Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia selain memberantas kemiskinan, tidak kalah pentingnya juga masalah pendidikan. Pendidikan dipandang sangat penting dalam hidup ini karena sangat menentukan perkembangan bangsa Indonesia saat ini. Tanpa adanya pendidikan masyarakat Indonesia tidak akan dapat maju untuk bersaing dengan bangsa lain. Untuk itu, hal pertama yang harus kita ketahui adalah apa dan bagaimana pendidikan itu. Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika mengetahui tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan pendidikan. Hal itu diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsep dasar yang melandasi, dan wujud pendidikan sebagai sistem

1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1.2.1. Bagaimana gambaran umum dari pengertian pendidikan ? 1.2.2. Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam pendidikan ?

1.3. Tujuan Penulisan Terkait dari latar belakang tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.3.1. Mengetahui perngetian pendidikan itu sendiri. 1.3.2. Mengkaji unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan 1. Batasan tentang Pendidikan Batasan tentang arti pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan kandungannya berbeda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau karena falsafah yang membedakan. Beberapa atasan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu : Pendidikan sebagai Proses Trasformasi Budaya Dalam hal ini pendidikan dapat diartikan sebagai pewarisan budaya dari generasi kegenerasi berikutnya. Nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilainilai kejujuran dan rasa tanggung jawab.

Pendidikan sebagai Proses Transformasi Pembentukan Pribadi Dalam hal ini pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik ke arah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Dikatakan sistematis karena pendidikan berlangsung secara bertahap dan

berkesinambungan, sedangkan sistemik karena pendidikan berlangsung dalam semua situasi, kondisi di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat).

Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja Dalam hal ini pendidikan dimaksudkan untuk mendidik peserta didik untuk memiliki kemampuan dasar untuk bekerja. Peserta didik diberikan bekal agar memiliki sikap yang baik, memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki keterampilan dalam bekerja.

Definisi Pendidikan Menurut GBHN Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa Indonesia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembanguanan bangsa.

2. Tujuan dan Proses Pendidikan a. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Di dalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 tentang tujuan pendidikan, secara jelas disebutkan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara singkat tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya dengan ciri-ciri : 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan 3. Sehat jasmani dan rohani 4. Kepribadian yang mantap dan mandiri 5. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa. Pendidikan hanya mungkin dilaksanakan apabila tujuan yang ingin dicapai itu dibuat jelas, kongkret dan ruang lingkupnya terbatas. Dengan kata lain tujuan umum perlu dirinci sehingga menjadi tujuan yang lebih khusus dan terbatas agar mudah diralisasikan di dalam praktek. Beberapa alasan mengapa diperlukan tujuan khusus yaitu : 1. Pengkhususan tujuan memungkinkan dilaksanakannya tujuan umum. 2. Adanya kekhususan dan minatnya, kemampuan orang tuanya serta lingkungan masyarakatnya.
3

3. Kepribadian yang menjadi sasaran untuk dibentuk dan dikembangkan bersifat kompleks. 4. Adanya tahap-tahap perkembangan pendidikan. 5. Adanya kekhususan masing-masing lembaga penyelenggara pendidikan. 6. Adany persyaratan di lapangan yang harus dipenuhi oleh peserta didik. 7. Diperlukannya teknik tertentu yang menunjang pencapaian tujuan yang lebih lanjut. 8. Adanya kondisi situasional yanitu peristiwa yang kebetulan muncul tanpa direncanakan. 9. Kemampuan yang ada pada pendidik. Dalam praktek pendidikan khusunya pada sistem persekolahan, di dalam rentangan antara tujuan umum dengan tujuan khusus terdapat tujuan antara. Tujun ini berfungsi untuk menjembati pencapaian tujuan umum dari tujuan khusus. Umumnya ada 4 jenjang tujuan, di dalamnya terdapat tujuan antara, yaitu : 1. Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah manusia Pancasila. 2. Tujuan Institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya. 3. Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran. 4. Tujuan instruksional. Di dalam bidang studi bidang studi terdapat pokok bahasan dan subpokok bahasan. Tujuan pokok bahasan dan subpokok bahasan disebut tujuan instruksional yaitu, penguasaan materi pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Tujuan pokok bahasan disebut Tujuan Instruksional Umum (TIU) sedangkan tujuan sub pokok bahasan disebut Tujuan Instruksional Khusus (TIK). b. Proses Pendidikan Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proses pendidikan, yaitu :

A. Kualitas dari Proses Pendidikan Tersebut Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantung. Dalam proses pendidikan diperlukan komponen-komponen yang cukup baik, misalnya tersedianya sarana dan prasarana serta biaya yang cukup. Selain itu harus ditunjang pengelolaan yang handal dan mampu mengelola dengan baik, sehingga pencapaian tujuan akan tercapai secara optimal.

