti tempat bergantungnya Pandawa? Bukan saja saat mereka dengan bermain-
main, melainkan juga saat berperang. Dewi Kuntilah yang memberi nasihat kepada Arjuna dan
Werkudara (Bima). Dewi Kuntilah yang membesarkan hati Sri Kandi dan Subadra. Alangkah besarnya
bangsa Indonesia kalau kita sekalian menjadi Dewi Kunti. Berhati sabar dan suka memberi nasihat.
Segala hal dan tugas kita selalu disertau cinta kasih. Kalau Dewi Kunti sudah masuk ke dalam rumah
tangga Indonesia, tentulah kaum laki-laki dan anak-anak kita akan bekerja dengan giat, baik untuk
keperluan sendiri maupun dalam tugas membela bangsa dan tanah air. barulah kemajuan Indonesia
dapat dikatakan kemajuan yang sebenar-benarnya dan berhasil baik. Saat ini, Dewi Kunti berdiam diri
saja, tetapi kalau dia sudah bangun, masuk ke dalam hati putri Indonesia, tentulah dunia yang akan
kita tuju akan semakin dekat. Demikianlah secara singkat bagaimana kewajiban kita dalam rumah
tangga sebagai isteri dan ibu.

Tak dapat dipanjangkan dan tidak perlu pulalah dirincikan lebih jauh. Jadi, segala yang kami katakan
adalah yang kita rasakan sedalam-dalamnya. Kewajiban kami hanyalah hendak menanamkan
perasaan itu dalam hati tuan sekalian. Selama kita kaum ibu masih mempunyai perasaan itu dalam
hati kita, kami berseru, “Bangkitkanlah perasaan itu.” kewajiban kita baru dapat dilaksanakan jika
digerakkan oleh perasaan dalam sanubari kita. Kalau panggilan perasaan dilakukan dengan cinta
kasih yang tulus, tentulah kewajiban kita bertambah halus dan mulia. Jika kita sudah menjalan
kewajiban kita atau sepantasnya, barulah kaum ibu berjasa sebagai bu, berjasa bagi bangsa kita dan
berjasa bagi tanah air kita.

Putri Indonesia yang mulia,


Kaum ibu yang tercinta,
PENDIDIKAN DI RUMAH DAN DI SEKOLAH

Suatu kewajiban ibu dalam pendidikan adalah memperhatikan keinginan dan jiwa anaknya,
pengetahuan ilmu jiwa dan ilmu pendidikan gaya baru sudah menunjukkan bahwa tiap-tiap anak
mempunyai kemauan dan bakat. Sudah lama anak-anak, baik di Indonesia maupun di mana-mana,
dianggap sebagai barang yang booleh dibuat atau dididik sesuka hati sehingga apa jadinya anak
bergantung oleh ilmu pengetahuan dan banyak yang menderita karenanya.

Menurut pendidikan baru, ketika mendidik anak, patutlah diperhatikan api kemauan dan bakat yang
tersimpan dalam anak itu. Pendidikan bukan sekali-kali untuk mebuat anak menjadi seperti kehendak
bapak dan ibu. Pendidikan adalah suau cara bagi ibu dan bapak untuk membina bakat anak supaya
anak itu berguna bagi kehidupan bermasyarakat dan dia sendiri mendapat kebahagiaan dan
keselamatan hidup.
Supaya pendidikan berhasil, pantaslah bakat anak diketahui oleh si pendidik. Inilah kekuatan dan
tugas yang patut diketahui ibunya karena ialah yang mengetahui kemauan dan bakat anaknya itu.

Kalau kita pelajari kehidupan beberapa orang termasyur atau ternama dalam masyarakat, nyatalah
bahwa sebagian besar dari itu disebabkan oleh kemauan dan cita-citanya yang muncul di masa
kecilnya dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Jadi, di sini ibu mempunyai tanggung jawab yang
besar. kalau seorang ibu sudah mengetahui kemauan dan bakat anak walaupun hanya sedikit saja,
tugas pendidikan bertambah ringan dan pendidikan akan berhasil.

Sengaja kami kemukakan hal ini karena sekarang banyak kaum perempuan kita yang menyamakan
pendidikan dengan sekolah. Ini hanya sebgaian yang benar, selebihnya tidak benar. Pendidikan
dengan tanggungan tidak berlaku di dalam lingkungan sekolah, melainkan dibawah tanggung jawab
ibu dan bapak, dalam lingkungan rumah si anak. Pendidikan sekolah hanya melengkapi pendidikan di
rumah karena pendidikan jiwa dan raga memang berkaitan dengan pendidikan intelektual.

