Anda di halaman 1dari 2

Majalah Akuntan Indonesia Tantangan akuntan Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community 2015 bukan lagi persoalan individu

u semata. Konstelasi kompetitif tersebut sudah merembes pada nama baik organisasi keprofesian suatu negara dan peran pemerintah dalam mengawal kemenangan akuntan Indonesia untuk memenangkan persaingan tersebut. Untuk menang, organisai keporfesian dan pemerintah tentu membutuhkan strategi dan persiapan juara. Sinergitas kedua lembaga tersebut mutlak dibutuhkan untuk berpikir, bergerakm dan berinovasi dalam memacu kuantitas dan kualitas akuntan Indonesia. Dari segi kualitas, kemampuan dan kompetendi akuntan Indonesia mungkin tidak kalah dengan kauntan dari negara lain. Ini dilihat dari standar pendidikan serta infrasturktur pengembangan kompetensi keprofesian akuntan yang sudah mengacu kepada standar internasional. Dari segi kualitas, potensi Indonesia juga sebenarnya cukup besar. Saat ni register akuntan sudah mencapai 52.000 (meskipun harus dicatat bahwa jumlah ini adalah akumulasi sejak tahun 1950-an). Jumlah ini pun terus bertambah tiap tahun dengan banyaknya lulusan program studi akuntansi di universitas maupun perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Yang perlu di cermati pula adalah jumlah Akuntan Publik yang pertumbuhannya 3 tahun tidak terlalu signifikan (terakhir hanya 4%) dan rendahnya minat sarjana akuntansi mengikuti program sertifikasi profesi. Kita meminta IAI untuk bisa membina akuntan Indonesia agar lebih siap menghadapi ASEAN Economic Community 2015, ujar Kepala Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan Langeng Subur. Berikut petikan wawancara rerporter Majalah Akuntan Indonesia (AI), Widia Pranita Oihuwai dengan Ka. PPAJP Kemenkeu. Sebesar apa profesi akuntan Indonesia untuk berkiprah di luar negeri dan bersaing dengan negara-negara ASEAN? Sebetulnya pihak yang paling berkompeten untuk menilai peluang Akuntan Indonesia untuk berkiprah di luar negeri adalah para Akuntan sendiri serta asosiasi profesi yang menaungi para akuntan tersebut. Pada tahun 2012 kemarin, Kementerian Keuangan melalui konsultan dalam negeri telah menyiapkan kajian tentang daya saing industri akuntansi Indonesia sera memberikan rekomendasi perbaikan untuk penguatan profesi dalam rangka menghadapi AEC 2015. Sejauh mana kesiapan orang Indonesia menerima masuknya akuntan profesional dari negaranegara ASEAN lain dalam negeri? Dan sebaliknya kesiapan tenaga kerja Indonesia khususnya akuntan Indonesia berkiprah ke luar negeri (dalam lingkup negara-negara ASEAN)? Jika dicermati, nampaknya negara-negara ASEAN cenderung melihat Indonesia sebagai pasar bagi tenaga profesional akuntansi dari negar mereka. Dan sebetulnya saat ini pun telah ada akuntan asing yang bekerja di Indonesia melalui pintu sponsor perusahaan-perusahaan yang membutuhkan mereka. Artinya, sebagai mana di negara lain, ada bagian-bagian bangsa ini yang memang memerlukan kehadiran akuntan asing (contohnya adalah perusahan asing). Tantangan kita adalah bagaimana caranya menjadi tuan rumah di negeri sendiri, yakni setidaknya pemakai jasa akuntansi dalam negeri tidak dikuasai akuntan asing. Mengenai kesiapan akuntan Indonesia berkiprah di negara lain, sebagaimana disebutkan tadi, tidak ada jawaban pasti. Pasti ada yang merasa siap dan ada yang tidak siap. Saya melihat ini justru suatu kondisi yang perlu disikapi secara mendalam oleh profesi yang notabene bertanggung jawab atas kualitas dan kompetensi akuntan Indonesia. Jika profesi mampu menghasilkan akuntan yang berkualitas dan kompetitig maka dibuka atau tidaknya pasar jasa akuntansi tentunya tidak menjadi masalah besar. Memang terdapat hal-hal yang dipandang menjadi kelemahan akuntan kita, misalnya kemampuan komunikasi dalam bahsas asing, tapi kelemahan ini sifatnya temporer dan bisa di perbaiki. Hal lain yang perlu dipikirkan dan sifatnya struktural adalah bagaimana menghilangkan atau menipiskan perbedaan kualitas akuntan baik akademis maupun keprofesian antara satu penyelenggara dengan penyelenggara lainnya.

