Anda di halaman 1dari 6

RESUME: MENIMBANG BAIK BURUK MANAJEMEN LABA

Annisa Nur Fitriyah 2013320042


Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pendahuluan
Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK 1 tahun 2012 tentang Penyajian Laporan Keuangan:
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Pengertian tersebut menggambarkan betapa pentingnya sebuah laporan keuangan bagi
perusahaan sebagai citra dimata publik dan dasar bagi pengambilan keputusan. Laporan
keuangan sebagai tolak ukur kinerja perusahaan identik dengan laba/rugi perusahaan yang
diinformasikan didalamnya. Begitu pentingnya laba/rugi perusahaan menjadi ukuran terakhir
bagi kinerja perusahaan hingga munculnya istilah manajemen laba. Manajemen laba
merupakan tindakan menaikan atau menurunkan laba dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Hingga saat ini manajemen laba masih menimbulkan kontroversi.
Dilihat dari sudut pandang akademik apa yang diajarkan mengenai transparansi dan
keandalan akuntansi berbanding terbalik dengan kontroversi yang terjadi dikalangan para ahli
akuntansi mengenai manajemen laba. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penulis untuk
membedah Menimbang Baik Buruk Manajemen Laba.

Apa Itu Manajemen Laba?


Manajemen Laba. Berasal dari 2 kata yaitu manajemen dan laba. Menurut Wilson,
manajemen adalah sebuah rangkaian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para anggota
organisasi dalam upaya mencapai sasaran organisasi. Dan laba adalah kelebihan pendapatan
yang didapat perusahaan atas beban yang dikeluarkan perusahaan. Jadi, manajemen laba
adalah suatu rangkaian tindakan-tindakan terhadap kelebihan pendapatan atas beban
perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan tertentu
perusahaan.
|Manajemen Laba |

Manajemen laba menurut para ahli:

Assih dan Gudono (2000). Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan
sengaja dalam batasan General Addopted Accounting Principles (GAAP) untuk
mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.

Healy dan Wallen (1999). Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau
untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada
angka akuntansi.
Manajemen laba merupakan tindakan merekayasa laba yang dilakukan perusahaan

untuk tujuan menghindari hal-hal yang merugikan perusahaan seperti pajak yang terlalu
tinggi, kehilangan investor, ketidakpercayaan masyarakat, dan lain-lain. Hingga saat ini
manajemen laba masih kontroversial, satu sisi menganggap bahwa manajemen laba adalah
hal yang wajar karena prakteknya berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum,
namun disisi lain manajemen laba dianggap sebagai tindakan yang menyesatkan pengambil
keputusan. Tidak hanya pada prakteknya, hal kontroversial tersebut juga tercermin pada
definisi manajemen laba menurut para ahli.

Apa Tujuannya?
Manajemen laba dengan segala keterbatasannya yang dianggap kontroversial oleh
beberapa pihak tetap masih dilakukan oleh perusahaan-perusahaan denga beberapa tujuan dan
maksud tertentu. Maksud dan tujuannya tentu dapat dilihat dari apa motivasi perusahaan
menerapkan manajemen laba, diantaranya:
1. Bonus
Bonus yang akan didapat oleh manajer tentu didasari oleh bagaimana kinerja perusahaan.
Kinerja yang tercermin pada laba perusahaan membuat manajemen laba tentu akan
menjadi pilihan ketika tujuan manajer adalah bonus. Semakin tinggi laba yang diperoleh
akan berpengaruh positif terhadap tingginya bonus yang akan didapat.
2. Perjanjian hutang
Perjanjian hutang yang telah atau akan di-taken oleh perusahaan menjadi dasar
diterapkannya manajemen laba dalam perusahaan. Mengapa? Karena jika laba bersih

|Manajemen Laba |

yang dilaporkan cenderung rendah, maka peminjam akan berpikir dua kali bahkan
berkali-kali untuk memberikan pinjaman dan peminjam akan berpendapat bahwa
perusahaan yang dihutangkan atau akan dihutangkan sedang tidak dalam kondisi baik,
dan tentu ini akan merugikan perusahaan.
3. Biaya politik
Biaya politik yang identik dengan pemerintah dan hubungannya dengan manajemen laba
dapat digambarkan dengan contoh: BUMN kecenderungan akan melaporkan laba yang
rendah jika akan mengeluarkan kebijakan kenaikan tarif listrik atau BBM, dan cenderung
melaporkan laba tinggi jika presiden ingin mengukur kinerja mereka atau mengancam
melepas mereka dari wilayah investasi negara jika kinerjanya tidak baik. Lagi-lagi
kecenderungan kinerja dilihat hanya dari laba saja.
4. Pajak
Manajemen laba dalam kaitannya dengan pajak rasanya sudah menjadi rahasia umum.
Perusahaan diperbolehkan melakukan manajemen laba untuk menghindari pembayaran
pajak yang dirasa tinggi.
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer)
Motivasi untuk memaksimalkan laba saat terjadi pergantian CEO muncul dikarenakan
untuk meningkatkan bonus pada saat CEO mendekati masa pensiun.
6. IPO (Initial Public Offering)
Bagi perusahaan yang baru pertama kali muncul dalam bursa saham publik informasi
mengenai laba bersih sebagai sinyal bagi para investor adalah hal yang sangat penting
tentang bagaimana nilai perusahaan.
Tidak hanya motivasi-motivasi tersebut, manajemen laba juga dilakukan dengan alasan:
Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan para pemegang saham terhadap
manajer. Tingkat perolehan laba masih menjadi tolak ukur paling penting dalam
mengukur prestasi manajer dalam mengelola perusahaan yang telah ditanamkan
investasi didalamnya.
Manajemen laba dapat meningkatkan hubungan baik dengan para kreditor. Laba
sebagai tolak ukur kinerja perusahaan, semakin tinggi laba nya sama dengan semakin
besar pendapatannya dianggap akan memberikan posisi tawar yang relatif positif
dalam kontrak hutang dengan kreditor.

|Manajemen Laba |

Manajemen laba dapat menjadi daya tarik investor untuk mau menanamkan modalnya
khususnya pada perusahaan go publik saat IPO.

Bolehkah?
Berdasarkan beberapa literatur yang telah penulis baca, manajemen laba
diperbolehkan dalam dunia akuntansi karena prakteknya masih sesuai prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku. Secar tersirat, manajemen laba ini dilakukan dengan cara mengotakatik metode ataupun unsur dari metode akuntansi yang digunakan agar efeknya pada laba
yang ditampilkan bisa lebih good looking. Laba merupakan selisih antara pendapatan dan
beban, maka manajemen laba dilakukan dengan cara menaikan pendapatan, menurunkan
pendapatan, menaikan beban, atau menurunkan beban. Berikut adalah beberapa teknik yang
dilakukan dalam manajemen laba, diantaranya:
1. Metode depresiasi yang dirubah. Perubahan metode depresiasi dapat mengurangi
beban depresiasi yang tersaji dalam laporan keuangan sehingga laba dapat terlihat lebih
besar.
2. Tidak menutup periode akuntansi. Perusahaan bisa tetap membuka periode akuntansi
agar penjualan diperiode yang seharusnya muncul pada data periode mendatang bisa
masuk kedalam data periode yang sedang berjalan sehingga laba terlihat lebih besar.
3. Pengakuan terhadap seluruh penjualan. Penjualan diakui secara keseluruhan
sekalipun barangnya belum dikirim, hal ini akan secara otomatis membuat laba yang
tersaji lebih besar karena angka penjualan yang meningkat yang belum seharusnya.
4. Penetapan cadangan kerugian piutang tak tertagih. Dengan nilai penetapan yang
dikecilkan dari seharusnya, maka beban yang seharusnya terjadi angkanya lebih besar.
Dan pengecilan terhadap nilai cadangan kerugian piutang tak tertagih yang terjadi
membuat laba yang tersaji terlihat lebih besar.
5. Dan lain-lain.
Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, manajemen laba yang
dilakukan hanya memanfaatkan celah-celah yang muncul dalam akuntansi itu sendiri. Maka
bagi beberapa kalangan manajemen laba dianggap sebagai hal yang diperbolehkan. Namun,
bagi sebagian kalangan yang lain manajemen laba yang dilakukan dianggap sebagai tidak
adanya transparansi perusahaan ke publik, sehingga laporan keuangan yang ditampilkan tidak
bisa dipastikan keandalannya.
|Manajemen Laba |

