Anda di halaman 1dari 14

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.28833/PP/M.

VII/13/2011

Jenis Pajak Tahun Pajak Pokok Sengketa

: Pajak Penghasilan Pasal 26 : 2005 : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah koreksi Dasar Pengenaan Pajak Pajak Penghasilan Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2005 adalah Rp 2.776.292.501,00 dengan perincian sbb : 1. Biaya Trump Model Management 2. Biaya Incenplus Marketing Sdn Bhd 3. Service and Management Fee 4. Marketing Research Rp 822.560.230,00 Rp 20.724.810,00 Rp 1.159.751.195,00 Rp 773.256.266,00

Biaya Trump Model Management sebesar Rp 822.560.230,00 Menurut Terbanding: bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pembayaran kepada Trump Model Management berupa fee yang diterima Miss xxx vsebagai bintang iklan produk You C 1000 sebesar Rp 822.560.230,00, bahwa Terbanding menilai fee yang diterima Miss xxx sebagai bintang iklan produk You C 1000 adalah kegiatan keartisan dan sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat pada Pasal 17 butir (1) dan butir (2), harus dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif 20%. Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena Pembayaran kepada Trump Model Management karena merupakan pembayaran atas jasa promosi yang dilakukan oleh Trump Model Management untuk memasarkan produk You C 1000 sehingga bukan merupakan obyek pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26, bahwa Trump Model Management LLC merupakan Wajib Pajak yang terdaftar di USA, berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat, Jasa Promosi/Pemasaran akan dikenakan pajak di Indonesia apabila Trump Model Management LLC mempunyai BUT di Indonesia. Pendapat Majelis : bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Agreement yang disampaikan Pemohon Banding dalam persidangan diketahui bahwa pada tanggal 12 September 2005, Pemohon Bandingdan Trump Model Management telah sepakat untuk melakukan kerjasama dalam mempromosikan produk dari PT Djojonegoro C 1000 yaitu You C 1000 dengan menggunakan model Miss xxx (Miss Universe 2005). bahwa atas pembuatan iklan yang dibintanginya tersebut, Miss xxx akan menerima fee sebesar USD 100.000,00 dari total pembayaran kepada Trump Model Management sebesar USD120.000,00. bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Terbanding Nomor : LAP73/WPJ.06/KP.1605/2007 tanggal 26 Maret 2007 diketahui bahwa Terbanding melakukan koreksi terhadap total pembayaran kepada Trump Model Management sebesar USD120.000,00 (Rp1.207.680.000,00) tersebut, yang terdiri dari :

- Pembayaran Royalti - Pembayaran Royalti - Fee Ms Natalia Glebova

Rp 222.666.440,00 Rp 162.453.330,00 Rp 822.560.230,00

bahwa koreksi atas pembayaran royalti sebesar Rp222.666.440,00 dan Rp162.453.330,00 telah disetujui oleh Pemohon Banding dan tidak diajukan banding ke Pengadilan Pajak. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pembayaran kepada Trump Model Management berupa fee yang diterima Miss xxx sebagai bintang iklan produk You C 1000 sebesar Rp 822.560.230,00, karena menurut Terbanding fee yang diterima Miss Xxxtersebut adalah kegiatan keartisan dan sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat pada Pasal 17 butir (1) dan butir (2), harus dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif 20%. bahwa Article 17 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat, menyatakan : 1. Notwithstanding Articles 15 (Independent Personal Services) and 16 (Dependent Personal Services), income derived by public entertainers, such as theatre, motion picture, radio or television artistes, and musicians, and by athletes, from their personal activities as such may be taxed in the Contracting State in which those activities are exercised if the gross amount of such remuneration, including expenses reimbursed to him or borne on his behalf, exceeds in the aggregate 2,000 United States dollars or its equivalent in Indonesian rupiahs in any consecutive 12-month period. 2. Where income in respect of personal activities exercised by an entertainer or an athlete in his capacity as such accrues not to the entertainer or athlete himself but is diverted to another person, that income may, notwithstanding the provisions of Articles 8 (Business Profits) and 15 (Independent Personal Services), be taxed in the Contracting State in which the activities of the entertainer or athlete are exercised. bahwa perjanjian pembuatan iklan antara Pemohon Banding dengan Trump Model Management (USA) untuk pembuatan iklan yang dibintangi oleh Miss xxx dengan kapasitasnya sebagai Miss Universe 2005 tersebut dilakukan di Jakarta, Indonesia. bahwa Perjanjian antara Pemohon Banding dengan Trump Management antara lain adalah sebagai berikut : Model

AGREEMENT A. Mr. x, as the President Director of Pemohon Banding, a company duly established and existing under the laws of the Republic Indonesia, having its domicile in Jakarta, 10270, Indonesia (hereinafter reffered to as the First Party), and B. Mrs. S, as the Vice President of Trump Model Management, a company duly incorporated under the laws of New York, having its domicile in 91 Fifth Avenue, 3rd Floor, New York, NY 10003 (hereinafter reffered to as the Second Party) (The First Party and the Second Party together hereinafter shall be reffered to as the Parties). RECITALS A. WHEREAS the First Party has been engaged by PT Djojonegoro C 1000 (the Client), to produce a new commercial advertising material for the Clients product You C 1000 (the Product), therefore First Party in this matter is acting on behalf of the Client.

B. WHEREAS, the Second Party is the agent of Miss Universe L.P., LLLP (MU), the employer of Miss Natalia Glebova, in her capacity asa Miss Universe 2005 (the Miss Universe 2005). C. WHEREAS, the First Party wishes to engege Miss Universe 2005 in the production of the advertising material of the Product and the Second Party accepts the engagement pursuant to the (e-mail/letter) dated September 12th 2005. Article 1 DEFINITION ADVERTISING MATERIAL shall mean the finished advertising material for media usage such as television, print ad, magazine anda newspaper, posters, press, cinema and point of sale, as described in Schedule 1 of the Agreement. Article 2 THE ENGAGEMENT 1.1. The First Party engages the Second Party and the Second Party accept the engagement to arrange Miss Universe 2005 to deliver the Work for the Advertising Material. The Work shall take place in Malaysia or Singapore or any other location as determined and agreed in writing by the Parties hereto. bahwa berdasarkan kesepakatan tersebut diatas yang merupakan bagian dari Perjanjian antara Pemohon Banding dengan Trump Model Management, Majelis berpendapat bahwa : - Trump Model Management adalah agen dari Miss Universe L.P., LLLP, yaitu lembaga yang menaungi kegiatan-kegiatan Miss Universe, - Pemohon Banding berniat untuk melibatkan Miss Universe 2005 yaitu Miss xxx dalam kegiatan promosi produknya, dan disepakati oleh Trump Model Management, - Miss xxx merupakan pihak yang menerima penghasilan dari kegiatan promosi produk Pemohon Banding. bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Agreement antara Pemohon Banding dengan Trump Model Management yang disampaikan Pemohon Banding dalam persidangan diketahui pembayaran kepada Trump Model Management sebesar Rp 822.560.230,00 merupakan pembayaran fee kepada Miss xxx sebagai bintang iklan produk You C 1000. bahwa Majelis berpendapat fee yang diterima oleh Miss xxx sebesar Rp 822.560.230,00 tersebut merupakan pendapatan sehubungan dengan kegiatannya sebagai seorang artis (Miss Universe 2005), sehingga sesuai dengan Pasal 17 Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat, harus dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif 20%. bahwa berdasarkan hasil penilaian pembuktian, peraturan perundangundangan perpajakan yang bersangkutan, serta keyakinan Majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis berkesimpulan Koreksi Terbanding atas Pembayaran kepada Trump Model Management berupa fee yang diterima Miss xxx sebagai bintang iklan produk You C 1000 sebesar Rp822.560.230,00 tetap dipertahankan. Biaya Incenplus Marketing Sdn Bhd sebesar Rp20.724.810,00 Menurut Terbanding: bahwa walaupun Imbalan Jasa Konsultan yang diterima oleh Incenplus Marketing Sdn Bhd dilakukan di Malaysia akan tetapi Surat Keterangan Domisilinya sudah tidak berlaku lagi, dengan kondisi seperti itu maka Terbanding berpendapat bahwa imbalan jasa tersebut tetap dikenakan Pajak

Penghasilan Pasal 26, hal ini ditegaskan dalam angka (2) Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996. Menurut Pemohon : bahwa atas penghasilan atau imbalan jasa yang diterima Wajib Pajak Luar negeri (Malaysia) dari Indonesia seharusnya tidak dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 karena : - Telah ada Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Kerajaan Malaysia, - Telah adaSurat Keterangan Domisili, - Jasa Konsultasi dilakukan di luar negeri, dalam hal ini Malaysia. Menurut Majelis : bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pembayaran kepada Incenplus Marketing Sdn Bhd berupa Imbalan Jasa Konsultasi Iklan Honda sebesar Rp20.724.810,00, dan dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26 dengan tarif 20% karena Surat Keterangan Domisili yang diberikan sudah tidak berlaku lagi. bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena menurut Pemohon Banding Surat Keterangan Domisili tersebut masih berlaku, sehingga Pembayaran Jasa kepada Incenplus Marketing Sdn Bhd sebesar Rp20.724.810,00 tidak terutang Pajak Penghasilan Pasal 26. bahwa angka 2 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) menyatakan : untuk memberikan kemudahan bagi semua pihak, penerapan Pajak Penghasilan Pasal 26 sesuai dengan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dilaksanakan sebagai berikut : Wajib Pajak luar negeri wajib menyerahkan asli Surat Keterangan Domisili kepada pihak yang berkedudukan di Indonesia yang membayar penghasilan dan menyampaikan fotokopi Surat Keterangan Domisili tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat pihak yang membayar penghasilan terdaftar. bahwa berdasarkan penelitian Majelis diketahui bahwa Pemohon Banding telah melampirkan Surat Keterangan Domisili dari Incenplus Marketing Sdn Bhd sebagai sebagai bukti bahwa pihak rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan kewajiban perpajakannya dinegaranya. bahwa angka 3 huruf c Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) menyatakan : Surat Keterangan Domisili berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal diterbitkan, kecuali untuk Wajib Pajak bank. Bagi Wajib Pajak bank, Surat Keterangan Domisili tersebut berlaku selama bank tersebut tetap mempunyai alamat yang sama dengan alamat yang tercantum dalam Surat Keterangan Domisili. bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap bukti Surat Keterangan Domisili Incebplus Marketing Sdn Bhd Nomor : C6897750-06 diketahui bahwa Surat Keterangan Domisili tersebut dikeluarkan oleh Lembaga Hasil Dalam Negeri Malysia pada tanggal 19 Juli 2004, sehingga sesuai angka 3 huruf c Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 diatas, maka Surat Keterangan Domisili tersebut berlaku sampai dengan tanggal 19 Juli 2005 (satu tahun sejak tanggal diterbitkan). bahwa berdasarkan uraian diatas, Majelis sependapat dengan Terbanding bahwa Surat Keterangan Domisilinya sudah tidak berlaku lagi di Tahun 2005.

bahwa Pasal 21 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Malaysia mengenai Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berkenaan Dengan Pajak Atas Penghasilan (P3B Indonesia-Malaysia) menyatakan : PENGHASILAN YANG TIDAK DIATUR SECARA TEGAS Jenis-jenis penghasilan dari seorang penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan, yang tidak diatur dalam Pasal-pasal terdahulu pada Persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di Negara tersebut kecuali jika penghasilan tersebut diperoleh dari sumber-sumber di Negara pihak pada Persetujuan lainnya, maka penghasilan tersebut boleh dikenakan pajak di Negara lainnya tersebut. bahwa berdasarkan hasil penilaian pembuktian tersebut pada uraian diatas, peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta keyakinan Majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis berkesimpulan Pembayaran kepada Incenplus Marketing Sdn Bhd berupa Imbalan Jasa Konsultasi Iklan Honda sebesar Rp20.724.810,00 tetap dipertahankan. Service and Management Fee sebesar Rp 1.159.751.195,00 Menurut Terbanding: bahwa Terbanding melakukan Koreksi atas Pembayaran Service and Management Fee kepada Pusat sebesar Rp1.159.751.195,00 yang semula adalah imbalan jasa direklasifikasikan sebagai dividen terselubung, sesuai dengan koreksi di Pajak Penghasilan Badan. Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Biaya Service and Management Fee yang dibayarkan kepada Pusat sebesar Rp1.159.751.195,00 tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26, Pemohon Banding telah melampirkan Surat Keterangan Domisili dari Pusat sebagai sebagai bukti bahwa pihak rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan kewajiban perpajakannya dinegaranya. Menurut Majelis : bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : bahwa Terbanding melakukan Koreksi Obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Pembayaran Service and Management Fee kepada Pusatsebesar Rp1.159.751.195,00 yang semula adalah imbalan jasa direklasifikasikan sebagai dividen terselubung, sesuai dengan koreksi di Pajak Penghasilan Badan. bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Terbanding Nomor : LAP73/WPJ.06/KP.1605/2007 tanggal 26 Maret 2007 diketahui bahwa di Pajak Penghasilan Badan, Terbanding melakukan Koreksi atas Pembayaran Biaya Service & Agreement Fee kepada Chuo Senko Adv. Co.Ltd, Jepang sebesar Rp1.159.751.195,00 karena secara substansi kepemilikan Pemohon Banding sebenarnya ada ditangan Pusat sehingga Pembayaran Biaya Service & Agreement Fee tersebut merupakan bentuk pembayaran dividen terselubung, yang sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan jo KEP-141/PJ./2004 tidak boleh dijadikan sebagai Pengurang Penghasilan Bruto. bahwa dengan Surat Banding Nomor : 105/CSI/IX/08 tanggal 24 September 2008, Pemohon Banding juga mengajukan banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor : KEP-1002/WPJ.06/BD.06/2008 tanggal 25 Juni 2008 mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak

Penghasilan Badan Tahun Pajak 2005 Nomor : 00019/406/05/077/07 tanggal 27 Maret 2007, dengan alasan Biaya Service & Agreement Fee ke Pusat sebesar Rp1.159.751.195,00 adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Pusat dalam rangka membina hubungan baik dengan klien unit terutama dengan kantor pusat mereka yang berada di Jepang. bahwa atas banding tersebut, Pengadilan Pajak dengan Putusan Nomor : Put. 28831/PP/M.VII/15/2011 tanggal 27 Januari 2011 telah memutuskan untuk membatalkan koreksi Terbanding atas Biaya Service & Agreement Fee sebesar Rp 1.159.751.195,00, karena berdasarkan hasil penilaian pembuktian dapat diyakini bahwa Pembayaran Service dan Agreement Fee sebesar Rp1.159.751.195,00 kepada Pusat bukan merupakan pembayaran dividen tetapi merupakan pembayaran atas biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Pusat dalam rangka membina hubungan baik dengan klien unit terutama dengan kantor pusat mereka yang berada di Jepang. bahwa Pemohon Banding dalam Surat Banding menyatakan tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena sesuai dengan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Biaya Service and Management Fee yang dibayarkan kepada Pusat sebesar Rp1.159.751.195,00 tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26; bahwa angka 2 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) menyatakan : untuk memberikan kemudahan bagi semua pihak, penerapan Pajak Penghasilan Pasal 26 sesuai dengan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dilaksanakan sebagai berikut : Wajib Pajak luar negeri wajib menyerahkan asli Surat Keterangan Domisili kepada pihak yang berkedudukan di Indonesia yang membayar penghasilan dan menyampaikan fotokopi Surat Keterangan Domisili tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat pihak yang membayar penghasilan terdaftar; bahwa berdasarkan penelitian Majelis diketahui bahwa Pemohon Banding telah melampirkan Surat Keterangan Domisili dari Pusat sebagai sebagai bukti bahwa pihak rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan kewajiban perpajakannya dinegaranya; bahwa angka 4 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) menyatakan : Dalam penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang telah berlaku, perlu diperhatikan pula ketentuan-ketentuan yang menyangkut beberapa hal sebagai berikut : Jasa yang dilakukan di luar Indonesia oleh penduduk negara treaty partner: 1). Berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang telah berlaku, pada umumnya imbalan atas jasa yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri merupakan laba usaha sehingga pengenaan pajaknya hanya dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak luar negeri tersebut melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di Indonesia. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda dengan Jerman,Luxembourg, Swiss dan Pakistan, khususnya yang berhubungan dengan pemberian jasa teknik, manajemen dan konsultasi yang dilakukan di Indonesia,dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 meskipun pemberi jasa tidak mempunyai BUT di Indonesia. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 26 tersebut adalah dengan Jerman sebesar 7,5%, dengan Luxembourg sebesar 10%, dengan Swiss sebesar 5%,dan dengan Pakistan sebesar 15%.

2). Penentuan adanya BUT di Indonesia ditentukan berdasarkan jangka waktu (time test) yang berlaku di masing-masing Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda . - Dalam hal persyaratan jangka waktu untuk adanya BUT di Indonesia dipenuhi maka atas imbalan jasa tersebut dikenakan pajak di Indonesia dan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. - Dalam hal jangka waktu mengenai adanya BUT tidak dipenuhi maka atas imbalan jasa tersebut tidak dapat dikenakan Pajak di Indonesia,kecuali yang dibayar atau terutang kepada penduduk Jerman,Luxembourg, Swiss dan Pakistan. Hak pemajakannya dilakukan oleh negara treaty partner tempat kedudukan (residence) dari Wajib Pajak luar negeri tersebut. 3). Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka perlu ditegaskan bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, atas jasa yang dilakukan di luar negeri oleh penduduk negara treaty partner, Indonesia tidak dapat mengenakan Pajak Penghasilan atas imbalan jasa tersebut. bahwa karena dengan Putusan Nomor : Put. 28831/PP/M.VII/15/2011 tanggal 27 Januari 2011 Majelis telah memutuskan bahwa pembayaran sebesar Rp1.159.751.195,00 tersebut merupakan pembayaran atas imbalan jasa maka sesuai angka 4 huruf a point 1 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 diatas, pengenaan pajaknya hanya dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak Luar Negeri tersebut melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di Indonesia. bahwa Pasal 22 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas Pendapatan, menyatakan : 1. Bagian-bagian dan pendapatan dari seorang penduduk suatu Negara, darimanapun asalnya, yang tidak diatur dalam Pasal-pasal terdahulu dari persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di Negara itu. 2. Ketentuan-ketentuan ayat (1) tidak akan berlaku terhadap pendapatan yang berasal dari harta tak gerak seperti dirumuskan dalam Pasal 6 ayat (2), jika penerimaan pendapatan itu merupakan penduduk dari suatu Negara, menjalankan perusahaan dengan suatu pendirian tetap di Negara lain, atau melakukan pekerjaan bebas dengan suatu tempat tertentu di Negara lain, dan hak atau kekayaan sehubungan dengan mana pendapatan itu dibayarkan mempunyai hubungan efektif dengan pendirian tetap atau tempat tertentu itu. Dalam hal demikian, melihat pada masalahnya berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14. bahwa Pasal 7 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas Pendapatan, menyatakan : 1. Laba perusahaan disuatu Negara hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali perusahaan itu menjalankan usahannya di Negara lainnya, melalui suatu pendirian tetap yang berkedudukan disitu. Jika perusahaan menjalankan usahannya seperti yang dikatakan sebelumnya, laba dari perusahaan itu bisa dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya mengenai bagian laba yang dianggap berasal dari pendirian tetap tersebut. 2. Mengikuti ketentuan-ketentuan pada ayat 3, jika suatu perusahaan dari suatu Negara menjalankan usahannya di Negara lain melalui suatu

pendirian tetap yang berkedudukan disitu, masing-masing Negara akan memperhitungkan laba pendirian tetap itu sama dengan laba seandainya pendirian tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah dan berdiri sendiri, yang melakukan kegiatan-kegiatan yang sama atau sejenis dalam keadaan yang sama atau serupa, dan yang mengadakan hubungan sepenuhnya bebas dengan perusahaan yang mempunyai pendirian tetap tersebut. 3. Dalam menentukan laba suatu pendirian tetap, akan diijinkan pengurangan-pengurangan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan-kepentingan pendirian tetap itu termasuk biaya untuk para pimpinan dan biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara tempat pendirian tetap itu berkedudukan maupun tempat lainnya. 4. Selama menjadi kebiasaan di suatu Negara untuk menetapkan laba yang diperkirakan diperoleh suatu pendirian tetap berdasarkan suatu pembagian laba dari keseluruhan laba perusahaan terhadap pelbagai bagiannya, ketentuan-ketentuan dalam ayat 2 tidak akan menutup kemungkinan bagi perusahaan di Negara itu untuk menetapkan laba yang dikenakan pajak atas suatu pembagian laba seperti itu yang mungkin merupakan kebiasaan; bagaimanapun cara penghitungan pembagian yang dianut, akan menjadikan hasilnya sesuai dengan azas-azas yang terkandung dalam pasal ini. 5. Tidak ada laba yang diperoleh suatu pendirian tetap hanya karena pembelian barang-barang atau barang-barang dagangan oleh pendirian tetap itu bagi perusahaannya. 6. Untuk kepentingan-kepentingan ayat-ayat terdahulu, laba yang diperoleh suatu pendirian tetap akan ditentukan dengan cara perhitungan yang sama dari tahun ke tahun kecuali bila ada alasan yang cukup kuat untuk melakukan penyimpangan. 7. Jika dalam jumlah laba termasuk unsur-unsur pendapatan yang diatur secara tersendiri oleh Pasal-pasal lain dari Persetujuan ini, maka ketentuan-ketentuan dalam Pasal-pasal itu tidak akan terpengaruh oleh ketentuan-ketentuan dalam Pasal ini. bahwa Pasal 14 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas Pendapatan, menyatakan : 1. Pendapatan yang diterima seorang penduduk suatu Negara sehubungan dengan pekerjaan bebas atau pekerjaan lain yang bersifat sama, hanya akan dikenakan pajak di Negara itu, kecuali ia mempunyai tempat tertentu yang secara teratur dipergunakan untuk melakukan pekerjaannya di Negara lain atau ia berada di Negara lain itu untuk suatu masa atau masa masa yang tidak melebihi jumlah 183 hari dalam suatu tahun takwim, apabila ia mempunyai tempat tertentu atau tinggal di Negara lain seperti disebut diatas, maka pendapatannya dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya bagian pendapatan yang dianggap berasal dari tempat tertentu itu atau pendapatan yang diterima selama masa ia berada di Negara lain tersebut. 2. Istilah "pekerjaan bebas" meliputi terutama, pekerjaan bebas dibidang ilmu pengetahuan, kesusastraan, kesenian pendidikan atau pengajaran demikian pula pekerjaan bebas yang dilakukan oleh dokter, ahli hukum, ahli tehnik, arsitek, dokter gigi dan akuntan.

bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor : LAP-73/WPJ.06/KP.1605/2006 tanggal 26 Maret 2007 diketahui bahwa Status Pemohon Banding adalah Perusahaan Swasta dan bukan merupakan BUT (Bentuk Usaha Tetap) dari Pusat. bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap bukti dan keterangan yang disampaikan Terbanding dan Pemohon Banding dalam persidangan, diketahui hal-hal sebagai berikut : - terjadi Imbalan Jasa Service dan Agreement Fee yang diterima oleh Wajib Pajak Luar Negeri (Pusat) dari Wajib Pajak Dalam Negeri (Pemohon Banding), - Jasa Service dan Agreement Fee tersebut digunakan Wajib Pajak di Indonesia, - Telah ada Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang, - tidak ada bukti bahwa untuk melakukan Jasa Service dan Agreement Fee tersebut Pemohon Banding mendatangkan pegawai Pusat ke Indonesia, hal ini membuktikan bahwa Jasa Service dan Agreement Fee dilakukan di Jepang, bukan di Indonesia. bahwa karena berdasarkan hasil penilaian pembuktian diketahui bahwa Jasa Service dan Agreement Fee tersebut dilakukan di Luar Negeri oleh penduduk negara treaty partner yang telah memiliki Surat Keterangan Domisili yang masih berlaku maka sesuai angka 4 huruf a point 3 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, maka sesuai Pasal 22 Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia Jepang Majelis berpendapat Indonesia tidak dapat mengenakan Pajak Penghasilan atas imbalan jasa tersebut. bahwa berdasarkan hasil penilaian pembuktian, peraturan perundangundangan perpajakan yang bersangkutan, serta keyakinan Majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis berkesimpulan Koreksi Terbanding atas Biaya Service dan Agreement Fee sebesar Rp1.159.751.195,00 tidak dapat dipertahankan. Marketing Research sebesar Rp 773.256.266,00 Menurut Terbanding: bahwa Terbanding melakukan Koreksi atas Pembayaran Marketing Research kepada Pusatsebesar Rp 773.256.266,00 yang semula adalah imbalan jasa direklasifikasikan sebagai dividen terselubung, sesuai dengan koreksi di Pajak Penghasilan Badan. Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena sesuai dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Biaya Marketing Research yang dibayarkan kepada Pusat sebesar Rp773.256.266,00 tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26, bahwa Pemohon Banding telah melampirkan Surat Keterangan Domisili dari Pusat sebagai sebagai bukti bahwa pihak rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan kewajiban perpajakannya dinegaranya. bahwa setelah Majelis mempelajari keterangan Terbanding dan Pemohon Banding tersebut di atas serta berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : bahwa Terbanding melakukan Koreksi Obyek Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Pembayaran Marketing Research kepada Pusatsebesar Rp 773.256.266,00 yang semula adalah imbalan jasa direklasifikasikan sebagai dividen terselubung, sesuai dengan koreksi di Pajak Penghasilan Badan.

Menurut Majelis :

bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor : LAP73/WPJ.06/KP.1605/2007 tanggal 26 Maret 2007 diketahui bahwa di Pajak Penghasilan Badan, Terbanding melakukan Koreksi atas Marketing Research kepada Pusatsebesar Rp 773.256.266,00 karena secara substansi kepemilikan Pemohon Banding sebenarnya ada ditangan Chuo Senko Adv. Co.Ltd sehingga Pembayaran Biaya Marketing Research tersebut merupakan bentuk pembayaran dividen terselubung, yang sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan jo KEP-141/PJ./2004 tidak boleh dijadikan sebagai Pengurang Penghasilan Bruto. bahwa dengan Surat Banding Nomor : 105/CSI/IX/08 tanggal 24 September 2008, Pemohon Banding juga mengajukan banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor : KEP-1002/WPJ.06/BD.06/2008 tanggal 25 Juni 2008 mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2005 Nomor : 00019/406/05/077/07 tanggal 27 Maret 2007, dengan alasan Biaya Marketing Research kepada Pusatsebesar Rp 773.256.266,00 merupakan pembayaran jasa dalam rangka memperoleh masukan dari konsumen, analisa trend pemasaran, perilaku konsumen dan juga untuk membuat suatu strategi pemasaran guna meningkatkan penjualan dari produk klien Pemohon Banding. bahwa atas banding tersebut, Pengadilan Pajak dengan Putusan Nomor : Put. 28831/PP/M.VII/15/2011 tanggal 27 Januari 2011 telah memutuskan untuk membatalkan koreksi Terbanding atas Biaya Marketing Research sebesar Rp773.256.266,00, karena berdasarkan hasil penilaian pembuktian dapat diyakini bahwa Pembayaran Marketing Research kepada Pusat sebesar Rp773.256.266,00 bukan merupakan pembayaran dividen tetapi merupakan pembayaran atas biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Pusat, Jepang dalam rangka memperoleh masukan dari konsumen, analisa trend pemasaran, perilaku konsumen dan juga untuk membuat suatu strategi pemasaran guna meningkatkan penjualan dari produk klien Pemohon Banding. bahwa Pemohon Banding dalam Surat Banding menyatakan tidak setuju dengan koreksi Terbanding karena sesuai dengan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang, Biaya Marketing Research yang dibayarkan kepada Pusat, sebesar Rp773.256.266,00 tersebut tidak terhutang Pajak Penghasilan Pasal 26. bahwa angka 2 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) menyatakan : untuk memberikan kemudahan bagi semua pihak, penerapan Pajak Penghasilan Pasal 26 sesuai dengan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dilaksanakan sebagai berikut : Wajib Pajak luar negeri wajib menyerahkan asli Surat Keterangan Domisili kepada pihak yang berkedudukan di Indonesia yang membayar penghasilan dan menyampaikan fotokopi Surat Keterangan Domisili tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat pihak yang membayar penghasilan terdaftar. bahwa berdasarkan penelitian Majelis diketahui bahwa Pemohon Banding telah melampirkan Surat Keterangan Domisili dari Pusat (Jepang) sebagai sebagai bukti bahwa pihak rekanan adalah Wajib Pajak yang telah melakukan kewajiban perpajakannya dinegaranya. bahwa angka 4 huruf a Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) menyatakan : Dalam penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang telah berlaku, perlu diperhatikan pula ketentuanketentuan yang menyangkut beberapa hal sebagai berikut : Jasa yang dilakukan di luar Indonesia oleh penduduk negara treaty partner:

1). Berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang telah berlaku, pada umumnya imbalan atas jasa yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri merupakan laba usaha sehingga pengenaan pajaknya hanya dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak luar negeri tersebut melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di Indonesia. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda dengan Jerman,Luxembourg, Swiss dan Pakistan, khususnya yang berhubungan dengan pemberian jasa teknik, manajemen dan konsultasi yang dilakukan di Indonesia,dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 meskipun pemberi jasa tidak mempunyai BUT di Indonesia. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 26 tersebut adalah dengan Jerman sebesar 7,5%, dengan Luxembourg sebesar 10%, dengan Swiss sebesar 5%,dan dengan Pakistan sebesar 15%. 2). Penentuan adanya BUT di Indonesia ditentukan berdasarkan jangka waktu (time test) yang berlaku di masing-masing Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda . - Dalam hal persyaratan jangka waktu untuk adanya BUT di Indonesia dipenuhi. maka atas imbalan jasa tersebut dikenakan pajak di Indonesia dan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. - Dalam hal jangka waktu mengenai adanya BUT tidak dipenuhi maka atas imbalan jasa tersebut tidak dapat dikenakan Pajak di Indonesia,kecuali yang dibayar atau terutang kepada penduduk Jerman,Luxembourg, Swiss dan Pakistan. Hak pemajakannya dilakukan oleh negara treaty partner tempat kedudukan (residence) dari Wajib Pajak luar negeri tersebut. 3). Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka perlu ditegaskan bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, atas jasa yang dilakukan di luar negeri oleh penduduk negara treaty partner, Indonesia tidak dapat mengenakan Pajak Penghasilan atas imbalan jasa tersebut. bahwa karena dengan Putusan Nomor : Put. 28831/PP/M.VII/15/2011 tanggal 27 Januari 2011 Majelis telah memutuskan bahwa pembayaran sebesar Rp773.256.266,00 tersebut merupakan pembayaran atas imbalan jasa maka sesuai angka 4 huruf a point 1 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 diatas, pengenaan pajaknya hanya dapat dilakukan di Indonesia apabila Wajib Pajak Luar Negeri tersebut melakukan jasa di Indonesia melalui suatu BUT di Indonesia. bahwa Pasal 22 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas Pendapatan, menyatakan : 1. Bagian-bagian dan pendapatan dari seorang penduduk suatu Negara, darimanapun asalnya, yang tidak diatur dalam Pasal-pasal terdahulu dari persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di Negara itu. 2. Ketentuan-ketentuan ayat (1) tidak akan berlaku terhadap pendapatan yang berasal dari harta tak gerak seperti dirumuskan dalam Pasal 6 ayat (2), jika penerimaan pendapatan itu merupakan penduduk dari suatu Negara, menjalankan perusahaan dengan suatu pendirian tetap di Negara lain, atau melakukan pekerjaan bebas dengan suatu tempat tertentu di Negara lain, dan hak atau kekayaan sehubungan dengan mana pendapatan itu dibayarkan mempunyai hubungan efektif dengan pendirian

tetap atau tempat tertentu itu. Dalam hal demikian, melihat pada masalahnya berlaku ketentuan-ketentuan Pasal 7 atau Pasal 14. bahwa Pasal 7 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas Pendapatan, menyatakan : 1. Laba perusahaan disuatu Negara hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali perusahaan itu menjalankan usahannya di Negara lainnya, melalui suatu pendirian tetap yang berkedudukan disitu. Jika perusahaan menjalankan usahannya seperti yang dikatakan sebelumnya, laba dari perusahaan itu bisa dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya mengenai bagian laba yang dianggap berasal dari pendirian tetap tersebut. 2. Mengikuti ketentuan-ketentuan pada ayat 3, jika suatu perusahaan dari suatu Negara menjalankan usahannya di Negara lain melalui suatu pendirian tetap yang berkedudukan disitu, masing-masing Negara akan memperhitungkan laba pendirian tetap itu sama dengan laba seandainya pendirian tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah dan berdiri sendiri, yang melakukan kegiatan-kegiatan yang sama atau sejenis dalam keadaan yang sama atau serupa, dan yang mengadakan hubungan sepenuhnya bebas dengan perusahaan yang mempunyai pendirian tetap tersebut. 3. Dalam menentukan laba suatu pendirian tetap, akan diijinkan pengurangan-pengurangan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan-kepentingan pendirian tetap itu termasuk biaya untuk para pimpinan dan biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara tempat pendirian tetap itu berkedudukan maupun tempat lainnya. 4. Selama menjadi kebiasaan di suatu Negara untuk menetapkan laba yang diperkirakan diperoleh suatu pendirian tetap berdasarkan suatu pembagian laba dari keseluruhan laba perusahaan terhadap pelbagai bagiannya, ketentuan-ketentuan dalam ayat 2 tidak akan menutup kemungkinan bagi perusahaan di Negara itu untuk menetapkan laba yang dikenakan pajak atas suatu pembagian laba seperti itu yang mungkin merupakan kebiasaan; bagaimanapun cara penghitungan pembagian yang dianut, akan menjadikan hasilnya sesuai dengan azas-azas yang terkandung dalam pasal ini. 5. Tidak ada laba yang diperoleh suatu pendirian tetap hanya karena pembelian barang-barang atau barang-barang dagangan oleh pendirian tetap itu bagi perusahaannya. 6. Untuk kepentingan-kepentingan ayat-ayat terdahulu, laba yang diperoleh suatu pendirian tetap akan ditentukan dengan cara perhitungan yang sama dari tahun ke tahun kecuali bila ada alasan yang cukup kuat untuk melakukan penyimpangan. 7. Jika dalam jumlah laba termasuk unsur-unsur pendapatan yang diatur secara tersendiri oleh Pasal-pasal lain dari Persetujuan ini, maka ketentuan-ketentuan dalam Pasal-pasal itu tidak akan terpengaruh oleh ketentuan-ketentuan dalam Pasal ini. bahwa Pasal 14 Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Jepang tentang Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berhubungan Dengan Pajak-Pajak Atas Pendapatan, menyatakan :