Sebagai informasi, kita saat ini tengah memikirkan langkah untuk jaring pendapat para pelaku serta pemangku kepentingan profesi akuntansi Indonesia atas konsep MRA yang sekarang di bahas. Perkembangan terkini AEC 2015 bahwa jasa akuntan publik Indonesia dikecualikan atau tidak masuk dalam draft AEC 2015, bayangannya seperti apa? Sebagaimana gambaran lebih lengkap, berdasarkan Kerangka Asean Mutual Recognition Arrangement (MRA) Akuntansi yang ditandatangani tahun 2009, perundingan yang dilakukan sekarang adalah perundingan pengakuan kesetaraan kualifikasi keprofesian untuk memfasilitasi arus penyedia jasa akuntansi dalam rangka AEC 2015. Sedangkan sektor jasa akuntansi dan auditing sendiri sampai saat ini belum dibuka/diliberalisasi kecuali jasa tatabutku selain jasa perpajakan. Bahkan, inforasi terakhir dari Kementerian perdagangan sampai 2015 pun jasa akuntansi dan auditing masih mungkin untuk ditutup/tidak diliberalisasi. Namun. Memang tekanan untuk mebuka jasa-jasa ini sangat kuat, terbukti dengan diagendakannya perundingan MRA akuntansi sejak awal perudingan perdagangan jasa se-ASEAN. Terkait MRA, kesepakatan terakhir dalam pembahasan draft MRA adalah bahwa MRA tidak akan meliputi jasa audit atas laporan keuagan dan atau praktik independen. Jadi, MRA tidak mengecualikan akuntan publik. Bahkan konsep sekarang masih didasarkan pada konsep MRA insinyur/arsitek di mana hanya akuntan berizin (akuntan publik) yang berhak memanfaatkan MRA dan mendaftar menjadi ASEAN CPA. Kita sudah mengusulkan agar seluruh akuntan yang bersertifikat profesi (meski tidak berizin) bisa memanfaatkan MRA. Namun, usul itu masih dipertimbangkan negara lain. Tercatat 52.000 register akuntan, Apakah pemerintah mempunyai konsep atau perencanaan mendayagunakan akuntan seperti apa? Kita masih memikirkan cara terbaik untuk mendayagunakan register akuntan. Chartered Accountant (CA) IAI apakah bisa menjadi kunci atau standar minimal dalam persaingan menghadapi AEC 2015 dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina, Thailand serta Vietnam? Akuntan Indonesia Gamang Menghadapi AFTA 2015 Profesi akuntan adalah profesi yang kental nuansa globalnya. Program-program IAI pastinya merujuk kepada praktik terbaik profesi akuntan seluruh dunia, apalagi IAI merupakan anggotaIFAC. Kajian konsultan Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa IAI merupakan salah satu asosiasi profesi yang kuat di ASEAN. Tentunya hal ini merupakan modal yang baik untuk menghadapi persaingan dengan negar ASEAN lainnya. Apa strategi Indonesia menjelang AEC 2015? Untuk lingkup akuntansi, kita ingin liberalisasi jasa akuntansi hanya dilakukan kalau kita sudah siap. Jadi, selama masih ada waktu hal yang mendesak dilakukan adalah menyiapkan dan membenahi profesi disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi antarbangsa. Perlu kerja sama seluruh pihak untuk mengenali kondisi dan permasalahan profesi kita saat ini, merumuskan tujuan/kepentingan yang diinginkan dari proses liberalisasi serta langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagian rekomendasi strategi dan konsultan Kementerian Keuangan dapat dijadikan titik tolak bagi penguatan profesi dalm rangka AEC. WID

Anda mungkin juga menyukai