Anda di halaman 1dari 23

Pendahuluan

Mioma uteri merupakan suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos rahim. Mioma banyak meimbulkan gangguan tapi ada juga yang tidak menimbulkan keluhan dan bahkan akan mengecil pada usia menopause Sering ditemmukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita menderita mioma uteri asimptomatik

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya dikenal juga fibromioma, leimioma, ataupun fibroid.4 Berbatas tegas, memiliki kapsul, terbentuk dari otot polos dan elemen jaringan penyambung . Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong sampai sebesar bola kaki. 6,7

Epidemiologi

Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi pada wanita sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Penelitian di Amerika Serikat yang pernah dilakukan Scwartz menunjukkan angka kejadian mioma uteri adalah 2-12, 8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Angka kejadian mioma uteri 23 kali lebih tinggi pada wanita kulit hitam dibanding kulit putih.8 Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,4%-11,7% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan paling banyak.4 Mioma terjadi pada kira-kira 5% wanita selama masa reproduksi. Tumor ini tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade keempat. Mioma lebih sering terjadi pada pasien nullipara atau wanita yang hanya mempunyai satu anak.9 Faktor keturunan memegang peran dalam angka kejadian mioma uteri. Wanita dari garis keturunan tingkat pertama seorang penderita mioma uteri mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar menderita mioma uteri.10

Etiologi

Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus-menerus oleh hormone estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor pencetus dari terjadinya mioma adalah adanya sel yang imatur. Sampai saat ini belum diketahui penyebab mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone. Estrogen Mioma uteri setelah setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hyperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesirogenase : enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatus, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal. Progesteron Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu : mengaktifkan 17B hidroxydesirogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor. Hormon pertumbuhan Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktifitas biologic serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : 1) Umur Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 3545 tahun. 2) Paritas Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. 3) Faktor ras dan genetik Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. 4) Fungsi ovarium Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun buktibukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

Patofisiologi

Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah dan intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervagina lama dan banyak. Dengan adanya perdarahan pervagina lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri.

Histopatogenesis

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosa, intramural, dan subserosum. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nullipara, faktor keturunan juga berperan. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi atrofi, degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi membatu, degenerasi merah, dan degenerasi lemak.4 Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.4 Degenerasi hialin: Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dengan serabut otot lainnya.4 Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tak teratur berisi seperti agar-agar. Dengan konsistensi lunak ini tumor sukar dibedakan dengan kista ovarium ataupun kehamilan.4 Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama pada wanita usia lanjut oleh gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.4 Degenerasi merah (carneous degeneration): biasanya terjadi pada kehamilan atau nifas.4
4

Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena. Lokasi

Lokasi mioma uteri pada uterus

Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

Lapisan uterus Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

Mioma uteri subserosa Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

Gambaran USG mioma subserous, tampak gambaran massa hipoekhoik yang menonjol ke luar dinding uterus

Mioma uteri intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadangkadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

Gambaran USG mioma intramural, tampak gambaran massa hipoekhoik yang berada di dalam dinding uterus

Mioma uteri submukosa

Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Gambaran USG mioma submukosa, tampak gambaran massan hipoekhoik yang men endometrial line

Diagnosis

Anamnesis Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain : Faktor-faktor risiko terjadinya mioma uteri. seperti:10

Umur: Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40 tahun. Menarche dini: Menarche dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali. Ras: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan AfrikaAmerika memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan wanita Caucasian. Riwayat keluarga: jika memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar. Kehamilan: semakin besar jumlah paritas, maka akan menurunkan angka kejadian mioma uteri. Makanan: Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan hubungan antara makanan dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri. Kebiasaan merokok: Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.

Gejala dan tanda, seperti: Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul yaitu 4:

Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa Atrofi endometrium di atas mioma submukosum Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik

Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Namun gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri. Gejala dan tanda penekanan (Pressure Effects) yang tergantung pada besar dan tempat mioma uteri. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retention urine, obstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul. Pada penderita dengan uterus fibroid tidak dapat dipastikan apakah akan mempengaruhi tingkat kesuburan atau tidak. Fibroid hanya akan mempengaruhi fertilitas hanya berkisar 2-3% kasus. Seberapa besar pengaruh fibroid terhadap kehamilan atau kejadian abortus tergantung dari luasnya fibroid menyebabkab

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan abdomen uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan-perubahan degeneratif. Mioma lebih terpalpasi pada abdomen selama kehamilan. Perlunakan pada abdomen yang disertai nyeri lepas dapat disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan tumor.9 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko mioma meningkat pada wanita yang memiliki berat badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh.10 Pada pemeriksaan pelvis serviks biasanya normal. Namun pada keadaan tertentu, mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum servikalis. Kalau serviks digerakkan, seluruh massa yang padat bergerak. Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus. Pada kasus yang lain pembesaran yang licin mungkin disebabkan oleh kehamilan atau massa ovarium.6 Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan menggunakan sonde uterus. Mioma submukosum kadang- kala dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada pada permukaan kavum uteri.4