1. Pendapatan yang diterima seorang penduduk suatu Negara sehubungan dengan pekerjaan bebas atau pekerjaan lain yang bersifat sama, hanya akan dikenakan pajak di Negara itu, kecuali ia mempunyai tempat tertentu yang secara teratur dipergunakan untuk melakukan pekerjaannya di Negara lain atau ia berada di Negara lain itu untuk suatu masa atau masa masa yang tidak melebihi jumlah 183 hari dalam suatu tahun takwim, apabila ia mempunyai tempat tertentu atau tinggal di Negara lain seperti disebut diatas, maka pendapatannya dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya bagian pendapatan yang dianggap berasal dari tempat tertentu itu atau pendapatan yang diterima selama masa ia berada di Negara lain tersebut. 2. Istilah "pekerjaan bebas" meliputi terutama, pekerjaan bebas dibidang ilmu pengetahuan, kesusastraan, kesenian pendidikan atau pengajaran demikian pula pekerjaan bebas yang dilakukan oleh dokter, ahli hukum, ahli tehnik, arsitek, dokter gigi dan akuntan. bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor : LAP-73/WPJ.06/KP.1605/2006 tanggal 26 Maret 2007 diketahui bahwa Status Pemohon Banding adalah Perusahaan Swasta dan bukan merupakan BUT (Bentuk Usaha Tetap) dari Pusat. bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap bukti dan keterangan yang disampaikan Terbanding dan Pemohon Banding dalam persidangan, diketahui hal-hal sebagai berikut : - terjadi Imbalan Jasa Marketing Research yang diterima oleh Wajib Pajak Luar Negeri (Pusat) dari Wajib Pajak Dalam Negeri (Pemohon Banding), - Jasa Marketing Research tersebut digunakan Wajib Pajak di Indonesia, - Telah ada Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang, - tidak ada bukti bahwa untuk melakukan Jasa Marketing Research tersebut Pemohon Banding mendatangkan pegawai Pusat ke Indonesia, hal ini membuktikan bahwa Jasa Marketing Research dilakukan di Jepang, bukan di Indonesia. bahwa karena berdasarkan hasil penilaian pembuktian diketahui bahwa Jasa Marketing Research tersebut dilakukan di Luar Negeri oleh penduduk negara treaty partner yang telah memiliki SKD yang masih berlaku maka sesuai angka 4 huruf a point 3 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda, maka sesuai Pasal 22 Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia Jepang Majelis berpendapat Indonesia tidak dapat mengenakan Pajak Penghasilan atas imbalan jasa tersebut. bahwa berdasarkan hasil penilaian pembuktian, peraturan perundangundangan perpajakan yang bersangkutan, serta keyakinan Majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis berkesimpulan Koreksi Terbanding atas Biaya Marketing Research sebesar Rp773.256.266,00 tidak dapat dipertahankan. bahwa dalam perkara banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak. bahwa dalam perkara banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit pajak. bahwa dalam perkara banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya.

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding, sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 26 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2005menjadi sbb :
Dasar Pengenaan Pajak cfm Keputusan Koreksi yang tidak dapat dipertahankan: - Biaya Marketing Research Rp 773.256.266,00 - Biaya Service & Agreement Fee Rp1.159.751.195,00 Jumlah Koreksi yang tidak dapat dipertahankan Dasar Pengenaan Pajak cfm Majelis Pajak Penghasilan yang terutang Kredit Pajak Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Sanksi Administrasi Pasal 13 ayat (2) KUP Jumlah yang masih harus dibayar Rp 3.191.378.107,00

Rp 1.933.007.461,00 Rp 1.258.370.646,00 Rp 211.954.551,00 Rp 42.134.778,00 Rp 169.819.773,00 Rp 50.945.032,00 Rp 220.764.805,00

Memperhatikan

Surat Banding Pemohon Banding, Surat Uraian Banding Terbanding dan Surat Bantahan Pemohon Banding serta hasil pemeriksaan dan pembuktian dalam persidangan serta kesimpulan di atas. 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, 2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 16 Tahun 2000, 3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. 4. Ketentuan Perundang-undangan terkait.

Mengingat

Memutuskan

Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-1073/WPJ.06/BD.06/2008 tanggal 2 Juli 2008 mengenai Pembetulan atas Surat Keputusan DJP Nomor : KEP1004/WPJ.06/BD.06/2008 tanggal 25 Juni 2008 tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 26 Nomor : 00005/204/05/077/07 tanggal 27 Maret 2007 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 2005, sehingga penghitungan pajak adalah sebagai berikut : Dasar Pengenaan Pajak Pajak Penghasilan yang terutang Kredit Pajak Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Sanksi Administrasi Pasal 13 ayat (2) KUP Jumlah yang masih harus dibayar Rp 1.258.370.646,00 Rp 211.954.551,00 Rp 42.134.778,00 Rp 169.819.773,00 Rp 50.945.032,00 Rp 220.764.805,00

Anda mungkin juga menyukai