Anda di halaman 1dari 12

Kota Malang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Akurasi Terperiksa Langsung ke: navigasi, cari Untuk pengertian lain, lihat Malang.

Kota Malang

Lambang Kota Malang

Peta lokasi Kota Malang Koordinat : 112,34'09" - 11,41'34" BT 7,54'52", 22 - 8,03'05", 11 LS

Motto Semboyan Slogan pariwisata Julukan Demonim Provinsi Ibu kota Luas Penduduk Jumlah Kepadatan Pembagian

Malang Kucecwara "Tuhan Menghancurkan Yang Bathil" ' ' ' Jawa Timur {{{ibukota}}} 110,06 km 814.000 (BPS, 2008) 6.171 jiwa/km

administratif Kecamatan Desa/kelurahan Dasar hukum Tanggal Hari jadi Walikota Sekarang Kode area telepon APBD DAU Suku bangsa Bahasa Agama Flora resmi Fauna resmi Zona waktu Bandar udara

5 57 1 April 1914 {{{hari jadi}}} Drs.Peni Suparto,M.AP 0341 {{{apbd}}} Rp. {{{suku bangsa}}} {{{bahasa}}} {{{agama}}} {{{flora}}} {{{fauna}}} {{{zona waktu}}} {{{bandar udara}}}

Situs web resmi: Situs Resmi Kota Malang

Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur, dan dikenal dengan julukan kota pelajar.

Gedung Balaikota Malang dilihat dari Alun-alun bundar

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah 2 Makna Lambang

3 Walikota Malang 4 Pembagian administratif 5 Demografi 6 Geografis 7 Iklim 8 Keadaan Geologi 9 Pendidikan o 9.1 Perguruan Tinggi o 9.2 Sekolah Menengah Atas (SMA) o 9.3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 10 Budaya 11 Transportasi o 11.1 Transportasi Udara o 11.2 Trasportasi Darat 12 Industri o 12.1 Industri Manufaktur o 12.2 Industri Kecil dan Mikro o 12.3 Kompleks Industri Manufaktur & Sentra Industri Mikro 13 Pusat Rekreasi, Perbelanjaan & Fasilitas Umum o 13.1 Taman Kota & Ruang Terbuka Hijau o 13.2 Museum & Perpustakaan o 13.3 Taman Rekreasi & Pasar Wisata o 13.4 Sarana Olahraga o 13.5 Mall & Pusat Perbelanjaan 14 Hotel dan Cafe 15 Kuliner Khas 16 Klub/Tim Olahraga 17 Media o 17.1 Televisi o 17.2 Radio o 17.3 Buletin & Media Massa Lokal 18 Putera Daerah 19 Julukan 20 Kota kembar 21 Catatan kaki 22 Lihat juga 23 Pranala luar

Sejarah
Wilayah cekungan Malang telah sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[1] Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas pondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari

periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.[1][2] Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asalusul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut. Malangkucecwara yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang. Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari. Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkucecwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I . Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : .. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi. Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata Membantah atau Menghalang-halangi (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang. Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang. Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang

sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini. Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya [[Ijen Boullevard]] dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana. Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; Malang namaku, maju tujuanku terjemahan dari Malang nominor, sursum moveor. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : Malangkucecwara. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara. Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.

Tahun 1767 Kompeni Hindia Belanda memasuki Kota Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun. 1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang. 1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.

Makna Lambang

Lambang Kota Malang DPRDGR mengkukuhkan lambang Kotamadya Malang dengan Perda No. 4/1970. Bunyi semboyan pada lambang adalah "MALANG KUCECWARA"

Motto "MALANG KUCECWARA" berarti Tuhan menghancurkan yang bathil, menegakkan yang benar Arti Warna : o Merah Putih, adalah lambang bendera nasional Indonesia o Kuning, berarti keluhuran dan kebesaran o Hijau adalah kesuburan o Biru Muda berarti kesetiaan pada Tuhan, negara dan bangsa Segilima berbentuk perisai bermakna semangat perjuangan kepahlawanan, kondisi geografis, pegunungan, serta semangat membangun untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Semboyan tersebut dipakai sejak hari peringatan 50 tahun berdirinya KOTAPRAJA MALANG 1964, sebelum itu yang digunakan adalah : "MALANG NAMAKU, MAJU TUJUANKU", yang merupakan terjemahan dari "MALANG NOMINOR, SURSUM MOVEOR" Yang disahkan dengan "Gouvernement besluit dd. 25 April 1938 N. 027". Semboyan baru itu diusulkan oleh Prod.DR. R.Ng.Poernatjaraka, dan erat hubungannya dengan asal mula Kota Malang pada jaman Ken Arok.