Pemeriksaan Penunjang Temuan Laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal. USG ( Ultrasonografi )

Imaging

Untuk menghindari kesalahan sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG pada wanita dengan gangguan perdarahan atau dengan nyeri perut bawah yang hebat. Pemeriksaan transvaginal sonography dapat dilakukan untuk lebih memastikan gambaran uterus fibroid. Untuk lebih memperjelas pemeriksaan terhadap dinding dalam uterus dapat dilakukan dengan sonohisterography yaitu dengan mengisi cavum uteri dengan larutan saline selama pemeriksaan. Uterus fibroid ini biasa didiagnosa banding dengan lapisan dinding uterus yang akan menyebabkan dinding uterus menebal dan terjadi pembesaran uterus. Dari pemeriksaan USG akan tampak sebagai penebalan dinding uterus yang homogeny, sementara fibroid dilihat sebagai area bula dengan batas yang tegas. Adenomiosis merupakan proses yang difus sehingga biasanya pengelolaan dilakukan histerektomi. Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.12 MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah dan ukuran mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma.12

Histeroskopi

MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

Diagnosis banding perlu dipikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri.
4

H. Komplikasi Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,320,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. 4 Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gamgguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. 4 Perdarahan, anemia, perlekatan paca miomektomi, dapat terjadinya ruptur uteri (apabila pasien hamil post miomektomi). 4

Torsi (putaran tangkai)

Komplikasi lain

I. Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Kehamilan

Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :


Kehamilan dapat mengalami keguguran. Persalinan prematuritas. Gangguan proses persalinan. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas. Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.

Pengaruh Timbal Balik Mioma Dan Kehamilan

Pengaruh mioma terhadap kehamilan :

Infertilitas. Abortus. Persalinan prematuritas dan kelainan letak. Inersia uteri. Gangguan jalan persalinan. Perdarahan post partum. Retensi plasenta.
Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.

Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri :

Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

Pentalaksanaan

tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor


Ukuran tumor > uterus 12-14 minggu. Pertumbuhan tumor cepat. Mioma subserosa bertangkai dan torsi. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya. Hipermenorea pada mioma submukosa. Penekanan pada organ sekitarnya.13

Konservatif

Operatif

Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan Monitor keadaan Hb. Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC. Pemberian zat besi Penggunaan agonis GnRH

Enukleasi mioma Histerekto mi Radiotera pi

Penggunaan agonis GnRH

Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah. Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin.

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa : Enukleasi mioma Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea. Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut :

Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang. Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas. Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang.13

Histerektomi Adalah tindakan yang dilakukan bila kesuburan tidak lagi perlu dipertahankan. Kriteria menurut ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut : Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering.14 Radioterapi Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient). Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu. Bukan jenis submukosa. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause. Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan 4

Kesimpulan

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya.

Prevalensinya : Tidak ditemukan pada wanita belum menarche Jarang sekali pd wanita sebelum usia 20 tahun Paling banyak usia 3545 tahunLebih sering pada wanita nulipara atau kurang subur

Setelah menopause kebanyakan sarang myoma lisut, hanya 10% yang masih bertumbuh 212% dari semua pasien ginekologi yg dirawat

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

Secara umum,penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.

Daftatr pustaka
1. 2.

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Rayburn, F,W., Carey, C, J. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta. Hal 268, 270. Mirza Iskandar, 2008. Pengelolaan Uterus Fibroid. http://www.pogisemarang.org/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=1&Item d=6 Coronado GD, Marshall LM, Schwartz SM. Complications in pregnancy, labor, and delivery with uterine leiomiomas: a population based study. Obstet Gynecol. 2000;95;764-769 Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi II. Jakarta : Bina Pustaka, 2005. 337-345. Taber BZ. Kapita selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: Supriyadi T, Gunawan J Edisi 2. Jakarta : EGC, 1994. 268-272. Llewellyn, J, D. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Hipokrates, Jakarta. Hal 263265. Cunningham, Mc Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark. 2003. Williams Obstetrics. Prentice-Hall International.Inc Victory R, Romano W, Bennett J, Diamond M. Clinical Gynecology. Churchill Livingstone, an imprint of Elsevier Inc. 2006. 179-205. Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari-31 Desember 2006. www.files_drsmed.com Parker WH. Etiology, symptomatology, and diagnosis of uterine miomas. Fertility and Sterility.Vol. 87, No. 4, April 2007. p725-3 Kurniasari T. 2010. Karakteristik Mioma Uteri di RSUD Dr.Moewardi periode Januari 2009 Januari 2010. Surakarta: FK UNS Goodwin SC, Spies TB. 2009. Uterin fibroid embolization. 361: 690-697. Moore JG. Essensial Obstetri and Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates, 2001. 378-385 Chelmow,David,M,D., Lee,Susan., Evantash, E. 2005. Gynecologic Myomectomy.

Anda mungkin juga menyukai