Mengenai dasar hukum yang mendasari manajemen laba, berdasarkan beberapa


literatur yang penulis telah baca, tidak ada yang mengatur secara pasti mengenai manajemen
laba ini.
Manajemen laba tidak bisa disamakan dengan fraud dikarenakan dari sisi pengertian
dan syarat-syarat suatu tindakan dikatakan fraud adalah jelas berbeda. Namun, Fraud dan
manajemen laba memiliki objektif yang sama yaitu memanipulasi laporan keuangan tetapi
memiliki definisi yang berbeda. Lalu mengapa banyak kasus fraud besar (Enron, Kimia
Farma, dsb) yang terjadi terkait dengan laporan keuangan dilatarbelakangi oleh manajemen
laba? Berdasarkan beberapa literatur, fraud yang terjadi atas manajemen laba merupakan
tindakan manajemen laba yang ekstrem. Artinya, fraud yang terjadi saat itu merupakan
puncak dari manajemen-manajemen laba yang telah terus menerus dilakukan selama
beberapa tahun belakangan dan lama kelamaan menjadi tindakan yang ekstrem. Atau,
manajemen laba dan fraud dilakukan secara bersamaan yang akhirnya menimbulkan fakta
bahwa fraud yang terjadi dilatar belakangi oleh manajemen laba.

Kesimpulan
Manajemen laba adalah suatu tindakan menaikan atau menurunkan laba yang tersaji
dalam laporan keuangan dengan tujuan tertentu, seperti IPO, perjanjian hutang, bonus, dan
sebagainya. Sekalipun banyak kalangan yang menilai bahwa manajemen laba adalah tindakan
yang diperbolehkan karena prakteknya adalah bukan penipuan hanya memanfaatkan celahcelah yang ada dalam akuntansi, namun penulis memiliki pendapat sendiri. Penulis
berpendapat, bagaimanapun tujuan perusahaan dalam melakukan manajemen laba akan lebih
baik jika perusahaan dapat secara jujur dan transparan dalam menyajikan laporan
keuangannya kepada publik. Perusahaan tidak harus serta merta mengejar keuntungan semata
tapi juga harus mempertimbangkan bagaimana aspek akuntabilitas, andal, dan transparansi
pada publik. Laba yang dijadikan sebagai tolak akhir pengukur kinerja perusahaan memang
tetap menjadi poin penting. Pada akhirnya citralah yang sebenarnya menjadi latar belakang
utama manajemen laba. Namun jika memang perusahaan ingin membuat citra yang baik
dimata masyarakat, mengapa harus melakukan manipulasi jika evaluasi, perencanaan yang
baik, dan peningkatan kinerja secara jujur masih bisa dilakukan?

|Manajemen Laba |

Referensi
Tifani et al. -- . Jurnal ilmiah: Analisis Hubungan Manajemen Laba Dan Fraud Dalam
Laporan Keuangan. Universitas Republik Indonesia.
William R. Scoot. 2012. Financial Accounting Theory. Sixth Edition (E-book).
Toronto: Pearson Canada
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: IAI
Website Ilmu Akuntansi Online
Jurnal Ilmiah Online

|Manajemen Laba |

Anda mungkin juga menyukai