Yang pertama yang jauh lebih mulia dan sebagian mesti berlaku di rumah dan bukan di sekolah.
Sebaliknya, pendidikan intelektual, sebagian atau hampir semua berlaku di sekolah, bukan di rumah.
Makin bertambah pandai perempuan Indonesia, makin tinggi pelajarannya, tentu murid sekolah
dasar makin memperolah bantuan dari ibu dan bapaknya. Sampai sekarang, sekolah dengan rumah
terpisah, tidak ada kaitannya. Begitu pula, pendidikan intelektual dan jiwa terpisah, padahal
seharusnya mesti sesuai dan teratur. Jadi, jika anak-anak Indonesia hendak dididik dengan benar,
patutlah pendidikan di sekolah dan di rumah saling berkaitan. Baik guru di sekolah maupun ibu di
rumah mengetahui tanggung jawabnya masing-masing dan bagaimana patutnya agar anak dapat
menjalankan kemauan dan bakatnya.

Kalau hal ini diperhatikan benar-benar dan dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh barulah
kesempatan menantikan orang yang berarti bagi Indonesia dan harapan kepada anak akan
bertambah. Dalam diri anak yang dididik ibu acapkali tersimpan harta yang mulia dan dikaruniai
cahaya Ilahi. Akan tetapi, kalaupendidikan tiada baik, anak itu menjadi orang biasa saja. Oleh sebab
itulah itbu patut berhati-hati dalam pendidikan anak. Bukan kemauan sendiri yang pantas
dikemukakan, melainkan kemauan anak yang harus didahulukan. Kalau pendidikan yang seperti ini
telah berlaku dan kalau pengaruh yang juga baik, insya Allah anak Indonesia yang besar dalam
pangkuan ibu akan menjadi orang yang mulia, berbudi pekerti, seperti yang kita kenal dalam sejarah.
Setidak-tidaknya, anak yang berjasa besar bagi tanah dan bangsanya.
Putri Indonesia
Kaum Ibu yang tercinta
Kaum perempuan yang termulia

Pada bagian terakhir pembicaraan kami, marilah kita bersama-sama masuk ke dalam Indonesia,
taman yang kita gambarkan tadi. Di tengah bunga yang berwarna-warni dan dalam alam yang indah
permai, berdirilah kita kaum perempuan sebagai ibu bangsa Indonesia. Kewajiban kiita kepada
bangsa kita barulah berhasil jika kita kaum ibu tahu kewajiban kita sendiri. Acapkali kita mendengar
perkataan, “apa kekuatan perempuan, sifatnya lemah, dan tenaganya tidak seberapa.” Perkataan ini
dianggap tidak benar karena isinya bohong, lagi pula kalau ada perempuan yang mengakui kalimat ini
betul, itu tandanya dia tidak percaya pada kekuatan tubuhnya sendiri. Buanglah pikiran semacam itu
dan ganti dengan pikiran yang lain. Kaum perempuan lemah, tetapi memiliki kewajiban yang berbeda
dengan kewajiban laki-laki. Masing masing ada tugasnya dan masing masing mesti berusaha
melakukan kewajibannya. Kaum laki-laki hanya dapat menolong kita kaum perempuan dalam
melakukan kewajiban, tetapi tidak lebih daripada itu. sebaliknya, patutlah kaum laki-laki mengetahui
kewajiban dan tidak bisa sekali-kali belum berlaku, selama itu pulalah bangsa Infonesia tinggal dalam
dunia kegelapan dan kerendahan. Kalau tanah air kita hendak mulia dan bertempat mulia, marilah
kita putra dan putri, laki-laki dan perempuan bekerja bersama-sama menuju tempat yang pantas
dicapai, masing-masing sesuai dengan kewajiban dan usahanya.

Sesungguhnya, kita kaum perempuan mesti bekerja dengan keras karena di negara Indonesia ini
memang banyak yang patut kita kerjakan. Di atas telah dikemukakan bahwa kita kaum perempuan
mempunyai kewajiban berat atas bangsa dan tanah air kita, atas suami dan kehidupan
bermasyarakat. Semuanya ini sungguh berat dan mulia sekali, tetapi baru dapat dilakukan kalau
dalam hati kita tumbuh perasaan terhadap hal-hal yang mempengaruhikita. Pertama-tama kita
petutlah mendapat kebebasan yang seluas-luasnya, dapat berdiri sendiri. Telah lama perempuan
Indonesia bergantung kepada orang lain. Ketika masih kecil, bergantung kepada orang tua. Setelah
besar kepada suaminya, dan demikian pula dalam hal lainnya. Kaum putri sekangan meminta
pendidikan untuk menuju kemerdekaan dan kebebasan dalam pergaulan hidup. Pendidikan kita
haruslah memperhatikan hal ini supaya kita jangan mejadi korban perkawinan kita.

Dalam kehidupan perkawinan pun kita jangan seperti manusia yang hilang kebebasan dan takut
dicerai atau dipisah. Dalam perkawinan kami kaum perempuan meminta supaya kebebasan kami
jangan direbut dan cinta kami jangan disia-siakan. Hilangnya kebebasan kaum perempuan dalam
perkawinan dan lenyapnya dasar cinta membunuh rumah tangga dan memperlambat kemajuan
tanah bangsa kita. Lagi pula, pendidikan anak-anak yang akan menjadi bangsa Indonesia akan sia-sia
belaka.

Marilah kita perempuan Indonesia meninggalkan dunia kebodohan supaya kita tahu kewajiban kita.
Marilah kita menuntut ilmu dan kebutuhan kaum perempuan supaya kita menghargai kewajiban itu.
telah lama laki-laki mencoba menjawab masalah yang berkaitan dengan pergaulan hidup tanah
Indonesia, tetapi sekarang marilah kita memperlihatkan bahwa hal itu dapat dijawab dengan
sempurna jikalau kaum perempuan diajak bersama-sama.

Jangan kita ditinggalkan dan kita harus diajak selama kita tahu kewajiban kita. Akan tetapi,
sebelumnya kita harus berusaha untuk mau bekerja dan mempunyai cita-cita yang hendak dicapai.
Kalau sudah begitu, barulah negara Indonesia mempunyai kaum ibu yang mulia karena tahu hak dan
kewajibannya.

Kaum isteri yang tercinta


Putri Indonesia yang mulia
Kaum perempuan Indonesia.

Pembicaraan ini hampir selesai. Dalam pidato yang pendek ini kami hanya dapat mengemukakan
cita-cita dan kewajiban ibu dengan singkat. Banyak yang pantas diceritakan karena artinya ibu dan
kaum perempuan, kalau dipikir memang dalam sekali. Karena keterbatasan waktu, tidak pada
temmpatnya untuk membicarakan semua dalam kongres ini. pada bagian akhir pidato ini, kami
hanya ingin mengulang sekali lagi masalah keibuan karena kewajiban ibu yang semulia-mulianya dan
semuanya bergantung kepada kita hanyalah keibuan. Walaupun banyak pekerjaan yang patut dan
dapat dikerjakan dengan baik disamping suami ataupun bagi pergaulan hidup, kewajiban dan
panggilan kita yang sebesar-besarnya adalah kita sebagai ibu. Hanya kitalah yang dapat merasakan
dan melakukan kewajiban itu karena itulah perintah Tuhan Ilahi. Hanya kita yang dapat mendekati
anak sedekat-dekatnya karena jarak antara ibu dan anak pendek sekali, tidak dapat dimasuki siapa
pun. Ikatan antara ibu dan anak adalah ikatan cinta antara ibu kepada anaknya dan sebaliknya. Sejak
dalam kandungan sampai lahir ke dunia yang fana ini, anak menjadi ujung semangat ibu. Sejak kecil
sampai dewasa, anak memang berteduh dalam payung yang dikembangkan ibu, yaitu payung
pendidikan dan cinta. Sejak besar sampai masuk kembali ke dalam tanah, ikatan anak dan ibu tidak
putus, bahkan akan bertambah kuat karena anak yang terdidik memang mengetahui jasa ibunya.
Ya, sampai hancur tulang belulang anak dan ibu, ikatan diantara mereka masih bertahan. Oleh karena
itu, persidangan ibu yang terhormat, marilah kita bekerja dengan sengaja bagi anak kita dan tiada
melupakan kewajiban kita sebagai ibu supaya anak kita nanti dapat berkata, “Inilah kuburan tercinta
yang berjasa bagi anaknya.”

Marilah kira mendidik anak kita dengan sengaja serta dengan cinta kasih supaya nanti orang dapat
berkata, “Inilah kuburan anak yang berjasa bagi bangsa dan tanah airnya berkat pendidikan
bundanya!”

Marilah kita kaum ibu Indonesia dan putri Indonesia melakukan kewajiban kita sebagai Ibu Indonesia
dan putri Indonesia supaya bangsa lain dan bangsa kita yang datang dapat berkata, “Iniilah bangsa
yang mulia berkat ibu dan putri Indonesia yang memahami kewajiban ibu dan perempuan.”

PUTRI DAN PEREMPUAN INDONESIA

Dalam tangan kita putri dan perempuan Indonesia tergenggam bagaimana besarnya bangsa
Indonesia dan harumnya tanah tumpah darah kita karena kemauan Tuhan Allah memang sudah
begitu. Jadi, terserah kepada kitalah tanggung jawab dan kewajiban yang besar sekali.

Tugas ini berat bagi yang tidak tahu kewajiban, tetapi mulia bagi yang mengetahuinya. Ringankanlah
tugas ini kalau kita tahu kewajiban ibu karena dalam kewajiban itu tersimpan cita-cita yang harus
disampaikan oleh Tuhan Yang Mahatinggi. Berbahagialah ibu yang mendekati cita-cita dan senang
sentosalah rumah tangga yang beribu seperti itu. Barulah negara Indonesia kita menjadi berbahagia
dan bernasib baik seperti sepantasnya tanah tumpah darah Indonesia di atas permukaan bumi ini.

Demikianlah kewajiban ibu menurut pendapat saya.


***

Anda mungkin juga menyukai