B. Pengelolaan Proses Pendidikan Pengelolaan proses pendidikan meliputi 3 ruang lingkup, yaitu : 1. Pengelolaan proses dalam ruang lingkup makro yang berupa kebijakankebijakan pemerintah yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU Pendidikan, Peraturan Pememrintah, SK Menteri, SK Dirjen, serta dokumendokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain. 2. Pengelolaan proses dalam ruang lingkup meso yang merupakan implikasi kebijakan-kebijakn nasional ke dalam kebijakan operasional dalam ruang lingkup wilayah di bawah tanggung jawab Kakanwil Depdikbud. 3. Pengelolaan proses dalam ruang lingkup mikro yang merupakan aplikasi kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah ataupun kelas, sanggar-sanggar belajar, dan satuan-satuan pendidikan lainnya dalam masyarakat. Tujuan utama daripada pengelolaan proses pendidikan adalah terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu.

3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) didenifisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia paling muda sampai paling tua. Konsep pendidikan sepanjang hayat merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus dari bayi samapi meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat bertumpu pada kepercayaan bahwa belajar juga terjadi seumur hidup
5

walaupun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Poko dalam Pendidikan Sepanjang Hayat adalah seluruh individu harus memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisir untuk instruction studi dan learning disetiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Hal itu bertujuan untuk menumbuhkan kemunduran pendidikan sebelumnya untuk memperoleh keterampilan baru, meningkatkan keahlian dan pengertian tentang dunia yang ditempati, mengembangkan kepribadian ataupun untuk tujuan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia harus menyadari bahwa : Untuk belajar tiada batas waktu, artinya tidak ada istilah terlambat atau terlalu dini untuk belajar. Ini berarti pula tidak ada konsep bahwa terlalu tua untuk belajar. Belajar atau mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral atau merupakan totalitas kehidupan. Jadi, manusia belajar atau mendidik ini bukanlah sebagai persiapan bagi kehidupan itu sendiri. Pendidikan adalah tanggung jawab manusia sebagai subyek atas diri sendiri supaya meningkat terus menerus, yakni mandiri secara sosial, ekonomi, psikologis, dan etis.

Ciri-ciri PSH : 1. PSH menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah. 2. PSH menempatkan kehidupan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan. 3. PSH lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi pendidikan. 4. PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama didalam proses pendidikan.

Alasan mengapa PSH perlu digalakkan : 1. Belajar itu berlangsung seumur hidup. 2. Sekolah tradisional tidak dapat memberikan bekal kerja yang coraknya semakin tidak menentu dan cepat berubah. 3. Pendidikan masa balita punya peranan penting sebagai pondasi pembentukan kepribadian dan bagi aktualisasi diri. Sekolah tidak dapat mengisi pendidikan di masa balita ini.
6

4. Sekolah tradisional mengganggu pemerataan keadilan untuk memperoleh kesempatan berpendidikan. 5. Biaya penyelenggaraan sekolah tradisional sangat mahal. 4. Kemandirian dalam Belajar a. Arti dan Prinsip yang Melandasi Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. b. Alasan yang Menopang a. Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik (khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik. b. Penemuan iptek tidak mutlak benar 100 , sifatnya relatif. Selalu muncul teori baru yang pada dasarnya kebenarannya juga relatif. Oleh karena itu peserta didik perlu ditanamkan sikap ilmiah dan harus mampu belajar sendiri sehingga dapat mengikuti perkembangan iptek. c. Peserta didik lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh konkret dan wajar dengan mengalami atau mempraktekan sendiri. d. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogianya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilainilai ke dalam diri peserta didik. Kemandirian dalam belajar membuka kemungkinan lahirnya calon-calon insan pemikir yang manusiawi serta menyatu dalam pribadi yang serasi dan berimbang.

B. Unsur-Unsur Pendidikan Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu : 1. Subyek yang dibimbing (peserta didik) 2. Orang yang membimbing 3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (Interaksi Edukatif) 4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan) 5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan(materi pendidikan) 6. Cara yang digunakan dalam bimbingan(alat dan metode)
7

7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung(lingkungan pedidikan).