Walikota Malang
Masa Penjajahan Hindia Belanda:

1919-1929 H.I. Bussemaker 1929-1933 Ir. E.A. Voorneman 1933-1936 Ir. P.K.W. Lakeman 1936-1942 J.H. Boerstra

Masa Penjajahan Jepang:

1942-1942 Raden Adipati Ario Sam 1942-1945 Mr. Soewarso Tirtowidjojo

Masa Kemerdekaan:

1945-1958 M. Sardjono Wiryohardjono 1958-1966 Koesno Soeroatmodjo 1966-1968 Kol. M. Ng Soedarto 1968-1973 Kol. R. Indra Soedarmadji 1973-1983 Brigjen TNI-AD Soegiyono 1983-1983 Drs. Soeprapto 1983-1988 dr. H. Tom Uripan Nitihardjo 1988-1998 H. M Soesamto 1998-2003 Kol. H. Suyitno 2003-2008 Drs. Peni Suparto 2008-sekarang Drs. Peni Suparto

Pembagian administratif
Kota Malang terdiri atas 5 kecamatan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru

Demografi

Gereja Tua peninggalan Belanda di kota Malang Jumlah penduduk Kota Malang 768.000 (2003), dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per tahun. Sebagian besar adalah suku Jawa, serta sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, dan Tionghoa. Agama mayoritas adalah Islam, diikuti dengan Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak zaman kolonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung), Gereja Hati Kudus Yesus, Gereja Kathedral Ijen (Santa Maria Bunda Karmel), Klenteng di Kota Lama serta Candi Badut di Kecamatan Sukun dan Pura di puncak Buring. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren, yang terkenal ialah Ponpes Al Hikam pimpinan KH. Hasyim Muhsyadi, dan juga adanya pusat pendidikan Kristen berupa Seminari Alkitab yang sudah terkenal di seluruh Nusantara, salah satunya adalah Seminari Alkitab Asia Tenggara. Bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran adalah bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Kalangan minoritas Suku Madura menuturkan Bahasa Madura. Malang dikenal memiliki dialek khas yang disebut Boso Walikan, yaitu cara pengucapan kata secara terbalik, misalnya Malang menjadi Ngalam, bakso menjadi oskab, dan contoh lain seperti saya bangga arema menang-ayas bangga arema nganem. Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal egaliter dan blak-blakan, yang menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan tidak mengenal basa-basi.

Geografis

Terletak pada ketinggian antara 429 - 667 meter diatas permukaan air laut. 112,06 - 112,07 Bujur Timur dan 7,06 - 8,02 Lintang Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung :

Gunung Arjuno di sebelah Utara Gunung Semeru di sebelah Timur Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat Gunung Kelud di sebelah Selatan

Iklim
Kondisi iklim Kota Malang selama tahun 2006 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,2 C - 24,5 C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,3 C dan suhu minimum 17,8 C . Rata kelembaban udara berkisar 74% - 82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan minimum mencapai 37%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan Nopember curah hujan relatif rendah.

Keadaan Geologi
Keadaan tanah di wilayah Kota Malang antara lain :

Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang cukup luas, cocok untuk industri Bagian utara merupakan dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang kurang subur Bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah pendidikan

Pendidikan
Perguruan Tinggi
Malang juga dikenal sebagai Kota Pendidikan, karena memiliki sejumlah perguruan tinggi ternama. Perguruan tinggi negeri termasuk Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang(UM; d/h IKIP Malang), Universitas Islam Negeri Malang (UIN MALANG), Akademi Penyuluh Pertanian (APP), Politeknik Negeri Malang (POLINEMA; d/h Politeknik Universitas Brawijaya), Politeknik Kesehatan Malang (POLTEKES), serta terdapat cabang Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Politeknik Kota Malang (POLTEKOM). Beberapa perguruan tinggi swasta terkemuka diantaranya: Universitas Muhammadiyah Malang (UNMUH), Universitas Merdeka (UNMER), Universitas Gajayana (UNIGA), Universitas Islam Malang,Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia, Universitas Kanjuruhan, Universitas Wisnu Wardhana, STIE Malangkucecwara, Perguruan Tinggi ASIA, Universitas Widyagama, Universitas Wisnuwardhana, Institut Teknologi Nasional, STIBA Malang, Universitas Machung, Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, dan lain sebagainya. Sebagai kota pendidikan, banyak

mahasiswa berasal dari luar Malang yang kemudian menetap di Malang, terutama dari wilayah Indonesia Timur seperti Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Sekolah Menengah Atas (SMA)


Selain perguruan tinggi, ada beberapa sekolah menengah atas yang namanya sudah terkenal hingga tingkat nasional bahkan internasional. Beberapa di antaranya bahkan telah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, dipelopori oleh SMA Negeri 3 Malang, selanjutnya diikuti oleh SMA Negeri 1, 4, 5, 8, 10 Malang dan SMA Katolik St. Albertus Malang (SMA Dempo). Sedangkan SMA Swasta lainnya yang cukup bergengsi di Kota Malang antara lain SMAK Kolese Santo Yusup (Hwa Ind), SMAK Santa Maria (SMA Langsep) dan sebagainya.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Selain itu ada SMK yang berstatus sebagai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang menjadi andalan kota Malang yaitu SMK Negeri 4 Malang. Sekolah ini sudah terkenal di dunia Internasional dan Nasional karena prestasi dan Kualitasnya yang sangat baik. Selain itu ada SMK Negeri 3 Malang dan SMK Negeri 5 Malang yang berstatus SMK Bertaraf Internasional. Adapun sekolah swasta yang menjadi pesaing adalah SMK Telkom Shandy Putra Malang.

Budaya
Kekayaan etnis dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger). Hal tersebut terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur budaya Jawa Tengahan yang hidup di lereng gunung Kawi, sub-kultur Madura di lereng gunung Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di lereng gunung Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA) serta menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada malang. Di kota Malang juga terdapat tempat yang merupakan sarana apresiasi budaya Jawa Timur yaitu Taman Krida Budaya Jawa Timur, di tempat ini sering ditampilkan aneka budaya khas Jawa Timur seperti Ludruk, Ketoprak, Wayang Orang, Wayang Kulit, Reog, Kuda Lumping, Sendra tari, saat ini bertambah kesenian baru yang kian berkembang pesat di kota Malang yaitu kesenian "BANTENGAN" kesenian ini merupakan hasil dari kreatifitas masyarakat asli malang, sejak dahulu sebenarnya kesenian ini sudah dikenal oleh masyarakat malang namun baru sekaranglah "BANTENGAN" lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya masyarakat lokal namun juga luar daerah bahkan mancanegara. Khusus di Malang sering diadakan pergelaran bantengan hampir setiap perayaan hari besar baik keagamaan maupun peringatan hari kemerdekaan. Festival tahunan yang menjadi event ikon kota juga sering diadakan setiap tahunnya. Beberapa festival kota tahunan diantaranya adalah:

Festival Malang Kembali: Diadakan untuk memperingati HUT Kota Malang, biasa digelar pada tanggal 21 Mei. Festival ini mengusung situasi kota pada masa lalu, mengubah jalan-jalan protokol kota menjadi museum hidup selama kurang lebih 1 minggu festival ini diadakan. Karnaval Bunga Karnaval Lampion: Biasa diadakan untuk merayakan hari raya imlek.

Transportas

Transportasi Udara
Bandara Kota Malang yang dikenal dengan Bandara Abdul Rachman Saleh mulai berkembang sejak Lumpur Lapindo menghambat perjalanan dari Malang ke Bandara Juanda, Surabaya. Sebelumnya bandara ini adalah bandara militer yang sesekali digunakan untuk event-event tertentu, seperti balap mobil drag race yang memerlukan lintasan yang panjang. Saat ini ada 6 penerbangan Malang-Jakarta (vice versa) setiap hari dilayani oleh Sriwijaya Air (3 penerbangan), Batavia Air (1 penerbangan) dan Garuda Indonesia (2 penerbangan)

Trasportasi Darat
Kota Malang dilalui jalur kereta api Surabaya-Malang-Blitar-Kediri-Kertosono. Kereta api harian kelas ekonomi (Penataran) melayani jalur Surabaya-Malang via Bangil. Selain itu juga terdapat kereta api Gajayana (eksekutif) jurusan Malang-Jakarta, kereta api Malabar (eksekutifbisnis) jurusan Malang-Bandung, kereta api Tawang Alun (ekonomi) jurusan MalangBanyuwangi serta Matarmaja (ekonomi) juga dengan jurusan Malang-Jakarta(Pasar Senen). Stasiun utama adalah Stasiun Malang (Kota Baru) (+444 M). 2 Stasiun lainnya adalah Stasiun Malang Kotalama (+429 M) dan Stasiun Blimbing (+471 M). Untuk jalur bus, Terminal Arjosari melayani rute ke seluruh jurusan kota-kota utama di pulau Jawa, Bali, NTB dan Sumatera baik kelas ekonomi maupun eksekutif. Terminal Gadang melayani rute Malang-Lumajang, Malang-Blitar-Tulungagung-Trenggalek. Namun, saat ini keberadaan Terminal Gadang telah digantikan oleh Terminal Hamid Rusdi yang terletak kurang lebih 2 KM di sebelah timur Terminal Gadang. Sedangkan Terminal Landungsari melayani rute Malang-Kediri, Malang-Jombang dan Malang-Tuban. Adapun 2 sub terminal lainnya adalah Sub-Terminal Madyopuro di bagian timur Kota Malang, tepatnya di daerah Madyopuro (dekat Sawojajar) dan Sub-Terminal Mulyorejo yang terlatak di sebelah barat daya Kota Malang, tepatnya di daerah Mulyorejo Kecamatan Sukun. Kelima terminal ini terhubung dengan berbagai angkutan kota (biasa disebut angkot). Sebagai contoh, Arjosari-Gadang (AG) (saat ini huruf G diganti dengan huruf H untuk Hamid Rusdi), Hamid Rusdi-Landungsari (HL), Arjosari-Landungsari (AL), dan lain sebagainya termasuk juga dengan angkot yang menuju sub-terminal. Terdapat sekitar 20 trayek angkot di Kota Malang dan 80% wilayah Kota Malang dilalui oleh ke-20 angkot tersebut

Industri

Kota Malang memiliki pola pertumbuhan industri yang unik, dimana sebagian besar industrinya disokong oleh sektor industri kecil dan mikro. Hanya terdapat beberapa industri manufaktur besar yang terdapat di Kota Malang sebagian disusun atas industri manufaktur padat karya.

Anda mungkin juga menyukai