1. Peserta Didik Dalam pengertian umum, peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seorang atau sekelompok orang yang mengalami kegitan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit, peserta didik adalah subyek atau pribadi yang otonom yang ingin diakui keadaannya. Ciri khas peserta didik adalah sebagai berikut: a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik. b. Individu yang berkembang c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. 2. Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik.

3. Intraksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik Interaksi Edukatif antar peserta didik dan pendidik interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanipulasi isi, metode serta alat-alat pendidikan.

4. Materi atau Isi Pendidikan Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai saranan pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti yang bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa dan muatan lokal yang isisnya adalah mengembangkan kebinekaan, kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. 5. Alat dan Metode Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu
8

a. Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki, misalnya larangan. b. Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya ajakan. Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu, a. Kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai. b. Kesesuaiannya dengan peserta didik. c. Kesesuaiannya dengan pendidikan sebagai si pemakai. d. Kesesuaiannya dengan situasi dan kodisi saat digunakan.

6. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (Lingkungan Pendidikan) Lingkungan pendidikan biasanya disebut Tri Pusat Pendidikan yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat.

C. Pendidikan Sebagai Sistem 1. Pengertian Sistem Definisi-definisi sistem antara lain a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang komplek atau terorganisir (Tatang M. Amirin.1992:10). b. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan (Tatang M.Amirin.1992:10). c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai suatu tujuan

tertntu.(Tatang . M.Amirin.1992:11). Ciri umum dari sistem, yaitu : 1. Sistem merupakan suatu kesatuan yang berstruktur. 2. Kesatuan tersebut terdiri dari sejumlah komponen yang saling berpengaruh. 3. Masing-masing komponen mempunyai fungsi tertentu dan secara bersama-sama melaksanakan fungsi struktur, yaitu mencapai tujuan sistem. 2. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Untuk melihat komponen sistem pendidikan, Toffler menganalogikan sekolah dengan sebuah pabrik. Sistem dalam bidang pendidikan, yaitu :
9

Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan (out put) Guru dan tenaga non guru, administrasi sekolah, kuruikulum, anggaran pendidikan, (instrumental prasarana input) dan yang sarana merupakan masukan instrumental pemrosesan

memungkinkan

dilaksanakannya

masukkan mentah menjadi tamatan. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan, politik, dan keamanan negara merupakan faktor lingkungan atau masukan lingkungan (environmental input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperannya masukan instrumental dalam pemrosesanmasukan mentah. 3. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem Lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem. Di bagian terdahulu digambarkan faktor ekonomi, politik, sosial, budaya sebagai komponen masukan lingkungan (environmental input) dari sistem pendidikan. Pada bagian ini komponen-komponen tersebut dilihat sebagai sistem yang berdiri sendiri, sederajat dengan sistem pendidikan. Suatu komponen dapat berubah status menjadi sistem, apabila komponen tersebut dilihat secara tersendiri dan ternyata terdiri dari sejumlah sub-sub sistem. Jadi sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup mikro dan makro.

4. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik dapat dilakukan melalui : a. Cara memandang sistem b. Masalah berjenjang c. Analisis sistem dalam pendidikan d. Saling hubungan antar komponen e. Hubungan sistem dengan suprasistem f. 5. Keterkaitan antara Pengajaran dan Pendidikan Istilah pengajaran dapat dibedakan dari pendidikan, tetapi sulit dipisahkan. Jika yang dipersoalkan atau dijadikan tekanan aspek pengetahuan disebut Pengajaran dan jika aspek pembentukan sikap menjadi tekanan disebut Pendidikan.

10

6. Pendidikan Prajabatan (Preservice Education) dan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice Education) sebagai Sebuah Sistem Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu juga. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada orang-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain. Pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan merupakan dua macam paket program pendidikan yang terkait dalam suatu sistem pendidikan yang terpadu. Dalam pendidikan prajabatan haya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan. 7. Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal sebagai Sebuah Sistem Pendidikan formal (PF) yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku. Mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi (PT). Menurut UU no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,dinyatakan setiap warga negara diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai tamat SMP. Bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti ataupun menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal (putus sekolah) disediakan pendidikan non formal, untuk memperoleh bekal guna terjun ke masyarakat. Selanjutnya pendidikan informal sebagai suatu fase pendidikan yang berada di samping dan di dalam pendidikan formal dan nonformal sangan menunjang keduanya karena sebagian besar waktu peserta didik adalah justru berada di dalam ruang lingkup yang sifatnya informal. Jadi pendidikan formal, nonformal dan informal tidak dapat dipisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumber daya manusia sangat tergantung kepada sejauh mana ketiga subsistem tersebut berperanan.

11

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Umar Tirtarahardja. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai